Anda di halaman 1dari 34

1

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


2

PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI

A. Membuat Pola dan marker


a. Ruang Lingkup Bagian Pola di Industri Busana (Garmen)
Di industri busana bagian pola dibedakan menjadi : Bagian pola, bagian sampel, bagian
grading.
1. Bagian pembuat pola (Patern making) Bagian pembuat pola (Patern making) bertugas
membuat pola berdasarkan permintaan pemesan / buyers. Dalam proses pembuatan pola
kadangkala cara pembuatannya ditentukan oleh pemesan / buyer dengan melampirkan
cara pembuatan pola dalam pesanannya. Dalam pembuatan pola di industri garmen ada 3
(tiga) proses yang dilalui antara lain :
a) Pembuatan pola dasar (pola master)
b) Pembuatan pola master yang sudah dirubah sesuai desain
c) Pembuatan pola final yaitu pola yang sudah dilengkapi dengan
tanda tanda pola dan kampuh
Untuk industri garmen berskala besar saat ini pola dibuat dengan program komputer.
Kelebihan dan kekurangan sistem pembuatan pola dengan komputer
a) Kelebihan pola komputer antara lain :
 Menghemat waktu dalam pembuatannya
 Sekaligus pola dapat dibuat dalam jumlah banyak, karena pola di copy paste di
computer
 Mudah untuk membesarkan atau memperkecil ukuran pola
 Ukuran pola lebih akurat
b) Kekurangan pola komputer, antara lain
 Software yang relatif mahal
 Pola yang dibuat cenderung menggunakan pola standar
 Tingkat keluwesan garis pola cenderung kaku atau kurang luwes.

Gambar 1 10 : Software Pola Komputer Optitex


Sumber : https://plus.google.com
Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


3

Gambar 1 11 : Software Pola Komputer Accumark Gerber


Sumber : https://www.youtube.com

2) Bagian pembuat sampel (Sample making)


Sebelum busana diproduksi secara besar besaran / masal, perusahaan membuat sample /
contoh sesuai dengan pesanan, apabila tidak sesuai dengan yang diminta, maka perusahaan
akan memperbaiki pola yang telah dibuat disesuaikan dengan keinginan pemesan (buyers)
3) Bagian Grading pola (Patern Grading)
Orang yang bertugas pada bagian grading disebut Grader. Pola yang telah sesuai dengan
sample akan digrade dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan pesanan. Proses
grading pada perusahaan skala kecil dan menengah biasanya dikerjakan secara manual,
tetapi pada perusahaan besar grading dilakukan dengan menggunakan Software komputer.

b. Macam macam teknik menggrading pola (Patern Grading)


Setiap Negara mempunyai sistim / cara tersendiri dalam menggrading pola, berdasarkan
percobaan dan penelitian yang dilakukan oleh para pakar dibidang pola, bahwa untuk
menggrading pola diperoleh melalui batasan tertentu dengan membandingkan proporsi
seseorang.
1) Menggrading pola secara manual
2) Menggrading dengan komputer

Gambar 1 12 : Pola Grading Dengan Software Komputer

B. Pembuatan Marker Layout dan Master Marker


a. Ruang lingkup bagian marker
Di industri garmen bagian marker bertugas merencanakan tata letak pola, atau dikenal dengan
istilah marker layout / lay planning yaitu susunan pola pola dari suatu desain busana yang
dikutip / digambar dari pola aslinya diatas kertas marker. Lembaran pola disusun sedemikian
rupa agar pemakaian bahan lebih efisien, marker disusun berdasarkan cutting order .
Tujuan utama dari penyusunan tata letak pola antara lain :
1) Sebagai pedoman pekerjaan bagian potong (Cutting Room),

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


4

2) Untuk mengetahui kebutuhan bahan yang diperlukan sesuai dengan order yang akan
diproduksi
3) Untuk menghemat bahan utama (fabric) sehingga biaya produksi

b. Alat dan bahan untuk Marker Layout


1) Komputer dengan perangkatnya (Software Marker)
2) Ploter (Mesin printer)
3) Komponen komponen pola kemeja wanita
4) Meja potong / meja untuk marker
5) Alat tulis, penggaris, kertas marker,
6) Pemberat pola, jarum pentul,
c. Teknik membuat Marker layout
1) Secara Manual
Penyusunan tata letak pola secara manual dapat dilakukan dengan menyusun seluruh
bagian bagian pola dengan ukuran yang sebenarnya diatas kertas yang lebarnya sesuai
dengan lebar bahan yang akan digunakan dengan cara mengutip dan menyusun lembaran
lembaran pola secara efisien diatas selembar kertas polos (kertas koran), panjang dan
lebarnya kertas dipotong sesuai kain yang akan dipergunakan untuk produksi. Kertas yang
dipakai biasanya dijual dalam bentuk gulungan dan akan dipotong sesuai kebutuhan.
2) Secara komputerisasi
Sesuai dengan perkembangan tehnologi saat ini perencanaan tata letak pola (marker layout)
di industri garmen dilakukan secara komputerisasi melalui program komputer berupa
software, dengan menggunakan alat yang disebut Tax-O-Graph, ukuran pola yang
sebenarnya dapat langsung diubah menjadi pola mini yang berukuran seperlima kali ukuran
aslinya, selanjutnya rencana tata letak pola tersebut disimpan sebagai data (file) dalam
computer.
Garment Marker System (GMS) mampu membuat pola potong secara sempurna sesuai
dengan ukuran kain tanpa merubah bentuk pola satuan, sehingga mendapat susunan yang
efisien dan menghemat bahan baku / kain.

Gambar 1 14 :Marker Blus/Kemeja wanita dari Software Lectra


( http://garmentindo.blogspot.co.id/2013/02

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


5

Gambar 1 15 : Mesin Ploter


d. Prinsip prinsip dalam membuat marker
1) Dalam satu Marker terdapat beberapa ukuran yang bervariasi antara lain : S, M, L, XL dan
lainnya
2) Peletakkan pola harus dilakukan secara efisien, setiap bagian pola harus saling
bersentuhan/saling mengisi dan tidak ada bagian bagian yang kosong/terbuang. Waktu
meletakkan pola garis arah serat (Grain line) harus benar benar lurus benang.
3) Tata letak pola yang panjang lebih menghemat biaya tenaga buruh, karena perhitungan
biaya memotong untuk tenaga dihitung perlembar marker.
4) Setiap lembaran pola dilengkapi dengan kampuh

Gambar 1 16 : Gambaran Tata letak Pola (marker) Secara Efisien

e. Order dan Cutting Order (Pesanan dan Instruksi pengguntingan)


1) Order, yaitu pesanan konsumen (buyers) kepada pihak perusahaan untuk membuatkan
suatu produk tertentu.
2) Cutting Order, Cutting order adalah order / instruksi pengguntingan yang dihasilkan
melalui, perhitungan order / pesanan secara keseluruhan.
Tahapan yang harus dipersiapkan untuk instruksi peletakkan pola adalah sebagai berikut :
a) Indentifikasi kain / bahan teksil
b) Perhitungan dan pengelompokkan macam macam ukuran dan jumlah
c) setiap ukuran yang akan diproduksi
d) Perhitungan jumlah penggunaan setiap warna kain
e) Menentukan panjang kain lebar Marker untuk efisiensi kain dan pekerjaan

Tabel 1
Cutting Order toko “ Jasmina

c. Master Marker
Master marker adalah salinan/ copy marker yang dibuat sebagai arsip perusahaan industri
pakaian jadi (garmen) yang dapat dipergunakan sewaktu waktu diperlukan.
Master marker dapat dibuat dengan 2 (dua) cara antara lain :
1) Secara manual
Master Marker yang dibuat secara manual biasanya dilakukan di industri kecil cara ini
dilakukan dengan mengutip satu persatu bagian bagian pola pada marker dengan
menggunakan kertas dan alat tulis.
2) Secara komputerisasi
Sesuai kemajuan tehnologi di bidang industri garmen, marker yang dahulu dibuat secara
manual maka pada saat ini master marker dapat disimpan dalam computer sebagai file.
Master marker cara ini lebih efisien dan efektif dari segi biaya dan waktu. Master marker
Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


6

yang dibuat dengan komputer biasanya dilakukan oleh industri garmen yang besar karena
peralatan yang digunakan harganya cukup mahal.

5. Pemotongan kain/ Bahan baku (Fabric)


Pemotongan kain/ bahan baku (fabric) di industri garmen merupakan tugas bagian potong
(Cutting Room), adapun ruang lingkup bagian potong meliputi :
Memeriksa bahan baku / kain (Fabric Inspection)
Pemerikasaan bahan baku / kain dilakukan sebelum kain digelar, dengan tujuan untuk melihat
kualitas atau cacat bahan baku.
Pemeriksaan kain dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin ( Clotch Inspection Machine)
1) Pemeriksaan bahan baku secara manual
a) Tiap gulungan dibuka, kemudian diukur lebar dan panjangnya dengan alat ukur kain
(meteran)
b) Catat dan pisahkan kain yang mempunyai lebar dengan selisih 2 inchi dari ketentuan, selisih
panjang 1 meter dari ketentuan. Apabila cacat melebihi dari ketentuan, sebaiknya
dikembalikan atau ditolak karena akan menimbulkan kerugian
c) Buka tiap gulungan, periksa secara visual untuk melihat cacat yang ada, berikan tanda pada
bagian yang cacat dengan stiker berwarna merah agar mudah terlihat pada bagian
pemotongan
2) Pemeriksaan kain dengan mesin ( Clotch Inspection Machine)
a) Tiap gulungan dipasang pada alat pemeriksaan kain kemudian dijalankan. Alat ini berupa
meja datar dengan posisi miring terbuat dari kaca dan di bagian bawah terdapat lampu.
Pada saat kain berjalan akan terlihat cacat yang kemungkinan ada
b) Ukur dan dinilai besarnya cacat, secara otomatis, mesin tersebut akan menunjukkan jumlah
cacat yang ada. Tiap gulungan secara otomatis dapat diukur panjang maupun lebarnya yang
dapat dilihat pada alat tersebut.
Cacat kain kain yang mungkin terjadi antara lain :
o Cacat tenun, dapat disebabkan oleh sambungan benang, putus benang, dan lain sebagainya
o Cacat warna, dapat disebabkan pada waktu proses pencelupan.
o Cacat motif, dapat disebabkan pada waktu printing. Cacat ini berupa motif terputus, motif
tidak rata, atau penyambungan motif bergeser.

Gambar 1 17 : Mesin Pemeriksa kain (Clotch Inspection Machine)

3) Menggelar kain (Spreding)


Menggelar kain (Spreding) adalah membentangkan beberapa lembar (layers) kain diatas meja
potong dengan sejumlah gelaran hingga mencapai puluhan lembar sesuai jumlah pesanan /
order.
a. Alat alat yang diperlukan untuk menggelar kain antara lain :
1. Meja dan alat pemotong (Gunting listrik)
Meja potong yang dilengkapi dengan alat pemotong yang dipasang dibagian sisi meja
dioperasikan dengan listrik dan dijalankan secara manual. Alat ini berfungsi memotong gelaran
kain sesuai kebutuhan.

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


7

Gambar 1 18 : Gunting kain Listrik


2. Mesin Spreader
Meja spreading adalah meja untuk menggelar kain secara otomatis (Digital) Untuk industri
yang besar

Gambar 1 19 : Mesin Spreader


3. Penjepit bahan, pemberat pola, jarum, gunting kain, pita ukur

b. Proses gelar kain


Gelar kain dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin. Secara manual kain digelar
selembar demi selembar diatas meja potong, setiap lembar permukaan kain diratakan dengan
kayu panjang. Di industri garmen yang besar gelar kain dilakukan dengan mesin spreader,
caranya dengan memasukan gulungan kain pada penggulung / silinder yang terdapat pada
mesin spreading, kemudian menentukan lebar dan panjang bahan sesuai marker yang telah
dibuat sebelumnya dengan cara menekan tombol yang terdapat pada mesin speader. Bahan
digelar selembar demi selembar hingga mencapai jumlah yang dibutuhkan sesuai pesanan.

4) Memotong kain (Fabric)


Di industri garmen memotong kain merupan tugas pokok bagian potong (Cutting Room)
a. Peralatan yang dibutuhkan untuk memotong antara lain :
1. Gunting manual, gunting listrik, setiap jenis gunting memiliki spesifikasi yang berbeda
tergantung dari kapasitas jamlah yang dipotong. Mesin yang besar mempunyai kapasitas
besar dalam pemotongan,
2. Sarung tangan (Cutting Glove)
3. Masker, pemberat pola, penjepit kain

Gambar 1 20 : Gunting Listrik dan Sarung Tangan (Cutting Glove)


b. Proses memotong (Cutting)
Memotong adalah proses pemotongan kain sesuai pola marker yang ada dan sudah dicek
kebenarannya oleh bagian marker dan pemeriksaan mutu (QC) potong.
1. Mesin potong atau gunting listrik yang dipilih sesuai kapasitas yang diperlukaan untuk
sekali potong, berapa jumlah dalam tumpukan yang dapat dipotong tanpa merusak bahan
baku / kain yang akan dipotong.
Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


8

2. Setelah marker diletakkan di atas tumpukan kain yang digelar maka kain siap dipotong.
3. Proses pemotongan kain bisa dilakukan dalam beberapa tahap.
a. Pemotongan pertama, yang dilakukan adalah pemotongan komponen komponen besar
dan juga komponen kecil yang masih berkelompok. Pemotongan dilakukan
menggunakan mesin potong vertikal (vertical knife).
b. Pemotongan kedua, yakni pemotongan komponen kecil. Dalam tahap ini kain digelar
lapis demi lapis diatas meja dengan ketinggian tertentu. Kemudian dengan menggunakan
mesin pemotong kain dipotong menjadi bentuk potongan garmen atau pola yang
kemudian dipisahkan. Kualitas produk akhir (garmen) sangat banyak tergantung pada
kualitas pemotongan yang sempurna. Kedua, Dinegara negara yang sudah maju,
perhitungan waktu diperlukan untuk semua bagian. Oleh karena itu pengerjaaan
tersebut diatas benar-benar harus diteliti, sehingga waktu yang direncanakan dapat
mendekati bahkan sama dengan yang direncanakan. Sebagai contoh, marilah kita coba
menghitung berapa waktu yang diperlukan untuk memotong kain dan
mempersiapkannya sejumlah 480 potong yang terdiri dari empat ukuran S, M, L, XL.
 Waktu yang diperlukan untuk persiapan, diperkirakan memerlukan waktu 60 menit
(1 jam).
 Waktu yang diperlukan untuk membentang kain setiap lembar kain ± 1 menit,
sehingga untuk 120 tumpuk memerlukan seratus dua puluh menit (2 jam).
 Mengatur dan menggambarkan pola untuk 4 ukuran memerlukan waktu 60 menit (1
jam).
4. Memotong kain tiap ukuran memerlukan waktu 15 menit, sehingga waktu yang diperlukan
adalah 60 menit (1 jam).
5. Mengatur workable bundle, artinya potongan-potongan kain tersebut disatukan pada
ukuran masing-masing sejumlah tertentu, misalnya 1 lusin (12 potong) sehingga
seluruhnya akan menjadi 40 bundel, cara menghitungnya adalah 120 tumpuk x 4 ukuran /
12. Apabila tiap bundel dimisalkan memerlukan waktu 10 menit, maka seluruhnya
memerlukan waktu 40 x 10 menit = 400 menit (6 jam 40 menit).
6. Seluruh waktu yang diperlukan untuk memotong kain serta mempersiapkan bagi
penjahitan adalah:
(1 + 2 + 1 + 1 + 6 2/3) jam = 11 2/3 jam; atau dibulatkan menjadi 12 jam.
Agar suatu perusahaan dapat bekerja secara effisien, paling sedikit harus mempunyai 2
meja potong. Dinegara-negara yang sudah maju, perhitungan waktu diperlukan untuk
pengerjaaan tersebut diatas benar-benar diteliti, sehingga waktu yang direncanakan dapat
mendekati bahkan sama dengan yang direncanakan.

4) Penomeran, Tiket dan Pengikatan (Numbering, Ticketing, Bundelling)


a. Penomeran (Numbering)
Penomeran / numbering dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam pengelompokaan
potongan kain pada saat pengikatan. Berdasarkar instruksi kerja penomeran dibuat dalam satu
artikel atau lembar kerja (Jobsheet) yang berisi tentang jenis dan warna bahan / kain yang telah
dipotong, jumlah ukuran yang akan diproduksi dan keterangan lainnya sehingga memudahkan
proses penomeran. Tagging gun adalah alat yang dipakai untuk penomeran.Agar tidak tertukar
maka setiap piece perlu diberi nomor yang berbeda.

Gambar 1 21: Tagging Gun

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


9

b. Tiket kerja (work ticket)


Tiket kerja (work ticket) adalah informasi tentang proses proses yang harus dilalui setelah
pemotongan dan penomeran. Informasi yang diperlukan untuk tiket kerja antara lain sebagai
berikut :
1. kode style.
2. Warna (Color)
3. Pot (Potongan keberapa)
4. Ukuran (size)
5. No. seri / no. bundel
6. Jumlah (Quantity)

c. Pengikatan (Bundeling)
Pengikatan berujuan mempermudah dalam pengangkutan potongan /komponen pakaian ke
bagian penjahitan. Komponen pakaian dikelompokkan dan diikat berdasarkan warna dan
ukuran yang sama.
Proses pengikatan / Bundeling dikelompokkan menjadi 2 kegiatan yaitu :
1) Memilah potongan potongan kain Memilah atau mengelompokkan komponen pakaian
berdasarkan ukuran dan warna kain, dengan tujuan untuk memudahkan pekerjaan
penomeran / pelabelan dan pengikatan. Setiap pakaian memiliki komponen yang berbeda
tergantung dari desainnya, sehingga hal ini sangat beresiko akan terjadi kesalahan dalam
proses penjahitan.
2) Mengikat / membundel (Bundeling)
Mengikat atau membudel adalah, suatu proses pekerjaan menyatukan potongan potongan
dalam satu desain busana yang telah dikelompokkan sesuai dengan warna dan ukuran yang
sejenis. Pengikatan bertujuan untuk mempermudah dalam pengiriman atau pengangkutan ke
bagian penjahitan.
Kemungkinan kesalahan yang terjadi dalam pengikatan antara lain :
a) Dalam satu ikatan komponen pakaian tidak lengkap
b) Aksesoris tidak sesuai atau tidak lengkap
c) Salah satu komponen dalam ikatan cacat atau rusak
d) Tidak ada tiket sehingga informasi proses kerja tidak jelas
e) Salah satu komponen tertukar dengan komponen ikatan yang lain

B. Proses Pembuatan Pakaian Secara Industri (Sewing Room)

Bagian penjahitan (Sewing Room) dalam industri pakaian jadi (garmen) terdiri dari beberapa
bagian antara lain :
a. Penjahitan Persiapan (pre assembly)
Proses penjahitan pada bagian bagian pakaian sebelum dilakukan penjahitan perakitan
misalnya, menjahit krag (Collars), menjahit manset (Cuffs), menjahit saku (Pocket), menjahit
lengan (Sleve), menjahit bagian depan (Front Body), menjahit bagian belakang (Back body).
b. Penjahitan Pra Perakitan (Preassamble)
Sub bagian unit yang dipersiapkan untuk membuat komponen pakaian misalnya memasang
kantong kemeja, memasang manset pada bagian lengan kemeja, kemudian sub sub bagian
tersebut dirakit menjadi unit yang lengkap
c. Penjahitan Perakitan (Assembly) produk secara lengkap.
Bagian ini menjahit / menyambung komponen komponen sampai menjadi satu pakaian yang
utuh seperti kemeja, blus, rok, gaun dan lainnya. Perakitan dilakukan setelah bagian
persiapan menyelesaikan seluruh komponen komponen pakaian yang akan dijahit.

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


10

d. Penyempurnaan (Finishing)
Lingkup pekerjaan penyempurnaan antara lain, membesihkan sisa benang sesudah
dijahit (trimming), merapikan pakaian / penyetrikaan (pressing)
Proses Penyetrikaan (Pressing) terdiri dari:
a) Under Pressing, adalah menyetrika jahitan-jahitan yang terbuka dan mempersiapkan
bentuk (shape) dari desain tertentu, dan dilaksanakan dalam waktu proses penjahitan
sedang berlangsung.
b) Off Pressing, adalah penyeterikaan yang dilakukan setelah pakaian selesai dijahit.

C. Pemeriksaan mutu ( Quality Qontrol)

a. Pengertian dan tujuan pemeriksaan mutu


Pemeriksaan / pengendalian mutu adalah semua usaha untuk menjamin (assurance) agar hasil
dari pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan memuaskan konsumen
(pelanggan).
Tujuannya pengendalian mutu untuk menjaga agar tidak terjadi produk / barang yang tidak
sesuai dengan standar mutu yang diinginkan secara terus menerus dan bisa mengendalikan,
menyeleksi, menilai kualitas, sehingga konsumen merasa puas dan perusahaan tidak rugi.

 Standar kualitas adalah suatu kondisi yang disepakati secara bersama- sama antara
produsen dan pelanggannya. Biasanya kita menyebutnya sebagai persyaratan mutu.
 Persyaratan mutu bisa dikenal melalui dimensi mutu. Melalui dimensi mutu inilah kita bisa
mengetahui dengan baik apa persyaratan mutu itu, ada 2 dimensi mutu yaitu dimensi mutu
produk dan dimensi mutu jasa. Dimensi mutu produk misalnya, berapa kekuatannya, tepat
tidak ukurannya, nyaman dipakai atau tidak?
Didalam menerapkan standar kualitas atau pengawasan mutu dikenal dengan istilah “5W +
1H” yaitu konsep yang sangat global dan banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu,
termasuk dalam pemeriksaan / pengendalian mutu.

Konsep “5W + 1H” adalah : WHAT, WHY, WHEN, WHERE, WHO, HOW
Dalam pengawasan / pengendalian mutu konsep “5W + 1H”, memiliki arti sebagai berikut
:Dalam industri pakaian jadi pemeriksaan mutu produksi dilakukan secara bertahap antara
lain :
 WHAT : Apakah tujuan kita melakukan pemeriksaan mutu? WHY : Mengapa tujuan
tersebut anda pilih?
 WHEN : Kapan waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan / pengendalian
mutu?
 WHERE: Dimana kita harus melakukan pemeriksaan mutu?
 WHO: Siapa yang melakukan pemeriksaan / pengendalian mutu?
 HOW: Bagaimana caranya kita melakukan pemeriksaan /pengendalian mutu?

b. Sistem pemeriksaan / pengendalian mutu di industri busana (garmen)


Ada beberapa sistim atau cara pemeriksaan/ pengendalian mutu yang dilakukan di industri
busana (garmen) antara lain :
1) Pemeriksaan akhir, yaitu pemeriksaan yang dilakukan pada saat busana telah selesai
dijahit. Caranya dengan mengambil satu potong (piece) dari jumlah produksi busana
tertentu untuk diperiksa
2) Pemeriksaan / pengendalian mutu dalam proses, dilakukan pada beberapa tahap
proses yang dipilih, terutama pada tahap pemotongan atau penjahitan yang kritis
dan sulit, setidak-tidaknya ada 4 faktor yang mempengaruhi jumlah tahap tahap proses
yang dipilih yakni :

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


11

a) Tingkat keterampilan operator, makin tinggi keterampilan operator, makin


sedikit tahap-tahap proses yang diperiksa
b) Tingkat produktifitas dari mesin-mesin yang dipergunakan, bila mesin-mesin yang
dipergunakan dapat bekerja secara otomatis (mesin potong untuk kerah misalnya)
makin jarang tahap-tahap proses diperiksa.
c) Kain yang dipergunakan, makin mahal harga kain yang dipergunakan, makin
sering tahapan proses yang diperiksa
d) Jenis busana yang dibuat, pembuatan busana setelan jas lebih banyak tahapan
prosesnya yang diperiksa dibandingkan dengan pembuatan kemeja biasa
3) Pemeriksaan / pengendalian keliling yaitu, pemeriksaan yang dilaksanakan oleh
supervisor atau pengawas. Seorang supervisor harus selalu keliling dan membantu
operator jika mendapatkan kesalahan yang harus dibetulkan.

c. Mencegah kesalahan dalam proses produksi


Dari berbagai macam cara pemeriksaan/pengendalian mutu tersebut diatas, yang paling
utama diperhatikan adalah mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan selama proses
pembuatan busana sedang berlangsung, dari pada memperbaiki kesalahan setelah busana-
busana tersebut selesai dijahit. Untuk memudahkan pemeriksaan dan pencegahan
terjadinya kesalahan-kesalahan pada produksi busana, dibawah ini dikelompokkan daftar
kesalahan yang mungkin terjadi selama proses produksi di industri busana
1) Kesalahan pola.
a) Sebagian pola hilang, mengakibatkan tidak lengkapnya komponen busana
b) Pola tercampur
c) Permukaan pola tidak diletakkan secara benar diatas kain, sehingga dipotong menjadi
terbalik
d) Pola diletakkan tanpa memperhatikan arah lungsi
e) Susunan pola terlalu lebar sehingga pinggir kain ikut terpotong f) Susunan pola
terlalu rapat, sehingga tidak cukup ruang untuk pisau / alat potong bila berbelok
f) Susunan pola tidak tepat diatas kain kain bergaris sehingga garis- garis pada kain
tidak tersambung rapi
g) Tanda-tanda pada pola tidak terdapat atau salah menempatkan

2) Kesalahan pada peletakkan kain.


a) Jumlah tumpukan bahan / kain tidak sesuai dengan jumlah busana yang dipesan /
direncanakan
b) Beberapa bagian dari tumpukan kain ada yang terlipat atau menggelembung
sehingga waktu dipotong menjadi komponen yang tidak sesuai dengan ukuran yang
sebenarnya
c) Tumpukan kain tidak beraturan permukaannya ( bagian dalam dan bagian luar tidak
beraturan)
d) Terdapat cacat pada kain
e) Tumpukan bahan / kain bergeser menjadi tidak teratur akibat elektro statis (static
electricity). Hal ini terutama terjadi pada kain seratus persen sintetis

3) Kesalahan potong
a) Pemotongan tidak sempurna karena bagian pola ikut terpotong
b) Tanda-tanda pada komponen busana yang harus digabung keliru penempatannya
c) Salah potong / rusak akibat pisau potong terlalu tumpul

4) Kesalahan sewaktu persiapan bundel


a) Beberapa ukuran tercampur pada bundle
b) Beberapa komponen hilang

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


12

5) Kesalahan dari mesin


a) Kerusakan akibat jarum, salah ukuran (nomor), tumpul menjadi panas akibat ketidak
sesuaian jarum dan kain
b) Kerusakan akibat sepatu, terutama terjadi pada kain yang terlalu tebal atau terlalu
tipis
c) Pneyetelan tegangan yang keliru
d) Benang sering peutusm, akibat tidak sesuainya kain, benang dan jarum yang
dipergunakan
e) Jahitan mengkerut, karena kesalahan pelayanan oleh operator
f) Noda-noda pada kain akibat oli

6) Kesalahan Jahit
a) Jahitan tidak lurus, akibat kesalahan operator
b) Bagian bawah tidak terjahit
c) Jahitan tidak sempurna akibat komponen busana salah potong
d) Salah type jaitan yang dipergunakan
d) Salah benang yang dipergunakan

7) Kesalahan setrika
a) Jahitan terbuka tidak sepenuhnya disetrika
b) Tidak rata jahitan bila disetrika akan menimbulkan bekas-bekas diluar busana
c) Terbakar, akibat setrika terallu panas
d) Noda-noda karena air muncul setelah disetrika e) Kancing atau restleting rusak

d. Proses Pemeriksaan / Pengendalian Mutu Di Bagian Produksi


Untuk memudahkan pemeriksaan / pengendalian mutu dan pencegahan terjadinya
kesalahan-kesalahan pada industri busana (garmen) maka diperlukan bagian bagian yang
melakukan pemeriksaan/pengendalian mutu pada setiap bagian bagian tertentu antara lain :
1) Pemeriksaan mutu bagian sample (Sample Inspection)
Sample adalah contoh bahan atau material, contoh model atau style, atau contoh garmen.
Sample ini dapat berupa sample dari pihak pembeli atau pun yang dibuat oleh pihak
pabrik.
Sample yang dimaksud di sini adalah sample yang dibuat oleh pihak pabrik berdasarkan
contoh dari pihak pembeli (Buyers)
Tujuan pemeriksaan / pengawasan sampel dilakukan agar seluruh sample yang dibuat
oleh bagian sample bebas dari cacat, kerusakan, penyimpangan atau ketidak sesuain
baik desain, mutu jahitan, ukuran, warna, dan lain sebagainya.
2) Pemeriksaan / pengendalian mutu bagian potong (Cutting Inspection) Bagian potong
adalah bagian pemotongan bahan utama / kain yang dilakukan sesuai pola marker yang
ada dan sudah dicek kebenarannya oleh bagian marker dan telah lolos dari pemeriksaan.
Pemeriksa bagian potong mengecek gelaran bahan / kain, gelaran bahan tidak
bergelombang, tidak melipat, gelaran bahan bagian bawah sampai atas harus sama, dan
tidak ada penyusutan bahan, hasil potongan kemudian dicek dan harus sesuai dengan
sample dan toleransi ukuran.
3) Pemeriksaan / pengendalian mutu bagian jahit (Sewing Inspection) Pemeriksaan mutu
jahitan meliputi cacat kain / cacat tenun, lubang atau cacat kotor. Apabila
ditemukan kesalahan jahit dan memungkinkan untuk diperbaiki maka secepatnya
dikirim kembali kebagian penjahitan untuk diperbaiki. Apabila hal ini tidak
memungkinkan maka jahitan dianggap rusak (defect). Kesalahan jahit ini meliputi,
sambungan yang jahitan tidak rata, jahitan lepas, jatitan kendor, jahitan melilit, jahitan
berkerut dan lainnya. Pemeriksaan ukuran termasuk juga didalam pemeriksaan
jahitan. Setiap produk busana yang telah selesai dilakukan pemeriksaan ukuran
Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


13

dengan cara mengukur bagian bagian tertentu pada setiap busana, selanjutnya
disesuaikan dengan nomer ukuran pada label busana tersebut. Pemeriksaan ukuran
kemeja meliputi, lingkar badan, lebar bahu, panjang kemeja, panjang lengan dan lainnya.
4) Pemeriksaan / pengendalian mutu bagian seterika (Pressing Inspection) Bagian ini
melakukan pemeriksaan pekerjaan penyeterikaan, melipat dan pengemasan.

PEMBUATAN KEMEJA
1. KOMPETENSI DASAR ( KD )
3.3 Menganalisis pola kemeja pria sesuai desain
4.3 Membuat pola kemeja pria
3.4 Menganalisis pembuatan kemeja
4.4 Membuat kemeja

2. TUJUAN :
Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu :
1. Menganalisis pola dasar kemeja pria sesuai ukuran
2. Menganalisis pecah pola kemeja pria sesuai desain
3. Menyeleksi daftar ukuran yang sesuai untuk membuat pola kemeja pria
4. Menganalisis langkah-langkah membuat pola kemeja pria sesuai desain
5. Membuat pola dasar kemeja pria sesuai ukuran
6. Membuat pecah pola kemeja pria sesuai desain
7. Mengidentifikasikan langkah-langkah dalam pembuatan pola kemeja pria
8. Membuat marker layout kemeja lengan panjang
9. Memotong bahan kemeja sesuai pola
10. Menjahit kemeja sesuai prosedur menjahit.
11. Mengemas kemeja

3. KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
B. Kegiatan Inti
 Pertemuan 1
 Membuat pola kemeja secara manual
 Membuat pola kemeja secara komputer
 Pertemuan 2
 Menjelaskan memotong bahan sesuai pola
 Siswa memotong bahan kemeja sesuai pola
 Menjelaskan tehnik menjahit produk kemeja sesuai prosedur
 Siswa menjahit kemeja sesuai prosedur.
 Pertemuan 3
 Fininshing produk kemeja
 Packing produk kemeja
 pemasaran
C. Penutup
Refleksi
1. Tanya jawab
2. Memberi rangkum materi ajar
3. Memberi tugas

4. EVALUASI
1. Membuat pola, rancangan bahan dan harga sesuai ukuran dan desain.
2. Membuat produk sesuai desain secara berkelompok ( 5 0rg/klpk ) sesuai job sheet.

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


14

Ditetapkan di Banyumas, 20 Juli 2020


Guru Mata Pelajaran

Yanti Setianingsih, S.Pd


NIP. 19710901 200801 2 007

LEMBAR KERJA SISWA


1. Kompetensi

Mampu membuat Kemeja Lengan Panjang

2. Sub Kompetensi

Menguasai dan mampu membuat :


a. Pola kemeja lengan panjang ukuran kecil dan ukuran besar
b. Merancang bahan dan harga untuk kemeja lengan panjang
c. Memotong kemeja lengan panjang
d. Menjahit kemeja lengan panjang
e. Mengemas kemeja lengan panjang

3. Dasar Teori

Kemeja merupakan dasar klasik dari segala model kemeja untuk pria, mempunyai bentuk
krah standar yaitu krah dengan penegaknya, lengan panjang dengan manset. Kemeja salah
satu busana bagian atas untuk pria, yang mempunyai bagian-bagian badan, lengan dan krah
yang masing-masing mempunyai ukuran sendiri.
Model kemeja untuk busana pria berbeda dengan model blus/gaun untuk busana wanita
atau anak wanita, yang selama ini dari tahun ke tahun model kemeja sederhana.
Sedangkan busana wanita lebih fleksibel dan luwes yang model yang setiap waktu
berubah. Perbedaan ini disebabkan karena postur tubuh wanita berbeda dengan postur
tubuh pria sehingga akan mempengaruhi model pakaian yang dikenakan.
Tingkat kesulitan kemeja lengan panjang terletak pada hasil krah dan manset. Kemeja yang
mempunyai kwalitas baik akan ditentukan oleh penjahitan krah dan manset.

4. Alat dan bahan yang dipergunakan

No. Alat No. Bahan


1. Penggaris pola 1. Kerta Dorslah merah biru
2. Gutning kertas 2. Kertas paying
3. Penggaris besar,kecil, alat tulis 3. Bahan Kemeja
4. Meteran 4. Benang
5. Piranti menjahit 5. Kancing kemeja
6. Mesin jahit 6. Fiselin
7. Mesin Obras
8. Papan seterka dan seterika

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


15

5. Macam-macam contoh model kemeja

6. Contoh desain

7. Langkah kerja
A. Membuat pola kemeja

Bagian Tubuh Ukuran Bagian Tubuh Ukuran

Panjang kemeja 70 cm Panjang lengan 55 cm

Lebar punggung 45 cm Lingkar kerung lengan 49 cm


Lingkar badan 110 cm Rendah bahu 4 cm
Lingkar leher 42 cm Lingkar pergelangan tangan 26 cm

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


16

Pola Badan Kemeja

Keterangan Pola Depan

A – A1 = A1 – A2 = 2 cm
A – A2 = 4 cm
A–B = 1/6 lingkar leher + 1 cm
A–C = 1/6 lingkar leher + 1,5 cm A2 – D = ½ lebar punggung + 1 cm A – E =
panjang kemeja
A1 – F = ½ lingkar kerung lengan
F–G = ¼ lingkar badan
C- C1 = E – E1 = 1,5 cm
A –B1 dibagi menjadi 3 bagian untuk membuat kerung leher, hubungkan B ke C melalui
pembagian titik yang dibawah
D – D1 dibagi menjadi 3 untuk membuat kerung lengan, jarak titik yang di bawah dengan lengkung
kerung lengan 2,5 cm
Hubungkan titik B – C – C1 – E1 – E – G1 – G – D – B sehingga membentuk pola bagian
depan

Keterangan Pola Belakang


Kutip pola bagian depan tanpa lidah, bahu naik 4 cm, titik bahu tertinggi bagian belakang ditarik
garis tegak lurus TB dan diturunkan 2 cm, kemudian dibuat lengkung leher belakang. Lengkung
lengan belakang selisih 0,5 cm dari lengan lengan depan.

Pola Lengan

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


17

Keterangan Pola Lengan


A – B = C – D = panjang lengan – lebar manset
A – C = ½ lingkar kerung lengan – 1 cm
C – C1 = ½ A – C dikurangi 1 cm
B – D1 = ½ panjang manset + 2 cm
D1 – B1 = 6 cm
B1 – B2 = panjang belahan
D1- D2 = keluar 0,5 cm
A dihubungkan dengan C1,
A – C1 = dibagi menjadi 3 bagian untuk membuat lengkung lengan dimana jarak titik di atas 2
cm
Selisih lengkung lengan depan dan belakang 0,5 cm

Pola Manset

Keterangan Pola Manset

A – B = C – D = lingkar
pergelangan lengan
A – C = B – D = lebar manset
4 cm
C – C1 = C – C2 = D – D1 = D – D2 = 1,5 cm
Hubungkan titik A – C2 – C1 – D1 –D2 – B – A sehingga membentuk pola manset

Pola Belahan Bagian Bawah

Keterangan Pola Belahan Bagian


Bawah
A – B = C – D = 13 cm A – C = B – D = 4 cm A – A1 = C A1 = 2 cm
B – B1 = D – B1 = 2 cm
Hubungkan titik A – C – D – B – A
sehingga membentuk pola belahan bagian bawah
Pola Belahan bagian atas

A – B= 17 cm
A – A1 = A – A2 = 2 cm
B – B1= B – B2 = 2,5 cm
B3 tengah-tengah B – B1
B1 – B5 = B – B4 = 1 cm
A2 – A3 = 12 cm

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


18

Hubungkan titik A1 – A – A2 – A3 – A4 – B4 – B3 – B5 – A1
sehingga membentuk belahan manset bagian atas

Pola Krah ( Skala 1 : 4 )

Keterangan Pola Daun Krah


A – B = C – D = ½
lingkar leher
A – C = B – D = 6 cm
A turun 1 cm
C naik 1 cm
B keluar 1 cm
Hubungkan titik-titik A1 – C1
– D – B1 – B – A1, sehingga
membentuk daun krah

Pola Kaki Kerah

Keterangan Pola Kaki Krah


A – B = C – D = ½ lingkar leher
+ 2 cm
A – C = B – D = 4 cm
C naik 1 cm, D naik 1,5 cm
B masuk 1 cm, B1 turun 0,5 cm
Hubungkan titik-titik A – C1 – D1 – B2 – A, sehingga membentuk kaki krah

PECAH POLA KEMEJA LENGAN PANJANG

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


19

B. CARA MERANCANG DAN MEMOTONG BAHAN

Sesudah bagian-bagian pola selesai dibuat, susun dan letakkan bagian-bagian pola tersebut
di atas bahan busana. Garislah sesuai pola dengan terlebih dahulu ditambahkan untuk
kelim dan kampuh jahitan, seperti :

1. Lipatan kancing = 5 cm atau sesuai model


2. Kelim lengan = 4 cm
3. Kelim saku = 4 cm
4. Kelim bawah = 3 cm
5. Kampuh lainnya = 1,5 cm

Memotong Bahan / Kain

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


20

Gunting bahan sesuai pola masing – masing. Gunting pula kain keras untuk bagian krah,
fiselin untuk lipatan kancing, saku bagian atas dan manset. Rancangan bahan pada
pembuatan kemeja lengan panjang ini adalah sebagai berikut :

Untuk memotong bahan kain dengan menggunakan gunting khusus kain.


1. Mulailah memotong bahan yang paling dekat dengan tepi terlebih dahulu.
Potong bahan kain mengikuti garis kampuh yang telah dibuat sebelumnya.
2. Potong bahan kain dari bagian pola yang besar baru pola yang kecil seperti
saku, kerah dan juga manset kemeja.
3. Supaya hasil guntingan yang didapatkan terkesan tampak rata dan halus gunakan
gunting yang tajam.
Selesai melakukan pemotongan bahan, selanjutnya anda tinggal memindahkan seluruh tanda gars
pola dengan bantuan rader dan kaebon jahit lalu menjahit potongan-potongan bahan kain hingga
membentuk kemeja.

Sumber : https://kirrin nch.com/

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


21

Melekatkan Kain Keras

Siapkan potongan bahan kain yang perlu diberi tambahan kain keras. Sebagai contoh
potongan bagian kerah kemeja beserta bagian manset.

1. Tempelkan kain keras pada potongan bahan kain dengan menggunakan bantuan
setrika.
2. Bahan pelapis antara yang digunakan untuk membuat kerah umumnya
berupa trubenys yang digunting miring 450 supaya mendapatkan hasil yang
rata dan tidak berkerut.

C. Langkah Kerja Menjahit Kemeja Pria


Selesai memasang kain keras selanjutnya jahit kemeja mulai dari bagian yang paling kecil seperti
kerah dan manset kemeja, dilanjutkan dengan menjahit bagian badan kemeja lalu
menyelesaikan kerah dan mansetnya.
1. Menjahit Kerah dan Manset

Jahit bagian kerah dan manset kemeja yang sudah diberi kain keras. Cara paling mudah yang
bisa anda lakukan untuk menjahit kerah kemeja dengan penegak (board) yaitu:
 Menjahit kain keras pada kerah.
 Kampuh kerah dikecilkan, kemudian dibalik dan disetik/ditindas.
 Memasang kain keras pada penegak (board).
 Memasang kerah pada penegak (board).
Sementara untuk menjahit manset kemeja caranya siapkan dulu bahan pokok untuk
manset yang sudah diberi tambahan pelapis. Lipat manset sehingga bagian luar kain
berhadapan kemudian bagian kedua sisi dijahit mesin, setelah itu dibalik ke bagian luar.\

2. Menjahit Saku Kemeja


Setelah bagian terkecil dari kemeja selesai dibuat sahabat Fitinline bisa mulai menjahit dan
memasang sakunya. Khusus untuk kemeja, jenis saku yang biasa dipakai yaitu berupa saku
tempel yang mempunyai ciri-ciri sederhana dan klasik.
Bentuk saku pada kemeja sendiri umumnya menyesuaikan dengan bentuk kerah.
 Misalnya saja jika bentuk ujung kerah agak membulat maka ujung saku akan mengikuti
bentuk ujung kerah tersebut.
 Sebaliknya jika ujung kerah mempunyai garis lurus maka ujung sakupun dibuat kesan garis
lurus atau bersudut.

Langkah kerja menjahit saku tempel pada kemeja yaitu:


 Menyiapkan bahan saku sesuai ukuran.
 Menyetrika kampuh saku, sebelumnya kelim saku diobras/dilipat stik mesin. Meletakkan
posisi saku pada bagian badan kemeja bagian kiri.
 Menjahit saku sesuai arah jahitan yang kuat dan tepat.

3. Menjahit Lengan Kemeja


Untuk membuat kemeja lengan panjang jahit bagian lengan kemeja dan pasangkan manset
pada bagian ujung lengannya. Tapi sebelum anda memasang manset buat dulu belahan dua lajur
pada lengan bagian belakang untuk memudahkan dalam pemakaian kemeja.
Selesai membuat belahan lengan sekarang anda tinggal menjahit manset pada lengan kemeja pria
dengan cara sebagai berikut.
 Siapkan bahan pokok untuk manset beserta bahan pelapisnya.
 Setrika bahan pelapis pada bahan pokok manset, lipat ke bagian buruk lalu jahit.
 Lipat bagian kain yang tidak ada kain kerasnya supaya bagian baik kain saling
berhadapan kemudian jahit kedua sisinya dengan mesin jahit.

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


22

 Balikkan manset ke bagian luar lalu setrika.


 Terakhir pasang manset pada ujung lengan kemeja.

4. Menjahit Badan Kemeja


Proses menjahit kemeja selanjutnya dapat dilakukan dengan menghubungkan badan
bagian depan dengan bagian belakang kemeja. Tapi kalau kemeja yang anda buat
kebetulan memiliki hiasan pas bahu maka anda harus menjahit dulu bagian tersebut dengan
badan belakang.
Pas bahu sendiri merupakan garis hias yang terletak pada bagian bahu bagian depan
menyambung ke bagian punggung. Fngsi dari garis hias di bagian bahu kemeja yaitu untuk
memberi kesan berwibawa bagi yang memakainya, disamping menambah kekuatan pakaian
tersebut.
Berdasarkan bentuk dasarnya pas bahu pada kemeja pria sebenarnya bisa dibuat bermacam-
macam, ada yang berbentuk lurus tapi ada juga yang melengkung atau bersudut.
 Pas bahu yang bentuknya lurus bisa dijahit dari bagian dalam dengan cara dibalik
sehingga kampuh bahu bagian depan dan pungung berada di dalam.
 Pas bahu yang bersudut bisa dijahit dari bagian luar dengan cara dijahit tindas.
Untuk menjahit pas bahu pun dibutuhkan dua lapis bahan agar mencapai hasil yang baik
(memberi bentuk), namun dalam menjahitnya perlu kehati-hatian agar hasilnya lebih rapi.
 Sambungkan pas bahu dengan badan belakang.
 Setelah selesai barulah sahabat Fitinline bisa menyambungkan bahu badan
depan dan belakang.
 Setrika bagian pas bahu yang sudah selesai dijahit.

5. Menjahit Sisi Kemeja


Jahit bagian sisi kemeja lalu rapikan dengan mesin obras. Jika anda memilih kampuh obras untuk
penyelesaian tepi kemeja, sebaiknya gunakan benang katun saat proses pengobrasan, agar obrasan
lebih tahan lama.

6. Menjahit Belahan Depan Kemeja


Belahan depan kemeja merupakan bagian yang biasa difungsikan sebagai bukaan sekaligus
penutup kemeja pria. Khusus pada kemeja pria, belahan ini bisa dibuat dengan model
biasa sehingga kancingnya akan tampak dari luar ataupun dibuat menjadi belahan sembunyi.
Untuk membuat belahan kemeja yang kancingnya tampak dari luar anda hanya perlu melipat
bagian tengah muka ke arah buruk kain sesuai tanda pola lalu menjahitnya dengan mesin jahit.
Lubang kancing pada belahan kemeja pria biasanya terletak pada bagian kiri sementara
kancingnya berada di sisi kanan.
Jenis kancing yang dapat digunakan untuk menutup belahan kemeja bisa berupa kancing pipih yang
mempunyai lubang dua atau empat.
Lubang kancing pada kemeja tersebut biasa dibuat dengan arah memanjang.
Sementara untuk membuat belahan kemeja yang kancingnya tersembunyi anda perlu membuat
dua lapis belahan di sisi kiri kemeja, dimana bagian terluarnya berfungsi untuk menyembunyikan
kancing. Belahan sembunyi pada kemeja pria umumnya terletak pada badan bagian kiri.
Ukuran panjangnya biasa dibuat sesuai dengan panjang sebuah kemeja (proporsional). Belahan
sembunyi terdiri atas dua lapis bahan di bagian tengah depan kemeja.
Jenis kancing yang dapat digunakan untuk menutup belahan sembunyi bisa berupa kancing
pipih yang mempunyai lubang dua atau empat.
Lubang kancing pada kemeja tersebut biasa dibuat dengan arah memanjang sesuai dengan
bentuk belahan.

7. Memasang Lengan Kemeja

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


23

Pasangkan bagian lengan kemeja kemudian obras bagian ketiaknya. Khusus untuk
memasang bagian lengan kemeja cara paling mudah yang dapat dilakukan yaitu:
 Beri tanda tengah lengan dan ujung bahan bagian badan.
 Pasangkan lengan kemeja pada bagian kerung lengan kemudian sematkan jarum pentul
untuk menahan posisinya agar tidak bergeser.
 Setelah itu jahit bagian lengan dan badan kemeja secara bersamaan kemudian rapikan
ketiak kemeja dengan cara mengobrasnya dengan mesin obras.

8. Memasang Kerah Kemeja


Untuk memasang kerah kemeja anda cukup melekatkan kerah pada bagian leher kemeja
dengan baik kemudian menjahitnya dengan mesin jahit.
 Berilah tanda tengah pada penegak kerah yang tidak dilapis dengan kain keras dan
tanda tengah belakang pada garis leher kemeja.
 Hubungkan tanda tengah penegak dan garis leher dengan baik lalu sematkan jarum
pentul untuk menahan posisinya agar tidak bergeser.
 Jahit bagian kerah dari tengah ke kanan dan tengah ke kiri sampai ke ujung garis leher.
 Berilah guntingan dalam pada kampuh, kemudian arahkan penegak yang sudah
dilapisi kain kerah ke arah bawah sehingga menutup jahitan pertama.
 Tindas sepanjang pinggir kerah mengikuti bentuk penegak mulai dari tengah
belakang mengelilingi penegak berakhir di tengah belakang.

9. Menjahit Ujung Bawah Kemeja


Selesaikan bagian bawah kemeja dengan cara melipat bagian ujung kainnya ke arah buruk
kain kemudian menjahitnya dengan jahitan tindas.

10. Membuat Lubang Kancing


Sebagai penyelesaian akhir sahabat Fitinline tinggal membuat lubang kancing di sisi sebelah
kiri belahan kemeja sesuai banyaknya kancing, dengan posisi arah lubang kancing memanjang
mengikuti belahan kemeja.
 Untuk melubangi bagian tengah rumah kancing, mula-mula tusukan jarum pentul pada
salah satu ujung lubang kancing.
 Siapkan pendedel atau gunting kecil yang ujungnya lancip untuk melubangi bagian tengah
rumah kancing.
 Tusukkan bagian ujung pendedel pada bahan kemudian buat sayatan yang tidak terlalu besar.
Dengan menggunakan gunting perlebar lubang rumah kancing sampai batas ukuran yang telah
ditetapkan.
 Terakhir rapikan serat-serat benang yang ada pada sekitar rumah kancing supaya
bentuknya terkesan lebih menarik.

11. Memasang Kancing Kemeja


Pemasangan kancing pada kemeja merupakan langkah terakhir dalam penyelesaian busana.
Untuk memasang kancing lubang dua dan empat pada kemeja berikut cara mudah yang bisa anda
coba.
 Tentukan letak kancing yaitu membuat tusuk awal dengan menyisipkan ujung benang di
antara dua kain dan membuat satu atau dua tusukan kecil sebagai penguat.
 Pasang kancing dengan meletakkan jarum pentul untuk memberi kelonggaran pada kain
yang tebal sebagai penyangga atau pengganti kaki kancing.
 Tusukkan jarum jahit melalui kancing sampai menembus ke dalam kain.
 Lakukan beberapa kali lilitan, setelah selesai ambil jarum yang telah digunakan
untuk penyangga.
 Belit-belitkan benang pada bagian bawah kancing.

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


24

 Sebagai penyelesaian akhir buat simpul mati pada bagian buruk kain kemudian rapikan
sisa benangnya.

12. Mengemas Produk kemeja


https://ontbpwjt.wordpress.com/2016/11/20/pengemasan/
Sebelum dikemas kemeja dilipat terlebih dahulu, seperti gambar di bawah ini.

Melipat Kemeja Berkerah


Cara Melipat Pakaian Dalam Pengepakan
1) Seterika bagian kerah, lengan, dan bagian muka kemeja.
2) Seterika bagian belakang kemudian letakkan karton cetakan ukuran lipatan pada
bagian punggung. Lipat pakaian sesuai dengan cetakan, dan pada saat melipat bagian
lengan, gunakan crocodille sebagai penjepit agar letak lipatan lengan tidak berubah.

3) Lepas cetakan dan pasang karton penahan dengan cara menarik karton cetakan
perlahan -lahan dan bersaman dengan itu masukkan perlahan -lahan karton penahan.
Setelah karton cetakan terangkat, jepit lipatan bagian belakang dengan crocodile.
4) Pada bagian muka jepitkan crocodille untuk menjepit bagian lipatan ujung lengan
lihat gambar berikut.

5) Kemudian pasang penahan krah, penahan kancing untuk model -model tertentu yang
memerlukan penahan pada bagian krah dan kancing tengah muka atas.

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


25

6) Pilah dan kelompokkan produk yang telah dilipat dan tumpukkan sesuai dengan
ukuran dan model

7) pasang hang tag dan paper tag, serta atribut lain yang ingin ditempel pada produk,
kemudian masukkan dalam kemasan sesuai dengan yang telah ditetapkan (plastik,
kotak, atau kemasan lainnya) lihat gambar 3.11. Contoh hasil kemasan produk busana
yang dilipat dapat dilihat pada gambar berikut.

13.Contoh produk

2. PEMBUATAN TUNIK
Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


26

A. DESKRIPSI
Hand out pembuatan TUNIK ini merupakan rangkuman dasar penunjang dalam mempelajari mata
pelajaran membuat pola secara industri. Dalam hand out ini berisi langkah-langkah pembuatan pola
TUNIK secara industry yang disertai dengan ukuran standar S, M, dan L. Pola tunik yang dipraktikkan
disini merupakan pola tunik muslim.

B. PRASYARAT
Untuk mempelajari handout ini prasyarat yang harus dimiliki oleh peserta didik yaitu telah
menerapkan pengetahuan tentang cara membuat pola dasar tunik dengan sistem praktis.
Waktu yang dibutuhkan dalam mempelajari handout ini adalah 2x pertemuan dimana setiap
pertemuannya adalah 6 x 45 menit dan 7 x 45 menit.

C. PETUNJUK PENGGUNAAN HANDOUT


1. Petunjuk peserta didik
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mempelajari hand out ini adalah sebagai
berikut :

a) Baca dengan seksama sehingga benar-benar paham isi hand out ini
b) Jika ada yang kurang jelas dengan isi hand out ini silahkan tanyakan pada guru
pengajar
c) Lakukan praktik pembuatan pola kemeja pria. baik pola besar maupun pola kecil.
2. Perlengkapan yang perlu disiapkan
a) Pensil dan penghapus
b) Penggaris pola (lengkung dan siku)
c) Penggaris lurus
d) Meteran ukur (metline)
e) Lem kertas
f) Gunting kertas
g) Kertas pola
D. KOMPETENSI
1. Menganalisis pola dasar tunik secara industri
2. Menganalisis pecah pola tunik secara industri
3. Menganalisis langkah-langkah membuat pola tunik secara industri

E. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR


1) Kompetensi Dasar (KD)
3.3 Menganalisis pola tunik sesuai desain
4.3 Membuat pola tunik
2) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.3.1. Menganalisis pola dasar tunik sesuai ukuran

3.3.2. Menganalisis pecah pola tunik sesuai desain

3.3.3. Menyeleksi daftar ukuran yang sesuai untuk membuat tunik

3.3.4. Menganalisis langkah-langkah membuat pola tunik sesuai desain

4.3.1. Membuat pola dasar tunik sesuai ukuran

4.3.2. Membuat pecah pola tunik sesuai desain

4.3.3. Mengidentifikasikan langkah-langkah dalam pembuatan pola tunik

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


27

URAIAN MATERI

Pengertian Tunik

Tunik (bahasa Inggris: tunic) adalah pakaian longgar yang menutupi dada, bahu, dan punggung. Baju


ini bisa berlengan atau tanpa lengan, dan panjangnya sampai di pinggul atau hingga di atas lutut.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tunik)

Tunik lebih dikenal sebagai ikon fashion muslimah yang populer, dan banyak disukai kaum
hawa. Baju tunik bisa juga untuk digunakan di berbagai kesempatan, baik formal maupun santai.

Dalam pembuatan pakaian dilakukan melalui beberapa tahap atau proses pembuatan dari
mendesain model sampai pada finishing.

Pembuatan pola sesuai desain dilakukan melalui tiga tahapan yaitu dari pembuatan pola dasar atau
blok dasar, dr blok dasar dirubah yang dikenal sebagai pola intermediate dan kemudian pola final
yaitu pola yangsudah siap untuk memotong bahan.

Dalam pembelajaran pembuatan pola tunik disini kita gunakan pola dasar blus yang akan
dikembangkan atau dirubah sesuai desain atau model tunik yang kita inginkan.

A. Tehnik membuat Pola Badan dan lengan


Contoh Ukuran dan Cara Membuat Pola Blouse Lengan Pendek

1. Contoh ukuran

NO BAGIAN UKURAN (cm)


1) Panjang baju/ Body length 66
2) Lingkar badan/ Chest 92
3) Lingkar pinggang/ Waist 85
4) Lingkar pinggul/ Hip 100
5) Posisi pinggang/ Waist Distance 40
6) Posisi pinggul/ Hip Distance 60
7) Lingkar leher 42
8) Lebar leher/ Neck widh 15
9) Lebar bahu/ shoulder 38
10) Lebar muka 35
11) Lebar punggung 36
12) Jarak dada 23
13) Tinggi dada 24
14) Lebar plaket/ Pucket widh 3
15) Lingkar lengan atas/ Arm hole 46
16) Panjang lengan/ sleeve length 25
17) Tinggi puncak/ kemiringan lengan/Arm hole high 11
18) Lingkar lengan bawah/Sleeve opening 34
19) Panjang belahan/ Sleet length 11
20) Lebar manset/ Manset width 4

2. Cara membuat pola Blouse depan dan belakang.


1) Buat segi empat A – B – C – D

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


28

lingkar pinggul 100


A–B = C–D = 2 = 2 = 50 cm

A–C = B–D = Panjang blouse diukur dari HPS (Height Point Shoulder) = 66 cm

2) A–A1 = B–B1 = turun 4 cm

lingkar lengan atas


46
3) A–E = B–E1 = 2 = 2 = 23 cm

4) A – F = B – F1 = posisi pinggang di ukur dari leher belakang 40 cm atau posisi pinggang di


ukur dari pinggang ke A1 naik 2 cm.

5) A – G = B – G1 = Posisi pinggul 60 cm

Lebar leher 15
6) A – A3 = 2 = 2 = 7,5 cm

Lebar leher
7) A – A2 = 2 + 1 = 8,5 cm
Buat kerung leher depan dari A3 sampai A2

Lebar bahu ( shoulder ) 38


8) A1 – A4 = 2 = 2 = 19 cm
Tarik garis bahu dari A3 ke A4

9) A1 – H = 8 cm

Lebar muka 35
10) H – H1 = 2 = 2 = 17,5 cm

Lingkar badan 92
11) E – E2 = 4 = 2 = 23 cm

A4 – F2 = Buat kerung lengan depan dari A4 ke E2 melalui titik H

Cek lingkar kerung lengan depan

Lingkar _ker unglengan atas

2 + 0,5 = 23,5 cm

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


29

Lingkar pinggang
12) F – F2 = 2 + 2,4 (kupnat) = 23, 65 cm

Jarak dada 23
13) F – F3 = 2 = 2 = 11,5 cm
F4 = Tinggi dada di ukur dari HPS (Height Point Shoulder) = 24 cm

F5 = di ukur dari pinggang 10 cm


Tarik garis E2, C2 melalui titik F2
A3 – A4 – E2 – F2 – C3 – C1 – A2 – A3 adalah pola blouse bagian depan
Lebar leher 15
B – B3 = 2 = 2 = 7,5 cm
B – B2 turun 2 cm

Tarik garis untuk leher belakang dari B3 – B2

Cek kerung leher depan di tambah kerung Leher belakang

Lingkar leher 42
hasilnya = 2 = 2 = 21 cm

Lebar bahu ( shoulder ) 38


B1 – B4 = 2 = 2 = 19 cm
B1 – H2 = 8 cm

Lebar punggung 36
H2 – H3 = 2 = 2 = 18 cm

Lingkar badan 92
E1 – E3 = 4 = 4 = 23 cm

Buat Kerung lengan belakang dari B4 ke E3 melalui titik H3


Cek kerung lengan belakang hasilnya

Lingkar _ker unglengan atas


46
2 – 0,5 = 2 – 0,5 = 22,5 cm

Lingkar pinggang
F1 – F 8 = 4 + 2,4 (kupnat) = 23, 65 cm

Jarak dada 23
F1 – F 6 = 2 = 2 = 11,5 cm
Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


30

F5 = ukur dari HPS (Height Point Shoulder) = 24 cm


F7 = diukur dari pinggang 10 cm
Hubungkan/tarik garis E3 ke D1 melalui titik F8
B3 – B4 – E3 – F8 – D1 – D – F1 – E1 – B2 adalah pola blouse bagian belakang

Gbr. POLA BLOUSE

B. Contoh Ukuran dan Cara Membuat Pola Lengan Pendek


1. Contoh ukuran
NO BAGIAN UKURAN (cm)

1) Panjang lengan 25
2)
Lingkar lengan bawah 34
3)
4)
Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


31

Tinggi puncak lengan 11

Lingkar lengan atas 46

2. Cara Membuat Pola Lengan


1) A – B = panjang lengan = 25 cm
2) B – C = tinggi puncak lengan = 11 cm

Lingkar lengan −1 atas


46−1
3) B – B1 = B – B2 = 2 = 2 = 22,5 cm

4) A1 – A2 = lingkar lengan bawah = 34 cm


5) D – B1 = 1/3 (B – B1)
6) D1 = ½ (D – B1) turun 0,5 cm
7) D2 = ½ (B – D) naik 2 cm
8) E = ¼ (B – B2) naik 1,5 cm
9) A1 – A – A2 – B2 – B – B1 adalah pola lengan pendek

D2 E

C. Merubah pola sesuai desain.


Pola yang sudah dibuat seperti di atas belum bisa kita gunakan untuk memotong bahan, karena
pola tersebut belum kita rubah sesuai desain tunik yang kita inginkan.

Berikut contoh pola sesuai desain atau model.

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


32

Contoh model dan polanya

Tugas Individu

1. Analisalah model Tunik dibawah !


2. Buatlah pola dasar dan pecah polanya.

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


33

Tunik model 1

Tunik, model 2

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana


34

Tunik model 3

Pembuatan Busana Industri

Kelas XII Tata Busana

Anda mungkin juga menyukai