Anda di halaman 1dari 14

TUKAK PEPTIK

DEFINISI

Tukak peptik adalah penyakit akibat gangguan pada saluran gastrointestinal atas yg disebabkan
sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung (Avunduk, 2008).

Tukak peptik merupakan keadaan terputusnya kontinuitas mukosa yang meluas di bawah epitel
atau kerusakan pada jaringan mukosa, sub mukosa hingga lapisan otot dari suatu daerah saluran
cerna yang langsung berhubungan dengan cairan lambung asam atau pepsin (Sanusi, 2011).

ETIOLOGI

Sampai saat ini diketahui terdapat tiga penyebab utama tukak peptik, yaitu NSAID, infeksi H.
Pylori, dan kondisi hipersekresi asam seperti Zollinger-Ellison syndrome. Adanya infeksi H.
Pylori atau penggunaan NSAID harus ditelusuri pada semua penderita dengan tukak peptikum
(Sanusi, 2011).

PATOFISIOLOGI

Tukak terjadi karena gangguan keseimbangan antara faktor agresif (asam, pepsin atau faktor-
faktor iritan lainnya) dengan faktor defensif (mukus, bikarbonat, aliran darah) (Sanusi, 2011).

Sel parietal mengeluarkan asam lambung HCl, sel peptik atau zimogen mengeluarkan
pepsinogen yang oleh HCl dirubah menjadi pepsin dimana HCl dan pepsin adalah faktor agresif
terutama pepsin dengan pH < 4 (sangat agresif terhadap mukosa lambung). Bahan iritan dapat
menimbulkan defek barier mukosa dan terjadi difusi balik ion H+ . Histamin terangsang untuk
lebih banyak mengeluarkan asam lambung, kemudian menimbulkan dilatasi dan peningkatan
permeabilitas pembuluh kapiler, kerusakan mukosa lambung, gastritis akut atau kronik, dan
tukak peptik (Tarigan, 2006).

Helicobacter pylori dapat bertahan dalam suasana asam di lambung, kemudian terjadi penetrasi
terhadap mukosa lambung, dan pada akhirnya H. pylori berkolonisasi di lambung. Kemudian
kuman tersebut berpoliferasi dan dapat mengabaikan sistem mekanisme pertahanan tubuh. Pada
keadaan tersebut beberapa faktor dari H. pylori memainkan peranan penting diantaranya urase
memecah urea menjadi amoniak yang bersifat basa lemah yang melindungi kuman tersebut
terhadap asam HCl (Rani & Fauzi, 2006).

Obat NSAID yang dapat menyebabkan tukak antara lain: indometasin, piroksikam, ibuprofen,
naproksen, sulindak, ketoprofen, ketorolac, flurbiprofen dan aspirin (Berardi & Welage, 2008).

Obat-obat tersebut menyebabkan kerusakan mukosa secara lokal dengan mekanisme difusi non
ionik pada sel mukosa (pH cairan lambung << pKa NSAID). Stres yang amat berat dapat
menyebabkan terjadinya tukak, seperti pasca bedah dan luka bakar luas, hal ini terjadi karena
adanya gangguan aliran darah mukosa yang berkaitan dengan peningkatan kadar kortisol plasma.
Stres emosional yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kortisol yang kemudian diikuti
peningkatan sekresi asam lambung dan pepsinogen, sama halnya dengan gaya hidup yang tidak
sehat, seperti merokok, konsumsi alkohol dan pemakaian NSAID yang berlebihan (Sanusi,
2011).

GAMBARAN KLINIS

Secara umum pasien tukak peptik biasanya mengeluh dispepsia. Dispepsia adalah suatu sindrom
klinik beberapa penyakit saluran cerna seperti mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa,
rasa terbakar, rasa penuh di ulu hati setelah makan, dan cepat merasakan kenyang (Sanusi, 2011).

Pasien tukak peptik menunjukkan ciri-ciri keluhan seperti nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman pada
perut dan disertai muntah. Rasa sakit tukak peptik timbul setelah makan, rasa sakit terdapat di
sebelah kiri, sedangkan tukak duodenum rasa sakit terdapat di sebelah kanan garis perut. Rasa
sakit bermula pada satu ttitik, kemudian bisa menjalar ke daerah punggung. Hal ini menandakan
bahwa penyakit tersebut sudah semakin parah atau mengalami komplikasi berupa penetrasi tukak
ke organ pankreas. Meskipun demikian, rasa sakit saja tidak cukup untuk menegakkan diagnosis
tukak peptik, karena dispepsia juga bisa menimbulkan rasa sakit yang sama, juga tidak dapat
ditentukan dengan lokasi rasa sakit di sebelah kiri atau kanan garis perut. Sedangkan tukak yang
disebabkan oleh NSAID dan tukak pada usia lanjut biasanya tidak menimbulkan keluhan, hanya
diketahui melalui komplikasinya yang berupa perdarahan dan perforasi (Tarigan, 2006).

DIAGNOSIS
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk diagnosis tukak peptik yaitu seperti endoskopi
dengan biopsi dan sitologi, pemeriksaan dengan barium, radiologi pada abdomen, analisis
lambung, pemeriksaan laboratorium (kadar Hb, Ht, dan pepsinogen darah), dan melena (Priyanto
& Lestari, 2009).

Diagnosis tukak peptik ditegakkan berdasarkan:

1) Pengamatan klinis
2) Hasil pemeriksaan penunjang (radiologi dan endoskopi)
3) Hasil biopsi untuk pemeriksaan CLO (Compylobacter Like Organism), histopatologi
kuman H. pylori (Tarigan, 2006)

Diagnosis terhadap H.pylori diperlukan untuk menetapkan adanya infeksi sebelum memberikan
pengobatan. Jenis tes diagnostik infeksi H. pylori adalah sebagai berikut:

1) Non invasif : Serologi (IgG, IgA anti Hp, urea breath test)
2) Invasif/endoskopi : Tes urease (CLO, histopatologi, kultur mikrobiologi, Polymerase
chain reaction) (Rani & Fauzi, 2006)

TATALAKSANA

Terapi pengobatan penyakit tukak peptik bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien,
menghilangkan keluhan, menyembuhkan tukak, mencegah kekambuhan dan komplikasi (Berardi
& Welage, 2008).

Pilihan pengobatan yang paling tepat untuk penyakit tukak peptik tergantung pada penyebabnya.
Terapi yang paling efektif umumnya untuk mengobati atau menghilangkan penyebab yang
mendasari terjadinya tukak. Secara umum, penatalaksanaan terapi pada tukak peptik adalah
sebagai berikut:

1) Non Farmakologi
a) Menghentikan konsumsi minuman beralkohol, rokok dan penggunaan NSAID.
b) Beristirahat yang cukup, dan menghindari stress.
c) Menghindari makanan dan minuman yang memicu sekresi asam lambung yang
berlebih, seperti cabai, teh, kopi, dan alkohol. (Truter, 2009)
2) Farmakologi
a) Antasida
b) PPI (Pump Proton Inhibitor)
c) Antagonis reseptor H2 histamin
d) Sukralfat
e) Analog prostaglandin
f) Bismuth subsitrat
3) Terapi yang disebabkan H. pylory

Eradikasi H. pylory menurunkan sekresi HCl secara signifikan dan menyembuhkan tukak
dalam durasi jangka panjang (Neal, 2007).

Kombinasi obat yang direkomendasikan yaitu klaritromisin, misalnya lansoprazole 30


mg, amoksisilin 1 g, dan klaritomisin 500 mg diminum bersamaan 2x sehari selama 10
atau 14 hari (Lacy et al., 2010). Jika klaritomisin tidak dapat digunakan, maka dapat
menggunakan amoksisilin, metronidazol, dan omeprazol (Neal, 2007).

Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan first-line therapy [PPI (rabeprazole 20 mg,
lansoprazole 60 mg, atau omeprazole 40 mg) + amoksisilin 1500 mg + klaritromisin 400
atau 800 mg perhari] pada eradikasi H. pylory dapat menyembuhkan tukak. Meskipun
klaritromisin 800 mg lebih efektif dibandingkan dengan klaritromisin 400 mg, namun
tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kedua dosis pada obat tersebut (Kawai et
al., 2014).

Terapi kombinasi menggunakan dua jenis antibiotik dengan PPI atau bismuth diperlukan
untuk mencapai hasil eradikasi yang adekuat dan untuk menurunkan angka kegagalan
terapi akibat resistensi antibiotik. Dianjurkan untuk menggunakan amoksisilin sebagai
terapi pilihan pertama, dan menggunakan metronidazol pada pasien yang alergi terhadap
penisilin. Jika terapi tripel tersebut gagal, disarankan memberikan terapi kuadrupel,
yaitu: PPI 2x sehari, bismut subsalisilat 4x2 tablet, metronidazol 4x250 mg, tetrasiklin
4x500 mg. Untuk daerah yang resistensi tinggi terhadap metronidazol, maka dapat
diganti dengan regimen PPI + bismuth + tetrasiklin + amoksisilin. Bila bismuth tidak
tersedia diganti dengan triple drugs (Sanusi, 2011).
4) Terapi yang disebabkan NSAID

Terapi H2 reseptor antagonis maupun PPI dapat memberikan respon yang cepat jika
penggunaan NSAID pada pasien tukak peptik dihentikan (Sanusi, 2011). Penggunaan
obat-obat NSAID dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan luka pada mukosa
lambung, dispepsia, dan perdarahan pada lambung (Selak, 2010).

Jika penggunaan NSAID dihentikan, maka diberikan terapi standar regimen H2 reseptor
antagonis atau PPI atau sukralfat. Tetapi jika penggunaan NSAID dilanjutkan, maka
NSAID dapat diganti dengan inhibitor COX-2 selektif dan dikombinasikan dengan
misoprostol atau PPI (Berardi & Welage, 2008). Misoprostol dapat menekan sekresi
asam lambung, menambah sekresi mukus, bikarbonat dan meningkatkan aliran darah
mukosa serta pertahanan dan perbaikan mukosa. Tetapi efek penekanan sekresi asam
lambung pada misoprostol kurang kuat dibandingkan dengan H2 reseptor antagonist
(Tarigan, 2006). PPI adalah pilihan yang tepat pada pemakaian NSAID dibandingkan
dengan H2 reseptor antagonis dan sukralfat, karena selain dapat menekan sekresi asam,
PPI juga dapat mencegah kekambuhan dari tukak peptik (Berardi & Welage, 2008).

5) Tindakan operasi

Ada dua tujuan terapi pembedahan pada tukak peptik, yakni:

a) Untuk menekan faktor agresif (asam dan pepsin) terhadap patogenesis tukak peptik.
b) Untuk mengeluarkan tempat yang paling resisten di antrum, dan mengoreksi stasis di
lambung.

Terapi pembedahan diperlukan jika terjadi indikasi seperti hal-hal berikut:

a) Tukak yang mengalami perforasi atau penetrasi.


b) Sering mengalami perdarahan
c) Sulit disembuhkan dengan terapi farmakologi (kegagalan terapi)
d) Pasien yang berumur lebih dari 60 tahun
e) Perdarahan aktif yang tidak dapat dikontrol dengan terapi endoskopi. Terapi
pembedahan sering diperlukan pada tukak peptik akut yang mengalami perdarahan
awal selama 48 jam.
KOLITIS ISKEMIK

DEFINISI

Kolitis iskemik adalah gangguan yang berkembang ketika aliran darah ke


suatu bagian dari usus besar (kolon) berkurang. Hal ini dapat menyebabkan peradangan pada
daerah usus besar dan, dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan kerusakan usus permanen.
Kolitis iskemik dapat mempengaruhi setiap bagian dari kolon, t a p i k e b a n y a k a n
o r a n g y a n g t e r k e n a r a s a s a k i t b e r k e m b a n g d i s i s i k i r i p e r u t . Buang air besar
yang mengedan dan diare berdarah juga umum terjadi pada
kolitisi s k e m i k . K e b a n y a k a n   k a s u s   k o l i t i s   i s k e m i k   a d a l a h   r i n g a n   d a n   d a p a t   s e
m b u h sendiri dalam beberapa hari.

GEJALA

Tanda-tanda umum dan gejala kolitis iskemik meliputi:

 Nyeri abdomen, nyeri atau kram, biasanya terlokalisasi ke sisi kiri bawah perut, dapat
tiba-tiba atau bertahap
 Feses berwarna merah terang atau merah darah, suatu ketika dapat keluar darah sendiri
tanpa feses
 Perasaan ingin mengedan
 Diare
 Mual
 Muntah

Risiko komplikasi berat dari kolitis iskemik meningkat ketika tanda-tanda dan gejala
mempengaruhi sisi kanan abdomen. Hal itu dikarenakan arteri yang memberi nutrisi sisi kanan
usus juga member nutrisi pada bagian dari usus halus. Ketika aliran darah tersumbat di sisi kanan
usus besar, kemungkinan bahwa bagian dari usus halus juga tidak menerima suplai darah yang
cukup.

Nyeri cenderung lebih parah dengan jenis kolitis iskemik. Terhambatnya aliran darah ke usus
halus dengan cepat dapat mengakibatkan kematian jaringan usus (infark atau nekrosis). Jika
situasi ini terjadi dapat mengancam jiwa, akan memerlukan pembedahan untuk membersihkan
sumbatan dan untuk menghilangkan bagian dari usus yang telah hancur.Diagnosis dini dan
pengobatan dapat membantu mencegah komplikasi serius dari kondisi ini.

Penyebab 
Kolitis iskemik melibatkan suplai darah yang tidak memadai mencapai kolon. Pada kasus akut,
penyebab paling sering adalah bekuan darah dalam arteri yang memasok darah ke usus.
Sedangkan pada kasus kronis biasanya berhubungan dengan penumpukan simpanan lemak
(aterosklerosis) dalam pembuluh darah yang menuju ke usus.

Pada beberapa orang, kolitis iskemik dapat disebabkan oleh atau berhubungan dengan kondisi
medis lainnya, termasuk:

 peradangan (vaskulitis) pembuluh darah


 penonjolan organ atau jaringan ke jaringan sekitarnya (hernia), berhubungan dengan
suplai darah arteri serta suplai darah vena ke usus
 peningkatan gula (glukosa) dalam darah (diabetes)
 mudah terjadi pembekuan darah (hiperkoagulasi)
 radiasi abdomen
 kanker colon
 pembedahan perut, terutama ketika menyangkut perbaikan dinding arteri yang
menggembung (aneurisma) di wilayah tersebut
 infeksi, seperti shigella, Escherichia coli 0157: H7 dan Clostridium difficile
 dehidrasi

Peran obat
Obat-obatan tertentu juga jarang menimbulkan kolitis iskemik sebagai efek samping, seperti:

 obat anti-inflamasi steroid


 obat pengganti estrogen
 obat golongan ergotamint
 obat penurun tekanan darah
 obat-obatan antipsikotik tertentu
 pseudoefedrin (dekongestan yang ditemukan di banyak obat flu dan obat alergi)
 obat iritasi bowel syndrome (Lotronex)

Faktor risiko

Faktor risiko untuk kolitis iskemik meliputi:

 Umur. Kondisi ini terjadi dengan frekuensi terbesar pada orang dewasa yang lebih tua.
Jika itu terjadi pada orang dewasa muda, mungkin menjadi tanda kelainan pembekuan
darah atau suatu peradangan pembuluh darah (vaskulitis).
 Faktor risiko penyakit jantung. Pengurangi aliran darah yang memberi respon untuk
kolitis iskemik, lebih cenderung terjadi pada orang yang memiliki sifat-sifat atau kondisi
yang umumnya terkait dengan penyakit jantung, seperti penggunaan tembakau dan
tingkat kolesterol tinggi.
 Kondisi medis tertentu. Beberapa gangguan dianggap faktor predisposisi yang
menempatkan pada risiko yang lebih besar berkembangnya kolitis iskemik, atau mereka
dapat memperburuk kolitis iskemik saat kondisi itu terjadi. Hal ini termasuk operasi
abdomen sebelumnya, gagal jantung, tekanan darah rendah dan syok.

Komplikasi
Dalam kebanyakan kasus, kolitis iskemik sembuh sendiri dalam waktu satu sampai dua hari.
Dalam kasus yang lebih lanjut dari kolitis iskemik, komplikasi dapat mencakup:
 Gangren. Kolitis iskemik tidak diobati bisa mengakibatkan kematian jaringan (gangren)
di kolon. Gangren dapat berkembang setelah penurunan awal aliran darah ke kolon dan
dapat mengakibatkan kematian jika tidak menerima pengobatan tepat waktu.
 Perforasi dan Perdarahan. Kolitis iskemik juga dapat menyebabkan sebuah lubang
(perforasi) pada usus atau perdarahan persisten.
 Nyeri dan obstruksi. Bahkan saat penyembuhan terjadi, kolitis iskemik dapat
menyebabkan jaringan parut pada dan penyempitan pada usus. Hal ini dapat
menyebabkan nyeri perut kronis dan obstruksi.

Tes dan diagnosis

Mendiagnosis penyebab gejala colitis iskemik adalah dengan cara sebagai berikut:

 Pemeriksaan fisik dan Riwayat penyakit.


 Colonoscopy. Kolonoskopi dianggap uji definitif untuk mendiagnosa kolitis iskemik.
Dalam prosedur ini, tabung berlampu fleksibel dimasukkan ke dalam rektum dan
didorong ke dalam kolon. Sebuah kamera kecil di ujung lingkup mengirimkan gambar
usus ke layar video. Kita dapat melihat lapisan interior kolon dan mendeteksi adanya
jaringan inflamasi dan abses.
 Biopsi. Kadang-kadang, sebagai bagian dari kolonoskopi, kita dapat mengambil sebuah
sampel jaringan kecil (biopsi) dari kolon untuk analisis laboratorium. Pada kolitis
iskemik, pembengkakan dan perdarahan dapat hadir di bawah lapisan usus (lapisan
mukosa), dan dapat dideteksi di laboratorium. Kolonoskopi dapat mengesampingkan
penyebab lain dari peradangan di usus, termasuk infeksi tertentu, penyakit inflamasi usus,
radang dinding usus (diverticulitis) dan kanker usus besar. Jika peradangan berat, kita
mungkin tidak dapat melihat seluruh usus besar dengan baik atau mendapatkan biopsi
memadai.Jika hal ini terjadi, mungkin harus colonoscopy perlu diulangi sekali lagi
setelah peradangan telah mereda. Hal ini memungkinkan kita untuk memastikan bahwa
tidak ada peradangan persisten, jaringan parut atau kanker kolon.

Pemeriksaan penunjang lainnya


 X-ray abdomen dan pelvis. Hal ini dapat dilakukan dengan kombinasi barium enema.
Dalam proses ini, bahan kontras (barium cair) dimasukkan ke dalam kolon melalui anus.
Setelah kolon dilapisi dengan barium, radiolog mengambil gambar X-ray dari kolon.
Gambar-gambar ini, yang dapat dilihat pada monitor video, dapat mendeteksi kelainan-
kelainan dalam usus besar dan membantu membedakan kolitis iskemik dari kondisi
peradangan lainnya. Gambar yang menunjukkan kolitis iskemik bisa menunjukkan
penebalan (thumbprinting) dari dinding kolon.
 Abdomen arteriogram. Ini adalah X-ray dari arteri di abdomen. Cara ini dapat
menunjukkan penyempitan atau penyumbatan dalam pembuluh, yang mengindikasikan
adanya kolitis iskemik. Sebuah pewarna kontras disuntikkan ke arteri sebelum X-ray
diambil untuk membantu menghasilkan gambar yang jelas.
 USG. Tes pencitraan menggunakan gelombang suara untuk menyediakan gambar kolon.
Alat ini dapat membantu dalam mengesampingkan gangguan lain, seperti penyakit
inflamasi usus. Untuk prosedur, alat yang disebut transduser yang memancarkan
gelombang suara disepanjang abdomen. Informasi yang ditangkap oleh transduser
tersebut dikirim ke komputer yang menghasilkan gambar.
 Abdomen Computerized Tomography (CT) scan. Terkadang CT-Scan digunakan
untuk menyingkirkan kondisi-kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala yang mirip
dengan kolitis iskemik. Tes ini menggunakan teknologi canggih X-ray untuk
menghasilkan gambar penampang kolon, dan mungkin dapat mendeteksi penebalan
dinding kolon.
 Tes darah. Orang dengan kolitis iskemik mungkin memiliki jumlah sel darah tinggi
putih (WBC) yang terjadi bila ada peradangan atau tubuh memerangi infeksi. Jika
mencurigai adanya masalah pembekuan darah, mungkin dilakukan pemeriksaan darah
yang lebih spesifik.
 Sampel Feses. Analisis contoh feses di laboratorium dapat mengungkapkan infeksi
bakteri dan mikroorganisme lain yang terkait dengan kolitis iskemik.

Perawatan dan pengobatan

Pilihan pengobatan untuk kolitis iskemik tergantung pada derajat keparahan. Bila kolitis iskemik
ringan, dapat diberikan obat untuk menjaga tekanan darah pada tingkat normal, yang akan
membantu memperlancar aliran darah ke usus. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi.
Dengan langkah-langkah konservatif tersebut, gejala sering berkurang dalam 24 hingga 48 jam
dalam kasus-kasus ringan, tanpa perlu rawat inap.

Namun, jika pasien mengalami dehidrasi, perlu diberikan cairan dan nutrisi melalui pembuluh
darah, mungkin juga perlu pembatasan asupan makanan selama beberapa hari untuk
mengistirahatkan usus. Pada kasus ringan, penyembuhan dapat terjadi dalam dua minggu atau
kurang. Dalam kasus yang lebih parah, pemulihan dapat memakan waktu lebih lama, dan
kekambuhan dapat terjadi.

Jika kolitis iskemik berkembang sebelum usia 50 atau pada pasien yang memiliki riwayat
hiperkoagulable atau gangguan yang meningkatkan kecenderungan darah untuk membeku
(faktor V Leiden) dapat diberi warfarin (Coumadin), yang dapat membantu mencegah episode
kolitis iskemik.

Operasi
Beberapa orang dengan kolitis berat atau iskemik berkepanjangan memerlukan tindakan bedah
untuk mereseksi bagian kolon yang terkena. Indikasi perlunya pembedahan untuk kolitis iskemik
jika kondisinya dikaitkan dengan:

 Kram abdomen dan demam yang berat dan persisten, bahkan setelah pengobatan awal
dengan cairan dan obat-obatan.
 Perforasi pada kolon
 Gangren dan sepsis. Pengobatan untuk komplikasi yang berat ini juga mencakup
antibiotik spektrum luas dan penggantian darah.

Pencegahan
Karena penyebab kolitis iskemik tidak selalu jelas, tidak ada cara yang pasti untuk mencegah
gangguan tersebut. Tetapi mayoritas dari mereka yang memilikinya pulih dengan cepat dan tidak
pernah memiliki episode lain. Menghindari obat yang mungkin telah menyebabkan kolitis
iskemik di masa lalu. Dan jika memiliki faktor risiko colitis iskemik termasuk penyakit jantung
dan tekanan darah tinggi hendaknya :

 Berhenti merokok
 Minum obat penurun kolesterol
 Kontrol penyakit kronis, seperti diabetes
 Olah raga teratur

Kolitis Gangrenosa

Adalah merupakan komplikasi dari kolitis iskemik yang tidak diobati yang mengakibatkan
kematian jaringan (gangren) di kolon. Gangren dapat berkembang setelah penurunan awal aliran
darah ke kolon dan dapat mengakibatkan kematian jika tidak menerima pengobatan tepat waktu.

Gangren adalah kematian jaringan di bagian tubuh. Gangren terjadi ketika sebuah bagian tubuh
kehilangan suplai darah. Hal ini bisa terjadi dari cedera, infeksi, atau penyebab lainnya. Faktor
risiko lebih tinggi untuk gangren jika:
 Kolitis iskemik yang tidak diobati
 Cedera serius
 Penyakit pembendungan darah (seperti arteriosklerosis, juga disebut pengerasan
pembuluh darah, di lengan atau kaki)
 Diabetes
 Sistem kekebalan tubuh menurun (misalnya, dari HIV atau kemoterapi)
 Pembedahan

Gejala
Gejala tergantung pada lokasi dan penyebab gangren tersebut. Jika kulit yang terlibat, atau
gangrene ini dekat dengan kulit, gejala dapat mencakup:
 Perubahan warna
 Berbau busuk discharge
 Hilangnya rasa di daerah (yang mungkin terjadi setelah sakit parah di daerah tersebut)
Jika daerah yang terkena adalah di dalam tubuh (seperti gangren dari kantong empedu, gangrene
usus), gejala dapat mencakup:
 Gelisah
 Demam
 Gas pada jaringan di bawah kulit
 Umumnya merasa sakit
 Tekanan darah rendah
 Persisten atau sakit parah

Diagnostik
Selain dari pemeriksaan fisik, mendiagnosa gangren dapat digunakan prosedur sebagi berikut:
 Arteriogram (khusus x-ray untuk melihat penyumbatan dalam pembuluh darah) untuk
membantu rencana pengobatan penyakit pembuluh darah
 Darah rutin (sel darah putih [WBC] hitung mungkin tinggi)
 CT scan untuk memeriksa organ internal
 Kultur dari jaringan atau cairan dari luka untuk mengidentifikasi infeksi bakteri
 Memeriksa jaringan di bawah mikroskop untuk mencari sel mati
 Operasi untuk menemukan dan mereseksi jaringan mati
 X-ray

Pengobatan
Gangren memerlukan evaluasi darurat dan perawatan. Secara umum, jaringan yang mati harus
dibuang untuk memungkinkan penyembuhan jaringan hidup di sekitarnya dan mencegah infeksi
lebih lanjut. Tergantung pada daerah yang memiliki gangren, kondisi secara keseluruhan orang
itu, dan penyebab gangren, pengobatan dapat mencakup:
 Mengamputasi bagian tubuh yang telah gangrene
 Suatu operasi darurat untuk menemukan dan membuang jaringan mati
 Sebuah operasi untuk meningkatkan suplai darah ke daerah tersebut
 Antibiotik
 Operasi berulang untuk membuang jaringan mati (debridement)
 Pengobatan di unit perawatan intensif (bagi pasien sakit parah)

Outlook (Prognosis)
Apa yang akan terjadi tergantung pada di mana gangren yang ada di dalam tubuh, berapa banyak
gangren ada, dan kondisi secara keseluruhan orang itu. Jika pengobatan tertunda, gangren sangat
luas, atau orang yang memiliki masalah kesehatan lain yang signifikan, mereka mungkin dapat
meninggal.

Komplikasi
Komplikasi tergantung di mana gangrene berada dalam tubuh, berapa banyak gangren ada,
penyebab gangren, dan kondisi secara keseluruhan orang itu. Komplikasi dapat termasuk:
 cacat dari amputasi atau pengangkatan jaringan mati
 penyembuhan luka yang berkepanjangan atau kebutuhan untuk rekonstruksi bedah,
seperti pencangkokan kulit

Pencegahan
Gangren bisa dicegah jika dirawat sebelum kerusakan jaringan tidak dapat diubah. Luka harus
diperlakukan dengan baik dan mengawasi dengan cermat untuk tanda-tanda infeksi (seperti
penyebaran kemerahan, pembengkakan, atau drainase) atau kegagalan untuk menyembuhkan.
Penderita dengan diabetes atau penyakit pembuluh darah secara rutin harus memeriksa setiap
tanda-tanda cedera, infeksi, atau perubahan warna kulit dan mencari perawatan yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai