BAB 2
PROFIL PERUSAHAAN
Bahan bakar yang di gunakan untuk GT yaitu gas alam dan High
Speed Diesel (HSD). tahun 2010 penggunaan bahan bakar HSD dilarang
oleh Menteri BUMN pada saat itu yang di jabat oleh Dahlan Iskan dengan
alasan “Salah Makan”. Sehingga bahan bakar PLTGU saat ini adalah gas
alam yang di supply dari pulau madura melalui pipa gas bawah laut dan
menggunakan CNG (Compresh Natural Gas) sebagai tabung gas cadangan
yang di gunakan ketika beroperasi sore hari. Sedangkan HSD di simpan
dalam tangki berkapasitas 4 x 20.000 KL yang di gunakan sebagai
cadangan bahan bakar apabila terjadi kendala pada bahan bakar yang di
gunakan.
2.2 Sejarah Singkat
Pada awal 1990-an pemerintahan Indonesia mempertimbangkan perlunya
deregulasi pada sektor ketenaga listrikan. Langkah ke arah deregulasi tersebut
di awali dengan berdirinya Paiton Swasta I yang dipertegas dengan
dikeluarkannya keputusan Presiden no. 37 tahun 1992 tentang pemanfaatan
sumber dana swasta melalui pembangkit pembangkit listrik swasta. Kemudian
pada akhir 1993, Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben) menerbitkan
kerangka dasar kebijakan (Sasaran dan kebijakan Pengembangan Subsektor
Ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang restrukisasi sektor
ketenagalistrikan.
Sebagai penerapan tahap awal, pada tahun 1994 PLN diubah statusnya
dari Perum menjadi persero. Setahun kemudian, tepatnya pada tanggal 3 Oktober
1995, PT PLN (Persero) membentuk dua anak perusahaan yang tujuannya untuk
memisahkan misi sosial dan misi komersial yang diemban oleh badan usaha milik
negara tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah PT Pembangkitan Tenaga
Listrik Jawa Bali I, atau lebih dikenal dengan nama PLN PJB I. Anak perusahaan ini
ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga listik
dan usaha-usaha lain yang terkait.
Pada tanggal 3 Oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima,
manajemen perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I
menjadi PT Indonesia Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk menyikapi
persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ketenagalisfrikan dan sebagai persiapan
untuk privatisasi perusahaan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Lebih dari
sekedar perubahan nama, langkah tersebut merupakan penegasan atas tujuan
perusahaan untuk menjadi perusahaan pembangkitan independen yang berorientasi
murni bisnis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di pasar
ketenagalistrikan Indonesia, termasuk meningkamya persaingan serta kebutuhan untuk
melakukan privatisasi melalui sebuah IPO (Initial Public Offering).
Walaupun sebagai perusahaan komersial di bidang pembangkitan baru didirikan
pada pertengahan 1990-an, Indonesia Power mewarisi berbagai jumlah aset berupa
pembangkit dan fasilitas-fasiltas pendukungnya. Pembangkit-pembangkit tersebut
memanfaatkan teknologi modem berbasis komputer dengan menggunakan beragam
energi primer seperti air, batu bara, solar, gas bumi, dan sebagainya. Namun demikian,
dari pembangkit tersebut terdapat pembangkit paling tua di Indonesia seperti PLTA
Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun
pada tahun 1920-an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari sini dapat dipandang
bahwa secara kesejahteraan pada dasarnya usia PT Indonesia Power sama dengan
keberadaan listrik di Indonesia.
PT Indonesia Power merupakan perusahaan pembangkit tenaga listik terbesar di
Indonesia (9040 MW) dengan delapan unit bisnis pembangkitan utama di beberapa
lokasi sfrategis di pulau Jawa dan Bali serta unit bisnis yang bergerak di bidang jasa
pemeliharaan yang disebut Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan (UBJP). Berikut ini disajikan
gambar lokasi unit bisnis pembangkitan utama yang dikelola PT Indonesia Power.
Berdasarkan gambar 2.1 di atas dapat dilihat bahwa Unit Bisnis Pembangkitan yang
dikelola PT Indonesia Power terdiri dari 8 kota. Kedelapan unit tersebut terdiri dari Unit Bisnis
Pembangkitan (1) Suralaya, (2) Priok, (3) Saguling, (4) Kamojang, (5) Merica, (6) Semarang, (7)
Perak & Grati, dan (8) Bali.
Dengan identitas baru, Indonesia Power mendeklarasikan visi dan misi yang terintegrasi
dengan rencana baru untuk menjadi perusahaan publik dan meningkatkan diri menjadi
pembangkit kelas dunia. Untuk mendukung terealisasinya keinginan tersebut, Indonesia Power
dan seluruh unit bisnisnya telah berbenah diri. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya
berbagai penghargaan nasional dan internasional antara lain ISO 14001 (Sistem Manajemen
Lingkungan), ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu), SNfK3 dari Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Indonesia, Penghargaan Padma untuk bidang Pengembangan Masyarakat, dan
ASEAN Renewable Energy Award.
Kiprah PT Indonesia Power dalam pengembangan usaha penunjang di bidang
pembangkit tenaga listrik juga dilakukan dengan membentuk anak perusahaan PT Cogindo
Daya Perkasa (saham 99,9 %) yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan dan manajemen
energi dengan penerapan konsep cogeneration, juga PT Indonesia Power mempunyai saham
60 % di PT Arada Daya Coalindo yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan batubara.
Akdvitas kedua anak perusahaan ini diharapkan dapat lebih menunjang peningkatan
pendapatan perusahaan di masa yang akan datang.
PLTGU Grati ini didesain dengan menggunakan 2 macam bahan bakar, yaitu solar dan
gas alam. Untuk saat ini bahan bakar yang digunakan adalah gas alam yang dikirim dari PT.
SANTOS. Daya listrik yang dihasilkan kemudian disalurkan ke interkoneksi Jawa-Bali melalui
sutet 150 KV dan sutet 500 KV. Saat ini PLTGU Grati memainkan peranan penting sebagai
pembangkit yang dibutuhkan untuk sistem kelisfrikan Jawa-Bali.
Gambar2.2 GRATI POMU
PT. Indonesia Power GRATI POMU merupakan salah satu Unit Pembangkitan yang dimiliki oleh
PT. Indonesia Power. Unit bisnis ini awalnya berkantor di dalam area Pelabuhan Tanjung
Perak, di Jalan Nilam Barat nomor 2- 4 Surabaya. Alasan pemilihan lokasi tersbut sebagai
tempat PLTGU dan sebagai kantor adalah:
1. Dekat dengan pusat pemakaian listrik.
2. Kebutuhan air pendingin (air laut) cukup memadahi.
3. Pengadaan spare part dan material pendukung mudah
4. Penyaluran bahan bakar mudah.
5. Tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk.
Pada tanggal 20 Mei 2000, kantor GRATI POMU menempati lokasi baru di area unit PLTGU
Grati yang beralamat di Jalan Raya Surabaya - Probolinggo Km 73 desa Wates kecamatan
Lekok Pasuruan. Menempati lahan seluas 73 hektar yang terdiri dari 38 hektar lahan pantai
dan 35 hektar lahan reklamasi. Alasan pemilihan lahan ini adalah:
1. Penanganan langsung pembangkit yang berkapasitas lebih besar.
2. Lokasi milik sendiri.
3. Lokasi yang terletak di Perak berstatus sewa dan memiliki biaya sewa yang mahal, sehingga
sebagian dikembalikan kepada PT Pelindo dan sebagian tetap disewa untuk unit PLTU.
Unit Bisnis Pembangkitan ini menggunakan dua macam bahan bakar yaitu solar dan gas
alam. Karena gas alam belum masuk, unit ini sekarang menggunakan bahan bakar solar yang
dikirim dari fasilitas pantai kapal tanker (sekitar 4 Km dari lokasi) ke tangki PLTGU berkapasitas
4 x 20.000 KL.
Daya yang dihasilkan kemudian disalurkan ke interkoneksi Jawa Bali melalui SUTET 150
KV dan SUTET 500 KV. Saat ini PLTGU Grati memainkan peranan penting sebagai pembangkit
yang dibutuhkan untuk sistem kelistrikan Jawa-Bali.
GRATI POMU sampai saat ini mempunyai pembangkit dengan kapasitas terpasang total
950 MW walaupun dalam pengoperasiannya tdak mencapai nilai tersebut, dengan rincian:
1. Pembangkit List-ik Tenaga Uap (PLTU) Perak
Unit 1 buatan Westing House USA n 25 MW sejak 1964 (sudah tidak beroperasi)
Unit 2 buatan Westing House USA n 25 MW sejak 1964 (sudah tidak beroperasi)
Unit 3 buatan Mitsubishi Japan beroprasi 50 MW sejak 1978
Unit 4 buatan Mitsubishi Japan beroprasi 50 MW sejak 1978 Sejak awal beroperasi,
PLTU Perak telah mengalami beberapa kali proses perbaikan untuk mengoreksi deefisiensi
yang terjadi terhadap rancangan dari pabrik. Dalam kondisinya sekarang, unit 3 mengalami
penurunan kapasitas menjadi 45 MW, sedangkan unit 4 mengalami penurunan kapasitas
menjadi 43 MW. Unit PLTU Perak berada di atas permukaan tanah seluas 6 ha di kawasan
indusfri dan bisnis dekat pelabuhan Tanjung Perak di bagian utara Surabaya, Jawa Timur.
PLTGU Grati berada di atas lahan seluas 70 ha (35 ha lahan pantai dan 35 ha lahan reklamasi)
di Lekok, Grati, Pasuruan, Jawa Timur, 80 Km dari Surabaya. Pembangkitan ini terdiri dari Blok I
(Combined Cycle) dengan total daya terpasang 500 MW, Block Il (Open Cycle) dengan total daya
terpasang 300 MW, mulai dibangun tahun 1995 dan selesai bulan April 1997. Daya yang dihasilkan
kemudian disalurkan ke interkoneksi Jawa-Bali melalui SUTET 150 KV dan SUTET 500K V. Saat ini
PLTGU Grati memainkan peranan penting sebagai pembangkit yang dibutuhkan untuk sistem
kelistrikan Jawa-Bali.
PLTU dan PLTG mempunyai perbedaan yang mengarah pada keuntungan dan kerugian masing
— masing. Berikut ini perbandingan antara PLTU dan PLTG mengenai faktor — faktor yang penting
seperti dalam Tabel 2.1. Asal mula GRATI POMU adalah PLN sektor Perak, karena semua
pembangkitan berada di PLTU atau PLTG Perak Surabaya yang terdiri dari PLN Eksploitasi IX, PLN
Wilayah Xll di Jawa Timur, PLN Disfribusi dan Pembangkitan I Jawa Tengah, serta PLN Pembangkitan
dan Penyaluran Jawa bagian Timur dan Bali (KJT).
Sejak tanggal 3 Oktober 1995, Unit Pembangkitan ini mulai masuk dalam jajaran PT. Indonesia
Power dengan kantor induk di Jakarta. Tahun 1996, PLTG Perak Surabaya direlokasikan ke Cilacap,
Jawa Tengah dan menjadi bagian jajaran UPJP Semarang. UPJP Perak dan Grati menggunakan bahan
bakar berbeda yaitu PLTGU Grati menggunakan gas dan HSD, HSD diperoleh dari fasilitas lepas pantai
kapal tanker (sekitar 4 Km dari lokasi) ke tangki PLTGU berkapasitas 4x20.OOO kilo liter. Sedangkan
PLTU Perak menggunakan bahan bakar MFO.
2.2.1 Kapasitas
PT Indonesia Power mengelola 4 Power Generation Unit (PGU), 12 Operation and
Maintenance Unit (OMU) serta 5 Power Generation and O&M Services Unit (POMU).
TABEL KAPASITAS