Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes Melitus Tipe 2
| sunting sumber]
Diabetes melitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset diabetes, obesity-related diabetes, non-
insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes melitus yang terjadi bukan
disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan
metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen,[26] termasuk yang mengekspresikan
disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin[27] yang
disebabkan oleh disfungsi GLUT10[28] dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel
jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin[29] serta RBP4 yang menekan
penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati.[29] Mutasi
gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang
ditemukan pada manusia.[30]
Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi,[31] rasio RBP4 dan hormon resistin yang
tinggi,[29] peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati,
[29]
penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati.[32]
NIDDM juga dapat disebabkan oleh dislipidemia[33], lipodistrofi,[29] dan sindrom resistansi insulin.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang
ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.[butuh rujukan] Hiperglisemia dapat diatasi
dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau
mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun
semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan.[butuh rujukan] Ada beberapa teori
yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas
sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan
dengan pengeluaran dari adipokines itu merusak toleransi glukosa.[butuh rujukan] Obesitas ditemukan di
kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis.[butuh
rujukan]
Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah
terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.[butuh rujukan]
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya,
awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga),[34] diet (umumnya pengurangan
asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan
hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,, sebagai contoh, di
sekitar 5 kg (10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk.
Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan antidiabetic drugs.
[Sebagai/Ketika/Sebab] produksi hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang,
lisan (sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi
hormon insulin (e.g., sulfonylureas) dan mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang
glukosa oleh hati (dan menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu
(e.g., metformin), dan pada hakikatnya menipis pembalasan hormon insulin (e.g.,
thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk
memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib
tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan
perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.
Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang disebut sitagliptin, baru-baru ini
diperkenankan untuk digunakan sebagai pengobatan diabetes melitus tipe 2.[35] Seperti zat
penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang lain, sitagliptin akan membuka peluang bagi
perkembangan sel tumor maupun kanker.[36][37]
Sebuah fenotipe sangat khas ditunjukkan oleh NIDDM pada manusia adalah
defisiensi metabolisme oksidatif di dalam mitokondria[38] pada otot lurik.[39]
[40]
Sebaliknya, hormon tri-iodotironina menginduksi biogenesis di dalam mitokondria dan
meningkatkan sintesis ATP sintase pada kompleks V, meningkatkan aktivitas sitokrom c
oksidase pada kompleks IV, menurunkan spesi oksigen reaktif, menurunkan stres oksidatif,
[41]
sedang hormon melatonin akan meningkatkan produksi ATP di dalam mitokondria serta
meningkatkan aktivitas respiratory chain, terutama pada kompleks I, III dan IV.[42] Bersama
dengan insulin, ketiga hormon ini membentuk siklus yang mengatur fosforilasi
oksidatif mitokondria di dalam otot lurik.[43] Di sisi lain, metalotionein yang menghambat
aktivitas GSK-3beta akan mengurangi risiko defisiensi otot jantung pada penderita diabetes.[44][45]
[46]
Simtoma yang terjadi pada NIDDM dapat berkurang dengan dramatis, diikuti dengan
pengurangan berat tubuh, setelah dilakukan bedah bypass usus. Hal ini diketahui sebagai akibat
dari peningkatan sekresi hormon inkretin, namun para ahli belum dapat menentukan apakah
metode ini dapat memberikan kesembuhan bagi NIDDM dengan
perubahan homeostasis glukosa.[47]
Pada terapi tradisional, flavonoid yang mengandung senyawa hesperidin dan naringin, diketahui
menyebabkan:[48]
peningkatan mRNA glukokinase,
peningkatan ekspresi GLUT4 pada hati dan jaringan
peningkatan pencerap gamma proliferator peroksisom
peningkatan rasio plasma hormon insulin, protein C dan leptin[49]
penurunan ekspresi GLUT2 pada hati
penurunan rasio plasma asam lemak dan kadar trigliserida pada hati
penurunan rasio plasma dan kadar kolesterol dalam hati, antara lain dengan
menekan 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme reductase, asil-KoA, kolesterol
asiltransferase
penurunan oksidasi asam lemak di dalam hati dan aktivitas karnitina palmitoil, antara
lain dengan mengurangi sintesis glukosa-6 fosfatase dehidrogenase dan fosfatidat
fosfohidrolase
meningkatkan laju lintasan glikolisis dan/atau menurunkan laju
lintasan glukoneogenesis
sedang naringin sendiri, menurunkan transkripsi mRNA fosfoenolpiruvat
karboksikinase dan glukosa-6 fosfatase di dalam hati.
Hesperidin merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan pada buah jenis jeruk, sedang
naringin banyak ditemukan pada buah jenis anggur.
Diabetes melitus tipe 2 dapat dicegah atau diperlambat munculnya dengan mengembangkan
Pola Hidup Sehat:[50]
Patofisiologi[sunting | sunting sumber]
Kemungkinan induksi diabetes tipe 2 dari berbagai macam kelainan hormonal, seperti
hormon sekresi kelenjar adrenal, hipofisis dan tiroid merupakan studi pengamatan yang sedang
laik daun saat ini. Sebagai contoh, timbulnya IGT dan diabetes melitus sering disebut terkait
oleh akromegali dan hiperkortisolisme atau sindrom Cushing.
Hipersekresi hormon GH pada akromegali dan sindrom Cushing sering berakibat pada resistansi
insulin, baik pada hati dan organ lain, dengan simtoma hiperinsulinemia dan hiperglisemia, yang
berdampak pada penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian.[53]
GH memang memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa dengan
menstimulasi glukogenesis dan lipolisis, dan meningkatkan kadar glukosa darah dan asam
lemak. Sebaliknya, insulin-like growth factor 1 (IGF-I) meningkatkan kepekaan terhadap insulin,
terutama pada otot lurik. Walaupun demikian, pada akromegali, peningkatan rasio IGF-I tidak
dapat menurunkan resistansi insulin, oleh karena berlebihnya GH.
Terapi dengan somatostatin dapat meredam kelebihan GH pada sebagian banyak orang, tetapi
karena juga menghambat sekresi insulin dari pankreas, terapi ini akan memicu komplikasi
pada toleransi glukosa.
Sedangkan hipersekresi hormon kortisol pada hiperkortisolisme yang menjadi
penyebab obesitas viseral, resistansi insulin, dan dislipidemia, mengarah pada hiperglisemia dan
turunnya toleransi glukosa, terjadinya resistansi insulin,
stimulasi glukoneogenesis dan glikogenolisis. Saat bersinergis dengan
kofaktor hipertensi, hiperkoagulasi, dapat meningkatkan risiko kardiovaskular.
Hipersekresi hormon juga terjadi pada kelenjar tiroid berupa tri-
iodotironina dengan hipertiroidisme yang menyebabkan abnormalnya toleransi glukosa.
Pada penderita tumor neuroendokrin, terjadi perubahan toleransi glukosa yang disebabkan oleh
hiposekresi insulin, seperti yang terjadi pada
pasien bedah pankreas, feokromositoma, glukagonoma dan somatostatinoma.
Hipersekresi hormon ditengarai juga menginduksi diabetes tipe lain, yaitu tipe 1. Sinergi hormon
berbentuk sitokina, interferon-gamma dan TNF-α, dijumpai membawa sinyal apoptosis bagi sel
beta, baik in vitro maupun in vivo.[54] Apoptosis sel beta juga terjadi akibat mekanisme Fas-FasL,
[55][56]
dan/atau hipersekresi molekul sitotoksik, seperti granzim dan perforin; selain
hiperaktivitas sel T CD8- dan CD4-.[56]
Komplikasi[sunting | sunting sumber]
Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis
ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta
kerusakan saraf dan pembuluh darah yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan
risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum terjadi, bila kontrol kadar gula darah
buruk. Komplikasi berarti beberapa organ dan fungsi tubuh terganggu sekaligus. Menurut Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemkes RI, penderita diabetes dapat
mengalami komplikasi sebagai berikut: 50.9 persen mengalami penurunan fungsi seksual, 30.6
persen refleks tubuhnya terganggu, 29.3 persen retinanya terganggu (retinopati diabetik), 16.3
persen mengalami katarak awal (lebih cepat terjadi dari umur seharusnya). 50 persen penderita
diabetes akan meninggal, karena penyakit kardiovaskuler.[57]
Ketoasidosis diabetikum[sunting | sunting sumber]
Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan
cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di
dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula
tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan
menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah
menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan
sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernapasan
menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau
napas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa
berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai
menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka
melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau
penyakit yang serius. Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala selama beberapa
tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering
kencing dan haus. Jarang terjadi ketoasidosis.[butuh rujukan] Jika kadar gula darah sangat tinggi
(sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan),
maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental,
pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.[butuh
rujukan]
Diagnosis[sunting | sunting sumber]
Penyaringan penyakit diabetes[sunting | sunting sumber]
Jika salah satu faktor risiko diabetes di bawah ini terpenuhi, maka harus dilakukan Penyaringan
penyakit dibetes dengan melakukan Tes Gula Darah Puasa dan Tes Gula Darah 2 jam setelah
makan. Mengingat melakukan 2 Tes di atas di Laboratorium Klinik biayanya sama besar dengan
Tes Toleransi Glukosa, maka sebaiknya langsung saja melakukan Tes Toleransi Glukosa.
Faktor risiko diabetes:[60]
Tabel: Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode Bukan Belum
DM
enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl).[62] DM pasti DM
Kadar glukosa darah sewaktu:
Plasma vena <110 110 - 199 >200
Darah kapiler <90 90 - 199 >200
Kadar glukosa darah puasa:
Plasma vena <110 110 - 125 >126
Darah kapiler <90 90 - 109 >110
rentan terhadap infeksi.
Kata diabetes melitus itu sendiri mengacu pada simtoma yang disebut glikosuria, atau kencing
manis, yang terjadi jika penderita tidak segera mendapatkan perawatan.
Pengendalian penyakit diabetes[sunting | sunting sumber]
Ada 4 pilar Pengendalian penyakit diabetes:[60]
Edukasi, pasien harus tahu bahwa penyakit diabetes tidak dapat disembuhkan,
tetapi bisa dikendalikan dan pengendalian harus dilakukan seumur hidup
Makanan, jika input/masukan buruk, maka output/hasil akan buruk, demikian pula
bila makan melebihi diet yang ditentukan, maka kadar gula darah akan meningkat
Olahraga, diperlukan untuk membakar kadar gula berlebih yang ada dalam darah [51]
Obat, hanya jika diperlukan, tetapi bila kadar gula darah telah turun dengan
meminum obat, bukan berarti telah sembuh, tetapi harus konsultasi dengan dokter
apakah tetap meminum obat dengan kadar yang tetap atau meminum obat yang
sama dengan kadar yang diturunkan atau minum obat yang lain
Dalam berdiet pasien harus tahu tentang indeks glikemik, yaitu naiknya kadar gula darah setelah
makan makanan tertentu seberat 100 gram dibandingkan dengan minum 100 gram glukosa di
mana kenaikan gula darah akibat minum glukosa tersebut dinilai 100 dan makanan tersebut di
bawah 100, semakin jauh dari 100 dan mendekati nol semakin baik, artinya makanan tersebut
memiliki indeks glikemik rendah dan dicerna (sangat) lambat dan kenaikan kadar gula darahnya
tidak cepat. Tetapi yang terbaik adalah mengetahui muatan glikemik, yakni berapa banyak porsi
hidrat arang (zat tepung) yang terkandung di sejumlah makanan tersebut dikalikan dengan
indeks glikemiknya dan kemudian dibagi 100. Jadi kalau makan makanan dengan indeks
glikemik rendah, tetapi dalam porsi yang besar, maka muatan glikemiknya menjadi tinggi dan
tentu tidak baik bagi penderita diabetes.
Pasien yang cukup terkendali dengan pengaturan makan saja tidak mengalami kesulitan kalau
berpuasa. Pasien yang cukup terkendali dengan obat dosis tunggal juga tidak mengalami
kesulitan untuk berpuasa. Obat diberikan pada saat berbuka puasa. Untuk yang terkendali
dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dosis tinggi, obat diberikan dengan dosis sebelum berbuka
lebih besar daripada dosis sahur. Untuk yang memakai insulin, dipakai insulin jangka menengah
yang diberikan saat berbuka saja. Sedangkan pasien yang harus menggunakan insulin (DMTI)
dosis ganda, dianjurkan untuk tidak berpuasa dalam bulan Ramadhan.[62]
Riset[sunting | sunting sumber]
Insulin yang dihirup telah dikembangkan.[64] Produk awal telah ditarik, karena efek-efek
sampingnya.[64] Afrezza, buatan MannKind Corporation, telah disetujui oleh FDA (BPOMnya
Amerika Serikat) untuk dijual secara umum pada bulan Juni 2014[65] Terdapat beberapa
keuntungan dari insulin hirup tersebut: nyaman, mudah digunakan dan sebagai alternatif dari
penderita yang tak dapat menggunakan insulin suntik.[66]