3482-Article Text-7107-1-10-20140721

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

UJPH 3 (2) (2014)

Unnes Journal of Public Health


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph

STUDI DESKRIPTIF PENERIMAAN MASYARAKAT TERHADAP LARVASIDA ALAMI

Ameliana Pratiwi 

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian dengan desain Deskriptif study ini melibatkan 25 responden sebagai penilai untuk menilai
Diterima Januari 2013 penerimaan larvasida serai dalam aspek tampilan (warna dan bau), kemudahan penggunaan, penerapan
Disetujui Februari 2013 di tempat perkembangbiakan nyamuk, dan ketersediaan bahan larvasida. Dianalisis dengan metode
Dipublikasikan Juli 2014 deskriptif presentase. Ekstrak berpotensi untuk diterima di masyarakat sebagai larvasida, karena
memiliki bau yang disukai oleh masyarakat dan ketersediaan bahan yang cukup melimpah di alam.
________________
Namun keraguan masyarakat untuk menerima ekstrak serai sebagai larvasida dikarenakan proses
Keywords:
penggunaannya berkaitan dengan penggunaan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Sehingga
Deskriptif, Penerimaan
mengurangi minat masyarakat dan lebih cenderung untuk lebih memilih menguras bak mandi daripada
Masyarakat, Larvasida
menggunakan larvasida. Saran bagi instansi kesehatan agar dapat melakukan sosialisasi tentang
____________________
larvasida serai pada masyarakat agar larvasida serai dapat lebih dikenal, dan manfaatnya dapat
digunakan secara luas. Sebaiknya dilakukan penelitian tentang aplikasi larvasida serai dengan bentuk
yang lebih praktis, efektifitas tinggi, dan tidak menimbulkan bau dan warna yang mencolok sehingga
masyarakat lebih berminat untuk menggunakkannya.

Abstract
___________________________________________________________________
Study design was descriptive study involving 25 respondents as assessor for acceptance larvacide
lemongrass display aspect (color and odor), ease of use, application in mosquito breeding sites, and the
availability of materials larvacide. Analyzed with descriptive method percentage. Extract the potential
to be accepted in society as larvacide, because it has the smell is liked by the community and the
availability of materials are relatively abundant in nature. But doubts the public to accept as lemongrass
extract larvacide use due process associated with the use of clean water for daily use. Thereby reducing
the interest of the community and are more likely to prefer the bathtub drain instead of using larvacide.
Advice for health agencies in order to socialize the larvacide lemongrass, lemongrass larvacide in the
community to be better known, and its benefits can be widely used. We recommend that you do research
on the application of larvacide lemongrass with a more practical, highly effective, and odorless and
striking colors that people are more interested in using it..

© 2014 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6528
Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: lisasevi@ymail.com

1
Ameliana Pratiwi / Unnes Journal of Public Health 3 (2) (2014)

PENDAHULUAN alami bersifat hit and run, yaitu apabila


diaplikasikan akan membunuh hama pada
Tingginya angka kejadian kasus dan waktu itu dan setelah hamanya terbunuh akan
persebaran penyakit demam berdarah sangat cepat menghilang di alam (Kardinan, 2000: 4-
dipengaruhi oleh kepadatan vektor penyakit. Di 5).
Indonesia, pada tahun 2009 terdapat 158.912 Penggunaan larvasida alami memililiki
kasus dengan jumlah kematian 1.420 orang. beberapa keuntungan, antara lain degradasi
Incidence rate penyakit DBD pada tahun 2009 atau penguraian yang cepat oleh sinar matahari,
adalah 68,22 per 100.000 penduduk dan CFR udara, kelembaban, dan komponen alam
sebesar 0,89%. Angka-angka tersebut lainnya, sehingga mengurangi risiko
mengalami peningkatan dibandingkan tahun pencemaran tanah dan air. Selain itu, umumnya
2008 dengan IR sebesar 59,02 per 100.000 larvasida alami memiliki toksisitas yang rendah
penduduk dan CFR sebesar 0,86% (Depkes RI, pada mamalia karena sifat inilah yang
2009: 47). Pada tahun 2011 incidence rate menyebabkan larvasida alami memungkinkan
penyakit DBD di Jawa tengah mencapai 5,0 per untuk diterapkan pada kehidupan manusia
100.000 penduduk dengan CFR sebesar 1,15%, (Novizan, 2002 : 5). Pemilihan bahan yang akan
untuk wilayah Kota Semarang IR penyakit DBD digunakan sebagai larvasida tentunya harus
menempati urutan pertama, yaitu 29,4 per aman terhadap manusia atau pun organisme
100.000 penduduk. lain, selain itu bahan juga mudah didapatkan,
Di Indonesia, nyamuk penular demam dan diharapkan dapat memberi dampak positif
berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes pada kesehatan manusia.
albopictus, akan tetapi sampai saat ini yang Tanaman serai (Andropogon nardus)
menjadi vektor utama penyakit demam merupakan salah satu tanaman yang berpotensi
berdarah adalah nyamuk Aedes aegypti. Kedua sebagai insektisida. Batang dan daun serai
jenis nyamuk ini biasanya lebih aktif pada digunakan untuk memasak, minyak wangi,
waktu siang hari, dan lebih suka menghisap bahan pencampur jamu, dan juga dibuat minyak
darah manusia daripada darah hewan (Dantje atsiri. Pada serai (Andropogon nardus)
T, 2009: 63). terkandung senyawa sitronela yang mempunyai
Salah satu cara pengendalian vektor sifat racun, menurut cara kerjanya racun ini
demam berdarah adalah dengan menggunakan seperti racun kontak yang dapat memberikan
insektisida sintetik seperti DDT (Dichloro kematian karena kehilangan cairan secara terus
Diphenyil Trichloroethane), etilheksanol, menerus sehingga tubuh nyamuk kekurangan
temefos, dan berbagai senyawa sintetik lainnya. cairan. Ramuan serai dapat dipergunakan
Penggunaan insektisida sintesis khususnya sebagai pengusir nyamuk, dengan proses
larvasida menimbulkan beberapa efek, pembuatan yang sederhana, tidak
diantaranya adalah resistensi terhadap mengeluarkan biaya tinggi, dan alamiah. Cukup
serangga, pencemaran lingkungan, dan residu dengan diblender kemudian direndam dengan
insektisida. Untuk mengurangi efek tersebut, air selama satu malam kemudian diencerkan,
maka diupayakan penggunaan larvasida alami ekstrak serai sudah dapat digunakan sebagai
untuk mengendalikan larva Aedes Sp. Secara pengusir nyamuk (Budi Imansyah, 2003 : 19).
umum larvasida alami diartikan sebagai Berdasarkan penelitian Amalia Yusnita (2008:
pestisida yang bahan dasarnya berasal dari 34), efektifitas (nilai LC90-48 jam) ekstrak serai
tumbuhan. Larvasida alami relatif mudah trehadap larva nyamuk Anopheles aconitus
dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan adalah sebesar 12, 97 %. Berbagai penelitian
yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan telah dilakukan untuk mengetahui kandungan
alami, maka jenis insektisida ini mudah terurai larvasida dalam berbagai tanaman hingga
karena residunya mudah hilang. Larvasida ditemukan dosis kematian yang dapat

2
Ameliana Pratiwi / Unnes Journal of Public Health 3 (2) (2014)

membunuh larva. Berdasarkan hasil uji kriteria inklusi-ekslusi sebagai penjaringan


laboratorium dan kemanfaatan serai sebagai dalam memilih sampel. Kriteria inklusi pada
anti serangga di masyarakat maka peneliti penelitian ini adalah :
melakukan penelitian lanjutan dari hasil 1) Sehat jasmani dan rohani
penelitian sebelumnya yaitu dengan mengambil 2) Tidak buta warna, dibuktikan
tema larvasida dengan judul “Studi Deskriptif dengan ishihara tes card.
Penerimaan Masyarakat Terhadap Larvasida 3) Panelis mengikuti sosialisasi
Alami”. tentang larvasida alami ekstrak
serai.
METODE PENELITIAN Sedangkan kriteria eksklusi pada
penelitian ini adalah :
Jenis penelitian pada penelitian ini adalah 1) Panelis tidak bersedia mengikuti penelitian.
penelitian deskriptif kuantitatif dimana Instrumen yang digunakan dalam
penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan penelitian ini adalah panduan wawancara
penerinaan masyarakat terhadap larvasida kuesioner.
serai berdasarkan aspek tampilan (warna dan Kuesioner digunakan untuk pengambilan
bau), kemudahan penggunaan, penerapan di data presentase penerimaan masyarakat
tempat perkembangbiakan larva, dan terhadap larvasida alami. Dalam penelitian ini
ketersediaan bahan. Variabel penelitian dalam data primer dikumpulkan dari kuesioner.
penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu Dengan kuesioner penjaringan, peneliti
penerimaan masyarakat terhadap larvasida mendapat informasi mengenai pendapat
serai (Andropogon nardus) yang meliputi aspek masyarakat terhadap larvasida alami ekstrak
tampilan (warna dan bau), kemudahan serai.
penggunaan (kepraktisan), penerapan ditempat Data sekunder pada penelitian ini
perkembangbiakan nyamuk, dan ketersediaan diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Semarang
bahan/kelimpahan bahan. dan Profil Kelurahan yang dikeluarkan oleh
Sampel dalam penelitian ini diambil Kelurahan Kaliwiru untuk memperoleh data
sampel minimum yaitu 25 panelis yang berasal kependudukan.
dari warga masyarakat. Responden pada
penelitian ini diperoleh dengan teknik
purposive sampling dengan menyertakan

3
Ameliana Pratiwi / Unnes Journal of Public Health 3 (2) (2014)

Tabel 1. Prosedur Penelitian


TAHAPAN PENELITIAN RINCIAN KEGIATAN

Tahap Pra Penelitian 1. Melakukan penetapan sasaran penelitian dengan


mengumpulkan data Insidence Rate DBD dari Dinas
Kesehatan Kota Semarang.
2. Melakukan konsultasi dengan pihak kelurahan.
3. Melakukan sosialisasi dengan sasaran penelitian.
4. Melakukan pembuatan ekstrak di laboratorium.
Tahap Pelaksanaan Penelitian 1. Melakukan pengecekan persiapan instrumen penelitian
dan bahan penelitian.
2. Pelaksanaan penelitian

Tahap Analisis Data dan Melakukan analisis data dari hasil penelitian yang telah
Penyusunan Laporan dilakukan dan penyusunan laporan

Teknik ini digunakan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN


mendapatkan gambaran data penerimaan
masyarakat. Monografi Lokasi Penelitian
Rumus Analisis Deskriptif Persentase Lokasi penelitian Kelurahan Kaliwiru
adalah sebagai berikut : Kecamatan Candisari Kota Semarang. Sebelah
DP % = X 100% utara wilayah kelurahan Kaliwiru berbatasan
Keterangan : dengan Kelurahan Wonotingal, sebelah selatan
DP : Deskriptif Presentase berbatasan dengan Kelurahan Jatingaleh,
n : Nilai atau hasil yang diperoleh sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan
N : Jumlah seluruh nilai maksimum Karanganyar Gunung, sedangkan sebelah barat
berbatasan dengan Kelurahan Karangrejo.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kelurahan Kaliwiru
Jenis Jumlah Orang Presentase Jenis Kelamin
Kelamin
Laki-laki 1909 48,6% Laki-laki
Perempuan 2014 51,3% Perempuan
Jumlah 3923 100% Jumlah

Berdasarkan tabel dan grafik tersebut dalam kriteria tersebut. Umur responden lebih
komposisi penduduk di Lokasi penelitian, yaitu beragam, berkisar antara 20-47 tahun, yang
Kelurahan Kaliwiru 51,3% (2014 orang) lebih banyak mengikuti penelitian adalah
adalah perempuan yaitu sebanyak 2014 responden dengan umur 26-30 tahun. Tingkat
penduduk, sedangkan 48,6 % (1909 orang) pendidikan responden dalam penelitian ini juga
adalah laki-laki dengan jumlah 1909. Total beragam, 11 lulusan SMP, 11 lulusan SMA, 3
penduduk kelurahan Kaliwiru 3923 penduduk. lulusan Perguruan Tinggi dan 1 responden
Responden dari penelitian berasal dari ibu-ibu berpendidikan terakhir SD.
warga Kelurahan Kaliwiru yang berdomisili
tetap di kelurahan Kaliwiru. Dari kriteria
tersebut, diperoleh 25 responden yang masuk

4
Ameliana Pratiwi / Unnes Journal of Public Health 3 (2) (2014)

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


Umur Jumlah Presentase
Responden

20-25 5 20%
26-30 9 36%
31-35 6 24%
36-40 3 12%
41-45 1 4%
46-50 1 4%

Jumlah 25 100%

Dari tabel tersebut tersebut, dapat terdapat pada kelas ke-5 dan kelas ke-6, rentan
diketahui bahwa jumlah responden terbesar usia 41-45 dan 45-50 tahun.
terdapat pada data kelas ke-2 yaitu rentang 26-
30 tahun. Sedangkan responden paling sedikit Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan

Tabel 4. Karaketristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tingkat Jumlah Presentase
Pendidikan Responden
12%
PT 3
42%
SMA 11
42%
SMP 11
4%
SD 1

Jumlah 25 100%

Tingkat pendidikan responden perguruan tinggi 12% (3 responden) dan SD


berdasarkan tabel dan grafik tersebut paling sebanyak 4% (1 responden).
banyak adalah SMA dan SMP yaitu masing-
masing 42 % (11 responden) sedangkan Analisis Deskriptif Presentase

Tabel 5. Penerimaan Responden terhadap Warna Larvasida Serai


Penilaian Warna
Setuju 68% (17 orang)
Tidak Setuju 32% (8 orang )
Total 100% (25 orang)

5
Ameliana Pratiwi / Unnes Journal of Public Health 3 (2) (2014)

Penilaian responden terhadap warna Sedangkan sebanyak 32% (8 orang) tidak


larvasida berdasarkan hasil dari kuesioner setuju, dan tidak tertarik pada warna dari
tampilan warna menunjukkan bahwa sebanyak larvasida serai tersebut.
68% (17 Orang) setuju bahwa larvasida serai
memiliki wana yang jernih dan menarik.

Tabel 6. Penilaian Responden terhadap Bau Larvasida Serai


Penilaian Bau
Setuju 56% (14 orang)
Tidak Setuju 44% (11orang )
Total 100% (25 orang)

Penilaian bau larvasida seraidari 25 larvasida serai harum dan tidak menyengat,
responden menunjukkan bahwa 56% (14 sehingga responden tertarik untuk
orang) responden menyetujui bahwa bau menggunakkannya lebih lanjut.

Tabel 7. Penilaian Responden terhadap Kemudahan Penggunaan Larvasida Serai


Penilaian Bau
Setuju 40% (10 orang)
Tidak Setuju 60% (15orang )
Total 100% (25 orang)

Penilaian responden terhadap tingkat menganggap bahwa larvasida serai dalam


kemudahan penggunaan larvasida serai ini bentuk cair ini kurang efisien digunakan.
menunjukkan bahwa 60% (15) responden

Tabel 8. Penilaian Responden terhadap Penerapan Larvasida Serai di Tepmat Perkembangbiakan


Nyamuk
Penilaian Bau
Setuju 28% (7 orang)
Tidak Setuju 72% (18orang )
Total 100% (25 orang)

Sebanyak 72% (18 orang) responden tempat penmpungan air, sedangakan 28 % (7


tidak mau menggunakan larvasdia serai di orang) menyatakan setuju.

Tabel 9. Penilaian Responden terhadap Ketersediaan Bahan Larvasida Serai


Penilaian Bau
Setuju 64% (16 orang)
Tidak Setuju 36% (9orang )
Total 100% (25 orang)

6
Ameliana Pratiwi / Unnes Journal of Public Health 3 (2) (2014)

Berdasarkan grafik diatas, diketahui memiliki bau yang harum mirip bunga lili dan
bahwa 64% (16 orang) responden menyatakan harganya sangat mahal, digunakan sebagai
setuju bahwa bahan serai mudah didapat di komponen parfum( Hardjono Sasrohamidjojo,
lingkungan tempat tinggal, sedangkan 36% (9 2002 dalam Sri W, 2005 : 30).
orang) menyatakan bahwa serai susah Sedangkan Maramis (1999) dalam
diperoleh. Sunaryo (2004: 93) mendefinisikan persepsi
sebagai daya mengenal barang, kualitas atau
Penerimaan Masyarakat Terhadap Larvasida hubungan, dan perbedaan antara hal ini melalui
Alami proses mengamati, mengetahui, atau
Uji penerimaan menyangkut penilaian mengartikan setelah pancainderanya mendapat
seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu rangsang. Sehingga uji penerimaan dari
bahan yang menyebabkan orang menyenangi. larvasida alami ekstrak serai diawali dengan
Pada uji penerimaan panelis mengemukakan mengenali larvasida tersebut, dengan
tanggapan pribadi, yaitu kesan yang pengamatan secara indrawi yaitu menggunakan
berhubungan dengan kesukaan atau tanggapan alat indra. Setelah indra mendapat rangsang,
senang atau tidaknya terhadap sifat sensorik maka responden baru dapat
atau kualitas yang dinilai (Soekarto, 1990:77). menginterpretasikan persepsi tentang rangsang
Hasil dari pengujian persepsi responden yang diterima dengan sebuah psroses yang
terhadap kesukaan pada warna dan bau disebut penilaian bahan. Persepsi masyarakat
larvasida menunjukkan bahwa responden tentang larvasida dimulai dengan pengenalan
menyukai secara indrawi warna dan bau dari melalui tahap sosialisasi. Pada tahap sosialisasi
larvasida serai yang berbahan aktif sitronella responden mulai memperhatikan keberadaan
ini, 68% menyukai tampilan warnanya dan 56% dari larvasida serai yang selama ini belum di
menyukai aromanya. Sitronelal yang ada dalam kenal. Sejumlah faktor beroperasi untuk
serai dan mengalami proses kimia mempunyai membentuk dan terkadang merubah persepsi,
banyak kegunaan, yaitu : dalam diri objek atau target yang diartikan, atau
Sitronelal oleh pengaruh asam dapat dalam konteks situasi dimana persepsi tersebut
diubah menjadi isopulegol dan bila kemudian dibuat. Ketika seorang individu melihat sebuah
isopulegol kemudian dihidrogenasi dapat target an berusaha untuk menginterpretasikan
diperoleh mentol. Mentol digunakan untuk apa yang ia lihat, interpretasi itu sangat
obat-obatan, dapat ditambahkan pada pasta dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari
gigi, makanan dan minuman. pembuat persepsi individual tersebut.
Sitronelal bila direduksi dapat diubah Karakteristik pribadi yang mempengaruhi
menjdi sitronelol. Sitronelol memiliki bau persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif,
seperti bunga mawar dan dapat digunakan minat, pengalaman masa lalu, dan harapan-
sebagai komponen parfum dan merupakan harapan seseorang. Karakteristik target yang
saalh satu pewangi yang mahal. diobservasi bisa mempengaruhi apa yang
Sitronelal bila direaksikan pereaksi diartikan, hubungan sebuah target dengan latar
Grignard akan dieroleh suatu turunan alcohol belakangnya juga mempengaruhi persepsi.
yang disebut alkil sitronelol yang brujud cairan Penggunaan larvasida berbahan alami
yang memiliki bau yang sangat harum dan belum banyak oleh masyarakat secara luas.
digunakan secara luas dalam parfum dan Pengguanaan larvasida dalam bentuk cair
kosmetika. memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan.
Sitronelol dapat diubah menjadi senyawa Hasil ekstraksi serai yangberbentuk cair bening
hidroksi sitronelal yang sering disebut king of memberi kesan segar pada responden, namun
parfume. Senyawa hidroksi sitronelal manjadi tidak efisien ketika penggunaannya
merupakan cairan yang berwarna kekuningan karena sifat dari zat cair itu sendiri adalah

7
Ameliana Pratiwi / Unnes Journal of Public Health 3 (2) (2014)

mudah terlarut. Mudah tumpah dan juga digunakan untuk memasak. Hal tersebut karena
responden kurang menyukai karena kurang serai merupakan tumbuhan herba menahun
praktis, hal tersebut dapat terlihat dari hasil yang dapat berkembangbiak mudah dengan
penilaian dimana hanya 40% responden yang pemisahan tunas atau anakan, serai juga dapat
setuju menggunaakan sediaan dalam bentuk tumbuh pada lahan kurang subur bhakan
cair, dan menganggapnya praktis. Sedangkan tandus karena serai memiliki kemampuan
60% menganggap bahwa sediaan dalam bentuk adaptasi yang baik di lingkungannya (Kardinan,
cair kurang efisien digunakan. Masyarakat lebih 2003 :11) Batang serai yang tidak berkayu
mengharapkan adanya bentuk larvasida alami banyak dimanfaatkan untuk bumbu masakan.
yang dapat digunakan secara langsung dan Adapun kelemahan dan hambatan yang
bentuk yang lebih prkatis misalnya serbuk dihadapi peneliti dalam melakukan penelitian
larvasida yang berbau harum dan efektif ini adalah keterbatasan jumlah ekstrak yang
membunuh larva nyamuk di dalam bak mandi dibutuhkan, hal tersebut diatasi dengan
dan tempat penampungan air. merotasi responden sehingga satu sampel
Dari hasil penilaian terhadap penerapan ekstrak dapat digunakan oleh beebrapa
di tempat perkembangbiakan nyamuk, daalm responden, selain itu peneliti juga melewatkan
hal ini larvasida serai yang dipalikasikan pada satu tahap penelitian, yaitu pengujian skala
bak mandi responden kurang dapat kecil larvasida di lapangan sebelum dilakukan
menerimanya dengan berbagai alasan. uji penerimaan di masyarakat, sehingga peneliti
Sebanyak 72% responden tidak bersedia belum menemukan dosis penerapan di
menerapkannya di tempat penampungan air, lapangan secara tepat, dan hanya
terutama di bak mandi dan penampungan air menggunakkan hasil penelitian laboratorium
minum/masak. Hal tersebut dikarenakan air saja.
yang sudah terkena ekstrak serai tidak lagi
jernih, berbau, sehingga responden SIMPULAN
menganggap air tersebut tidak layak untuk
dikonsumsi, dan tidak tergolong air bersih. Dari Ekstrak serai memiliki berpotensi
hasil analisis diskusi dengan responden, untuk diterima di masyrakat sebagai larvasida,
sebagian dari mereka menganggap bahwa karena memiliki bau yang disukai oleh
penerapan larvasida dalam bak mandi masih masyarakat dan ketersediaan bahan yang cukup
dapat ditoleransi jika larvasida tersebut tidak melimpah di alam. Namun beberapa hal yang
menimbulkan perubahan warna dan perubahan menghalangi persespi masyrakat untuk
bau pada air, ketidaksukaan masyarakat pada menerima ekstrak serai sebagai larvasida
penerapan larvasida di dalam bak mandi adalah karena proses penggunaannya berkatan
seperti penerapan abate (temephos) yang dengan penggunaan air bersih untuk keperluan
sebelumnya pernah dilakukan hanya bertahan sehari-hari. Sehingga mengurangi minat
beberapa waktu saja, setelah itu mereka lebih masyarakat dan lebih cenderung untuk lebih
memilih menguras bak mandi daripada harus memilih menguras bak mandi daripada
menaburkan sesuatu ke dalam air. menggunakan larvasida.
Dari hasil penilaian sebanyak 64%
responden menyatakan setuju bahwa bahan DAFTAR PUSTAKA
serai mudah didapat di lingkungan tempat
tinggal tanaman serai juga dapat tumbuh Agus Kardinan, 2002, Tanaman Pengusir dan
sepanjang tahun, tidak membutuhkan Pembasmi Nyamuk, Jakarta : Agro Media
pemupukan intensif dalam penanamnnya Pustaka.
____________, 2000. Pestisida Nabati : Ramuan dan
sehingga dapat dikembangbiakan dengan
Aplikasi, Jakarta : Penebar Swadaya.
mudah. Batang dan daun serai banyak

8
Ameliana Pratiwi / Unnes Journal of Public Health 3 (2) (2014)

Bayu Raharjo,2006. Uji Kerentanan (Susceptibility Harborne JB, 1997, Metode Fitokimia : Penuntun
Test) Nyamuk Aedes aegypti (linnaeus) dari Cara Modern Menganalisa Tumbuhan,
Surabaya, Palembang dan Beberapa Wilayah Bandung : ITB Press.
di Bandung terhadap Larvasida Temephos Hieranymus B S, 1992, Sereh Wangi Bertanam dan
(Abate 1SG), http://digilib.bi.itb.ac.id/go. Penyulingan, Yogyakarta : Kanisius.
php?id=jbptitbbi-gdl-s1-2006-bayurarj-1539, Howard C Ansel, 1999, Pengantar Bentuk Sediaan
diakses 24 Februari 2012, 09:00 am. Farmasi, Jakarta : UI Press.
Amalia Yusnita, 2008, Uji Efektifitas Ekstrak Serai Imansyah B, 2003. Ekstrak Serai Pengusir Nyamuk
Terhadap Larva Nyamuk Anopheles Aconitis Alamiah. Jakarta : Agro Media Pustaka.
Donitz, Skripsi : Universitas Negeri Semarang. Iid Itsna A, 2007, Ekstrak Daun Srikaya (Anonna
Bambang K, 1988, Pedoman Uji Indrawi Bahan Squamosa L), Daun Sirsak (Anonna Muricuta
Pangan, Yogyakarta : PAU UGM. L), Dan Daun Cengkeh (Syzgium Aromaticum)
Bhisma Murti, 2008, Prinsip dan Metode Riset Sebagai Bahan Pengawet Alami Anti Rayap.
Epidemiologi, Yogyakarta: Gajah Mada Skripsi : Institut Pertanian Bogor.
University Press. Junaedi Radi, 2000 , Sirsak Budidaya dan
Dantje T. Sembel, 2009, Entomologi Kedokteran, Pemanfaatannya, Yogyakarta : Kanisius.
Yogyakarta: CV. Andi Offset. Kusmajadi Suradi, 1999, Tingkat Kesukaan Bakso
Dewi Susanna Dkk, 2003, Potensi Daun Pandan Dari Berbagai Jenis Daging Melalui Beberapa
Wangi untuk Membunuh Larva Aedes aegypti, Pendekatan Statistik, Jurnal Vol. 1999.
Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Lela Lailatu K, 2010, Efektivitas Biolarvasida Ekstrak
Universitas Indonesia Vol 2 No. 2, Agustus Etanol Limbah Penyulingan Minyak Akar
2003 hal, 223-228. Wangi (Vetiveria zizanoides)terhadap Larva
Departemen Kesehatan, 2000, Inventaris Tanaman Nyamuk Aedes aegypti, Culex sp., dan
Obat Indonesia (Jilid 1), Jakarta: Departemen Anopheles sundaicus, Volume I, No 1, April
Kesehatan Republik Indonesia. 2010, hlm. 59-65.
Didik Gunawan & Sri Mulyani, 2008, Ilmu Obat Alam Muhamad Sopiyudin Dahlan, 2008, Statistik untuk
(Farmakognosi), Jakarta: Penebar Swadaya. Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta: Salemba
Dinas Perkebunan Jateng, Petunjuk Teknis Medika.
Pembuatan Pestisida Nabati. Semarang: Dinas Novizan, 2002, Membuat Dan Memanfaatkan
Perkebunan Propinsi Jateng. Pestisida Ramah Lingkungan. Jakarta : Agro
Dinas perkebunan propinsi JatenG, 2001, Petunjuk Media Pustaka.
teknis pengembagan tanaman pestisida Soekidjo Notoatmojo, 2005, Metodologi Penelitian
nabati, Balai Perlindungan Tanaman Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Perkebunan. Sunaryo, 2004, Psikologi Untuk Keperawtan, Jakarta:
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, EGC.
2003, Menguji Kesukaan Secara Organoleptik: Sofia Lenny, 2006, Isolasi dan Uji Bioaktifitas
Depdiknas. Kandungan Kimia Utama Puding Merah
Evi Naria, 2005, Insektisida Nabati Untuk Rumah dengan Metoda Uji Brine Shrimp,
Tangga, Departemen Kesehatan Lingkungan http://repository.usu.ac.id/
FKM USU. bitstream/123456789/1844/3/06000441.pd
Gembong Tjitrosoepomo, 2004, Taksonomi f.txt, diakses 2 Februari 2012, 08:00 pm.
Tumbuhan (Spermatophyta), Jogyakarta : Sri Wahyuni, 2005, Daya Bunuh Ekstrak Serai
Gadjah Mada University Press. (Andropogon nardus) terhadap Nyamuk
, 2005, Taksonomi Tumbuhan Aedes aegypti, Skripsi : Universitas Negeri
(Schizophyta, Tallophyta, Bryophyta, Semarang.
Pteridophyta), Jogyakarta :Gajah Mada Sugeng Jawono, 1992, Daya Insektisidal Daun dan Biji
University Press. Anonna muricita Linn. Terhadap Larva
Hardiansyah, 2000 Pengendalian Mutu dan Nyamuk di Laboratorium, Jurnal Fakultas
Keaamanan Pangan, eprgizi pangan, PAPTI, Kedokteran Universitas Gajah Mada, Vol 24
PDGMI, Persagi, proyek CHN 111, komponen No. 3 September 1993.
dikti, Jakarta. Suharismi Arikunto, 2006, Prosedeur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka
Cipta.

9
Ameliana Pratiwi / Unnes Journal of Public Health 3 (2) (2014)

Trevor Robinson, 1995, Kandungan Organik


Tumbuhan Tingkat Tinggi, Bandung: Penerbit
ITB.
Winiati Pudji R, 1998, Penuntun Praktikum Penilaian
Organolaptik, Fakultas Teknologi Pangan dan
Gizi: ITB.
Yanur S Dkk, 2007, Serai (Andropogon nardus)
sebagai Insektisida Pembasmi Aedes aegypti
semua stadium, PKM Universitas
Muhammadiyah Malang.

10

Anda mungkin juga menyukai