Laporan Kasus
Disusun Oleh:
Pembimbing:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
penyertaannya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang bejudul “Syok
Hemoragik” ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki banyak
kekurangan, baik dari segi struktur dan isi. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
yang berguna untuk laporan kasus ini di kemudian hari. Semoga laporan kasus ini
dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama di
bidang Ilmu Kedokteran.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................2
1.3 Manfaat....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3
2.1 Definisi....................................................................................................3
2.2 Klasifikasi................................................................................................3
2.3 Etiologi.....................................................................................................4
2.4 Fisiologi...................................................................................................5
2.4.1 Fisiologi Kardiovaskuler...............................................................5
2.4.1 Fisiologi Saraf Otonom................................................................10
2.5 Patofisiologi...........................................................................................12
2.6 Manifestasi Klinis..................................................................................15
2.7 Diagnosis...............................................................................................17
2.8 Tatalaksana............................................................................................21
2.8.1 Penanganan Syok Hemoragik......................................................22
2.8.2 Akses Vaskular.............................................................................23
2.8.3 Inisiasi Terapi Cairan...................................................................23
2.8.4 Transfusi Darah............................................................................25
2.8.5 Perhatian Khusus..........................................................................25
BAB III STATUS PASIEN.............................................................................27
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan laporan kasus ini adalah :
1. Mengetahui alur penanganan kegawatdaruratan di Instalasi Gawat Darurat
khususnya pada syok hemoragik.
2. Meningkatkan kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah di bidang
kedokteran.
3. Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Senior Program Pendidikan Profesi Kedokteran di Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan laporan kasus ini adalah
meningkatkan pemahaman terhadap kasus syok hemoragik serta penanganan
kegawatdaruratan sesuai kompentensi pada tingkat pelayanan primer.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya
volume plasma di intravaskuler. Kasus-kasus syok hipovolemik yang paling
sering ditemukan disebabkan oleh perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal
juga dengan syok hemoragik.3
Syok hipovolemik adalah suatu kondisi perfusi organ yang tidak adekuat
yang disebabkan oleh hilangnya volume intravaskular, biasanya akut. Hasilnya
adalah penurunan preload jantung ke tingkat kritis dan mengurangi sirkulasi
pembuluh darah besar dan kecil, yang mana dapat berdampak buruk terhadap
metabolisme jaringan dan memicu reaksi inflamasi.6
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan persentase volume kehilangan darah, syok hipovolemik dapat
dibedakan menjadi empat tingkatan atau stadium. Stadium syok dibagi
berdasarkan persentase kehilangan darah. Setiap stadium syok hipovolemik ini
dapat dibedakan dengan pemeriksaan klinis tersebut.3
2.3 Etiologi
Syok hipovolemik disebabkan oleh kehilangan darah atau cairan yang tiba-
tiba di dalam tubuh. Penyebab klinis syok hipovolemik yang paling umum adalah
perdarahan, muntah, diare, luka bakar parah, dan keringat berlebih.3
Syok hipovolemik bisa terjadi karena kehilangan darah atau kehilangan
cairan ekstrasel seperti kehilangan cairan ekstrasel yang berasal dari organ
berikut:5
Gastrointestinal
Saluran pencernaan biasanya mengeluarkan antara 3-6 liter cairan per
hari. Namun, sebagian besar cairan ini diserap kembali karena hanya
100-200 mL yang hilang dalam tinja. Berkurangnya volume penyerapan
terjadi ketika cairan yang biasanya dikeluarkan oleh saluran GI tidak
dapat diserap kembali. Ini terjadi ketika ada muntah, diare, atau
drainase eksternal yang dapat ditarik melalui stoma atau fistula.
Ginjal
Kehilangan garam dan cairan ginjal dapat menyebabkan syok
hipovolemik. Ginjal biasanya mengeluarkan natrium dan air dengan
cara yang sesuai dengan asupan. Terapi diuretik dan diuresis osmotik
dari hiperglikemia dapat menyebabkan natrium ginjal yang berlebihan
dan kehilangan volume. Selain itu, ada beberapa penyakit tubular dan
interstitial di luar ruang lingkup artikel ini yang menyebabkan nefropati
pemborosan garam yang parah.
Kulit
Kehilangan cairan juga bisa terjadi dari kulit. Dalam iklim panas dan
kering, kehilangan cairan kulit bisa setinggi 1-2 liter / jam. Pasien
dengan barrier kulit yang terganggu oleh luka bakar atau lesi kulit
lainnya juga dapat mengalami kehilangan cairan yang besar yang
menyebabkan syok hipovolemik.
Penyerapan yang berlebihan disebabkan oleh keadaan patologin lain
Hal ini dapat terjadi pada obstruksi usus, pankreatitis, obstruksi sistem
vena utama, atau kondisi patologis lainnya yang menghasilkan respons
inflamasi masif.
2.4 Fisiologi
2.4.1 Fisiologi Kardiovaskuler
Jantung merupakan organ yang berfungsi untuk memompakan darah ke
seluruh tubuh. Jantung bergerak secara otonom yang diatur melalui mekanisme
sistem saraf otonom dan hormonal dengan autoregulasi terhadap kebutuhan
metabolime tubuh. Mekanisme otonom aktivitas otot jantung ini berasal dari
cetusan listrik (depolarisasi) pada otot jantung itu sendiri. Depolarisasi otonom
otot jantung berasal dari sekelompok sel-sel yang menghasilkan potensial listrik
yang disebut dengan nodus sinoatrial [sinoatratrial (SA) node]. SA node terletak
di atrium kanan berdekatan dengan muara vena cava superior.9,10
Impuls listrik yang dihasilkan oleh SA node akan dialirkan ke seluruh otot-
otot jantung (miokardium) sehingga menyebabkan kontraksi. Mekanisme
penyebaran impuls ini teratur sedemikian rupa sesuai dengan siklus kerja jantung.
Pertama impuls dialirkan secara langsung ke otot-otot atrium kiri dan kanan
sehingga menyebabkan kontraksi atrium. Atrium kanan yang berisi darah yang
berasal dari sistem vena sitemik akan dipompakan ke ventrikel kanan, dan darah
pada atrium kiri yang berasal dari paru (vena pulmonalis) akan dialirkan ke
ventrikel kiri. Selanjutnya impuls diteruskan ke ventrikel melalui sistem konduksi
nodus atrioventrikuler [atrioventricular (AV) node], terus ke atrioventricular (AV)
bundle dan oleh serabut purkinje ke seluruh sel-sel otot ventrikel jantung. Impuls
listrik yang ada di ventrikel terjadinya depolarisasi dan selanjutnya menyebabkan
otot-otot ventrikel berkontraksi. Kontraksi ventrikel inilah yang dikenal sebagai
denyut jantung. Denyut ventrikel kanan akan mengalirkan darah ke paru untuk
pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, dan denyut ventrikel kiri
akan mengalirkan darah ke seluruh tubuh melalui aorta. Denyut jantung yang
berasal dari depolarisai SA node berjumlah 60-100 kali permenit, dengan rata-rata
72 kali permenit.9,10
Kontraksi ventrikel saat mengeluarkan darah dari jantung disebut sebagai
fase sistolik atau ejeksi ventrikuler. Jumlah darah yang dikeluarkan dalam satu
kali pompaan pada fase ejeksi ventrikuler disebut sebagai volume sekuncup atau
stroke volume, dan pada dewasa rata-rata berjumlah 70 ml. Dengan jumlah
kontraksi rata-rata 72 kali permenit, maka dalam satu menit jumlah darah yang
sudah melewati dan dipompakan oleh jantung sekitar 5 liter, yang disebut sebagai
curah jantung (cardiac output). Secara matematis fisiologis dapat dirumuskan
sesuai gambar 2.2.
Gambar 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung.
Oxygen content arteri adalah jumlah dari hemoglobin dan saturasi. Pada
keadaan sehat >98% oksigen terikat pada hemoglobin. Secara teori, setiap satu
gram Hb dapat berikatan dengan 1,34 ml dari oksigen. Bagaimanapun, secara
praktik, keadaan abnormal dari Hb seperti karboksihemoglobin dan
methaemoglobin, mengurangi kapasitas ikatan oksigen dengan Hb. Oksigen yang
larut dalam plasma ditentukan oleh koefisien pelarut dari oksigen pada suhu tubuh
(k2 ; 0,23 ml/L/kPa).12
Secara kuantitatif dapat dihitung sebagai berikut:
Contoh: Bila CO 5000 ml/menit, Hb 15g% (15 gram/100 ml), SaO 2 100%
(1,0), PaO2 200 mmHg
DO2 = (5000/100 x 15 x 1,34 x 1,0) + (0,3 x 5000/100 x 200/100) per menit
DO2 = (50 x 15 x 1,34 x 1,0) + (0,3 x 50 x 2) per menit
DO2 = 1005 + 30 = 1035 ml/menit
Oksigen ini akan masuk ke sel jaringan sebagai bahan bakar untuk
metabolisme tubuh.12
Tanda dan gejala syok hemoragik sulit untuk diidentifikasi, terutama jika perdarahan
berasal dari sumber yang tersembunyi. Adanya hipotensi merupakan penanda yang tidak
sensitif karena mekanisme kompensasi sampai kehilangan volume darah mencapai 30%
dari total volume darah. Hipotensi pasca trauma dini dikaitkan dengan kegagalan multi
organ (MOF) dan perkembangan komplikasi infeksi. Gejala klinis nonspesifik termasuk
kecemasan, takipnea, dan denyut nadi perifer yang melemah serta ekstremitas berbintik-
bintik, pucat, dan dingin dapat lebih menunjukkan diagnosis syok.19
Mengenali tingkat kehilangan darah melalui tanda vital dan kelainan status mental itu
penting. Klasifikasi syok hemoragik dari American College of Surgeons Advanced
Trauma Life Support (ATLS) menghubungkan jumlah kehilangan darah dengan respons
fisiologis yang diharapkan pada pasien dengan berat badan 70 kg. Karena total volume
darah yang bersirkulasi mencapai sekitar 7% dari total berat badan, ini sama dengan kira-
kira lima liter pada rata-rata 70 kg pasien pria.20
Kelas 1: Kehilangan volume hingga 15% dari total volume darah, kira-kira 750
mL. Satu-satunya gejala klinis mungkin adalah bentuk kecemasan ringan.
Denyut nadi meningkat minimal atau normal. Biasanya, tidak ada perubahan
tekanan darah, tekanan nadi, atau frekuensi pernapasan.19,20
Kelas 2: Kehilangan volume dari 15% sampai 30% dari total volume darah, dari
750 mL menjadi 1500 mL. Pasien terlihat agak cemas dengan denyut nadi dan
frekuensi pernapasan meningkat (100 BPM menjadi 120 BPM, 20 RR menjadi
24 RR). Denyut nadi mulai menyempit, tetapi tekanan darah sistolik mungkin
tidak berubah atau menjadi sedikit menurun.19,20
Kelas 3: Kehilangan volume dari 30% menjadi 40% dari total volume darah, dari
1500 mL menjadi 2000 mL. Pasien terlihat sangat cemas serta mengalami
takikardia. Penurunan tekanan darah yang signifikan dan perubahan status
mental terjadi. Denyut nadi dan frekuensi pernapasan meningkat secara
signifikan (lebih dari 120 BPM). Output urin menurun. Pengisian kapiler
tertunda.19,20
Kelas 4: Kehilangan volume lebih dari 40% dari total volume darah. Pasien
terlihat lesu, hipotensi dengan denyut nadi sempit (kurang dari 25
mmHg). Takikardia menjadi lebih parah (lebih dari 120 BPM), dan status mental
menjadi semakin berubah. Output urin minimal atau tidak ada. Pengisian kapiler
tertunda.19,20
Pemeriksaan fisik pada pasien syok hemoragik sangat penting untuk menemukan
sumber perdarahan dan akan memberikan gambaran banyaknya kehilangan
darah. Terdapat perbedaan antara pasien medis dan pasien trauma dalam hal
ini. Kedua jenis pasien tersebut biasanya membutuhkan diagnosis dan pengobatan
bersamaan.21
Indikator klinis khas syok umumnya adalah adanya tanda-tanda vital yang
abnormal, seperti hipotensi, takikardia, penurunan urin output, dan perubahan status
mental. Temuan ini mewakili efek sekunder dari kegagalan sirkulasi, bukan kejadian
etiologi primer. Karena mekanisme kompensasi, pengaruh usia, dan penggunaan
obat-obatan tertentu, beberapa pasien yang mengalami syok akan mengalami tekanan
darah dan denyut nadi yang normal. Namun, pemeriksaan fisik lengkap harus
dilakukan dengan pasien menanggalkan pakaian.21
Penampilan umum pasien syok bisa sangat dramatis. Kulit mungkin berwarna
pucat, biasanya disertai diaphoresis. Pasien mungkin tampak bingung atau gelisah
dan mungkin menjadi tumpul.
Denyut nadi pertama menjadi cepat dan kemudian menjadi lembab saat tekanan
nadi berkurang. Tekanan darah sistolik mungkin berada dalam kisaran normal selama
syok kompensasi.21
Konjungtiva diperiksa untuk melihat kepucatan, tanda anemia kronis. Hidung
dan faring diperiksa apakah ada darah.21
Dada di auskultasi dan perkusi untuk mengevaluasi hemotoraks. Ini akan
menyebabkan hilangnya suara nafas dan dullness pada perkusi di sisi pendarahan.21
Pemeriksaan abdominal mencari tanda-tanda perdarahan intraabdomen, seperti
distensi, nyeri saat palpasi, dan dullness pada perkusi. Panggul diperiksa untuk
melihat ekimosis, tanda perdarahan retroperitoneal. Ruptur aneurisma aorta adalah
salah satu kondisi paling umum yang menyebabkan pasien mengalami syok yang
tidak diketahui. Tanda-tanda yang dapat dikaitkan dengan ruptur adalah berdenyut
yang teraba di perut, pembesaran skrotum dari ekspansi darah retroperitoneal, bintik-
bintik ekstremitas bawah, dan denyut femoralis yang berkurang.21
Rektum diperiksa. Jika darah ditemukan, berhati-hatilah untuk mengidentifikasi
wasir internal atau eksternal. Kadang-kadang, ini merupakan sumber perdarahan
yang signifikan, terutama pada pasien dengan hipertensi portal.
Pasien dengan riwayat perdarahan vagina menjalani pemeriksaan panggul
lengkap. Tes kehamilan diperlukan untuk menyingkirkan kehamilan ektopik.21
Pasien trauma didekati secara sistematis, menggunakan prinsip pemeriksaan
primer dan sekunder. Pasien trauma mungkin mengalami beberapa cedera yang
membutuhkan perhatian secara bersamaan, dan perdarahan dapat menyertai jenis
penghinaan lainnya, seperti syok neurogenik.21
Survei primer adalah manuver cepat yang berupaya mengidentifikasi masalah
yang mengancam jiwa, sebagai berikut:21
Untuk menilai jalan nafas, tanyakan nama pasien. Jika jawabannya
diartikulasikan dengan jelas, jalan napas tersebut paten.
Faring oral diinspeksi untuk darah atau benda asing.
Leher diinspeksi apakah ada hematoma atau deviasi trakea.
Paru-paru di auskultasi dan perkusi untuk tanda-tanda pneumotoraks atau
hemotoraks.
Denyut radial dan femoralis dipalpasi untuk mengetahui kekuatan dan
kecepatan.
Inspeksi cepat dilakukan untuk menyingkirkan sumber eksternal pendarahan.
Pemeriksaan neurologis kasar dilakukan dengan meminta pasien untuk meremas
setiap tangan dan punggung kedua kaki melawan tekanan. Dukungan hidup
trauma lanjutan (ATLS) menunjukkan bahwa pemeriksaan neurologis "miniatur"
mengkategorikan tingkat kesadaran pasien berdasarkan apakah pasien waspada,
merespons suara, merespons rasa sakit, atau tidak responsif (yaitu, AVPU).
Pasien kemudian terpapar sepenuhnya, menjaga termoregulasi dengan selimut
dan perangkat penghangat eksternal.
Pemeriksaan sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki, pemeriksaan
cermat yang mencoba mengidentifikasi semua cedera, sebagai berikut:21
Kulit kepala diperiksa apakah ada pendarahan. Setiap perdarahan aktif dari
kulit kepala harus dikontrol sebelum melanjutkan pemeriksaan.
Mulut dan faring diperiksa darahnya.
Perut diperiksa dan dipalpasi. Distensi, nyeri saat palpasi, dan ekimosis
eksternal merupakan indikasi perdarahan intraabdomen.
Panggul dipalpasi untuk stabilitas. Krepitasi atau ketidakstabilan mungkin
merupakan indikasi dari fraktur panggul, yang dapat menyebabkan perdarahan
yang mengancam jiwa ke dalam retroperitoneum.
Fraktur tulang panjang ditandai dengan nyeri terlokalisasi pada palpasi dan
krepitasi tulang di lokasi fraktur. Semua fraktur tulang panjang harus
diluruskan dan dibidai untuk mencegah perdarahan yang berkelanjutan di
tempat tersebut. Fraktur femur sangat rentan terhadap kehilangan darah yang
besar dan harus segera diimobilisasi dengan bidai traksi.
Tes diagnostik lebih lanjut diperlukan untuk mendiagnosis perdarahan
intratoraks, intra-abdominal, atau retroperitoneal.
c. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
Kehadiran
dokter bedah Ya Ya Ya
dengan segera
Ada 3 pola respon pasien terhadap administrasi cairan awal, yaitu respon
cepat (rapid response), respon sementara (transient response), dan respon
minimal.15
Rapid response: pasien merespon dengan cepat bolus cairan awal dan
hemodinamiknya kembali normal, tanpa tanda perfusi dan oksigenasi
jaringan yang inadekuat. Kehilangan darah tidak melebihi 15% dari
volume darah total (Class I hemorrhage).
Transient response: pasien merespon terapi cairan awal, namun
kemudian menunjukkan tanda-tanda penurunan perfusi saat terapi
cairan diperlambat (tahap pemeliharaan/maintenance), yang
menandakan adanya perdarahan yang sedang terjadi ataupun resusitasi
yang tidak adekuat. Kehilangan darah tidak melebihi 40% (Class II-III
Hemorrhage).
Minimal or No Response: kegagalan respon terhadap resusitasi cairan
akibat adanya kegagalan pompa akibat adanya trauma tumpul pada
jantung, tamponade jantung, ataupun tension pneumothorax.
Memerlukan intervensi perdarahan definitif segera
2.8.4 Transfusi darah
Tujuan transfusi darah adalah untuk mengembalikan kemampuan volume
intravaskular dalam mengantarkan oksigen. PRBC yang telah di-cross match lebih
dipilih, namun proses cross match memakan waktu. Pada pasien yang kondisinya
stabil dengan cepat, PRBC cross match sebaiknya disiapkan agar tersedia untuk
transfusi saat diindikasikan. Jika darah cross match tidak tersedia, PRBC
golongan O diindikasikan untuk pasien dengan perdarahan yang sedang
berlangsung.17
STATUS PASIEN
I.IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn B
Umur : 33 tahun
Alamat : Sukaramai, Medan
Agama : Kristen
Tanggal masuk RS : 28 November 2020
II.ANAMNESIS
Alloanamnesis dari keluarga pasien tanggal 28 Nov 2020
Keluhan utama : Pingsan setelah kecelakaan lalu lintas 1 jam SMRS
Keluhan tambahan : Luka di kepala, tangan dan kaki kanan. Kaki patah
serta tampak tulang.
CT Scan Kepala:
Kesan: Gambaran fraktur multiple calvaria, disertai subdural hemorrhage,
pneumocephali, oedema cerebri, hematoma extracalvaria, hematosinus paranasalis.
KESIMPULAN