Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PELATIHAN LAS


Krisis moneter mendera kemampuan masyarakat bawah pada titik nadir. Segala aspek kehidupan
terasa berat dan berhenti mendadak. Banyak di antara anggota masyarakat yang mengambil jalan
pintas dengan hal-hal yang kurang layak. Seperti makin maraknya gelandangan, pengemis, anak-
anak terlantar dan naiknya angka kriminalitas.
Tidak terkecuali pada dunia pendidikan formal yang kian berat menghadapi perkembangan
zaman yang sangat cepat. Kemampuan masyarakat makin tak dapat menjangkau perkembangan
multi aspek yang tengah melanda dunia. Hanya sebagian kecil masyarakat yang dapat mengikuti
dari jauh terhadap kemajuan berbagai bidang.
Sejalan dengan fenomena tersebut, pendidikan berbasis kemasyarakatan menjadi alternatif
mengejar ketertinggalan zaman. Meskipun sudah barang tentu tidak dapat berjalan beriringan,
tetapi paling tidak mengikuti di belakangnya. Hal itu mengingat aspek finansial yang dibutuhkan
untuk pendidikan formal sangat mahal, sehingga jalan pintas pendidikan kejuruan berbasis
masyarakat yang nota bene menyediakan fasilitas lebih terjangkau menjadi penting untuk
ditumbuhkembangkan.
Pada tahap selanjutnya muncul lembaga pendidikan berbasis kemasyarakatan yang lebih populer
dengan nama Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS). Kemunculan LPKS merupakan imbas
dari makin tidak terjangkaunya lembaga pendidikan formal dari Sekolah Menengah hingga
Perguruan Tinggi. Pada sisi lain, masyarakat makin menghendaki pemberian bekal kecakapan
kerja secara instan bagi peserta didik agar segera dapat hidup mandiri secara layak.
LPKS merupakan lembaga pendidikan kejuruan yang secara instan dapat mempersiapkan tenaga
kerja terampil tingkat dasar dan menengah dengan berbagai spesifikasi. Salah satu spesifikasi
kejuruan yang menjanjikan masa depan lebih mapan adalah Pelatihan Las. Karena secara faktual
infrastruktur pembangunan fisik suatu negara makin banyak yang menggunakan aplikasi
pengelasan. Seperti bidang transportasi, properti, komunikasi, elektronika dan sipil. Banyak
fasilitas yang menggunakan teknologi pengelasan.
Seiring perkembangan zaman, teknologi pengelasan juga mengalami perkembangan yang cukup
pesat. Cakupan materi standar minimal beradaptasi secara bertahap. Muatan kurikulum
senantiasa menyesuaikan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Asumsi logik adalah anggapan
bahwa kemapanan kurikulum pendidikan, secara spesifik menjadi trade mark suatu lembaga.
Alumni yang dihasilkan tak perlu susah payah berebut lowongan pekerjaan, karena kualifikasi,
kompetensi dan porsinya sudah jelas. Mereka bisa mandiri dengan life skills yang diperoleh atau
siap mengisi job discription di lembaga, instansi, industri dan grup usaha tertentu.
B. MAKSUD DAN TUJUAN PELATIHAN LAS
Masud pelatihan las, untuk memenuhi sebagian kecil tuntutan masyarakat. Yakni telah
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan las bebasis kemasyarakatan yang lebih terjangkau.
Tujuan pelatihan las adalah mempersiapkan tenaga pengelasan yang terampil, siap kerja sesuai
life skills yang telah dimilikinya baik untuk mengisi lowongan kerja maupun untuk membuka
bengkel las secara mandiri.
C. SASARAN PELATIHAN LAS
Sasaran pelatihan las adalah tamatan sekolah menengah pada awal usia produktif yang berjumlah
20 (dua puluh) orang tiap angkatan dibagi menjadi 2 (dua) kelompok kerja untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pelatihan. Tiap kelompok berjumlah 10 (sepuluh) orang dipandu seorang
istruktur dibantu seorang teknisi las yang berpengalaman.
BAB II
PROGRAM PELATIHAN

A. KEBUTUHAN PELATIHAN LAS

Dengan makin tingginya kebutuhan tenaga pengelasan yang terampil, maka kebutuhan pelatihan
las menjadi penting untuk dilaksanakan. Berbagai variasi teknik pengelasan yang digunakan di
seluruh dunia, masih tetap menggunakan teknik dasar pengelasan busur manual sebagai
kompetensi dasar teknik las.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, kebutuhan pelatihan las busur manual sebagai kompetensi
dasar teknik pengelasan pada umumnya menjadi penting untuk dilaksanakan. Karena tanpa
kompetensi dasar tidak mungkin untuk mempunyai kompetensi lanjut.

B. KURIKULUM DAN SILABUS PELATIHAN LAS


Kurikulum yang dikembangkan pada pelatihan las busur manual mengacu kepada aspek
kebutuhan minimum seorang tenaga pengelasan terampil yang siap kerja. Di sisi lain aspek
efisiensi dan efektivitas materi pelatihan menjadi dasar penyusunan kurikulum pelatihan las.
Kurikulum pelatihan las busur manual tingkat dasar mencakup :
1. Las Busur Manual
a. Perangkat Las Busur Manual
b. Teknik Penyalaan Las Busur Manual
c. Sambungan Las Busur Manual Posisi Bawah Tangan, Horisontal, dan Vertikal
1) Sambungan I Posisi Bawah Tangan, Horisontal, dan Vertikal
2) Sambungan T Posisi Bawah Tangan, Horisontal, dan Vertikal
3) Sambungan Pipa Posisi Bawah Tangan, Horisontal, dan Vertikal
4) Project Work
2. Bahan dan Pengolahan
a. Logam Ferro dan Non-Ferro
b. Pengolahan Bahan
1) Pemotongan Bahan
2) Pengeboran bahan
3) Pengikiran dan Penggerindaan Bahan
3. Gambar Teknik dan Finishing
a. Gambar sambungan las dan kampuh las
b. Gambar sambungan I, T dan Pipa
c. Finishing Hasil Las
1) Pemeriksaan Kesalahan Las
2) Pengujian Hasil Las
4. Kunjungan Industri dan Studi Banding ke Bengkel Pengelasan di Tegal dan sekitarnya
Silabus Pelatihan Las Tingkat Terampil pada halaman berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai