PSIKOLOGI PENDIDIKAN
OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “ Peranan Inteligensi Dalam Belajar ” ini. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama
islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
Micro Teaching dengan judul “ Peranan Inteligensi Dalam Belajar ”. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................
C. Rumusan Penulisan ...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Pengertian Intelegensi/ Kecerdasan...................................................................
B. Klasifikasi IQ3...................................................................................................
C. Konsep Multiple Inteligence (Kemajuan Intelegensi........................................
D. Usaha guru membantu siswa dalam belajar sesuai dengan potensinya.............
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Inteligensi dan keberhasilan dalam pendidikan adalah dua hal yang salingberkaitan.
Di mana biasanya anak yang memiliki inteligensi yang tinggi dia akanmemiliki prestasi yang
membanggakan di kelasnya, dan dengan prestasi yangdimilikinya ia akan lebih mudah
meraih keberhasilan.Ada ragam pendapat mengenai inteligensi. Bagi kaum awam,
inteligensidianggap unsur mutlakdalam menentukan kecerdasan seseorang.Inteligensisering
juga disamakan dengan IQ.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Intelegensi/ Kecerdasan?
2. Bagaimana Klasifikasi IQ3?
3. Apa sajakah Konsep Multiple Inteligence (Kemajuan Intelegensi)?
4. Bagaimana Usaha guru membantu siswa dalam belajar sesuai dengan
potensinya?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Apa pengertian Intelegensi/ Kecerdasan
2. Untuk mengetahui bagaimana Klasifikasi IQ3
3. Untuk mengetahui Konsep Multiple Inteligence (Kemajuan Intelegensi)
4. Untuk mengetahui Usaha guru membantu siswa dalam belajar sesuai dengan
potensinya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Inteligensi/kecerdasan
Inteligensi adalah suatu keahlian yang ada dalam diri manusia untuk menyelesaikan
persoalan dan sebuah skill untuk belajar dari kejadian atau pengalaman yang sudah didapat
maupun dialami. Dalam dunia anak usia dini, inteligensi sangat penting, atau juga bisa
inteligensi ini berarti kecerdasan. Ada beberapa pengertian inteligensi menurut para ahli,
salah satunya ahli Lewis Terman (1900). Menurut Terman, inteligensi merupakan satu
kemampuan tunggal yang disebut usia mental (mental age). Yang dimaksud usia mental
disini adalah suatu kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan rata-rata usia anak
tertentu.
Sternbeg (2009), menyatakan bahwa anak-anak yang memiliki pola triarkis akan
terlihat berbeda di sekolah. Para siswa yang tinggi dalam kemampuan analitik akan
menyukai sekolah yang konvensional. Mereka yang memiliki kemampuan ini sering kali
berhasil dalam menerima instruksi langsung. Sedangkan, anak-anak yang mempunyai
kemampuan intelegensi kreatif yang tinggi selalu tidak menduduki rangking atas dikelasnya.
Meskipun demikian, banyak anak-anak yang lain berhasil dengan baik untuk bidang - bidang
diluar tuntutan didalam kelas. Mereka mungkin unggul dalam keterampilan sosial dan
memiliki akal sehat yang baik.
Menurut Gardner, setiap manusia pasti memiliki semua kemampuan tipe inteligensi
yang berbeda-beda. Sebagai akibatnya, kita memilih untuk mempelajari dan memproses
informasi dengan berbagai macam cara. Manusia akan berusaha belajar dengan baik ketika
mereka dapat melakukan pengaplikasian berbagai tipe inteligensi sesuai dengan kemampuan
mereka masing- masing.
Terman melanjutkan kerja yang dilakukan oleh Binet dalam melakukan pengukuran
inteligensi dengan mempertahankan konsep Binet mengenai usia mental. Menurut Terman,
inteligensi merupakan satu kemampuan tunggal yang disebut usia mental (mental age). Usia
mental adalah kemampuan yang seharusnya dimiliki rata-rata anak pada usia tertentu. Dia
mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk berpikir abstrak (Winkel, 1996:139).
Dia yakin bahwa inteligensi merupakan faktor tunggal yangmerupakan kemampuan individu
dalam verbalisasidan berpikir abstrak. Menurut Thornburg (1984:179), inteligensi merupakan
monogenetik karena didasarkan pada faktor umum tunggal (general,disingkatg) yang
diwarisi.
Di samping usia mental, dikenal pula konsepusia kronologis (chronological age). Usia
kronologisadalah usia anak menurut perhitungan kalender.Ukuran inteligensi (int elli gence
quotient) merupakan rasio perbandingan antara usia mental dengan usia kronologis. Jika
inteligensi diberikan notasi dengan IQ, usia mental dengan MA dan usia kronologis dengan
CA, maka dapat disajikan rumus perhitungannya berikut : CAMAIQ Dari rumus di atas
diketahui bahwa pada anak yang mempunyai inteligensi normal maka MA =CA atau MA
sama dengan MA rata-rata anakseusianya. Anak yang mempunyai MA > CAmempunyai
inteligensi di atas rata-rata, dan anak yang mempunyai MA < CA mempunyai inteligensidi
bawah rata-rata.
3. Sternberg (1931)
Menurut Thurstone, tidak ada faktor g seperti dalam teori Spearman. Kemampuan
umum bukanlah faktor g melainkan kombinasi faktor-faktor c. Faktor c adalah kemampuan
mental utama (primary mental abilities) yang merupakan kombinasi dari tujuh faktor umum.
Oleh karenanya teori Thurstone kadang dikenal sebagai teori kemampuan mental utama
(primary mental abili-ties theory). Menurut Anastasi dan Urbina (1997: 312 – 313) faktor
meliputi : (1) penalaran verbal (verbal comphrehension, disingkat V), kelacarankata (word
fluency, disingkat W), angka (number,disingkat N), ruang (space, disingkat S),
memoriasosiatif (associative memory, disingkat M), kecepatan perseptual (perceptual speed,
disingkatP), dan induksi atau penalaran umum (general rea-soning, disingkat R).
5. JP Guilford (1967)
Menurut Guilford, faktor yang membentuk inteligensi bukan hanya satu faktor
(Terman), dua faktor (Spearman), tiga faktor (Sternberg) atau tujuh faktor (Thurstone),
melainkan 120 faktor. Berdasarkan analisis faktor, Guilford mengusulkan model berbentuk
kubus yang disebut model struktur intelektual dengan 120 faktor. Sejumlah 120 faktor itu
merupakan kombinasi dari tiga dimensi. Ketiga dimensi inteligensi itu adalah dimensi
operasi/proses, dimensi isi/materi/konten, dan dimensi hasil/produk (Guilford, 1971:61 – 62).
Operasi mempunyai lima faktor yaitu kognisi, memori, berpikir konvergen, berpikir divergen
dan evaluasi. Konten mempunyai empat faktor yaitu figural, simbolik, semantik dan perilaku.
Sedang produk mempunyai enam faktor yaitu unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan
implikasi. Secara keseluruhan inteligensi mempunyai 5 x 4 x 6 = 120 faktor.
B. Klasifikasi IQ
1. Tingkatan IQ Idiot (0-29) : Di tingkatan terendah adalah mereka yang memiliki nilai
IQ 0 hingga 29. Jangankan masalah akademis, untuk mengurus kebutuhan pribadi
saja mereka membutuhkan bantuan dari orang lain. Bahkan untuk berbicara saja
mereka tak mampu. Karena kondisinya yang sangat lemah, sering kali mereka yang
berada di kategori ini tidak bisa bertahan hidup cukup lama.
2. Tingkatan IQ Imbecile (30-40) : Kondisi mereka yang tergolong Imbecile sedikit
lebih baik dari anak-anak yang tergolong kategori idiot. Namun, karena IQ yang
mereka miliki hanya berkisar dari 30 hingga 40 saja, mereka masih membutuhkan
pengawasan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
3. Tingkatan IQ Debil / Moron / Mentally Retarted (50-69) : Tingkatan IQ yang ketiga
disebut dengan Debil, Moron, atau Mentally retarted. Nilai IQ mereka hanya berkisar
antara 50 hingga 69 saja. Anak-anak yang tergolong kategori ini sudah dapat
mengikuti pendidikan formal, walaupun masih harus di Sekolah Luar Biasa (SLB)
yang memang diperuntukan untuk Anak-anak Berkebutuhan Khusus.
4. Tingkatan IQ Dull / Bordeline (70-79) : Anak-anak yang berada di tingkatan IQ Dull
atau Bordeline sudah tidak dapat digolongkan sebagai kategori terbelakang. Namun
karena nilai IQ-nya masih sangat rendah, yakni 70 hingga 79, maka mereka juga
belum dapat dikategorikan sebagai anak-anak normal.
5. Tingkatan IQ Below Avarage / Normal Rendah (80-89) : Tingkatan IQ normal rendah
atau Below avarage adalah kategori anak-anak normal, namun berada di posisi
terbawah. Nilai IQ golongan ini berkisar antara 80 sampai 89. Biasanya, mereka
termasuk anak-anak yang cenderung lambat dalam mengikuti materi pelajaran di
sekolah.
6. Tingkatan IQ Normal Sedang (90-109) : Tingkatan IQ normal sedang merupakan
golongan terbanyak dari populasi manusia di dunia. Mereka adalah anak-anak yang
memang normal dalam kecerdasannya, tidak tinggi dan tidak rendah pula. Nilai
IQnya berada di kisaran 90 hingga 109.
7. Tingkatan IQ Above Avarage / Normal Tinggi (110-119) : Mereka yang masih
tergolong normal, namun cenderung lebih cerdas dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar di sekolah dengan nilai IQ 110 hingga 119 termasuk golongan normal
tinggi atau Above avarage.
8. Tingkatan IQ Superior / Cerdas (120-129) : Orang-orang yang mempunyai nilai IQ
antara 120 sampai 129 digolongkan ke dalam kategori Superior atau cerdas. Mereka
adalah orang-orang yang berbakat di bidang akademis dan tergolong mudah dalam
mengikuti kegiatan belajar di jenjang pendidikannya.
9. Tingkatan IQ Gifted / Very Superior / Sangat Cerdas (130-139) : Ada 3 istilah yang
digunakan untuk menjuluki orang-orang yang berada di tingkatan IQ peringkat ke
sembilan ini, yakni Gifted, Very superior, atau sangat cerdas (di Indonesia). Orang-
orang yang berada di kategori ini memiliki nilai IQ yang berkisar antara 130 hingga
139.
10. Tingkatan IQ Genius (140 ke Atas) : Tingkatan IQ tertinggi dikenal dengan sebutan
jenius. Orang-orang yang termasuk kategori ini mempunyai nilai IQ 140 ke atas.
Beberapa tokoh dunia yang berada di tingkatan IQ ini di antaranya Albert Einstein,
B.J. Habibie, Thomas Alva Edison, dan masih banyak lagi.
C. Konsep Multiple Intelligence (Kemajemukan Inteligensi)
Teori kecerdasan yang ditemukan kemudian digagas oleh pakar psikologi dan
profesor pendidikan Hardvard University; Howard Gardner senyatanya telah memberikan
pengaruh positif yang cukup signifikan terhadap perkembangan psikologi dan pendidikan
dewasa ini.
Di Amerika Serikat, teori ini sudah cukup lama dikembangkan. Multiple Intelligences
adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa manusia memiliki tujuh jenis inteligensi.
Setelah melakukan beberapa penelitian lagi, akhirnya dalam bukunya Intelligences
Reframed, Howard Gardner menambahkan dua jenis inteligensi lainnya. Sehingga saat ini,
sudah terdapat sembilan jenis inteligensi yang dimiliki manusia –berdasarkan teori yang
digagas oleh Howard Gardner— antara lain:
1. Inteligensi Linguistik
Gardner percaya bahwa para penyair dan penulis berbakat mempunyai pemahaman
yang kuat tentang semantik (arti kata-kata), fonologi (bunyi bahasa), pragmatik (penggunaan
bahasa), dan sintaksis (kaidah bahasa) dalam menggunakan kata-kata dan gagasan uniknya.
Menurut Gardner, banyak orang dengan inteligensi linguistik yang menonjol mempunyai
kemampuan dalam bersyair, atau gaya menulis yang kaya ekspresi.
Anak yang memiliki inteligensi linguistik tinggi, meskipun masih di sekolah dasar
sudah terlihat mempunyai kemampuan bahasa yang baik. Jika diberi tugas membuat kalimat,
anak ini akan sangat mudah untuk membuat kalimat yang baik dan tertata. Anak ini senang
mengeksplorasi diri dengan bahasa. Dan, biasanya nilai bahasanya lebih baik dibanding
teman-temannya yang lain, yang inteligensi linguistiknya kurang tinggi.
Komponen lain dari inteligensi linguistik adalah memori lisan (verbal memory).
Gardner menjelaskan bahwa “Kemampuan untuk mengingat informasi seperti daftar-daftar
lisan yang panjang merupakan bentuk lain dari kecerdasan bahasa”. Oleh karena kekuatan
memori lisan, maka mengingat dan mengulangi kata-kata yang panjang menjadi mudah bagi
orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol. Bagi orang yang kuat memori lisannya,
maka gagasan mengalir dengan konstan. Hal ini disebabkan mereka mempunyai banyak kata-
kata di dalam memori lisannya. Tanpa menghiraukan bagian khusus dari kekuatan memori
lisan, dalam inteligensi linguistik penekanan terjadi baik pada bahasa tulis maupun bahasa
lisan. Pada umumnya, jenis kemampuan yang banyak dimiliki oleh orang yang menonjol
dalam inteligensi linguistik adalah:
Humor.
Analisis Linguistik.
2. Inteligensi Matematis-Logis
Logika
Pemikiran ilmiah
Problem solving
Silogisme
3. Inteligensi Ruang-Visual
Gardner mengakui bahwa “Pusat bagi kecerdasan ruang adalah kapasitas untuk
merasakan dunia visual secara akurat, untuk melakukan transformasi dan modifikasi terhadap
persepsi awal atas penglihatan, dan mampu menciptakan kembali aspek dari pengalaman
visual, bahkan sampai pada ketidakhadiran dari stimulus fisik yang berhubungan dengan
pengalaman visualnya.” Kecerdasan visual-spasial berhubungan dengan objek dan ruang
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa hal lain yang termasuk dalam inteligensi ruang-visual antara lain:
kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu
benda dalam pikiran dan mengenali perubahan itu, menggambarkan suatu hal atau benda
dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata, serta mengungkapkan data dalam suatu
grafik.
Anak dengan inteligensi ruang-visual tinggi akan dengan mudah belajar ilmu ukur
ruang. Ia akan mudah menentukan letak suatu benda dalam ruangan serta dapat
membayangkan suatu bentuk secara benar, meskipun dalam perspektif. Jika menggambar
suatu pemandangan, anak-anak dengan inteligensi ruang-visual ini akan dengan mudah
menempatkan benda-benda pada tempatnya yang tepat dan benar dimensinya. Anak dengan
inteligensi ruang-visual tinggi biasanya juga suka menggambar, suka warna-warna dan
membangun balok-balok yang indah dan bermakna.
Secara umum, orang yang memiliki inteligensi ruang visual yang tinggi juga memiliki
kemampuan:
Representasi grafik
Imajinasi tinggi
4. Inteligensi Kinestetik-Badani
Suatu inteligensi yang sangat aktif yang dianugerahkan pada manusia adalah
inteligensi kinestetik-badani. Inteligensi kinestetik-badani merupakan inteligensi fisik.
Menurut Howard Gardner, inteligensi kinestetik-badani adalah kemampuan menggunakan
tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Masih menurut
Gardner, inteligensi kinestetik ini menyoroti kemampuan untuk menggunakan seluruh badan
(atau bagian dari badan) dalam membedakan berbagai cara, baik untuk ekspresi gerak (tarian,
akting) maupun aktivitas bertujuan (atletik).
Inteligensi kinestetik-badani ini banyak dimiliki oleh atlet, penari, pemahat, aktor dan
ahli bedah. Yang juga termasuk dalam kriteria inteligensi kinestetik-badani adalah
keterampilan koordinasi dan fleksibilitas tubuh. Orang-orang dengan inteligensi kinestetik-
badani yang menonjol akan mudah mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa
yang mereka pikir dan rasakan, dapat dengan mudah mereka ungkapkan melalui gerak tubuh,
semisal tarian atau ekspresi tubuh. Mereka juga dapat dengan mudah memainkan mimik,
drama dan peran. Bahkan mereka bisa dengan cepat dan mudah melakukan gerak tubuh
dalam olahraga dengan berbagai variasi. Orang dengan inteligensi kinestetik-badani yang
tinggi juga dapat sangat baik menjalankan operasi jika ia seorang ahli bedah.
Biasanya, orang yang menonjol pada inteligensi kinestetik-badani ini berkemampuan untuk:
Bermain mimik
5. Inteligensi Musikal
Inteligensi yang muncul lebih awal pada manusia dibanding inteligensi lain adalah
bakat musik. Inteligensi musikal meliputi kepekaan terhadap tangga nada, irama, dan warna
bunyi (kualitas suara) serta aspek emosional akan bunyi yang berhubungan dengan bagian
fungsional dari apresiasi musik, bernyanyi, dan memainkan alat musik.
Inteligensi jenis ini banyak dimiliki oleh pengarang lagu, pesinetron, orang-orang
yang peka nada, yang dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama musik,
yang mendengarkan berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman tertentu agar dapat
dikatakan menonjol pada inteligensi musikal maka seseorang harus mempunyai kemampuan
auditorial dengan baik, menurut Gardner. Kemampuan auditorial tidak hanya menjadikan
seseorang mampu mendengar dan merangkai musik saja, tetapi juga mampu mengingat
pengalaman bermusik.
Orang yang kuat inteligensi musikalnya juga sangat menyenangi apapun yang berbau
musik. Mereka bisa mengungkapkan perasaan dan pemikirannya dalam bentuk musik.
Bahkan, mereka lebih mudah mempelajari sesuatu jika dikaitkan dengan musik atau lagu.
Anak-anak dengan inteligensi musikal yang tinggi akan dengan cepat menirukan atau bahkan
menyanyikan suatu lagu di televisi, meskipun mereka tidak memahami bahasanya.
Menangkap musik
Mencipta melodi
Mencipta musik
Memainkan alat musik
6. Inteligensi Interpersonal
Orang yang memiliki inteligensi antarpribadi bisa mempunyai rasa belas kasihan dan
tanggung jawab sosial yang besar, seperti Mahatma Gandhi. Orang-orang dengan inteligensi
jenis ini juga memiliki kemampuan memahami orang lain dan melihat dunia dari sudut
pandang orang yang bersangkutan.
Secara umum, orang yang menonjol pada inteligensi interpersonal juga memiliki
kemampuan dalam:
Bekerja sama dengan teman
Memberikan feedback
7. Inteligensi Intrapersonal
Inteligensi intrapersonal atau yang bisa juga disebut dengan inteligensi intrapribadi
ini adalah kecerdasan dalam diri sendiri. Orang dengan inteligensi intrapribadi tinggi dapat
dengan mudah mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam keadaan emosi
serta menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing hidupnya.
Mereka sangat mawas diri dan suka bermeditasi, berkontemplasi. Mereka juga sangat
mandiri, sangat terfokus pada tujuan, sangat disiplin, gemar belajar sendiri dan lebih suka
bekerja sendiri dibanding bekerja dengan orang lain.
Berkonsentrasi
Keseimbangan diri
Ada banyak bidang pekerjaan yang menghendaki bakat naturalis, seperti petani,
ilmuwan, ahli tanah, dan orang yang berciri khas mengamati perilaku alam. Kendati pun
banyak bidang pekerjaan yang memerlukan kekuatan kecerdasan naturalis, tidak sedikit pula
orang yang memiliki kekuatan kecerdasan naturalis dengan pemahaman sederhana dan
memahami hakikat alam.
Biasanya, siswa atau peserta didik dengan kepemilikan inteligensi naturalistik yang
menonjol akan senang jika ada acara di luar sekolah, seperti berkemah bersama di
pegunungan, karena ia akan dapat menikmati keindahan alam. Selain itu, mereka juga akan
lebih mudah mempelajari biologi.
Terkait inteligensi naturalistuk ini, ada beberapa kelompok ahli yang merasa bahwa
inteligensi jenis ini sudah termasuk dalam inteligensi matematis-logis. Namun,
Howard Gardner berpendapat bahwa inteligensi jenis ini berbeda dengan inteligensi
matematis-logis. Untuk itulah, inteligensi naturalistik ini masih dalam taraf penelitian lebih
lanjut.
Secara umum, orang dengan inteligensi naturalistik yang menonjol memiliki
kemampuan untuk:
9. Inteligensi Eksistensial
Keberadan teori multiple intelligences yang telah digagas oleh Howard Gardner
berdasarkan hasil dari beberapa penelitiannya itu setidaknya telah membantu kita dalam
memahami bahwa kecerdasan tidak hanya cukup diukur dengan angka, dengan cara
menyelesaikan soal-soal dalam kertas di atas meja dan hasilnya akan menentukan tingkat
kecerdasan seseorang. Itu hanyalah salah satu cara mengetahui tingkat dari salah satu jenis
kecerdasan seseorang. Pada kenyataannya, IQ hanyalah salah satu kecerdasan yang dimiliki
manusia. Dan, beberapa tahun ini telah banyak yang meyakini bahwa kesuksesan bukanlah
ditentukan oleh tingkat IQ semata. Berapa banyak orang dengan IQ tinggi di sekolah, tapi
pada kehidupan nyata ia tidak mencapai keberhasilan seperti teman-teman yang memiliki
tingkat IQ dibawah rata-rata. Hasil dari sebuah penelitian telah menyebutkan bahwa
kecerdasan seseorang banyak ditentukan oleh kecerdasan emosi dan atau spiritual yang
dimilikinya.
Dengan demikian, tidaklah salah jika Howard Gardner menyatakan bahwa inteligensi
seseorang bukan hanya dapat diukur melalui tes tulis semata. Akan tetapi lebih tepat dengan
cara: bagaimana ia memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata.
Guru menurut UU no. 14 tahun 2005 “adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.”
Guru merupakan pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di
sekolahdanmemiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan.
Guru dalam melaksanakan perannya, yaitu sebagai pendidik, pengajar, pemimpin,
administrator, harus mampu melayani peserta didik yang dilandasi dengan kesadaran,
keyakinan, kedisiplinan, dan tanggung jawab secara optimal sehingga memberikan pengaruh
positif terhadap perkembangan siswa.
Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, peran guru dalam proses
belajar berpust pada :
1. Mendidik anak dengan memberikan pengarahan dan motivasi untuk mencapai tujuan,
baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.
2. Memberi fasilitas, media, pengalaman belajar yang memadai.
3. Membantu mengembangkan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, nilai-nilai,
dan penyesuaian diri.
Peran seorang pengajar atau pendidik selain mentransformasikan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya kepada anak didik juga bertugas melakukan pembimbingan dan pelatihan serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan UU Republik Indonesia No. 20 Pasal 39 ayat 2.Di
samping itu merupakan suatu keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung jawab,
bahwa di dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai dengan
keadaan peserta didik Di mana selain peran yang telah disebutkan di atas, hal yang perlu dan
penting dimiliki oleh pendidik yaitu pendidik harus mengetahui psikologis mengenai peserta
didik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Inteligensi adalah suatu keahlian yang ada dalam diri manusia untuk menyelesaikan
persoalan dan sebuah skill untuk belajar dari kejadian atau pengalaman yang sudah didapat
maupun dialami. Dalam dunia anak usia dini, inteligensi sangat penting, atau juga bisa
inteligensi ini berarti kecerdasan. Ada beberapa pengertian inteligensi menurut para ahli,
salah satunya ahli Lewis Terman (1900). Menurut Terman, inteligensi merupakan satu
kemampuan tunggal yang disebut usia mental (mental age). Yang dimaksud usia mental
disini adalah suatu kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan rata-rata usia anak tertentu.
Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, peran guru dalam proses
belajar berpust pada :
4. Mendidik anak dengan memberikan pengarahan dan motivasi untuk mencapai tujuan,
baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.
5. Memberi fasilitas, media, pengalaman belajar yang memadai.
6. Membantu mengembangkan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, nilai-nilai,
dan penyesuaian diri.
REFERENSI
Alfi,Minhatin.2020. “Konsep Inteligensi dan Kecerdasan”.9 April 2020.
https://www.kompasiana.com/minhatinalfi/5e8ea2ce097f36357973ad23/konsep-
inteligensi-dan-kecerdasan. 10 Maret 2021,13.00.