2) Untuk mengetahui kebutuhan bahan yang diperlukan sesuai dengan order yang akan
diproduksi
3) Untuk menghemat bahan utama (fabric) sehingga biaya produksi
Tabel 1
Cutting Order toko “ Jasmina
c. Master Marker
Master marker adalah salinan/ copy marker yang dibuat sebagai arsip perusahaan industri
pakaian jadi (garmen) yang dapat dipergunakan sewaktu waktu diperlukan.
Master marker dapat dibuat dengan 2 (dua) cara antara lain :
1) Secara manual
Master Marker yang dibuat secara manual biasanya dilakukan di industri kecil cara ini
dilakukan dengan mengutip satu persatu bagian bagian pola pada marker dengan
menggunakan kertas dan alat tulis.
2) Secara komputerisasi
Sesuai kemajuan tehnologi di bidang industri garmen, marker yang dahulu dibuat secara
manual maka pada saat ini master marker dapat disimpan dalam computer sebagai file.
Master marker cara ini lebih efisien dan efektif dari segi biaya dan waktu. Master marker
Pembuatan Busana Industri
yang dibuat dengan komputer biasanya dilakukan oleh industri garmen yang besar karena
peralatan yang digunakan harganya cukup mahal.
2. Setelah marker diletakkan di atas tumpukan kain yang digelar maka kain siap dipotong.
3. Proses pemotongan kain bisa dilakukan dalam beberapa tahap.
a. Pemotongan pertama, yang dilakukan adalah pemotongan komponen komponen besar
dan juga komponen kecil yang masih berkelompok. Pemotongan dilakukan
menggunakan mesin potong vertikal (vertical knife).
b. Pemotongan kedua, yakni pemotongan komponen kecil. Dalam tahap ini kain digelar
lapis demi lapis diatas meja dengan ketinggian tertentu. Kemudian dengan menggunakan
mesin pemotong kain dipotong menjadi bentuk potongan garmen atau pola yang
kemudian dipisahkan. Kualitas produk akhir (garmen) sangat banyak tergantung pada
kualitas pemotongan yang sempurna. Kedua, Dinegara negara yang sudah maju,
perhitungan waktu diperlukan untuk semua bagian. Oleh karena itu pengerjaaan
tersebut diatas benar-benar harus diteliti, sehingga waktu yang direncanakan dapat
mendekati bahkan sama dengan yang direncanakan. Sebagai contoh, marilah kita coba
menghitung berapa waktu yang diperlukan untuk memotong kain dan
mempersiapkannya sejumlah 480 potong yang terdiri dari empat ukuran S, M, L, XL.
Waktu yang diperlukan untuk persiapan, diperkirakan memerlukan waktu 60 menit
(1 jam).
Waktu yang diperlukan untuk membentang kain setiap lembar kain ± 1 menit,
sehingga untuk 120 tumpuk memerlukan seratus dua puluh menit (2 jam).
Mengatur dan menggambarkan pola untuk 4 ukuran memerlukan waktu 60 menit (1
jam).
4. Memotong kain tiap ukuran memerlukan waktu 15 menit, sehingga waktu yang diperlukan
adalah 60 menit (1 jam).
5. Mengatur workable bundle, artinya potongan-potongan kain tersebut disatukan pada
ukuran masing-masing sejumlah tertentu, misalnya 1 lusin (12 potong) sehingga
seluruhnya akan menjadi 40 bundel, cara menghitungnya adalah 120 tumpuk x 4 ukuran /
12. Apabila tiap bundel dimisalkan memerlukan waktu 10 menit, maka seluruhnya
memerlukan waktu 40 x 10 menit = 400 menit (6 jam 40 menit).
6. Seluruh waktu yang diperlukan untuk memotong kain serta mempersiapkan bagi
penjahitan adalah:
(1 + 2 + 1 + 1 + 6 2/3) jam = 11 2/3 jam; atau dibulatkan menjadi 12 jam.
Agar suatu perusahaan dapat bekerja secara effisien, paling sedikit harus mempunyai 2
meja potong. Dinegara-negara yang sudah maju, perhitungan waktu diperlukan untuk
pengerjaaan tersebut diatas benar-benar diteliti, sehingga waktu yang direncanakan dapat
mendekati bahkan sama dengan yang direncanakan.
c. Pengikatan (Bundeling)
Pengikatan berujuan mempermudah dalam pengangkutan potongan /komponen pakaian ke
bagian penjahitan. Komponen pakaian dikelompokkan dan diikat berdasarkan warna dan
ukuran yang sama.
Proses pengikatan / Bundeling dikelompokkan menjadi 2 kegiatan yaitu :
1) Memilah potongan potongan kain Memilah atau mengelompokkan komponen pakaian
berdasarkan ukuran dan warna kain, dengan tujuan untuk memudahkan pekerjaan
penomeran / pelabelan dan pengikatan. Setiap pakaian memiliki komponen yang berbeda
tergantung dari desainnya, sehingga hal ini sangat beresiko akan terjadi kesalahan dalam
proses penjahitan.
2) Mengikat / membundel (Bundeling)
Mengikat atau membudel adalah, suatu proses pekerjaan menyatukan potongan potongan
dalam satu desain busana yang telah dikelompokkan sesuai dengan warna dan ukuran yang
sejenis. Pengikatan bertujuan untuk mempermudah dalam pengiriman atau pengangkutan ke
bagian penjahitan.
Kemungkinan kesalahan yang terjadi dalam pengikatan antara lain :
a) Dalam satu ikatan komponen pakaian tidak lengkap
b) Aksesoris tidak sesuai atau tidak lengkap
c) Salah satu komponen dalam ikatan cacat atau rusak
d) Tidak ada tiket sehingga informasi proses kerja tidak jelas
e) Salah satu komponen tertukar dengan komponen ikatan yang lain
Bagian penjahitan (Sewing Room) dalam industri pakaian jadi (garmen) terdiri dari beberapa
bagian antara lain :
a. Penjahitan Persiapan (pre assembly)
Proses penjahitan pada bagian bagian pakaian sebelum dilakukan penjahitan perakitan
misalnya, menjahit krag (Collars), menjahit manset (Cuffs), menjahit saku (Pocket), menjahit
lengan (Sleve), menjahit bagian depan (Front Body), menjahit bagian belakang (Back body).
b. Penjahitan Pra Perakitan (Preassamble)
Sub bagian unit yang dipersiapkan untuk membuat komponen pakaian misalnya memasang
kantong kemeja, memasang manset pada bagian lengan kemeja, kemudian sub sub bagian
tersebut dirakit menjadi unit yang lengkap
c. Penjahitan Perakitan (Assembly) produk secara lengkap.
Bagian ini menjahit / menyambung komponen komponen sampai menjadi satu pakaian yang
utuh seperti kemeja, blus, rok, gaun dan lainnya. Perakitan dilakukan setelah bagian
persiapan menyelesaikan seluruh komponen komponen pakaian yang akan dijahit.
d. Penyempurnaan (Finishing)
Lingkup pekerjaan penyempurnaan antara lain, membesihkan sisa benang sesudah
dijahit (trimming), merapikan pakaian / penyetrikaan (pressing)
Proses Penyetrikaan (Pressing) terdiri dari:
a) Under Pressing, adalah menyetrika jahitan-jahitan yang terbuka dan mempersiapkan
bentuk (shape) dari desain tertentu, dan dilaksanakan dalam waktu proses penjahitan
sedang berlangsung.
b) Off Pressing, adalah penyeterikaan yang dilakukan setelah pakaian selesai dijahit.
Standar kualitas adalah suatu kondisi yang disepakati secara bersama- sama antara
produsen dan pelanggannya. Biasanya kita menyebutnya sebagai persyaratan mutu.
Persyaratan mutu bisa dikenal melalui dimensi mutu. Melalui dimensi mutu inilah kita bisa
mengetahui dengan baik apa persyaratan mutu itu, ada 2 dimensi mutu yaitu dimensi mutu
produk dan dimensi mutu jasa. Dimensi mutu produk misalnya, berapa kekuatannya, tepat
tidak ukurannya, nyaman dipakai atau tidak?
Didalam menerapkan standar kualitas atau pengawasan mutu dikenal dengan istilah “5W +
1H” yaitu konsep yang sangat global dan banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu,
termasuk dalam pemeriksaan / pengendalian mutu.
Konsep “5W + 1H” adalah : WHAT, WHY, WHEN, WHERE, WHO, HOW
Dalam pengawasan / pengendalian mutu konsep “5W + 1H”, memiliki arti sebagai berikut
:Dalam industri pakaian jadi pemeriksaan mutu produksi dilakukan secara bertahap antara
lain :
WHAT : Apakah tujuan kita melakukan pemeriksaan mutu? WHY : Mengapa tujuan
tersebut anda pilih?
WHEN : Kapan waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan / pengendalian
mutu?
WHERE: Dimana kita harus melakukan pemeriksaan mutu?
WHO: Siapa yang melakukan pemeriksaan / pengendalian mutu?
HOW: Bagaimana caranya kita melakukan pemeriksaan /pengendalian mutu?
3) Kesalahan potong
a) Pemotongan tidak sempurna karena bagian pola ikut terpotong
b) Tanda-tanda pada komponen busana yang harus digabung keliru penempatannya
c) Salah potong / rusak akibat pisau potong terlalu tumpul
6) Kesalahan Jahit
a) Jahitan tidak lurus, akibat kesalahan operator
b) Bagian bawah tidak terjahit
c) Jahitan tidak sempurna akibat komponen busana salah potong
d) Salah type jaitan yang dipergunakan
d) Salah benang yang dipergunakan
7) Kesalahan setrika
a) Jahitan terbuka tidak sepenuhnya disetrika
b) Tidak rata jahitan bila disetrika akan menimbulkan bekas-bekas diluar busana
c) Terbakar, akibat setrika terallu panas
d) Noda-noda karena air muncul setelah disetrika e) Kancing atau restleting rusak
dengan cara mengukur bagian bagian tertentu pada setiap busana, selanjutnya
disesuaikan dengan nomer ukuran pada label busana tersebut. Pemeriksaan ukuran
kemeja meliputi, lingkar badan, lebar bahu, panjang kemeja, panjang lengan dan lainnya.
4) Pemeriksaan / pengendalian mutu bagian seterika (Pressing Inspection) Bagian ini
melakukan pemeriksaan pekerjaan penyeterikaan, melipat dan pengemasan.
PEMBUATAN KEMEJA
1. KOMPETENSI DASAR ( KD )
3.3 Menganalisis pola kemeja pria sesuai desain
4.3 Membuat pola kemeja pria
3.4 Menganalisis pembuatan kemeja
4.4 Membuat kemeja
2. TUJUAN :
Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu :
1. Menganalisis pola dasar kemeja pria sesuai ukuran
2. Menganalisis pecah pola kemeja pria sesuai desain
3. Menyeleksi daftar ukuran yang sesuai untuk membuat pola kemeja pria
4. Menganalisis langkah-langkah membuat pola kemeja pria sesuai desain
5. Membuat pola dasar kemeja pria sesuai ukuran
6. Membuat pecah pola kemeja pria sesuai desain
7. Mengidentifikasikan langkah-langkah dalam pembuatan pola kemeja pria
8. Membuat marker layout kemeja lengan panjang
9. Memotong bahan kemeja sesuai pola
10. Menjahit kemeja sesuai prosedur menjahit.
11. Mengemas kemeja
3. KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
B. Kegiatan Inti
Pertemuan 1
Membuat pola kemeja secara manual
Membuat pola kemeja secara komputer
Pertemuan 2
Menjelaskan memotong bahan sesuai pola
Siswa memotong bahan kemeja sesuai pola
Menjelaskan tehnik menjahit produk kemeja sesuai prosedur
Siswa menjahit kemeja sesuai prosedur.
Pertemuan 3
Fininshing produk kemeja
Packing produk kemeja
pemasaran
C. Penutup
Refleksi
1. Tanya jawab
2. Memberi rangkum materi ajar
3. Memberi tugas
4. EVALUASI
1. Membuat pola, rancangan bahan dan harga sesuai ukuran dan desain.
2. Membuat produk sesuai desain secara berkelompok ( 5 0rg/klpk ) sesuai job sheet.
2. Sub Kompetensi
3. Dasar Teori
Kemeja merupakan dasar klasik dari segala model kemeja untuk pria, mempunyai bentuk
krah standar yaitu krah dengan penegaknya, lengan panjang dengan manset. Kemeja salah
satu busana bagian atas untuk pria, yang mempunyai bagian-bagian badan, lengan dan krah
yang masing-masing mempunyai ukuran sendiri.
Model kemeja untuk busana pria berbeda dengan model blus/gaun untuk busana wanita
atau anak wanita, yang selama ini dari tahun ke tahun model kemeja sederhana.
Sedangkan busana wanita lebih fleksibel dan luwes yang model yang setiap waktu
berubah. Perbedaan ini disebabkan karena postur tubuh wanita berbeda dengan postur
tubuh pria sehingga akan mempengaruhi model pakaian yang dikenakan.
Tingkat kesulitan kemeja lengan panjang terletak pada hasil krah dan manset. Kemeja yang
mempunyai kwalitas baik akan ditentukan oleh penjahitan krah dan manset.
6. Contoh desain
7. Langkah kerja
A. Membuat pola kemeja
A – A1 = A1 – A2 = 2 cm
A – A2 = 4 cm
A–B = 1/6 lingkar leher + 1 cm
A–C = 1/6 lingkar leher + 1,5 cm A2 – D = ½ lebar punggung + 1 cm A – E =
panjang kemeja
A1 – F = ½ lingkar kerung lengan
F–G = ¼ lingkar badan
C- C1 = E – E1 = 1,5 cm
A –B1 dibagi menjadi 3 bagian untuk membuat kerung leher, hubungkan B ke C melalui
pembagian titik yang dibawah
D – D1 dibagi menjadi 3 untuk membuat kerung lengan, jarak titik yang di bawah dengan lengkung
kerung lengan 2,5 cm
Hubungkan titik B – C – C1 – E1 – E – G1 – G – D – B sehingga membentuk pola bagian
depan
Pola Lengan
Pola Manset
A – B = C – D = lingkar
pergelangan lengan
A – C = B – D = lebar manset
4 cm
C – C1 = C – C2 = D – D1 = D – D2 = 1,5 cm
Hubungkan titik A – C2 – C1 – D1 –D2 – B – A sehingga membentuk pola manset
A – B= 17 cm
A – A1 = A – A2 = 2 cm
B – B1= B – B2 = 2,5 cm
B3 tengah-tengah B – B1
B1 – B5 = B – B4 = 1 cm
A2 – A3 = 12 cm
Hubungkan titik A1 – A – A2 – A3 – A4 – B4 – B3 – B5 – A1
sehingga membentuk belahan manset bagian atas
Sesudah bagian-bagian pola selesai dibuat, susun dan letakkan bagian-bagian pola tersebut
di atas bahan busana. Garislah sesuai pola dengan terlebih dahulu ditambahkan untuk
kelim dan kampuh jahitan, seperti :
Gunting bahan sesuai pola masing – masing. Gunting pula kain keras untuk bagian krah,
fiselin untuk lipatan kancing, saku bagian atas dan manset. Rancangan bahan pada
pembuatan kemeja lengan panjang ini adalah sebagai berikut :
Siapkan potongan bahan kain yang perlu diberi tambahan kain keras. Sebagai contoh
potongan bagian kerah kemeja beserta bagian manset.
1. Tempelkan kain keras pada potongan bahan kain dengan menggunakan bantuan
setrika.
2. Bahan pelapis antara yang digunakan untuk membuat kerah umumnya
berupa trubenys yang digunting miring 450 supaya mendapatkan hasil yang
rata dan tidak berkerut.
Jahit bagian kerah dan manset kemeja yang sudah diberi kain keras. Cara paling mudah yang
bisa anda lakukan untuk menjahit kerah kemeja dengan penegak (board) yaitu:
Menjahit kain keras pada kerah.
Kampuh kerah dikecilkan, kemudian dibalik dan disetik/ditindas.
Memasang kain keras pada penegak (board).
Memasang kerah pada penegak (board).
Sementara untuk menjahit manset kemeja caranya siapkan dulu bahan pokok untuk
manset yang sudah diberi tambahan pelapis. Lipat manset sehingga bagian luar kain
berhadapan kemudian bagian kedua sisi dijahit mesin, setelah itu dibalik ke bagian luar.\
Pasangkan bagian lengan kemeja kemudian obras bagian ketiaknya. Khusus untuk
memasang bagian lengan kemeja cara paling mudah yang dapat dilakukan yaitu:
Beri tanda tengah lengan dan ujung bahan bagian badan.
Pasangkan lengan kemeja pada bagian kerung lengan kemudian sematkan jarum pentul
untuk menahan posisinya agar tidak bergeser.
Setelah itu jahit bagian lengan dan badan kemeja secara bersamaan kemudian rapikan
ketiak kemeja dengan cara mengobrasnya dengan mesin obras.
Sebagai penyelesaian akhir buat simpul mati pada bagian buruk kain kemudian rapikan
sisa benangnya.
3) Lepas cetakan dan pasang karton penahan dengan cara menarik karton cetakan
perlahan -lahan dan bersaman dengan itu masukkan perlahan -lahan karton penahan.
Setelah karton cetakan terangkat, jepit lipatan bagian belakang dengan crocodile.
4) Pada bagian muka jepitkan crocodille untuk menjepit bagian lipatan ujung lengan
lihat gambar berikut.
5) Kemudian pasang penahan krah, penahan kancing untuk model -model tertentu yang
memerlukan penahan pada bagian krah dan kancing tengah muka atas.
6) Pilah dan kelompokkan produk yang telah dilipat dan tumpukkan sesuai dengan
ukuran dan model
7) pasang hang tag dan paper tag, serta atribut lain yang ingin ditempel pada produk,
kemudian masukkan dalam kemasan sesuai dengan yang telah ditetapkan (plastik,
kotak, atau kemasan lainnya) lihat gambar 3.11. Contoh hasil kemasan produk busana
yang dilipat dapat dilihat pada gambar berikut.
13.Contoh produk
2. PEMBUATAN TUNIK
Pembuatan Busana Industri
A. DESKRIPSI
Hand out pembuatan TUNIK ini merupakan rangkuman dasar penunjang dalam mempelajari mata
pelajaran membuat pola secara industri. Dalam hand out ini berisi langkah-langkah pembuatan pola
TUNIK secara industry yang disertai dengan ukuran standar S, M, dan L. Pola tunik yang dipraktikkan
disini merupakan pola tunik muslim.
B. PRASYARAT
Untuk mempelajari handout ini prasyarat yang harus dimiliki oleh peserta didik yaitu telah
menerapkan pengetahuan tentang cara membuat pola dasar tunik dengan sistem praktis.
Waktu yang dibutuhkan dalam mempelajari handout ini adalah 2x pertemuan dimana setiap
pertemuannya adalah 6 x 45 menit dan 7 x 45 menit.
a) Baca dengan seksama sehingga benar-benar paham isi hand out ini
b) Jika ada yang kurang jelas dengan isi hand out ini silahkan tanyakan pada guru
pengajar
c) Lakukan praktik pembuatan pola kemeja pria. baik pola besar maupun pola kecil.
2. Perlengkapan yang perlu disiapkan
a) Pensil dan penghapus
b) Penggaris pola (lengkung dan siku)
c) Penggaris lurus
d) Meteran ukur (metline)
e) Lem kertas
f) Gunting kertas
g) Kertas pola
D. KOMPETENSI
1. Menganalisis pola dasar tunik secara industri
2. Menganalisis pecah pola tunik secara industri
3. Menganalisis langkah-langkah membuat pola tunik secara industri
URAIAN MATERI
Pengertian Tunik
Tunik lebih dikenal sebagai ikon fashion muslimah yang populer, dan banyak disukai kaum
hawa. Baju tunik bisa juga untuk digunakan di berbagai kesempatan, baik formal maupun santai.
Dalam pembuatan pakaian dilakukan melalui beberapa tahap atau proses pembuatan dari
mendesain model sampai pada finishing.
Pembuatan pola sesuai desain dilakukan melalui tiga tahapan yaitu dari pembuatan pola dasar atau
blok dasar, dr blok dasar dirubah yang dikenal sebagai pola intermediate dan kemudian pola final
yaitu pola yangsudah siap untuk memotong bahan.
Dalam pembelajaran pembuatan pola tunik disini kita gunakan pola dasar blus yang akan
dikembangkan atau dirubah sesuai desain atau model tunik yang kita inginkan.
1. Contoh ukuran
A–C = B–D = Panjang blouse diukur dari HPS (Height Point Shoulder) = 66 cm
5) A – G = B – G1 = Posisi pinggul 60 cm
Lebar leher 15
6) A – A3 = 2 = 2 = 7,5 cm
Lebar leher
7) A – A2 = 2 + 1 = 8,5 cm
Buat kerung leher depan dari A3 sampai A2
9) A1 – H = 8 cm
Lebar muka 35
10) H – H1 = 2 = 2 = 17,5 cm
Lingkar badan 92
11) E – E2 = 4 = 2 = 23 cm
2 + 0,5 = 23,5 cm
Lingkar pinggang
12) F – F2 = 2 + 2,4 (kupnat) = 23, 65 cm
Jarak dada 23
13) F – F3 = 2 = 2 = 11,5 cm
F4 = Tinggi dada di ukur dari HPS (Height Point Shoulder) = 24 cm
Lingkar leher 42
hasilnya = 2 = 2 = 21 cm
Lebar punggung 36
H2 – H3 = 2 = 2 = 18 cm
Lingkar badan 92
E1 – E3 = 4 = 4 = 23 cm
Lingkar pinggang
F1 – F 8 = 4 + 2,4 (kupnat) = 23, 65 cm
Jarak dada 23
F1 – F 6 = 2 = 2 = 11,5 cm
Pembuatan Busana Industri
1) Panjang lengan 25
2)
Lingkar lengan bawah 34
3)
4)
Pembuatan Busana Industri
D2 E
Tugas Individu
Tunik model 1
Tunik, model 2
Tunik model 3