Anda di halaman 1dari 14

RMK V

AKUNTANSI KEBERLANJUTAN
PANDUAN PENGUNGKAPAN CSR MENURUT ISO 26000, SA 8000 DAN OECD

Dosen Pengampu: Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, S.E., M.Si

OLEH:
KELOMPOK 5
Putu Guri Nitara 1807531166
I Gusti Putu Mardita Wijaya 1807531174
Ni Wayan Febrianti Risma Dewi 1807531176

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020/2021
A. PANDUAN PENGUNGKAPAN CSR MENURUT ISO 26000
ISO 26000 - Guidance on social responsibility merupakan suatu pedoman yang dikeluarkan
oleh International Organization for Standardization (ISO) pada 1 November 2010. ISO 26000
menyediakan standar pedoman yang bersifat sukarela mengenai tanggung tanggung jawab sosial
suatu institusi yang mencakup semua sektor badan publik ataupun badan privat baik di negara
berkembang maupun negara maju. Ada 7 subjek inti yang dibahas di dalam ISO 26000, yaitu:
1. Tata kelola organisasi ( organizational governance)
Tata kelola organisasi adalah sistem yang dibuat dan dijalankan oleh sebuah organisasi
dalam mencapai tujuannya. Prinsip Spesifik dan isu pada subjek ini antara lain
akuntabilitas, transparansi, perilaku etis, penghormatan pada kepentingan stakeholder dan
kepatuhan pada hukum harus dimasukkan ke dalam pengambilan keputusan.
2. Pelibatan dan Pengembangan Masyarakat (community invovement and development)
Prinsip spesifik: perusahaan adalah bagian tak terpisahkan dari komunitas; komunitas
berhak mengambil keputusan sendiri terkait komunitasnya; menghargai karakteristik
komunitas; kerja sama.
Isu-isunya meliputi:
a. Pelibatan masyarakat
b. Pendidikan dan kebudayaan
c. Penciptaan lapangan kerja dan pengembangan keterampilan
d. Pengembangan dan akses atas teknologi
e. Kemakmuran dan penciptaan pendapatan
f. Kesehatan
g. Investasi sosial.
3. Isu-Isu Konsumen (consumer issue)
Prinsip spesifik: terpenuhinya kebutuhan dasar, standar hidup layak, produk dan jasa
esensial, keselamatan, informasi; menentukan pilihan; didengarkan; kompensasi kerugian;
edukasi; lingkungan yang sehat; privasi; prinsip kehati-hatian.
Isu-isunya meliputi :
a. Perlindungan kesehatan dan keselamatan konsumen
b. Konsumsi berkelanjutan
c. Layanan

2
d. Dukungan serta penyelesaian keluhan dan perselisihan konsumen
e. Perlindungan data dan privasi konsumen
f. Akses ke pelayanan dasar
g. Pendidikan dan kesadaran
4. Praktik Bisnis yang Fair (fair operating procedures), meliputi :
Prinsip spesifik adalah perilaku yang etis, isu-isunya meliputi :
a. Anti korupsi
b. Keterlibatan yang bertanggungjawab dalam urusan politik
c. Kompetisi yang adil
d. Promosi tanggung jawab sosial dalam value chain
e. Penghormatan terhadap hak cipta
5. Lingkungan (the environment)
Prinsip spesifik: prinsip tanggung jawab lingkungan; prinsip kehati-hatian; manajemen
risiko lingkungan; pencemar membayar. Dampak keputusan dan kegiatan perusahaan
terhadap lingkungan dibagi atas isu-isu sebagai berikut :
a. Pencegahan pencemaran
b. Penggunaan sumber daya yang berkelanjutan
c. Mitigasi dan adaptasi pada perubahan iklim
d. Proteksi lingkungan dan keragaman hayati dan restorasi habitat
6. Praktik Ketenagakerjaan (labour practices)
Prinsip spesifik: pekerja bukanlah komoditas (sebaiknya tidak diperlakukan sebagai faktor
produksi); berhak mendapat nafkah dari pekerjaan yang dipilihnya;, berhak atas kondisi
kerja yang adil dan baik. Isu-isunya dalah :
a. Kerja dan hubungan ketenagakerjaan
b. Kondisi kerja dan jaminan social
c. Dialog ketenagakerjaan
d. Kesehatan dan keselamatan kerja
e. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan pelatihan
7. Hak Asasi Manusia (humon rights), dibagi atas :

3
Prinsip spesifik: HAM adalah hak yang melekat, tidak dapat dicabut, universal, tak
terpisahkan dan saling bergantung, yang terkait dengan Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Isu-isunya adalah sebagai berikut :
a. Penelitian mendalam (due diligence)
b. Kondisi yang menimbulkan resiko hak asasi manusia
c. Penghindaran pelanggaran
d. Penyelesaian keluhan
e. Diskriminasi dan kelompok-kelompok rentan
f. Hak-hak sipil dan politik
g. Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya
h. Hak-hak fundamental ketenagakerjaan

Berdasarkan konsep ISO 26000, penerapan sosial responsibility hendaknya terintegrasi di


seluruh aktivitas organisasi yang mencakup 7 isu pokok diatas. Dengan demikian jika suatu
perusahaan hanya memperhatikan isu tertentu saja, misalnya suatu perusahaan sangat peduli
terhadap isu lingkungan, namun perusahaan tersebut masih mengiklankan penerimaan pegawai
dengan menyebutkan secara khusus kebutuhan pegawai sesuai dengan gender tertentu, maka
sesuai dengan konsep ISO 26000 perusahaan tersebut sesungguhnya belum melaksanakan
tanggung jawab sosialnya secara utuh. Contoh lain, misalnya suatu perusahaan memberikan
kepedulian terhadap pemasok perusahaan yang tergolong industri kecil dengan mengeluarkan
kebijakan pembayaran transaksi yang lebih cepat kepada pemasok UKM. Secara logika produk
atau jasa tertentu yang dihasilkan UKM pada skala ekonomi tertentu akan lebih efisien jika
dilaksanakan oleh UKM. Namun UKM biasanya tidak memiliki arus kas yang kuat dan jaminan
yang memadai dalam melakukan pinjaman ke bank, sehingga jika perusahaan membantu pemasok
UKM tersebut, maka bisa dikatakan perusahaan tersebut telah melaksanakan bagian dari tanggung
jawab sosialnya. Prinsip-prinsip dasar tanggung jawab sosial yang menjadi dasar bagi pelaksanaan
yang menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan tanggung jawab
sosial menurut ISO 26000 meliputi:
a. Kepatuhan kepada hukum
b. Menghormati instrumen/badan-badan internasional
c. Menghormati stakeholders dan kepentingannya
d. Akuntabilitas

4
e. Transparansi
f. Perilaku yang beretika
g. Melakukan tindakan pencegahan
h. Menghormati dasar-dasar hak asasi manusia

B. PANDUAN PENGUNGKAPAN CSR MENURUT SA 8000


SA 8000 adalah sebuah program sertifikasi swasta sukarela yang telah disusun oleh
organisasi non pemerintah Social Accountability International (SAI) yang bertujuan untuk
menciptakan kondisi kerja yang lebih baik. SA8000 menyederhanakan kompleksitas di dalam
industri dan perusahaan untuk menciptakan bahasa dan standar umum dalam mengukur kepatuhan
sosial. SA8000 merupakan sistem yang sangat berguna untuk mengukur, membandingkan, dan
memverifikasi pertanggungjawaban sosial di tempat kerja, karena dapat diterapkan di seluruh
dunia ke dalam perusahaan manapun dalam industri apa pun. SA 8000 menentukan standar
minimum yang harus dipenuhi berkaitan dengan kondisi kerja guna menjamin lingkungan
kerja yang aman dan sehat, kebebasan berserikat dan mengadakan perjanjian kerja kolektif
dan strategi perusahaan guna mengatur berbagai permasalahan sosial yang terjadi di tempat kerja.
Juga terdapat berbagai peraturan mengenai jam kerja, upah, pencegahan diskriminasi, dan
penggunaan pekerja anak atau kerja paksa.

Standar SA8000 didasarkan pada standar pekerjaan layak yang diakui secara internasional,
termasuk Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, konvensi ILO, dan hukum nasional. SA8000
menerapkan pendekatan sistem manajemen untuk kinerja sosial dan menekankan peningkatan
berkelanjutan. Elemen-elemen dari SA8000 mencakup:
a. Pekerja anak
b. Kerja paksa atau wajib
c. Kesehatan dan keselamatan
d. Kebebasan berserikat dan hak untuk perundingan bersama
e. Diskriminasi
f. Praktik disiplin
g. Jam kerja
h. Remunerasi
i. Sistem manajemen

5
SA8000 meningkatkan standar untuk pekerja dan bisnis. Sistem manajemen, keterlibatan
pekerja, budaya peningkatan berkelanjutan, dan elemen SA8000 lainnya tidak hanya mengarah
pada kondisi kerja dan kesejahteraan pekerja yang lebih baik, tetapi juga memiliki manfaat untuk
produktivitas, hubungan pemangku kepentingan, akses pasar, dan banyak lagi.
a. Manfaat bagi Pengusaha/Perusahaan
Organisasi bersertifikasi SA8000 mengalami berbagai dampak bisnis yang positif, termasuk:
1) Hubungan yang lebih baik dengan pekerja, pelanggan, dan pemangku kepentingan
eksternal
2) Sistem manajemen yang lebih efektif yang meningkatkan alur kerja di seluruh organisasi,
yang menghasilkan:
- Peningkatan kualitas dan produktivitas
- Deteksi bahaya dan risiko yang lebih baik
- Peningkatan kontrol rantai pasokan
- Retensi karyawan yang lebih tinggi
3) Reputasi yang ditingkatkan, daya tarik bagi pembeli global, dan status preferensial dalam
tender pemerintah
b. Manfaat bagi Pekerja
Untuk mencapai sertifikasi SA8000, organisasi harus menunjukkan bahwa mereka
memenuhi standar untuk keselamatan dan kesejahteraan pekerja. Manfaat bagi karyawan yang
bekerja di organisasi bersertifikasi SA8000 meliputi:
1) Tempat kerja yang aman dan kondisi kerja yang sehat
2) Upah hidup layak
3) Meningkatnya kesadaran akan hak dan kesempatan untuk berorganisasi
4) Hubungan yang lebih baik dengan manajemen dan lebih banyak masukan dalam
pengambilan keputusan di tempat kerja

Secara umum, manfaat diterapkannya SA 8000:


a. Mewujudkan kondisi lingkungan kerja yang sehat, aman dan sesuai dengan
perikemanusiaan berdasarkan pada norma-norma sosial.
b. Komitmen terhadap standar-standar sosial dan etika akan membantu perusahaan untuk
menarik tenaga kerja yang terlatih dan terampil serta dapat mempertahankan para pekerja.

6
c. Komitmen perusahaan untuk kesejahteraan karyawan akan meningkatkan loyalitas dan
komitmen terhadap perusahaan. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan produktivitas
organisasi, tetapi akan memudahkan perusahaan untuk mendapatkan keunggulan
kompetitif, menarik pelanggan baru dan memasuki pasar yang baru. Juga menjadikan
hubungan pelanggan yang lebih baik dalam jangka panjang.
d. Menerapkan standar akan menyebabkan keyakinan lebih besar bahwa produk dan jasa yang
dihasilkan dari sebuah lingkungan kerja yang adil dan aman. Persyaratan peningkatan yang
berkelanjutan, kebutuhan audit reguler pihak ketiga dan sertifikasi adalah dasar untuk
meningkatkan reputasi perusahaan dan citra perusahaan yang lebih baik.

C. PANDUAN PENGUNGKAPAN CSR MENURUT OECD


Organization of Economic Co-operation and Development (OECD) adalah organisasi
internasional di mana pemerintah bekerja sama untuk menemukan solusi bagi tantangan umum,
mengembangkan standar global, berbagi pengalaman, dan mengidentifikasi praktik terbaik
untuk mempromosikan kebijakan yang lebih baik untuk kehidupan yang lebih baik. Misi
Organization of Economic Cooperation and Development (OECD) adalah untuk
mempromosikan kebijakan yang akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial
masyarakat di seluruh dunia. OECD menyediakan forum di mana pemerintah dapat bekerja
sama untuk berbagi pengalaman dan mencari solusi untuk masalah umum. OECD bekerja
dengan pemerintah untuk memahami apa yang mendorong perubahan ekonomi, sosial, dan
lingkungan. OECD secara teratur meninjau alat, analisis kebijakan, dan standarnya untuk
memastikan bahwa mereka sesuai dengan tujuan dan menjaga relevansi serta dampaknya.
Dengan mengumpulkan Negara-negara dan para pakar, mendorong dialog teknis, dan berbagi
keahlian dalam masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan, OECD membantu mengidentifikasi
solusi kebijakan yang inovatif dan efektif dengan cara:

1. Menginformasikan dan Memberi Nas ehat Melalui Pengetahuan dan Bukti


a. OECD memantau tren, mengumpulkan data, menganalisis dan memperkirakan
perkembangan ekonomi, dan menyelidiki pola yang berkembang di berbagai bidang
kebijakan publik.
b. OECD adalah salah satu sumber data statistik, ekonomi dan sosial yang terpercaya dan
terbesar di dunia.

7
c. OECD menginformasikan pengambilan keputusan tentang kebijakan dan penetapan
standar yang lebih baik melalui pengetahuan dan bukti.
d. OECD menyediakan data dasar teratur pada wilayah yang lebih luas. Contohnya
termasuk: akun nasional triwulanan dan tahunan, statistik bisnis, harga konsumen,
produktivitas, statistik perdagangan, dll.
e. Strategi Data Cerdas OECD mengejar pengembangan kemampuan teknis, organisasi,
hukum dan manusia, bekerja sama erat dengan negara-negara anggota OECD dan
ekosistem data yang lebih luas, untuk memenuhi permintaan kebijakan dengan inovasi
data.

2. Terlibat dan Mempengaruhi Dalam Pengaturan Multilateral


a. OECD mendukung G20 / G7
Dengan analisis, keahlian dan standar untuk mencapai tujuan pertumbuhan yang kuat,
berkelanjutan, dan inklusif, serta untuk menyamakan bidang permainan ekonomi global.
b. Kolaborasi OECD dengan PBB dan Forum Global
Sebagai Pengamat di Sidang Umum PBB dan Dewan Ekonomi dan Sosial, OECD
berkontribusi pada pekerjaan badan-badan PBB pada isu-isu seperti pembangunan
berkelanjutan, lingkungan, gender, statistik, dan urusan sosial. OECD juga
mempromosikan kerjasama multilateral yang efektif dan kuat, bermitra dengan
Organisasi dan forum Internasional lainnya, serta aktor regional, dalam isu-isu seperti
SDGs, iklim, keadilan pekerja, gender dan south-south co-operation.
c. OECD Global Leaders Program
Sebuah platform untuk ide dan proyek Pemimpin Global. Sejak 2007, OECD telah
menerima kunjungan lebih dari 160 Kepala Negara dan Pemerintahan.

3. Menetapkan Standar dan Memberikan Dukungan Kebijakan


a. Standar OECD dikembangkan oleh komite ahli yang dikembangkan melalui proses
berbasis bukti yang ketat yang dibangun di atas kebijakan dan praktik terbaik dan
melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
b. Standar OECD membantu menyamakan kedudukan global, memperdalam kerja sama
teknis internasional, dan menerapkan tujuan kebijakan bersama untuk meningkatkan

8
kesejahteraan warga negara. Standar menciptakan penghematan efisiensi bagi
pemerintah dan memastikan bahwa kebijakan menguntungkan warga negara.
c. Standar OECD benar-benar memiliki jangkauan global. Misalnya, Forum Global tentang
Transparansi dan Pertukaran Informasi untuk Keperluan Pajak memiliki 161 anggota
(termasuk 88 negara berkembang) yang bekerja sama dalam menerapkan standar
transparansi pajak.
d. Berdasarkan standar dan analisis berbasis bukti, OECD mendukung masing-masing
negara dalam tujuan reformasi kebijakan mereka.

Panduan Pengungkapan OECD untuk Perusahaan Multinasional


1. Perusahaan harus memastikan bahwa informasi diungkapkan tepat waktu dan akurat
tentang semua hal material mengenai aktivitas, struktur, situasi keuangan, kinerja,
kepemilikan, dan tata kelola mereka. Informasi ini harus diungkapkan untuk perusahaan
secara keseluruhan, dan, jika sesuai, di sepanjang garis bisnis atau wilayah geografis.
Kebijakan pengungkapan perusahaan harus disesuaikan dengan sifat, ukuran dan lokasi
perusahaan, dengan memperhatikan biaya, kerahasiaan bisnis dan masalah persaingan
lainnya.
2. Kebijakan pengungkapan perusahaan harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada,
informasi material tentang:
a. Hasil keuangan dan operasi perusahaan
b. Tujuan perusahaan
c. Kepemilikan saham utama dan hak suara, termasuk struktur grup perusahaan dan
hubungan intra-grup, serta mekanisme peningkatan control
d. Kebijakan remunerasi untuk anggota dewan dan eksekutif kunci, dan informasi
tentang anggota dewan, termasuk kualifikasi, proses seleksi, jabatan direktur
perusahaan lainnya dan apakah setiap anggota dewan dianggap independen oleh
dewan
e. Transaksi pihak terkait
f. Faktor risiko yang dapat diperkirakan
g. Masalah terkait pekerja dan pemangku kepentingan lainnya;
h. Struktur dan kebijakan tata kelola perusahaan serta proses implementasinya.

9
3. Perusahaan didorong untuk mengkomunikasikan informasi tambahan yang dapat
mencakup:
a. Pernyataan nilai atau pernyataan perilaku bisnis yang dimaksudkan untuk
pengungkapan publik termasuk, tergantung pada relevansinya dengan aktivitas
perusahaan, informasi tentang kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan hal-hal
yang tercakup dalam Panduan
b. kebijakan dan kode etik lain yang diikuti perusahaan, tanggal penerapannya, dan
negara serta entitas yang menerapkan pernyataan tersebut
c. Informasi tentang audit internal, manajemen risiko dan sistem kepatuhan hukum
d. Informasi tentang hubungan dengan pekerja dan pemangku kepentingan lainnya.
4. Perusahaan harus menerapkan standar kualitas tinggi untuk akuntansi, dan
pengungkapan keuangan serta non-keuangan, termasuk pelaporan lingkungan dan sosial
jika ada. Standar atau kebijakan di mana informasi dikumpulkan dan dipublikas ikan
harus dilaporkan. Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor yang independen,
kompeten dan berkualitas untuk memberikan jaminan eksternal dan obyektif kepada
dewan dan pemegang saham bahwa laporan keuangan secara wajar mewakili posisi
keuangan dan kinerja perusahaan dalam semua hal yang material.

D. HUBUNGAN PANDUAN ISO 26000 DAN OECD


OECD dan ISO menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pada tahun
2008 “selama pengembangan dan promosi Standar Internasional tentang tanggung jawab sosial
dan tinjauan berkala Standar Internasional”. MoU ini juga menyatakan bahwa “OECD dan ISO
akan mengatur pertukaran informasi, publikasi dan dokumen”. Sejalan dengan MoU ini, adalah
ambisi dari Organisasi Publikasi ISO 26000 untuk mendorong OECD dan ISO untuk
mengembangkan dokumen tautan ini lebih jauh dan terus menginspirasi para praktisi.

Perbandingan dan Persamaan ISO 26000 dan OECD


ISO 26000 berbicara tentang "tanggung jawab sosial" dan bukan "tanggung jawab sosial
perusahaan" karena panduannya dapat diterapkan untuk semua jenis organisasi dan tidak hanya
untuk industri atau perusahaan swasta. Standar memberikan penjelasan yang jelas dan rinci
definisi "tanggung jawab sosial". Baik Pedoman OECD dan ISO 26000 mendorong organisasi
untuk berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. ISO 26000 menyatakan bahwa tujuan

10
organisasi secara menyeluruh adalah untuk memaksimalkan kontribusinya terhadap
pembangunan berkelanjutan, sedangkan Panduan OECD mendorong kontribusi positif yang
dapat diberikan oleh perusahaan multinasional untuk kemajuan ekonomi, lingkungan dan sosial
serta untuk meminimalkan dampak negatif.

a. Prinsip
Panduan OECD dan ISO 26000 berbagi dasar normatif yang sama karena kedua
instrumen tersebut antara lain mengacu pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia,
Deklarasi Organisasi Perburuhan Internasional tentang Prinsip dan Hak Mendasar di
Tempat Kerja, dan Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan Pembangunan. Pedoman
OECD memberikan prinsip dan standar sukarela untuk perilaku bisnis yang bertanggung
jawab yang sejalan dengan hukum yang berlaku dan standar yang diakui secara
internasional. Panduan diberikan dalam Panduan OECD di bagian "Konsep dan Prinsip",
"Kebijakan Umum", dan "Pengungkapan". ISO 26000, pada bagiannya, menjelaskan
tujuh prinsip tanggung jawab sosial dalam Klausul 4, yang harus dihormati dan diterapkan
oleh setiap organisasi.

b. Subjek
OECD memberikan panduan dalam bidang-bidang berikut: hak asasi manusia,
pekerjaan dan hubungan industrial, lingkungan hidup, memerangi penyuapan, permintaan
suap dan pemerasan, kepentingan konsumen, ilmu pengetahuan dan teknologi,
persaingan, dan perpajakan.
ISO 26000 memberikan panduan tentang tujuh subjek inti: tata kelola organisasi, hak
asasi manusia, praktik ketenagakerjaan, lingkungan, praktik operasi yang adil, masalah
konsumen, dan keterlibatan dan pengembangan komunitas. Tujuh subjek inti mencakup
panduan rinci tentang 37 masalah tanggung jawab sosial.

c. Integrasi di dalam organisasi


Dalam Bab II berjudul “Kebijakan Umum”, Panduan OECD menetapkan bahwa
“perusahaan harus mempertimbangkan sepenuhnya kebijakan yang ditetapkan di negara

11
tempat mereka beroperasi, dan mempertimbangkan pandangan pemangku kepentingan
lainnya”. Di bagian "Komentar tentang Kebijakan Umum", Panduan OECD menjelaskan
praktik seperti uji tuntas, manajemen rantai pasokan, keterlibatan pemangku kepentingan,
peningkatan kesadaran, pembangunan kapasitas, pemantauan, dan pengaruh untuk
mempengaruhi. ISO 26000 memberikan panduan praktis dalam berbagai klausul:
1) Klausul 5 membahas dua praktik dasar tanggung jawab sosial: pengakuan oleh
organisasi atas tanggung jawab sosialnya, dan identifikasi organisasi, serta
keterlibatan dengan para pemangku kepentingannya. Ini memberikan panduan
tentang hubungan antara organisasi, pemangku kepentingan dan masyarakat, tentang
mengenali subjek inti dan masalah tanggung jawab sosial dan pada lingkup pengaruh
organisasi.
2) Klausul 6 memberikan "tindakan dan harapan terkait" untuk setiap masalah tanggung
jawab sosial.
3) Klausul 7 memberikan pedoman tentang penerapan tanggung jawab sosial dalam
suatu organisasi, meliputi aspek-aspek seperti memahami tanggung jawab sosial
organisasi, mengintegrasikan tanggung jawab sosial ke seluruh organisasi,
komunikasi yang terkait dengan tanggung jawab sosial, meningkatkan kredibilitas
organisasi mengenai tanggung jawab sosial, meninjau kemajuan dan peningkatan
kinerja, dan mengevaluasi inisiatif sukarela untuk tanggung jawab sosial.
d. Praktik uji tuntas
Uji tuntas merupakan aspek penting dalam kedua dokumen panduan dan disebutkan
sebagai pendekatan yang berguna untuk mengintegrasikan tanggung jawab sosial. Uji
tuntas dapat dilihat sebagai bagian dari manajemen risiko yang berusaha mengidentifikasi,
menganalisis, dan menangani dampak merugikan yang aktual dan potensial dari tanggung
jawab sosial. Kedua instrumen tersebut juga menekankan pentingnya uji tuntas terkait hak
asasi manusia.
ISO 26000 mendefinisikan uji tuntas sebagai: “Proses yang komprehensif dan proaktif
untuk mengidentifikasi dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi negatif aktual dan
potensial dari keputusan dan aktivitas organisasi selama seluruh siklus hidup proyek atau
aktivitas organisasi, dengan tujuan untuk menghindari dan mengurangi dampak negatif”

12
Pedoman OECD mendefinisikan uji tuntas sebagai: "Proses di mana perusahaan dapat
mengidentifikasi, mencegah, memitigasi, dan mempertanggungjawabkan bagaimana
mereka mengatasi dampak negatif aktual dan potensial mereka sebagai bagian integral dari
pengambilan keputusan bisnis dan sistem manajemen risiko"

13
DAFTAR PUSTAKA

ISO 26000 Guiedance on Social Responsibility: Discovering ISO 26000

Discover the OECD: Better Policies for Better Lives

ISO 26000 and OECD Guidelines: Practical Overview of the Linkages

https://www.scribd.com/document/402040375/RMK-CSR, diakses pada 9 Maret 2021

https://isoindonesiacenter.com/sekilas-tentang-iso-26000/, diakses pada 9 Maret 2021

https://dokumen.tech/reader/full/makalah-tentang-iso-new, diakses pada 9 Maret 2021

https://sa-intl.org/programs/sa8000/, diakses pada 12 Maret 2021

14

Anda mungkin juga menyukai