Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI

STASE KEPERAWATAN JIWA


DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI

Disusun Oleh :
Dewi Rara Shinta
G1B220010

PEMBIMBING AKADEMIK :
Ns. Yuliayana, S.Kep,M.Kep
PEMBIMBING KLINIK :
Ns. Retty Octi Syafrini, M.Kep,Sp.Kep,J
Ns. Dermanto Saurtua,S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI

A. Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
resiko bunuh diri adalah rentan terhadap menyakaiti diri sendiri dan cedera yang
mengancam jiwa (NANDA,2018). Tindakan mengakhiri hidupnya berupa
isyarat, ancaman, dan percobaan bunuh diri.
Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000) dan Menurut Keliat
(2009), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
1) Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
2) Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3) Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4) Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan
kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api
B. Penyebab
Menurut Budi dkk, 2019 penyebab dari resiko bunuh diri sebagai berikut:
1. Stress yang berlebihan
2. Gangguan konsep diri
3. Kehilangan dukungan sosial
4. Kejadian negatif dalam hidup
5. Penyakit kritis
6. Perpisahan dan atau percerain
7. Kesulitan ekonomi
8. Korban kekerasan
9. Riwayat bunuh diri dari individu dan/atau keluarga
C. Tanda dan Gejala Resiko Bunuh Diri
Menurut Budi dkk,2019 tanda dan gejala resiko bunuh diri sebagai berikut:
Tanda gejala MAYOR MINOR
Subjektif 1. Mengungkapkan kata-kata 1. Murung, tak bergairah
seperti “tolong jaga anak – 2. Banyak diam
anak karena saya akan pergi 3. Menyiapakn alat untuk
jauh” atau “segala sesuatu melakukan rencana bunuh
akan lebih baik tanpa saya” diri
2. Mengungkapkan kata-kata 4. Membenturkan kepala
“saya mau mati, “jangan 5. Menjatuhkan kepala dari
tolong saya”, “biarkan tempat yang tinggi
saya”, “saya tidak mau 6. Melakukan percobaan
ditolong” bunuh diri secara aktif
3. Memberikan ancaman akan dengan berusaha memotong
melakukan bunuh diri nadi, mengantung diri,
4. Mengungkapkan ingin mati meminum racun
5. Mengungkapkan rencana
ingin mengakhiri hidup
Objektif 1. Mengungkapkan isyarat 1. Kontak mata kurang
untuk melakukan bunuh 2. Tidur kurang
diri, tetapi tidak disertai 3. Mondar-mandir
dengan ancaman melakukan 4. Banyak melamun
bunuh diri ataupun 5. Terlihat sedih
percobaan bunuh diri 6. Menangis terus-menerus.
2. Mengungkapkan perasaan
bersalah, sedih, marah,
putus asa, atau tidak
berdaya
3. Mengungkapkan hal-hal
negatif tentang diri sendiri
yang mengambarkan harga
diri rendah
D. Jenis-jenis Bunuh Diri
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan
oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu
itu seolah-olah tidak berkepribadian.Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat
menerangkan mengapa merekatidak menikah lebih rentan untuk melakukan
percobaan bunuh diri dibandingkan merekayang menikah.
2. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung
untuk bunuh diri karenaindentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia
merasa kelompok tersebut sangatmengharapkannya.
3. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara
individu dan masyarakat,sehingga individu tersebut meninggalkan norma-
norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan
tujuan.Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya
karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-
kebutuhannya.
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien
untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien
melakukan bunuh diri,ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung
ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: ”Tolong jaga anak- anak
karena saya akan pergi jauh!” atau“Segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya.” Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidakdisertai dengan ancaman dan percobaan bunuh
diri.Klien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/
marah/ putus asa/ tidak berdaya. Klien jugamengungkapkan hal-hal negatif
tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah
2. Ancaman bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan
untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan
persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut.Secara aktif klien telah
memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan
bunuh diri.Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh
diri, pengawasan ketat harus dilaksanakan.Kesempatan sedikit saja dapat
dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai
diri untukmengakhiri kehidupannya.Pada kondisi ini, klien aktif mencoba
bunuh diri dengan caragantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau
menjatuhkan diri dari tempat tinggi.

E. Tahap-tahap Resiko Bunuh Diri


1. Suicidal Ideation
Sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan,
bahkan klien pada tahap ini tidak akan menungkapkan idenya apabila tidak di
tekan.
2. Suicidal Intent
Pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan perencanaan yang
konkrit untuk melakukan bunuh diri
3. Suicidal Threat
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang
dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
4. Suicidal Gesture
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada
diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya, tetapi
sudah oada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
5. Suicidal Attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien mempunyai indikasi individu yang
ingin mati dan tidak mau diselamatkan.Misalnya, minum ibat yang
mematikan.
F. Faktor Predisposisi Resiko Bunuh Diri
a. Teori genetic
1. Genetik
Prilaku bunuh diri menurut shadock (2011) serta Varcarolis dan Hitler
(2010) merupakan sesuatu yang di turunkan dalam keluarga kembar
monozigot memiliki reriko dalam melakukan bunuh diri stuard (2011).
2. Hubungan neurokimia
Nourotransmiter adalah zat kimia dalam otak dari sel ke saraf ,
peningkatan dan penurunan neuro transmiter mengakibatkan perubahan
pada prilaku. Neurotrasmiter yg yang di kaitkan dengan prilaku bunuh diri
adalah dopamine, neuroepineprin, asetilkolin, asam amino dan
gaba (Stuard, 2011).
3. Diagnosis psikiatri
Lebih dari 90 % orang dewasa yg mengahiri hidupnya dengan bunuh
diri mengalami gangguan jiwa.
4. Gangguan jiwa yang beriko menimbulkan individu untuk bunuh diri adalah
gangguan modd , penyalah gunaan zat , skizofrenia , dan gangguan
kecemasan (Stuard, 2013).
b. Faktor psikologi
1. Kebencian terhadap diri sendiri
Bunuh diri merupakan hasil dari bentuk penyerangan ataw kemarahan
terhaapp orang lain yang tidsk di trima dan di mannifestasikan atau di
tunjuksn pada diri sendiri (Stuard dan videbeck, 2011).
2. Ciri kepribadian
Keempat aspek kepribadian yg terkait dengan peningkatan resiko
bunuh diri adalah permusuhan, impulsive, depresi dan putus asa (Stuard,
2013 ).
3. Teori psikodinamika
bahwa depresi kaarna kehilangan suatu yang di cintai, rasa keputusasaan,
kesepian dan kehilangan harga diri (Shadock, 2011).
c. Faktor sosial budaya
1. Beberapa faktor yang mengarah kepada bunuh diri adalah kemisknan dan
ketikmampuan memenuhi kebutuhan dasar, pernikahan yang hancur,
keluarga dengan orang tua tunggal ( Towsend , 2009 ).
2. Faktor budaya yang di dalamnya adalah faktor spiritual, nilai yang di anut
oleh keluarga, pandangan terhadap perilaku yang menyebabkan kematian
berdampak pada angka kejadian bunuh diri (Krch et al, 2008).
3. Kehilangan, kurangnya dukungan sosial dan peristiwa keidupan yang
negatif dan penyakit fisik kronis. Baru-baru ini perpisahan perceraian dan
penurunan dukungan sosial merupakan faktor penting berhubungan dengan
resiko bunuh diri.(Stuard, 2013).
G. Faktor Presipitasi Resiko Bunuh Diri
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusan.
H. Rentang Respon Resiko Bunuh Diri
Menurut Fitria (2012) mengemukakanrentang harapan-putus harapan merupakan
rentang adaptif-maladaptif:

Keterangan:
1. Peningkatan diri: seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri
secarawajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahan diri.
2. Beresiko destruktif: seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi y
ang seharusnyadapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah
semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan
padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung: seseorang telahmengambil sikap yang
kurang tepat terhadap situasi yangmembutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri.
4. Pencederaan Diri: seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diriakibat hilangnya harapan terhadapsituasi yang ada.
5. Bunuh diri: seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.
I. Kondisi Klinis Terkait Resiko Bunuh Diri
1. Depresi
2. Skizofrenia
3. Penyalahgunaan NAPZA
4. Penakit terminal
J. Pohon Masalah

Risiko menciderai
diri

Perilaku bunuh diri


(core problem)

Koping maladaptif

K. Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul pada prilaku percobaan bunuh
diri:
1. Resiko bunuh diri.
2. Harga diri rendah
3. Koping yang tidak efektif.
L. Tujuan Asuhan Keperawatan
1. Kognitif, klien mampu
a. Menyebutkan penyebab resiko bunuh diri
b. Menyebutkan tanda dan gejala resiko bunuh diri
c. Menyebutkan akibat yang ditimbulkan bunuh diri
d. Menetapkan harapan dan masa depan
e. Menyebutkan aspek positif dan kempuan diri sendiri, keluarga dan
kelompok
2. Psikomotor, klien mampu
a. Mengendalikan lingkungan yang aman
b. Melatih diri berpikir positif dan afirmasi positif
c. Menggunakan kelompok untuk bercakap-cakap dalam menyelesaikan
masalah
d. Melakukan aspek positif dalam mencapai harapan dan masa depan
3. Afektif, klien mampu:
a. Merasa menfaa diri sendiri
b. Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
c. Merasa hidup lebih optimis
M. Strategi Pelaksanaan Resiko Bunuh Diri
Strategi Pelaksanaan 1
1) Identifikasi beratnya masalah risiko bunuh diri: isarat, ancaman,
percobaan (jika percobaan segera rujuk)
2) Identifikasi benda-benda berbahaya dan mengankannya (lingkungan
aman untuk pasien
3) Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar
aspek positif diri sendiri, latihan afirmasi/berpikir aspek positif yang
dimiliki dan
4) Masukan pada jadwal latihan berpikir positif 5 kali per hari
Strategi Pelaksanaan 2
1) Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, beri pujian.
2) Kaji ulang risiko bunuh diriLatih cara mengendalikan diri dari dorongan
bunuh diri:
3) buat daftar aspek positif keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berpikir
aspek positif keluarga dan lingkungan
4) Masukkan pada jadual latihan berpikir positif tentang diri, keluarga dan
lingkungan
Strategi Pelaksanaan 3
1) Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri, keluarga dan lingkungan.
Beri pujian. Kaji risiko bunuh diri
2) Diskusikan harapan dan masa depan
3) Diskusikan cara mencapai harapan dan masa depan
4) Latih cara-cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap
(setahap demi setahap)
5) Masukkan pada jadual latihan berpikir positif tentang diri, keluarga dan
lingkungan dan tahapan kegiatan yang dipilih
Strategi Pelaksanaan 4
1) Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri, keluarga dan lingkungan
serta kegiatan yang dipilih. Beri pujian
2) Latih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan
3) Masukkan pada jadual latihan berpikir positif tentang diri, keluarga dan
lingkungan, serta kegiatan yang dipilih untuk persiapan masa depan
Strategi Pelaksanaan 5
1) Evaluasi kegiatan latihan peningkatan positif diri, keluarga dan
lingkungan, Beri pujianb
2) Evaluasi tahapan kegiatan mencapai harapan masa depan
3) Latih kegiatan harian
4) Nilai kemampuan yang telah mandiri
5) Nilai apakah risiko bunuh diri teratasi
N. Tindakan Kolaborasi
1. Melakukan komunikasi dengan dokter menggunakan (SBAR dan TbaK)
2. Memberikan program terapi dokter (obat) edukasi 8 benar pemberian obat
dan memberikan sesuai dengan konsep safety obat
3. Mengobsevarsi manfaat dan efek samping obat.
O. Evaluasi
1. Penurunan tanda dan gejala risiko bunuh diri
2. Peningkatan kemampuan klien mengatasi risik bunuh diri
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien
P. Rencana Tindak Lanjut
1. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa
2. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah
sakit
3. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif,S.kep.Ners, Hardhi Kusuma,S,Kep,Ners. Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc edisi Revisi Jilid 1.
2015. Jakarta : Mediaction Jogja

A,K,Budi dkk. Asuhan Keperawatan Jiwa. 2019. EGC:Jakarta.


Nurhalimah. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan Jiwa.
2016. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Stuart, W. Gail.(2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa.Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai