Hipertensi Sekunder
Hipertensi Sekunder
| sunting sumber]
Beberapa tanda dan gejala tambahan dapat menunjukkan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi
akibat penyebab yang jelas seperti penyakit ginjal atau penyakit endokrin. Contohnya, obesitas
pada dada dan perut, intoleransi glukosa, wajah bulat seperti bulan (moon facies), "punuk
kerbau" (buffalo hump), dan striae ungu menandakan Sindrom Cushing.[11] Penyakit
tiroid dan akromegali juga dapat menyebabkan hipertensi dan mempunyai gejala dan tanda yang
khas.[11] Bising perut mungkin mengindikasikan stenosis arteri renalis (penyempitan arteri yang
mengedarkan darah ke ginjal). Berkurangnya tekanan darah di kaki atau lambatnya atau
hilangnya denyut arteri femoralis mungkin menandakan koarktasio aorta (penyempitan aorta
sesaat setelah meninggalkan jantung). Hipertensi yang sangat bervariasi dengan sakit kepala,
palpitasi, pucat, dan berkeringat harus segera menimbulkan kecurigaan ke arah feokromositoma.
[11]
Kehamilan[sunting | sunting sumber]
Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi pada sekitar 8-10% kehamilan.[11] Kebanyakan wanita
hamil yang mengalami hipertensi memiliki kondisi hipertensi primer yang sudah ada sebelumnya.
Tekanan darah tinggi dalam kehamilan dapat merupakan tanda awal dari pre-eklampsia, suatu
kondisi serius yang muncul setelah melewati pertengahan masa kehamilan, dan dalam beberapa
minggu setelah melahirkan.[11] Diagnosa preeklampsia termasuk peningkatan tekanan darah dan
adanya protein di dalam urin.[11] Preeklampsia muncul pada sekitar 5% kehamilan dan
bertanggung jawab atas sekitar 16% dari semua kematian ibu secara global.[11] Preeklampsia
juga menyebabkan risiko kematian bayi meningkat hingga dua kali lipat.[11] Biasanya
preeklampsia tidak menunjukkan gejala dan keadaan ini terdeteksi pada pemeriksaan rutin. Bila
terjadi preeklampsia, gejala yang paling umum adalah sakit kepala, gangguan penglihatan
(sering dalam bentuk “kilatan cahaya”), muntah, nyeri epigastrium, dan edema (bengkak).
Terkadang preeklampsia bisa berkembang menjadi kondisi yang mengancam nyawa yang
disebut eklampsia. Eklampsia adalah suatu hipertensi emergensi dan menyebabkan beberapa
komplikasi berat, seperti hilangnya penglihatan, pembengkakan otak, kejang tonik-
klonik atau konvulsi, gagal ginjal, edema paru, dan koagulasi intravaskular
diseminata (gangguan pembekuan darah).[11][14]
Komplikasi[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Komplikasi hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko yang bisa dicegah yang terpenting bagi kematian prematur di
seluruh dunia.[16] Hipertensi meningkatkan risiko penyakit jantung iskemik[17] stroke,[11] penyakit
periferal vaskular,[18] dan penyakit kardiovaskular lain, termasuk gagal jantung, aneurisma
aorta, aterosklerosis difus, dan emboli paru.[11] Hipertensi juga merupakan faktor risiko
terjadinya gangguan kognitif, demensia, dan penyakit ginjal kronik.[11] Komplikasi lain di
antaranya:
Retinopati hipertensi
Nefropati hipertensi[19]
Penyebab[sunting | sunting sumber]
Hipertensi primer[sunting | sunting sumber]
Hipertensi primer (esensial) adalah jenis hipertensi yang paling umum, meliputi sebanyak 90–
95% dari seluruh kasus hipertensi.[1] Dalam hampir semua masyarakat kontemporer, tekanan
darah meningkat seiring penuaan dan risiko untuk menjadi hipertensi di kemudian hari cukup
tinggi.[20] Hipertensi diakibatkan oleh interaksi gen yang kompleks dan faktor lingkungan.
Berbagai gen yang sering ditemukan sedikit berpengaruh pada tekanan darah, sudah
diidentifikasi [21], demikian juga beberapa gen yang jarang yang berpengaruh besar pada tekanan
darah [22] tetapi dasar genetik dari hipertensi masih belum sepenuhnya dimengerti. Beberapa
faktor lingkungan mempengaruhi tekanan darah. Faktor gaya hidup yang menurunkan tekanan
darah di antaranya mengurangi asupan garam dalam makanan,[23] meningkatkan konsumsi buah-
buahan dan produk rendah lemak (Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi (diet
DASH)). Olah Raga,[24] penurunan berat badan[25] dan menurunkan asupan alkohol juga
membantu menurunkan tekanan darah.[26] Kemungkinan peranan faktor lain seperti stres,
[24]
konsumsi kafeina,[27] dan defisiensi Vitamin D[28] kurang begitu jelas. Resistensi insulin, yang
umum ditemukan pada obesitas dan merupakan komponen dari sindrom X (atau sindrom
metabolik), juga diduga ikut berperan dalam mengakibatkan hipertensi.[29] Studi terbaru juga
memasukkan kejadian-kejadian pada awal kehidupan (contohnya, berat lahir rendah, ibu
merokok, dan kurangnya air susu ibu) sebagai faktor risiko bagi hipertensi esensial dewasa.
[30]
Namun, mekanisme yang menghubungkan paparan ini dengan hipertensi dewasa tetap tidak
jelas.[30]
Patofisiologi[sunting | sunting sumber]
Bagi kebanyakan orang dengan hipertensi esensial (primer), peningkatan resistensi terhadap
aliran darah (resistensi perifer total) bertanggung jawab atas tekanan yang tinggi itu
sementara curah jantung tetap normal.[33] Ada bukti bahwa beberapa orang muda yang
menderita prahipertensi atau “hipertensi perbatasan” memiliki curah jantung yang tinggi, denyut
jantung meningkat, dan resistensi perifer yang normal. Kondisi ini disebut sebagai hipertensi
perbatasan hiperkinetik .[34] Para penderita ini mengembangkan fitur yang khas dari hipertensi
esensial tetap di kemudian hari saat curah jantung menurun dan resistensi perifer meningkat
seiring bertambahnya usia.[34] Masih diperdebatkan apakah pola ini biasa dialami oleh semua
orang yang pada akhirnya mengalami hipertensi.[35] Peningkatan resistensi perifer pada hipertensi
tetap terutama disebabkan oleh penyempitan struktur arteri dan arteriol kecil.[36] Penurunan
jumlah atau kepadatan pembuluh kapiler juga bisa ikut berperan dalam resistensi perifer.
[37]
Hipertensi juga dikaitkan dengan penurunan kelenturan vena perifer,[38] yang bisa
meningkatkan venous return (volume darah yang kembali ke jantung),
meningkatkan preload jantung, dan akhirnya menyebabkan disfungsi diastolik. Masih belum jelas
apakah peningkatan konstriksi aktif pembuluh darah memegang peranan dalam hipertensi
esensial.[39]
Tekanan nadi (perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik) sering meningkat pada
orang lanjut usia dengan hipertensi. Pada keadaan ini dapat terjadi tekanan sistolik sangat tinggi
di atas normal, tetapi tekanan diastolik mungkin normal atau rendah. Kondisi ini
disebut hipertensi sistolik terisolasi.[40] Tekanan nadi yang tinggi pada orang lanjut usia dengan
hipertensi atau hipertensi sistolik terisolasi disebabkan karena peningkatan kekakuan arteri, yang
biasanya menyertai penuaan dan dapat diperberat oleh tekanan darah tinggi.[41]
Banyak mekanisme yang sudah diajukan sebagai penyebab peningkatan resistensi yang
ditemukan dalam sistem arteri pada hipertensi. Sebagian besar bukti menunjukkan keterlibatan
salah satu atau kedua penyebab berikut:
Gangguan dalam penanganan garam dan air pada ginjal, khususnya
gangguan sistem renin-angiotensin intrarenal[42]
Abnormalitas sistem saraf simpatis[43]
Mekanisme tersebut tidak berdiri sendiri dan tampaknya keduanya ikut berperan sampai batas
tertentu dalam kebanyakan kasus hipertensi esensial. Juga diduga bahwa disfungsi
endotel (gangguan fungsi dinding pembuluh darah) dan peradangan vaskular juga ikut berperan
dalam meningkatkan resistensi perifer dan kerusakan pembuluh darah pada hipertensi.[44][45]
Diagnosis[sunting | sunting sumber]
Pemeriksaan yang dilakukan pada hipertensi
Sistem Pemeriksaan
Metaboli
Glukosa darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL dan LDL, trigliserida
k
Diagnosis hipertensi ditegakkan saat pasien menderita tekanan darah tinggi secara persisten.
Biasanya,[3] untuk menegakkan diagnosis diperlukan tiga kali pengukuran sfigmomanometer
yang berbeda dengan interval satu bulan.[52] Pemeriksaan awal pasien dengan hipertensi
mencakup anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap. Dengan tersedianya pemantauan tekanan
darah ambulatori 24 jam dan alat pengukur tekanan darah di rumah, demi menghindari
kekeliruan diagnosis pada pasien dengan hipertensi white coat (jenis hipertensi yang disebabkan
oleh stres saat bertemu dokter atau berada dalam suasana medis) telah dihasilkan suatu
perubahan protokol. Di Inggris, praktik terbaik yang dianjurkan saat ini adalah dengan
melakukan follow-up satu kali hasil pengukuran tekanan darah yang tinggi di klinik dengan
pengukuran ambulatori. Follow-up juga dapat dilakukan, walaupun kurang ideal, dengan
memonitor tekanan darah di rumah selama kurun waktu tujuh hari.[3]
Sekali diagnosis telah ditegakkan, dokter berusaha mengindentifikasi penyebabnya berdasarkan
faktor risiko dan gejala lainnya, bila ada. Hipertensi sekunder lebih sering ditemukan pada anak
usia prapubertas dan sebagian besar kasus disebabkan oleh penyakit ginjal. Hipertensi primer
atau esensial lebih umum pada orang dewasa dan memiliki berbagai faktor risiko, di antaranya
obesitas dan riwayat hipertensi dalam keluarga.[53] Pemeriksaan laboratorium juga dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab hipertensi sekunder, dan untuk
menentukan apakah hipertensi menyebabkan kerusakan pada jantung, mata, dan ginjal.
Pemeriksaan tambahan untuk diabetes dan kadar kolesterol tinggi dilakukan karena kondisi ini
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan mungkin memerlukan penanganan.[1]
Kadar kreatinin darah diukur untuk menilai adanya gangguan ginjal, yang mungkin merupakan
penyebab atau akibat dari hipertensi. Kadar kreatinin darah saja dapat memberikan dugaan
yang terlalu tinggi untuk laju filtrasi glomerulus. Panduan terkini menganjurkan penggunaan
rumus prediktif seperti formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) untuk
memperkirakan laju filtrasi glomerulus (eGFR).[2] eGFR juga dapat memberikan nilai awal/dasar
fungsi ginjal yang dapat digunakan untuk memonitor efek samping obat antihipertensi tertentu
pada fungsi ginjal. Pemeriksaan protein pada sampel urin digunakan juga sebagai indikator
sekunder penyakit ginjal. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG/ECG) dilakukan untuk
memeriksa tanda-tanda adanya beban yang berlebihan pada jantung akibat tekanan darah
tinggi. Pemeriksaan ini juga dapat menunjukkan adanya penebalan dinding jantung (hipertrofi
ventrikel kiri) atau tanda bahwa jantung pernah mengalami gangguan ringan seperti serangan
jantung tanpa gejala (silent heart attack). Pemeriksaan foto Röntgen
dada atau ekokardiogram juga dapat dilakukan untuk melihat tanda pembesaran atau kerusakan
pada jantung.[11]
Pencegahan[sunting | sunting sumber]
Cukup banyak orang yang mengalami hipertensi tetapi tidak menyadarinya.[54] Diperlukan
tindakan yang mencakup seluruh populasi untuk mengurangi akibat tekanan darah tinggi dan
meminimalkan kebutuhan terapi dengan obat antihipertensi. Dianjurkan perubahan gaya hidup
untuk menurunkan tekanan darah, sebelum memulai terapi obat. Pedoman British Hypertension
Society 2004 [54] mengajukan perubahan gaya hidup yang konsisten dengan pedoman dari US
National High BP Education Program tahun 2002[55] untuk pencegahan utama bagi hipertensi
sebagai berikut: