Anda di halaman 1dari 5

PERBAIKAN UAS “INTERAKSI OBAT”

KELOMPOK 8
Grenshannya A. Pua (18101105047)
Chrispawanty C. Ranggatau (18101105007)
Kezia Pangemanan (18101105082)
Vinny V. Kaitu (18101105066)

1. Kasus interaksi obat - uji lab


1) Berdasarkan pengobatan yang diterima dengan kondisi klinis (paramaeter
laboratorium) yang dipantau dapat diketahui bahwa kondisi pasien, yaitu :
○ Sebelum diberikan pengobatan kondisi pasien yaitu nilai LDL-nya
tinggi melebihi batas normal (155) sedangkan untuk parameter yang
lainnya (HDL, TG, GDP & HbA1c) masih dalam keadaan yang normal
○ Pada tahun 1 setelah pengobatan 1(10mg Avtorvastatin 1 x 1), kondisi
pasien yaitu nilai LDLnya turun dan sudah dalam rentang nilai normal
yaitu dari 155 menjadi 88, untuk parameter lainnya yaitu HDL & TG
mengalami kenaikan yang tidak signifikan dan masih dalam batas nilai
yang normal serta HBA1c yang mengalami kenaikan yang signifikan
yaitu dari 5,3% menjadi 5,7% tapi masih dalam nilai batas normal.
○ Pada tahun ke-2 setelah pengobatan 1 (10mg Atorvastatin 1 x 1),
kondisi pasien yaitu berdasarkan hasil lab beberapa parameter
mengalami penurunan yaitu LDL dan HDL (tidak signifikan) dan TG (
signifikan yaitu dari 63 menjadi 46 hampir mendekati nilai yang
rendah), dan untuk HbA1c mengalami terus mengalami kenaikan
hingga 5,9% mendekati nilai tinggi untuk HbA1c.
○ Setelah 2 tahun 6 bulan menjalani pengobatan 1 kondisi klinis pasien
untuk LDL, HDL & TG terus mengalami penurunan bahkan sampai
mendekati angka yang rendah. Sedangkan untuk HbA1c pasien
semakin naik dan sudah pada lewat batas nilai normal yaitu 6,1%.
Melihat kondisi pasien maka diperlukan untuk memulai pengobatan
untuk diabetes.
○ Karena kondisi pasien yang HbA1cnya tinggi dan nilai kolestrol (HDL,
LDL, TG) nya semakin menurun seiring pengobatan 1 diberikan maka
pasien memulai Pengobatan ke-2 dimana pasien diberikan Metformin
500mg 2x1 untuk menurunkan dan mengontrol gula darahnya
atorvastatin diganti dengan ezetimibe dengan dosis 10mg 1x1 mungkin
karena penggunaan atovastatin mempengaruhi nilai dari 2 parameter
nilai kolestrol yang semakin menurun.
○ Setelah 6 bulan pengobatan ke-2 diberikan, nilai kolestrol (HDL, LDL,
TG) nya mulai naik dan kenaikan terjadi secara signifikan untuk LDL
& TG namun masih dalam keadaan yang normal serta HbA1cnya
setelah dites turun dari 6,1% menjadi 5,9%.
○ Selanjutnya pada pengobatan ke-3 metformin dihentikan dan
digantilah dengan sitaglipin dengan dosis 25mg 1x1 . Setelah 6 bulan
menjalani pengobatan ke-3,LDL pasien naik secara signifikan namun
masih dalam rentang normal, HDL masih stabil dan TG naik namun
masih dalam batas normal sedangkn untuk HbA1c turun lagi menjadi
5,8%
○ Dan karena pada pengobatan ke-3 LDL pasien mengalami kenaikan
yang signifikan maka pada pengobatan ke-4 diberikan colestiramine
untuk mengatasi hiperlipidemianya itu. sehingga LDLnya turun dan
untuk TG dan HDL nya masih dalam batas normal serta HbA1c nya
turun signifikan menjadi 5,5%.
2) Interaksi yang terjadi ialah obat Atorvastatin mempengaruhi hasil lab dari
HbA1c yang membuatnya menjadi naik sehingga pasien hasil tes HbA1c
pasien menjadi positif palsu
3) mekanisme yang terjadi yaitu atorvastatin ini mengurangi sensitivitas insulin
dimana ia melemahkan ekspresi transporter GLUT-4 sehingga mengganggu
toleransi glukosa. Berkurangnya sensitivitas insulin ketika menggunakan
atorvastatin ini yang menyebabkan HbA1c meningkat signifikan ketika dites.
4) Berdasarkan kasus penanganannya ialah mengganti atorvastatin dengan obat
antikolestrol lainnya yang tidak mempengaruhi kadar glukosa dan
memberikan obat antidiabetes untuk menurunkan kembali HbA1c nya.
5) Jadi melihat kasus ini didapat bahwa kesalahan laporan hasil laboratorium
terdapat pada pengubahan akurasi tes sehingga didapat hasil positif palsu.
Diktahui hubungan yang ditunjukkan oleh hasil pemeriksaan HbA1c yang
menandakan pasien memiliki kadar gula darah yang melebihi batas normal
padahal sebelumnya sudah ditekankan bahwa pasien tidak mempunyai riwayat
keturunan/keluarga penyakit DM dan memang ia tidak pernah menjalani
pengobatan DM. Jadi hasil positif palsu ini dipengaruhi oleh pengobatan
atorvastatin yang ternyata dalam beberapa bahkan banyak kasus dapan
menurunkan sensitivitas insulin dan dapat mengakibatkan kenaikan kadar gula
darah.

2. Kasus interaksi Farmasetika


1) Terjadi inkompatibilitas antara laktosa (karbohidrat pereduksi) dan amlodipin
besylate (mengandung gugus amina primer).
2) Interaksi Farmasetika lebih tepatnya interaksi obat dengan eksipien secara
kimia dimana jenis interaksi ini selalu menghasilkan efek merugikan pada
produk ketika produk terpisah terbentuk setelah reaksi kimia antara reaktan.
Interaksi secara kimiawi yang terjadi dijurnal tersebut ialah reaksi mailard
yang mengakibatkan degradasi dalam formulasi sehingga mengurangi
komponen terapetik yang ada untuk menghasilkan efek terapeutik yang
diinginkan.
3) interaksi tersebut terjadi karena adanya ketidakcocokan antara gula pereduksi
seperti laktosa dan senyawa apapun yang memiliki amina primer atau
sekunder terminal.
4) Menghindari atau mengecualikan laktosa dan pelumas dasar dalam formulasi
amlodipine besylat padat agar terjaminnya kemurnian & keamanan dalam
proses pembuatan.

3. Kasus Pediatri
1) Secara Farmakokinetik
- Pada pediatri, secara fisiologi beberapa organ penting belum matang/belum
sempurna seperti halnya orang dewasa.
-Pada fase absorpsi akan terjadi diantaranya memperpendek atau
memperpanjang waktu pengosongan lambung
- pada fase distribusi terjadi ketika dua obat bersaing untuk mendapatkan
tempat pada protein di dalam plasma.
- pada fase metabolisme ini dapat meningkatkan atau menurunkan kadar obat
didalam darah
- pada fase ekskresi harus dilakukan penurunan dosis ini dikarenakan sistem
organ masih dalam pertumbuhan dan perkembangan
- Oleh karena itu akan mempengaruhi proses farmakokinetik obat, sehingga
mempengaruhi juga respon obat pada anak-anak dan obat yang di minum tidak
terabsorpsi dengan baik.

Secara Farmakodinamik
Interaksi ini dapat mempengaruhi efek dari salah satu obat yang diminum.
Efek yang terjadi berupa aditif, sinergis, dan antagonis. Untuk efek interaksi
farmakodinamik sinergis terjadi dimana dua obat atau lebih secara bersamaan
dapat memberikan efek sinergis yang dapat menguntungkan.

2) (Drugs.com)
a) Ampicilin - Gentamicin : ampisilin dapat meninaktivasi kerja dari
aminoglikosida(gentamisin) dan efek ini terjadi secara signifikan pada
pasien dengan penyakit gagal ginjal.
b) Acetaminophen-Isoniazid : Isoiasid dapat meningkatkan potensi
hepatoksisitas dari acetaminophen dengan cara menginduksi
metabilisme CYP450 2E1 dari parasetamol menjadi metabolit toksik
selama pemberian.
c) rifampisin - Metilprednisolon : Rifampisin akan menginduksi
metabolisme kortikosteriod (metilprednisolon) di hepar yang nantinya
akan mengurangi efek terapetik dari keduanya.
d) rifampisin-acetaminophen: rifampisin akan mengurangi efek terapetik
dari acetamitophen dan dapat menyebabkan hepatoksisitas pada pasien
yang mendapatkan acetaminophen dengan isoniazid
e) Isoniazid-methylprednisolon : konsentrasi plasma dari isoniazid akan
berkurang jika diberikan bersama dengan metilprednisolon
3) (Drugs.com)
a) Ampicilin-Gentamicin : harus diberikan terpisah
b) acetaminophen-Isoniazid : Butuh perhatian dan monitoring dari
petugas kesehatan dan jika didapati adanya hepatoksisitas maka dapat
dihentikan.
c) rifampisin-metilprednisolon : dipantau untuk efek dari jumlah
kortikosteroid dan dosis bisa disesuaikan.
d) rifampisin - acetaminophen : harus dipantau dalam penggunaannya dan
jika terjadi hepatoksisitas rifampisin dapat dihentikan
e) Isoniazid-metilprednisolon : memantau respon pasien terhadap
isoniazid dalam pemberian bersama metilprednisolon dan sesuaikan
dosis isoniazid jika diperlukan.

4. Kasus Geriatri
1. Secara farmakokinetik
pada tahap metabolisme pintas awal menurun setelah absorpsi, maka sisa dosis
obat yang masuk dalam darah dapat melebihi perkiraan dan mungkin
menambah efek obat sehingga dapat menyebabkan efek
merugikan . Mengecilnya massa hati dan proses menua (geriatri) dapat
mempengaruhi metabolisme  dari obat. Karena massa otot berkurang sehingga
kadar kreatinin serum tidak menggambarkan fungsi dari ginjal.

● Secara farmakodinamik

- Respon selular pada pasien geriatri menurun, penurunan ini dapat dilihat
pada mekanisme respon homeostatik yang berlangsung secara fisiologi.
Intensitas pengaruh obat yang cara kerjanya merangsang proses biokimiawi
selular akan menurun.

2. (Drugs.com)
a. Propanolol furosemide : penggunaan secara bersamaan akan
mengakibatkan menurunnya tekanan darah dan memperlambat detak
jantung.
b. aspirin - ramipril : aspirin akan melemahkan efek vasodilatasi dari
ACE inhibitor dalam hal ini ramipril.
c. furosemid-aspirin : aspirin dalam dosis antiinflamasi melemahkan
respon diuretik dan natriuretik dari furosemide.
d. omeprazole-simvastatin : penggunaan secara bersamaan akan
meningkatkan volume darah dan efek dari simvastatin.
e. simvastatin - lansoprazole : penggunaan secara bersamaan akan
meningkatkan volume darah dan efek dari simvastatin.
3. (Drugs.com)
1. Propanolol - furosemide : hati-hari dalam penggunaan dan
dimonitoring
2. aspirin-ramipril : hati-hari dalam penggunaan dan dimonitoring
3. furosemid-aspirin : hati-hari dalam penggunaan dan dimonitoring
4. omeprazole -simvastatin : harus dimonitor dan dihentikan bila terjadi
atau didiagnosa miopati
5. simvastatin-lansoprazole : harus dimonitor dan dihentikan bila terjadi
atau didiagnosa miopati

Anda mungkin juga menyukai