Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KELOMPOK III

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“ PERANAN INTELIGENSI DALAM BELAJAR ”

OLEH :

SATRIA HANIF 19232038

KURNIA SRI ANDANI 18087284

NADILA MENTARI 19003079

SIFA SALSA BILA 19086056

DOSEN PENGAMPU :

Dr. NETRAWATI, S.Pd, M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “ Peranan Inteligensi Dalam Belajar ” ini. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama
islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
Micro Teaching dengan judul “ Peranan Inteligensi Dalam Belajar ”. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................
C. Rumusan Penulisan ...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Pengertian Intelegensi/ Kecerdasan...................................................................
B. Klasifikasi IQ3...................................................................................................
C. Konsep Multiple Inteligence (Kemajuan Intelegensi........................................
D. Usaha guru membantu siswa dalam belajar sesuai dengan potensinya.............
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam bidang pendidikaninteligensi dimanfaatkan untuk mengetahui sejauhmana


prestasi belajar yang dapat dicapai oleh individu, untuk penyesuaian dalamsekolah, jurusan,
dan perlakuan kepada subjek didik.Dalam penerimaan tes untukmasuk atau melanjutkan
pendidikan serta masuk di suatu bidang kerja pun saat inisalah satunya melalui tes
inteligensi.Individu dalammenyelesaikan masalah,apakah cepat atau lambat, faktor yang
turut menentukan adalah faktor inteligensidari individu yang bersangkutan.

Inteligensi dan keberhasilan dalam pendidikan adalah dua hal yang salingberkaitan.
Di mana biasanya anak yang memiliki inteligensi yang tinggi dia akanmemiliki prestasi yang
membanggakan di kelasnya, dan dengan prestasi yangdimilikinya ia akan lebih mudah
meraih keberhasilan.Ada ragam pendapat mengenai inteligensi. Bagi kaum awam,
inteligensidianggap unsur mutlakdalam menentukan kecerdasan seseorang.Inteligensisering
juga disamakan dengan IQ.

Melihat betapa pentingnya manfaat inteligensi sebagaimana disebutkan, danadanya


ragam pendapat, anggapan serta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanumum mengenai
inteligensi di atas, padaartikelini akan diuraikan hakikatinteligensi, pengukuran, faktor-faktor
yang mempengaruhi, teori, pengaruhinteligensi pada belajar, dan implikasinya dalam
pendidikan atau pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Intelegensi/ Kecerdasan?
2. Bagaimana Klasifikasi IQ3?
3. Apa sajakah Konsep Multiple Inteligence (Kemajuan Intelegensi)?
4. Bagaimana Usaha guru membantu siswa dalam belajar sesuai dengan
potensinya?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Apa pengertian Intelegensi/ Kecerdasan
2. Untuk mengetahui bagaimana Klasifikasi IQ3
3. Untuk mengetahui Konsep Multiple Inteligence (Kemajuan Intelegensi)
4. Untuk mengetahui Usaha guru membantu siswa dalam belajar sesuai dengan
potensinya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Inteligensi/kecerdasan

Inteligensi adalah suatu keahlian yang ada dalam diri manusia untuk menyelesaikan
persoalan dan sebuah skill untuk belajar dari kejadian atau pengalaman yang sudah didapat
maupun dialami. Dalam dunia anak usia dini, inteligensi sangat penting, atau juga bisa
inteligensi ini berarti kecerdasan. Ada beberapa pengertian inteligensi menurut para ahli,
salah satunya ahli Lewis Terman (1900). Menurut Terman, inteligensi merupakan satu
kemampuan tunggal yang disebut usia mental (mental age). Yang dimaksud usia mental
disini adalah suatu kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan rata-rata usia anak
tertentu. 

Menurut Howard Gardner (1983), intelegensi  tidak hanya mempunyai satu


kemampuan tetapi intilegensi mempunyai kemampuan ganda (Mulitiple Intelligence) dan
menurut gardner multiple intelligence memiliki 9 kemampuan yaitu: (a) Linguistic, (b)
mathematic-logis, (c) ruang, (d) kinestetik-badani, (e) musical, (f) interpersonal, (g)
intrapersonal, (h) lingkungan atau naturalis, (i) eksistensi. Sedangkan menurut Sternberg
(1931), memiliki pendapat bahwa intelegensi mempunyai tiga pengelompokkan, sehingga
pengelompokkan ini dinamakan triarkis yang  terdiri dari: konseptual, kreatif, dan
kosntektual. 

Sternbeg (2009), menyatakan bahwa anak-anak yang memiliki pola triarkis akan
terlihat berbeda di sekolah. Para siswa yang tinggi dalam kemampuan analitik akan
menyukai sekolah yang konvensional. Mereka yang memiliki kemampuan ini sering kali
berhasil dalam menerima instruksi langsung. Sedangkan, anak-anak yang mempunyai
kemampuan intelegensi kreatif yang tinggi selalu tidak menduduki rangking atas dikelasnya.
Meskipun demikian, banyak anak-anak yang lain berhasil dengan baik untuk bidang - bidang
diluar tuntutan didalam kelas. Mereka mungkin unggul dalam keterampilan sosial dan
memiliki akal sehat yang baik.  

Menurut Gardner, setiap manusia pasti memiliki semua kemampuan tipe inteligensi
yang berbeda-beda. Sebagai akibatnya, kita memilih untuk mempelajari dan memproses
informasi dengan berbagai macam cara. Manusia akan berusaha belajar dengan baik ketika
mereka dapat melakukan pengaplikasian berbagai tipe inteligensi sesuai dengan kemampuan
mereka masing- masing.

Beberapa ahli mencoba memberikan penjelasan teoretik mengenai inteligensi.


Beberapa di antaramereka adalah Lewis Terman, Charles Spearman, Sternberg, Louis L
Thurstone, JP Guilford dan Howard Gardner. Teori-teori mereka dapat dijelaskan berikut.

1. Lewis Terman (1900)

Terman melanjutkan kerja yang dilakukan oleh Binet dalam melakukan pengukuran
inteligensi dengan mempertahankan konsep Binet mengenai usia mental. Menurut Terman,
inteligensi merupakan satu kemampuan tunggal yang disebut usia mental (mental age). Usia
mental adalah kemampuan yang seharusnya dimiliki rata-rata anak pada usia tertentu. Dia
mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk berpikir abstrak (Winkel, 1996:139).
Dia yakin bahwa inteligensi merupakan faktor tunggal yangmerupakan kemampuan individu
dalam verbalisasidan berpikir abstrak. Menurut Thornburg (1984:179), inteligensi merupakan
monogenetik karena didasarkan pada faktor umum tunggal (general,disingkatg) yang
diwarisi.

Di samping usia mental, dikenal pula konsepusia kronologis (chronological age). Usia
kronologisadalah usia anak menurut perhitungan kalender.Ukuran inteligensi (int elli gence
quotient) merupakan rasio perbandingan antara usia mental dengan usia kronologis. Jika
inteligensi diberikan notasi dengan IQ, usia mental dengan MA dan usia kronologis dengan
CA, maka dapat disajikan rumus perhitungannya berikut : CAMAIQ Dari rumus di atas
diketahui bahwa pada anak yang mempunyai inteligensi normal maka MA =CA atau MA
sama dengan MA rata-rata anakseusianya. Anak yang mempunyai MA > CAmempunyai
inteligensi di atas rata-rata, dan anak yang mempunyai MA < CA mempunyai inteligensidi
bawah rata-rata.

2. Charles Spearman (1927)

Menurut Spearman, inteligensi bukanlah kemampuan tunggal, melainkan terdiri dari


dua faktor, sehingga teorinya dikenal sebagai teori inteligensi dwifaktor atau bifaktor.
Kecerdasan dapat dibagi menjadi dua yaitu kecerdasan umum(general ability) dan
kecerdasan khusus (specificability), sehingga inteligensi mempunyai dua faktor. Dua faktor
itu adalah faktor yang bersifat umum (general factor, disingkat) dan yang bersifat khusus
(specific factor, disingkat). Faktor umum mendasari semua tingkah laku, sedang faktor
khusus hanya mendasari tingkah laku tertentu.

Menurut Suryabrata (2002:128), faktor umum bergantung kepada keturunan dan


faktor khusus bergantung kepada pengalaman (lingkungan, pendidikan). Setiap masalah
dipecahkan menggunakan kombinasi antara inteligensi umum dan spesifik. Menurut Winkel
(1996:139), inteligensi adalah hasil perpaduan antara faktor umum dan sejumlah faktor
khusus. Perpaduan faktor g dan s bersifat unik untuk setiap orang, sehingga ada perbedaan
individu satu sama lain. Menurut Spearman (Atkinson, Atkinson, Smith dan Bem, t.th:174),
semua individu memiliki faktor inteligensi umum dalam jumlah yang bervariasi. Seseorang
dapat dikatakan secara umum cerdas atau bodoh tergantung pada jumlah yang ia miliki.
Faktor g merupakan determinan utama kemampuan mengerjakan soal tes inteligensi.

3. Sternberg (1931)

Menurut Sternberg inteligensi mempunyai tigabagian sehingga teorinya dikenal


dengan teoriinteligensi triarkhis. Tiga bagian inteligensi ituadalah konseptual, kreatif dan
kontekstual (Gooddan Brophy, 1990: 597). Pertama, konseptual adalah komponen
pemrosesan informasi yangdigunakan dalam inteligensi. Menurut Winkel (1996: 140),
bagian konseptual mempunyai tiga fungsi yaitu komponen pengatur dan pengontrol
(metacomponent atau metacognition), komponen pelaksanaan (performance) dan komponen
untuk memperoleh informasi baru (knowledge acquisi-tion). Kedua, kreatif merupakan
kemampuan seseorang untuk menghadapi tantangan barusecara efektif dan mencapai taraf
kemahiran dalamberpikir sehingga mudah berhasil mengatasi segala permasalahan yang
muncul. Ketiga, kontekstual adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam lingkungan
yang memungkinkanakan berhasil, menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengadakan
perubahan terhadap lingkungan bila perlu, misalnya memilih kasus, menyesuaikan dengan
lingkungan kerja baru dan kelincahan pergaulan sosial.

4. Louis L Thurstone (1938)

Thurstone memandang inteligensi bersifat multifaktor. Faktor-faktor yang


membentuk inteligensi adalah faktor umum (common factors, disingkat c) dan faktor khusus
(specific factors). Faktor umum terdiri dari tujuh faktor yang membentuk perilaku tertentu
yang bersifat umum. Faktor khusus adalah faktor-faktor yang mendasari perilaku yang
bersifat khusus. Menurut Suryabrata (2002:129), tingkah laku dibentuk oleh dua faktor yaitu
faktor umum (c) dan faktor khusus (s). Faktor c sebanyak tujuh macam, sedang faktor s
sebanyak tingkah laku khusus yang dilakukan oleh manusia yang bersangkutan.

Menurut Thurstone, tidak ada faktor g seperti dalam teori Spearman. Kemampuan
umum bukanlah faktor g melainkan kombinasi faktor-faktor c. Faktor c adalah kemampuan
mental utama (primary mental abilities) yang merupakan kombinasi dari tujuh faktor umum.
Oleh karenanya teori Thurstone kadang dikenal sebagai teori kemampuan mental utama
(primary mental abili-ties theory). Menurut Anastasi dan Urbina (1997: 312 – 313) faktor
meliputi : (1) penalaran verbal (verbal comphrehension, disingkat V), kelacarankata (word
fluency, disingkat W), angka (number,disingkat N), ruang (space, disingkat S),
memoriasosiatif (associative memory, disingkat M), kecepatan perseptual (perceptual speed,
disingkatP), dan induksi atau penalaran umum (general rea-soning, disingkat R).

5. JP Guilford (1967)

Menurut Guilford, faktor yang membentuk inteligensi bukan hanya satu faktor
(Terman), dua faktor (Spearman), tiga faktor (Sternberg) atau tujuh faktor (Thurstone),
melainkan 120 faktor. Berdasarkan analisis faktor, Guilford mengusulkan model berbentuk
kubus yang disebut model struktur intelektual dengan 120 faktor. Sejumlah 120 faktor itu
merupakan kombinasi dari tiga dimensi. Ketiga dimensi inteligensi itu adalah dimensi
operasi/proses, dimensi isi/materi/konten, dan dimensi hasil/produk (Guilford, 1971:61 – 62).
Operasi mempunyai lima faktor yaitu kognisi, memori, berpikir konvergen, berpikir divergen
dan evaluasi. Konten mempunyai empat faktor yaitu figural, simbolik, semantik dan perilaku.
Sedang produk mempunyai enam faktor yaitu unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan
implikasi. Secara keseluruhan inteligensi mempunyai 5 x 4 x 6 = 120 faktor.

6. Howard Gardner (1983)

Menurut Gardner, inteligensi bukanlah satu kemampuan sebagaimana disampaikan


oleh Terman, Spearman, Sternberg, Thurstone, dan Guilford. Inteligensi merupakan
kemampuan ganda (multiple intelligence). Kemampuan ganda dalam konsep inteligensi
menurut Gardner, terdiri dari sembilan kemampuan (Suparno, 2004: 19). Kesembilan
kemampuan itu adalah (1) linguistik, (2) matematis – logis, (3) ruang, (4) kinestetik –badani,
(5) musikal, (6) interpersonal, (7) intrapersonal, (8) lingkungan / naturalis, dan (9)
eksistensial. Masing-masing kemampuan dalam inteligensi menurut Gardner bersifat
independen. Gardner (Good dan Brophy, 1990: 595) menyatakan bahwa inteligensi bukanlah
tunggal tetapi jamak, yang masing-masing penting untuk bidangnya dan independen satu
sama lain. Tiap-tiap kemampuan bersifat independen. Menurut Atkinson, Atkinson, Smith
dan Bem (2003: 181), tiap inteligensi merupakan “modul terbungkus” di dalam otak yang
bekerja menurut aturan dan prosedurnya sendiri. Cedera otak tertentu dapat mengganggu
salah satu jenis inteligensi dan tidak memiliki pengaruh pada inteligensi lain. Independensi
kemampuan-kemampuan juga dijelaskan oleh Winkel (1996:140). Menurutnya, independensi
kemampuan didasarkan adanya bukti: (1)kerusakan otak pada bagian tertentu tidak
mengakibatkan gangguan pada bagian lain, (2)orang sering menyolok pada suatu inteligensi
tapi tidak pada inteligensi yang lain.

B. Klasifikasi IQ

Klasifikasi IQ berbeda untuk setiap metode test yang digunakan. Stanford-Binet


mengklasifikasikan nilai IQ normal yang berkisar diantara 85 – 115. Lewis Terman
mengklasifikasikan nilai IQ normal pada kisaran 90 – 109. Lebih jauh lagi, Wechsler
mengklasifikasikan IQ normal pada angka 100 dengan nilai toleransi 15 (berarti 85 – 115).
Dikarenakan perbedaan ini, maka selain nilai IQ yang didapat, harus diperhatikan pula
metode test apa yang digunakan.

Mengenai tingkatan IQ sendiri, para ahli mengklasifikasikannya menjadi 10


tingkatan. Dimulai dari tingkatan terendah (Idiot), hingga tingkatan tertinggi (Genius).
Berikut pembahasan lengkap mengenai tingkatan-tingkatan IQ.

1. Tingkatan IQ Idiot (0-29) : Di tingkatan terendah adalah mereka yang memiliki nilai
IQ 0 hingga 29. Jangankan masalah akademis, untuk mengurus kebutuhan pribadi
saja mereka membutuhkan bantuan dari orang lain. Bahkan untuk berbicara saja
mereka tak mampu. Karena kondisinya yang sangat lemah, sering kali mereka yang
berada di kategori ini tidak bisa bertahan hidup cukup lama.
2. Tingkatan IQ Imbecile (30-40) : Kondisi mereka yang tergolong Imbecile sedikit
lebih baik dari anak-anak yang tergolong kategori idiot. Namun, karena IQ yang
mereka miliki hanya berkisar dari 30 hingga 40 saja, mereka masih membutuhkan
pengawasan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
3. Tingkatan IQ Debil / Moron / Mentally Retarted (50-69) : Tingkatan IQ yang ketiga
disebut dengan Debil, Moron, atau Mentally retarted. Nilai IQ mereka hanya berkisar
antara 50 hingga 69 saja. Anak-anak yang tergolong kategori ini sudah dapat
mengikuti pendidikan formal, walaupun masih harus di Sekolah Luar Biasa (SLB)
yang memang diperuntukan untuk Anak-anak Berkebutuhan Khusus.
4. Tingkatan IQ Dull / Bordeline (70-79) : Anak-anak yang berada di tingkatan IQ Dull
atau Bordeline sudah tidak dapat digolongkan sebagai kategori terbelakang. Namun
karena nilai IQ-nya masih sangat rendah, yakni 70 hingga 79, maka mereka juga
belum dapat dikategorikan sebagai anak-anak normal.
5. Tingkatan IQ Below Avarage / Normal Rendah (80-89) : Tingkatan IQ normal rendah
atau Below avarage adalah kategori anak-anak normal, namun berada di posisi
terbawah. Nilai IQ golongan ini berkisar antara 80 sampai 89. Biasanya, mereka
termasuk anak-anak yang cenderung lambat dalam mengikuti materi pelajaran di
sekolah.
6. Tingkatan IQ Normal Sedang (90-109) : Tingkatan IQ normal sedang merupakan
golongan terbanyak dari populasi manusia di dunia. Mereka adalah anak-anak yang
memang normal dalam kecerdasannya, tidak tinggi dan tidak rendah pula. Nilai
IQnya berada di kisaran 90 hingga 109.
7. Tingkatan IQ Above Avarage / Normal Tinggi (110-119) : Mereka yang masih
tergolong normal, namun cenderung lebih cerdas dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar di sekolah dengan nilai IQ 110 hingga 119 termasuk golongan normal
tinggi atau Above avarage.
8. Tingkatan IQ Superior / Cerdas (120-129) : Orang-orang yang mempunyai nilai IQ
antara 120 sampai 129 digolongkan ke dalam kategori Superior atau cerdas. Mereka
adalah orang-orang yang berbakat di bidang akademis dan tergolong mudah dalam
mengikuti kegiatan belajar di jenjang pendidikannya.
9. Tingkatan IQ Gifted / Very Superior / Sangat Cerdas (130-139) : Ada 3 istilah yang
digunakan untuk menjuluki orang-orang yang berada di tingkatan IQ peringkat ke
sembilan ini, yakni Gifted, Very superior, atau sangat cerdas (di Indonesia). Orang-
orang yang berada di kategori ini memiliki nilai IQ yang berkisar antara 130 hingga
139.
10. Tingkatan IQ Genius (140 ke Atas) : Tingkatan IQ tertinggi dikenal dengan sebutan
jenius. Orang-orang yang termasuk kategori ini mempunyai nilai IQ 140 ke atas.
Beberapa tokoh dunia yang berada di tingkatan IQ ini di antaranya Albert Einstein,
B.J. Habibie, Thomas Alva Edison, dan masih banyak lagi.
C. Konsep Multiple Intelligence (Kemajemukan Inteligensi)

Teori kecerdasan yang ditemukan kemudian digagas oleh pakar psikologi dan
profesor pendidikan Hardvard University; Howard Gardner senyatanya telah memberikan
pengaruh positif yang cukup signifikan terhadap perkembangan psikologi dan pendidikan
dewasa ini.

Howard Gardner menemukan sebuah konsep kecerdasan majemuk berdasarkan


penelitian yang telah dilakukannya. Ia mulai menuliskan gagasannya tentang inteligensi
ganda —kecerdasan majemuk— dalam bukunya Frame of Mind pada tahun 1983. Setelah
melakukan kembali berbagai penelitian tentang implikasi teori inteligensi ganda —
kecerdasan majemuk— terhadap dunia pendidikan, maka pada tahun 1993, Gardner
memublikasikan bukunya yang berjudul Multiple Intelligences. Teori itu kemudian
dilengkapi lagi dengan terbitnya buku Intelligences Reframed pada tahun 2000.

Multiple Intelligences di Indonesia diartikan dengan inteligensi ganda atau


kecerdasan majemuk. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Howard Gardner, ia
menemukan bahwa setiap manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan yang dapat ditumbuh
kembangkan. Jenis-jenis kecerdasan itu tidak hanya cukup diukur dengan tes tulis,
menyelesaikan soal-soal seperti yang telah berlaku selama berpuluh-puluh tahun. Bagi
Gardner, tes IQ tidak cukup membuktikan seberapa tinggi tingkat inteligensi yang dimiliki
seseorang. Hal ini dikarenakan, menurut Gardner, jenis inteligensi yang dipunya setiap
manusia beragam, jadi sangat tidak cocok jika diuji hanya dengan tes tulis semata. Sementara
tes IQ yang telah dipakai selama ini hanya menekankan pada kemampuan matematis-logis
saja. Masih menurut Gardner, begitu beragamnya inteligensi manusia sehingga tidaklah
memungkinkan jika hanya menggunakan tes IQ sebagai alat ukurnya. Sebetulnya, Multiple
intelligences bukanlah hal baru.

Di Amerika Serikat, teori ini sudah cukup lama dikembangkan. Multiple Intelligences
adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa manusia memiliki tujuh jenis inteligensi.
Setelah melakukan beberapa penelitian lagi, akhirnya dalam bukunya Intelligences
Reframed, Howard Gardner menambahkan dua jenis inteligensi lainnya. Sehingga saat ini,
sudah terdapat sembilan jenis inteligensi yang dimiliki manusia –berdasarkan teori yang
digagas oleh Howard Gardner— antara lain:

1. Inteligensi Linguistik

Gardner menyatakan, inteligensi linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan


dan mengolah kata-kata dengan efektif; baik secara oral maupun tertulis. Inteligensi
linguistik ini berhubungan erat dengan keterampilan orang dalam menguasai bahasa tulisan
dan lisan. Inteligensi jenis ini banyak menonjol pada seorang sastrawan, pencipta puisi,
penulis, jurnalis, editor, orator, dramawan maupun pemain sandiwara.

Gardner percaya bahwa para penyair dan penulis berbakat mempunyai pemahaman
yang kuat tentang semantik (arti kata-kata), fonologi (bunyi bahasa), pragmatik (penggunaan
bahasa), dan sintaksis (kaidah bahasa) dalam menggunakan kata-kata dan gagasan uniknya.
Menurut Gardner, banyak orang dengan inteligensi linguistik yang menonjol mempunyai
kemampuan dalam bersyair, atau gaya menulis yang kaya ekspresi.

Kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif berkaitan dengan penggunaan dan


pengembangan bahasa secara umum. Orang yang berinteligensi linguistik tinggi, akan
berbahasa dengan lancar, baik, terstruktur dan lengkap. Ia akan mudah mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasanya, akan mudah mempelajari berbagai ragam
bahasa serta mudah mengerti urutan dan arti kata-kata dalam belajar bahasa.

Orang-orang dengan inteligensi linguistik tinggi juga mudah untuk menjelaskan,


mengajarkan bahkan menceritakan pemikirannya kepada orang lain. Analisis linguistiknya
kuat. Dalam mengungkapkan suatu fakta, orang-orang berinteligensi linguistik tinggi ini akan
menceritakan dengan perbendaharaan kata yang variatif, sehingga tidak menjemukan untuk
didengar.

Anak yang memiliki inteligensi linguistik tinggi, meskipun masih di sekolah dasar
sudah terlihat mempunyai kemampuan bahasa yang baik. Jika diberi tugas membuat kalimat,
anak ini akan sangat mudah untuk membuat kalimat yang baik dan tertata. Anak ini senang
mengeksplorasi diri dengan bahasa. Dan, biasanya nilai bahasanya lebih baik dibanding
teman-temannya yang lain, yang inteligensi linguistiknya kurang tinggi.
Komponen lain dari inteligensi linguistik adalah memori lisan (verbal memory).
Gardner menjelaskan bahwa “Kemampuan untuk mengingat informasi seperti daftar-daftar
lisan yang panjang merupakan bentuk lain dari kecerdasan bahasa”. Oleh karena kekuatan
memori lisan, maka mengingat dan mengulangi kata-kata yang panjang menjadi mudah bagi
orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol. Bagi orang yang kuat memori lisannya,
maka gagasan mengalir dengan konstan. Hal ini disebabkan mereka mempunyai banyak kata-
kata di dalam memori lisannya. Tanpa menghiraukan bagian khusus dari kekuatan memori
lisan, dalam inteligensi linguistik penekanan terjadi baik pada bahasa tulis maupun bahasa
lisan. Pada umumnya, jenis kemampuan yang banyak dimiliki oleh orang yang menonjol
dalam inteligensi linguistik adalah:

 Mengerti urutan dan arti kata-kata.

 Menjelaskan, bercerita, mengajar, berdebat.

 Humor.

 Mengingat dan menghafal.

 Analisis Linguistik.

 Menulis dan berbicara.

 Main drama, berpuisi, berpidato.

 Mahir dalam perbendaharaan kata.

2. Inteligensi Matematis-Logis

Bentuk lain dari inteligensi manusia adalah inteligensi matematis-logis atau


kecerdasan logika-matematika. Kecerdasan logika-matematika ini meliputi keterampilan
berhitung dan berpikir logis serta keterampilan pemecahan masalah. Di samping itu, yang
juga termasuk dalam inteligensi logis-matematis adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi,
kategorisasi dan perhitungan. Menurut Gardner, inteligensi matematis-logis adalah
kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif.
Inteligensi jenis ini banyak menonjol pada seorang matematikus, logikus, saintis, akuntan,
programer.
Ciri-ciri orang yang inteligensi matematis-logisnya menonjol antara lain memiliki
kemampuan yang mumpuni dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-
akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik dan bahkan
biasanya, pandangan hidupnya bersifat rasional.

Pada dasarnya, matematikawan bukanlah satu-satunya ciri orang yang menonjol


dalam inteligensi matematis-logis. Siapa pun yang dapat menunjukkan kemampuan berhitung
dengan cepat, menaksir, melengkapi permasalahan aritmatika, memahami atau membuat
alasan tentang hubungan-hubungan antar angka, menyelesaikan pola atau melengkapi irama
bilangan dan membaca penanggalan atau sistem notasi lain sudah merupakan ciri menonjol
dari kecerdasan matematis-logis.

Orang-orang yang memiliki inteligensi matematis-logis akan sangat mudah membuat


klasifikasi dan kategorisasi dalam pemikiran serta cara mereka bekerja. Dalam menghadapi
berbagai permasalahan, orang yang inteligensi matematis-logisnya tinggi akan mencoba
mengelompokkan dan mengklasifikasikan permasalahannya tersebut. Sehingga akan mudah
dilihat, mana permasalahan yang pokok dan yang tidak. Mana permasalahan yang berkaitan
satu sama lain, serta mana yang merupakan persoalan lepas. Maka dengan begitu, mereka
tidak akan mudah bingung.

Anak yang inteligensi matematis-logisnya menonjol biasanya memiliki nilai


matematika yang baik dibanding teman-temannya yang lain, jalan pikiran dan cara bicaranya
logis-rasional. Anak dengan inteligensi matematis-logis tinggi biasanya juga suka belajar
dengan skema, bagan dan kurang begitu suka dengan bacaan yang panjang kalimatnya.
Anak-anak dengan inteligensi jenis ini akan mudah mengerti isi buku jika ada skema, bagan
atau bahkan gambar-gambar di dalamnya.

Pada umumnya, orang yang menonjol inteligensi matematis-logisnya berkemampuan


dalam:

 Logika

 Reasoning, pola sebab akibat

 Klasifikasi dan kategorisasi


 Abstraksi dan simbolisasi

 Pemikiran induktif dan deduktif

 Menghitung dan bermain angka

 Pemikiran ilmiah

 Problem solving

 Silogisme

3. Inteligensi Ruang-Visual

Inteligensi ruang-visual ini mencakup berpikir dalam gambar, kemampuan untuk


menyerap, mengubah dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial.
Inteligensi ruang-visual atau yang kadang-kadang disebut dengan kecerdasan visual-spasial
ini juga meliputi kemampuan-kemampuan untuk merepresentasikan dunia melalui gambaran-
gambaran mental dan ungkapan artistik. Bagi Howard Gardner, inteligensi ruang-visual
adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat. Inteligensi jenis ini
banyak dimiliki oleh arsitek, fotografer, navigator, dekorator, pilot atau bahkan pemburu.

Gardner mengakui bahwa “Pusat bagi kecerdasan ruang adalah kapasitas untuk
merasakan dunia visual secara akurat, untuk melakukan transformasi dan modifikasi terhadap
persepsi awal atas penglihatan, dan mampu menciptakan kembali aspek dari pengalaman
visual, bahkan sampai pada ketidakhadiran dari stimulus fisik yang berhubungan dengan
pengalaman visualnya.” Kecerdasan visual-spasial berhubungan dengan objek dan ruang
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa hal lain yang termasuk dalam inteligensi ruang-visual antara lain:
kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu
benda dalam pikiran dan mengenali perubahan itu, menggambarkan suatu hal atau benda
dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata, serta mengungkapkan data dalam suatu
grafik.

Orang dengan inteligensi ruang-visual tinggi akan dengan mudah membayangkan


benda dalam ruang berdimensi tiga, mudah mengenali relasi benda-benda dalam ruang secara
tepat. Bahkan meski melihat dari jarak jauh, orang-orang dengan inteligensi ruang-visual
yang menonjol dapat memperkirakan letak benda itu. Orang-orang dengan inteligensi ruang-
visual tinggi juga mempunyai persepsi yang tepat tentang suatu benda dengan ruang di
sekitarnya dan bahkan dapat melihatnya dari segala sudut.

Anak dengan inteligensi ruang-visual tinggi akan dengan mudah belajar ilmu ukur
ruang. Ia akan mudah menentukan letak suatu benda dalam ruangan serta dapat
membayangkan suatu bentuk secara benar, meskipun dalam perspektif. Jika menggambar
suatu pemandangan, anak-anak dengan inteligensi ruang-visual ini akan dengan mudah
menempatkan benda-benda pada tempatnya yang tepat dan benar dimensinya. Anak dengan
inteligensi ruang-visual tinggi biasanya juga suka menggambar, suka warna-warna dan
membangun balok-balok yang indah dan bermakna.

Secara umum, orang yang memiliki inteligensi ruang visual yang tinggi juga memiliki
kemampuan:

 Mengenal relasi benda-benda dalam ruang dengan tepat

 Mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut

 Representasi grafik

 Manipulasi gambar, menggambar

 Mudah menemukan jalan dalam ruang

 Imajinasi tinggi

 Peka terhadap garis, warna dan bentuk

4. Inteligensi Kinestetik-Badani

Suatu inteligensi yang sangat aktif yang dianugerahkan pada manusia adalah
inteligensi kinestetik-badani. Inteligensi kinestetik-badani merupakan inteligensi fisik.
Menurut Howard Gardner, inteligensi kinestetik-badani adalah kemampuan menggunakan
tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Masih menurut
Gardner, inteligensi kinestetik ini menyoroti kemampuan untuk menggunakan seluruh badan
(atau bagian dari badan) dalam membedakan berbagai cara, baik untuk ekspresi gerak (tarian,
akting) maupun aktivitas bertujuan (atletik).

Inteligensi kinestetik-badani ini banyak dimiliki oleh atlet, penari, pemahat, aktor dan
ahli bedah. Yang juga termasuk dalam kriteria inteligensi kinestetik-badani adalah
keterampilan koordinasi dan fleksibilitas tubuh. Orang-orang dengan inteligensi kinestetik-
badani yang menonjol akan mudah mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa
yang mereka pikir dan rasakan, dapat dengan mudah mereka ungkapkan melalui gerak tubuh,
semisal tarian atau ekspresi tubuh. Mereka juga dapat dengan mudah memainkan mimik,
drama dan peran. Bahkan mereka bisa dengan cepat dan mudah melakukan gerak tubuh
dalam olahraga dengan berbagai variasi. Orang dengan inteligensi kinestetik-badani yang
tinggi juga dapat sangat baik menjalankan operasi jika ia seorang ahli bedah.

Biasanya, orang yang menonjol pada inteligensi kinestetik-badani ini berkemampuan untuk:

 Berekspresi dengan tubuh

 Mengaitkan pikiran dengan tubuh

 Bermain mimik

 Main drama, main peran

 Olahraga, menari dan aktif bergerak

 Koordinasi dan fleksibilitas tubuh yang tinggi

5. Inteligensi Musikal

Inteligensi yang muncul lebih awal pada manusia dibanding inteligensi lain adalah
bakat musik. Inteligensi musikal meliputi kepekaan terhadap tangga nada, irama, dan warna
bunyi (kualitas suara) serta aspek emosional akan bunyi yang berhubungan dengan bagian
fungsional dari apresiasi musik, bernyanyi, dan memainkan alat musik.

Howard Gardner mendefinisikan inteligensi musikal sebagai kemampuan untuk


mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-bentuk musik serta suara. Seperti
kepekaan terhadap ritme, melodi dan intonasi, kemampuan memainkan alat musik,
kemampuan menyanyi dan mencipta lagu, bahkan kemampuan untuk menikmati lagu, musik
serta nyanyian.

Inteligensi jenis ini banyak dimiliki oleh pengarang lagu, pesinetron, orang-orang
yang peka nada, yang dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama musik,
yang mendengarkan berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman tertentu agar dapat
dikatakan menonjol pada inteligensi musikal maka seseorang harus mempunyai kemampuan
auditorial dengan baik, menurut Gardner. Kemampuan auditorial tidak hanya menjadikan
seseorang mampu mendengar dan merangkai musik saja, tetapi juga mampu mengingat
pengalaman bermusik.

Gardner juga menjelaskan bahwa “Kemampuan bermusik berhubungan dengan


memori suara. Sekian persen dari apa yang didengar seseorang akan masuk dalam alam
bawah sadarnya dan menjadi bagian pokok dari daya ingatnya”. Orang-orang dengan
inteligensi musikal yang menonjol akan sangat peka terhadap suara dan musik. Mereka akan
dengan mudah belajar dan bermain musik dengan baik. Bahkan, mereka sudah dapat
menangkap dan mengerti struktur musik sejak kecil. Pun mereka dapat dengan mudah
menciptakan melodi dan lagu.

Orang yang kuat inteligensi musikalnya juga sangat menyenangi apapun yang berbau
musik. Mereka bisa mengungkapkan perasaan dan pemikirannya dalam bentuk musik.
Bahkan, mereka lebih mudah mempelajari sesuatu jika dikaitkan dengan musik atau lagu.
Anak-anak dengan inteligensi musikal yang tinggi akan dengan cepat menirukan atau bahkan
menyanyikan suatu lagu di televisi, meskipun mereka tidak memahami bahasanya.

Pada umumnya, orang dengan inteligensi musikal yang mumpuni akan


berkemampuan dalam:

 Menangkap musik

 Mencipta melodi

 Menyanyi, pentas musik

 Mencipta musik
 Memainkan alat musik

 Mengetahui struktur musik dengan baik

 Peka terhadap suara dan musik

 Peka dengan intonasi dan ritmik

6. Inteligensi Interpersonal

Inteligensi interpersonal sangat berhubungan dengan kemampuan untuk memahami


orang lain. Howard Gardner menjelaskan, inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk
mengerti dan peka terhadap perasaan, watak, perangai, intensi, motivasi dan temperamen
orang lain. Termasuk juga kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara dan isyarat dari orang
lain.

Singkatnya, inteligensi interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami dan


bekerja sama dengan orang lain. Inteligensi jenis ini menuntut kemampuan untuk menyerap
dan tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat dan hasrat orang lain. Inteligensi
interpersonal ini banyak dimiliki oleh para komunikator, fasilitator, penggerak massa.

Inteligensi interpersonal mendorong keberhasilan seseorang dalam mengatur


hubungan antar individu. Inteligensi interpersonal merupkan kapasitas yang dimiliki
seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara efektif dengan orang
lain. Kecerdasan interpersonal akan dapat dilihat dari beberapa orang seperti; guru yang
sukses, pekerja sosial, aktor, politisi. Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan
interpersonal merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kesuksesan
seseorang.

Orang yang memiliki inteligensi antarpribadi bisa mempunyai rasa belas kasihan dan
tanggung jawab sosial yang besar, seperti Mahatma Gandhi. Orang-orang dengan inteligensi
jenis ini juga memiliki kemampuan memahami orang lain dan melihat dunia dari sudut
pandang orang yang bersangkutan.

Secara umum, orang yang menonjol pada inteligensi interpersonal juga memiliki
kemampuan dalam:
 Bekerja sama dengan teman

 Mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi teman

 Berkomunikasi verbal dan nonverbal

 Berempati dan peka terhadap teman

 Memberikan feedback

7. Inteligensi Intrapersonal

Inteligensi intrapersonal atau yang bisa juga disebut dengan inteligensi intrapribadi
ini adalah kecerdasan dalam diri sendiri. Orang dengan inteligensi intrapribadi tinggi dapat
dengan mudah mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam keadaan emosi
serta menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing hidupnya.
Mereka sangat mawas diri dan suka bermeditasi, berkontemplasi. Mereka juga sangat
mandiri, sangat terfokus pada tujuan, sangat disiplin, gemar belajar sendiri dan lebih suka
bekerja sendiri dibanding bekerja dengan orang lain.

Inteligensi intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun


persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam
membuat rencana serta mengarahkan orang lain.

Biasanya, orang dengan inteligensi intrapersonal yang menonjol juga akan


berkemampuan dalam:

 Berkonsentrasi

 Reflektif dan bekerja mandiri

 Keseimbangan diri

 Kesadaran dan realitas spiritual

 Pengenalan diri yang dalam

 Mengekspresikan perasaan-perasaan yang berbeda


8. Inteligensi Naturalistik

Inteligensi Naturalistik ini oleh Howard Gardner didefinisikan dengan kemampuan


seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi
konsekuensial lain dalam alam natural, kemampuan untuk memahami dan menikmati alam,
dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani serta
mengembangkan pengetahuan akan alam. Singkatnya, inteligensi naturalistik ini merupakan
keahlian mengenali dan mengategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para
pecinta alam adalah contoh orang yang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki
kecerdasan ini.

Ada banyak bidang pekerjaan yang menghendaki bakat naturalis, seperti petani,
ilmuwan, ahli tanah, dan orang yang berciri khas mengamati perilaku alam. Kendati pun
banyak bidang pekerjaan yang memerlukan kekuatan kecerdasan naturalis, tidak sedikit pula
orang yang memiliki kekuatan kecerdasan naturalis dengan pemahaman sederhana dan
memahami hakikat alam.

Orang-orang dengan kecenderungan inteligensi naturalistik ini biasanya mampu


hidup di luar rumah, dapat berkawan dan berhubungan baik dengan alam, mudah membuat
identifikasi dan klasifikasi tanaman dan binatang. Pun orang-orang dengan inteligensi ini
akan mampu mengenal sifat dan tingkah laku hewan, mencintai lingkungan dan tidak suka
merusak lingkungan hidup.

Biasanya, siswa atau peserta didik dengan kepemilikan inteligensi naturalistik yang
menonjol akan senang jika ada acara di luar sekolah, seperti berkemah bersama di
pegunungan, karena ia akan dapat menikmati keindahan alam. Selain itu, mereka juga akan
lebih mudah mempelajari biologi.

Terkait inteligensi naturalistuk ini, ada beberapa kelompok ahli yang merasa bahwa
inteligensi jenis ini sudah termasuk dalam inteligensi matematis-logis. Namun,
Howard Gardner berpendapat bahwa inteligensi jenis ini berbeda dengan inteligensi
matematis-logis. Untuk itulah, inteligensi naturalistik ini masih dalam taraf penelitian lebih
lanjut.
Secara umum, orang dengan inteligensi naturalistik yang menonjol memiliki
kemampuan untuk:

 Mengenal flora dan fauna

 Mengklasifikasi dan identifikasi tumbuh-tumbuhan dan binatang

 Menyukai alam dan hidup di luar rumah

9. Inteligensi Eksistensial

Inteligensi Eksistensial berhubungan dengan kepekaan dan kemampuan seseorang


untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam, terkait eksistensi manusia. Inteligensi jenis
ini tampak pada para filsuf, terlebih filsuf eksistensialis yang selalu mempertanyakan dan
mencoba menjawab persoalan eksistensi hidup manusia. Sedangkan pada anak atau peserta
didik yang memiliki inteligensi eksistensial yang menonjol cenderung untuk mempersoalkan
keberadaannya di tengah alam raya sosial yang luas ini. Anak yang memiliki inteligensi
eksisitensial yang menonjol sering kali melontarkan pertanyaan yang jarang dipikirkan orang
lain, bahkan pendidik/gurunya sendiri. Jenis-jenis pertanyaan itu semisal: “Apa semua
manusia akan mati? Kalau semua akan mati, untuk apa aku hidup?”

Pada umumnya, orang yang menonjol inteligensi eksistensialnya juga berkemampuan


untuk:

 Peka dalam menjawab persoalan eksistensi diri/manusia

 Melakukan refleksi diri

Keberadan teori multiple intelligences yang telah digagas oleh Howard Gardner
berdasarkan hasil dari beberapa penelitiannya itu setidaknya telah membantu kita dalam
memahami bahwa kecerdasan tidak hanya cukup diukur dengan angka, dengan cara
menyelesaikan soal-soal dalam kertas di atas meja dan hasilnya akan menentukan tingkat
kecerdasan seseorang. Itu hanyalah salah satu cara mengetahui tingkat dari salah satu jenis
kecerdasan seseorang. Pada kenyataannya, IQ hanyalah salah satu kecerdasan yang dimiliki
manusia. Dan, beberapa tahun ini telah banyak yang meyakini bahwa kesuksesan bukanlah
ditentukan oleh tingkat IQ semata. Berapa banyak orang dengan IQ tinggi di sekolah, tapi
pada kehidupan nyata ia tidak mencapai keberhasilan seperti teman-teman yang memiliki
tingkat IQ dibawah rata-rata. Hasil dari sebuah penelitian telah menyebutkan bahwa
kecerdasan seseorang banyak ditentukan oleh kecerdasan emosi dan atau spiritual yang
dimilikinya.

Dengan demikian, tidaklah salah jika Howard Gardner menyatakan bahwa inteligensi
seseorang bukan hanya dapat diukur melalui tes tulis semata. Akan tetapi lebih tepat dengan
cara: bagaimana ia memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata.

D. Usaha Guru Membantu Siswa Dalam Belajar Sesuai Dengan Potensinya

Guru menurut UU no. 14 tahun 2005 “adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.”
Guru merupakan pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di
sekolahdanmemiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan.
Guru dalam melaksanakan perannya, yaitu sebagai pendidik, pengajar, pemimpin,
administrator, harus mampu melayani peserta didik yang dilandasi dengan kesadaran,
keyakinan, kedisiplinan, dan tanggung jawab secara optimal sehingga memberikan pengaruh
positif terhadap perkembangan siswa.
Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, peran guru dalam proses
belajar berpust pada :

1. Mendidik anak dengan memberikan pengarahan dan motivasi untuk mencapai tujuan,
baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.
2. Memberi fasilitas, media, pengalaman belajar yang memadai.
3. Membantu mengembangkan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, nilai-nilai,
dan penyesuaian diri.

Peran seorang pengajar atau pendidik selain mentransformasikan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya kepada anak didik juga bertugas melakukan pembimbingan dan pelatihan serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan UU Republik Indonesia No. 20 Pasal 39 ayat 2.Di
samping itu merupakan suatu keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung jawab,
bahwa di dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam  cara yang sesuai dengan
keadaan peserta didik Di mana selain peran yang telah disebutkan di atas, hal yang perlu dan
penting dimiliki oleh pendidik yaitu pendidik harus mengetahui psikologis mengenai peserta
didik.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Inteligensi adalah suatu keahlian yang ada dalam diri manusia untuk menyelesaikan
persoalan dan sebuah skill untuk belajar dari kejadian atau pengalaman yang sudah didapat
maupun dialami. Dalam dunia anak usia dini, inteligensi sangat penting, atau juga bisa
inteligensi ini berarti kecerdasan. Ada beberapa pengertian inteligensi menurut para ahli,
salah satunya ahli Lewis Terman (1900). Menurut Terman, inteligensi merupakan satu
kemampuan tunggal yang disebut usia mental (mental age). Yang dimaksud usia mental
disini adalah suatu kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan rata-rata usia anak tertentu.

 Klasifikasi IQ berbeda untuk setiap metode test yang digunakan. Stanford-Binet


mengklasifikasikan nilai IQ normal yang berkisar diantara 85 – 115. Lewis Terman
mengklasifikasikan nilai IQ normal pada kisaran 90 – 109. Lebih jauh lagi, Wechsler
mengklasifikasikan IQ normal pada angka 100 dengan nilai toleransi 15 (berarti 85 – 115).
Dikarenakan perbedaan ini, maka selain nilai IQ yang didapat, harus diperhatikan pula
metode test apa yang digunakan.

Multiple Intelligences di Indonesia diartikan dengan inteligensi ganda atau


kecerdasan majemuk. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Howard Gardner, ia
menemukan bahwa setiap manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan yang dapat ditumbuh
kembangkan.

Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, peran guru dalam proses
belajar berpust pada :

4. Mendidik anak dengan memberikan pengarahan dan motivasi untuk mencapai tujuan,
baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.
5. Memberi fasilitas, media, pengalaman belajar yang memadai.
6. Membantu mengembangkan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, nilai-nilai,
dan penyesuaian diri.

REFERENSI
Alfi,Minhatin.2020. “Konsep Inteligensi dan Kecerdasan”.9 April 2020.
https://www.kompasiana.com/minhatinalfi/5e8ea2ce097f36357973ad23/konsep-
inteligensi-dan-kecerdasan. 10 Maret 2021,13.00.

Purwanto.2010.“Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya”.Jurnal Pendidikan dan


Kebudayaan,Vol.16,Nomor4,Juli2010.file:///C:/Users/MICROS~1/AppData/Local/Te
mp/479-Article%20Text-1598-1-10-20161215.pdf. 10 Maret 2021,13.00.

Otak dan Kecerdasan.2017.“Ini Dia Klasifikasi Tingkatan IQ Pada Manusia”.Juli 18,


2017. https://brainking-indonesia.com/ini-dia-klasifikasi-tingkatan-iq-pada-manusia/.
10 Maret 2021,13.00.

Lautan Hati Oela.2012.“Mengenal lebih dalam konsep Multiple Intelligences”.1


June 2012. Http://ulashoim.blogspot.com/2012/05/mengenal-lebih-dalam-konsep-
multiple.html. 10 Maret 2021,13.00.

Kurnia,Tria.2016. “Peran Guru pada Perkembangan Potensi Peserta Didik dalam


Proses Mengajar”.1 Desember 2016. http://triakurniaa.blogspot.com/2016/12/peran-
guru-pada-perkembangan-potensi.html. 10 Maret 2021,13.00.

Anda mungkin juga menyukai