Anda di halaman 1dari 11

Makalah

“Pendahuluan Fisika Zat Padat ”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5


1. Bagus Indra Pratama : (4183321018)
2. Debby Sevenly Purba : (4183321026)
3. Debora Uli Sidabutar : (4182121023)
4. Eplin P Simanjuntak : (4183321021)
5. James Marbun : (4183321028)
6. Rafida Nur Azizia : (4201418086)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

1
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunia-Nya yang mengiringi kami. Serta terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan tugas Makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat relevan dan bersifat membangun
agar makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi. Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembacanya.

Medan,  22 Februari 2020

KELOMPOK 5

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan di era modern saat ini, dan dengan
perkembangan zaman yang semakin pesat, kebutuhan akan efektifitas dan efisiensi
sangat diutamakan dalam bidang. Hal tersebut telah mendorong manusia untuk
berkreasi dan berinovasi dalam bidang ilmu pengetahuan untuk menciptakan suatu
ilmu pengetahun yang lebih efektif dan efisien yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Semakin banyak munculnya berbagai macam ilmu
pengetahuan yang dapat membantu kehidupan manusia. Menambah masuk hampir
disegala bidang kehidupan, sebagai contohnya adalah dibidang ilmu pengetahuan
Fisika Zat Padat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam
ilmu sains maka timbul kebutuhan yang semakin tinggi akan kegunaan dari
perkembangan sains tersebut. Diantara perkembangan tersebut ialah penggunaan teori
Bragg yang berkaitan dengan Difraksi Sinar X dan Kisi Resiprok.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, rumusan masalah makalah ini yaitu :
1. Bagaimana konsep dari difraksi sinar X?
2. Apakah yang dimaksud dengan hukum Bragg?
3. Apakah yang dimaksud dengan kisi resiprok ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini :
1. Untuk mengetahui konsep dari difraksi sinar X
2. Untuk mengetahui hukum Bragg
3. Untuk mengetahui kisi resiprok

4
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Kisi Resiprok


 Hukum Bragg
Berkas datang direfleksikan secara persial pada setiap bidang seperti terlihat pada
gambar 2.1. Andaikan jarak antar bidang:

Gambar 1 Model Difaksi untuk menurunkan persamaan Bragg


Hukum bragg:
Ketika sinar x melalui kristal, beda lintasan sinar a dan sinar b yang dipantulkan oleh
atom-atom kristal NaCl adalah 2 dsinθ. Interferensi saling memperkuat kedua sinar
pantul itu terjadi bila beda lintasan sama dengan kelipatan bulat dari panjang
gelombang sinar X.

Syarat Bragg:
2 dsinθ=nλ ,n=1,2,3 , … pers .1

d= jarak antar bidang yang sama


θ=sudut difraksi
λ= panjang gelombang sinar x yang digunakan

Melalui difraksi sinar dapat diketahui beberapa parameter kisi dan struktur kristal dari
cuplikan yang diamati. Struktur kristal mempunyai dua kisi, yaitu kisi kristal dan kisi
resiprok. Jika kristal di sinari dengan sinar x, maka akan dihasilkan pola difraksi yang
merupakan peta kisi resiprok kristal tersebut. Bila sinar x mengenai kristal sebagai
kisi nyata, maka dihasilkan pola difraksi yang berbentuk kisi resiprok.

 Kisi Balik (Reciprocal Lattice)


1. Vektor Kisi Balik (resiprok)
Kita membangun sumbu vektor b1, b2 dan b3 untuk kisi balik dengan hubungan:
a2 x a 3 a3 x a1 a1 x a2
b 1=2 π , b2=2 π , b3=2 π pers .2
a1 . a 2 x a 3 a 1 . a2 x a 3 a 1 . a2 x a3

Setiap vektor yang didefinisikan oleh persamaan 2 adalah ortogonal dengan dua
sumbu vektor kisi kristal. Sifat-sifat dari b1, b2 dan b3 adalah bahwa:

5
b i . ai=2 π δ ij
Dimana berlaku aturan δ ij = 1 jika i = j , α= 0 ° dan δ ij = 0 jika ij.α =−90 °
Titik dalam kisi balik dipetakan dengan seperangkat vektor dalam bentuk vektor
kisi balik G :
G=v 1 b 1+ v 2 b2 +v 3 b3
2. Kisi Resiprok dari kisi simple cubic (sc)
Vektor basis dari kekisi kubus sederhana adalah
a 1=a ^x , a 2=a ^y , a3=^z
Dengan x, y dan z adalah vektor satuan. Volume sel adalah a 1 . a2 x a3 =a3. Vektor
basis primitif dari kisi baliknya dapat diperoleh dari pers.2:
2π 2π 2π
b 1= x ,b 2= y , b3 = z
a a a


Dalam hal ini konstanta kisi adalah
a
Batas-batas daerah Brillouin pertama adalah bidang normal dari 6 vektor kisi balik
 b1 ;b2 ;b3 , yaitu pada titik tengahnya:
1 π 1 π 1 π
± b1=±
2 ()
a
^x , ± b 2=±
2 ()
a
^y , ± b3=±( ) ^z
2 a


Keenam bidang batas sebuah kubus dengan tepi dan volume ¿. Kubus ini
a
adalah daerah Brillouin pertama kisi kristal kubus sederhana.

 Kisi Balik Dari Kubus Berpusat Tubuh (bcc:body center cubic)


Vektor basis primitif dari kekisi bcc, seperti terlihat pada gambar dibawah ini:
1 1 1
á 1= a (−^x + ^y + z^ ) , á2= a ( x^ − ^y + z^ ) , á3= a ( x^ + ^y − z^ )
2 2 2

Gambar Vektor basis oprimitif pada kisi bcc

6
Dengan a adalah rusuk dari kubus dan x, y dan z adalah vektor satuan. Volume satu
satuan sel primitif adalah:
1
V =|á1 . á2 x á3|= a3
2
Dengan menggunakan persamaan 2, vektor basis kisi balik bcc adalah

b́ 1= [ ( k +l ) ^x + ( h+l ) ^y +(h+ k) ^z ]
a
Setiap sel mengandung satu titik kisi pada titik pusat selnya. Daerah ini (untuk kisi
bcc) dibatasi oleh bidang normal terhadap 12 vektor, pada titik tengah dari:
2π 2π 2π
( ) a ( )
( ± ^y ± ^z ) ,
a ( ) ( ± x^ ± z^ ) ,
a
( ± ^y ± ^y )

Daerah tersebut terdiri atas 12 permukaan dalam bentuk rhombik-dodekahedron.


Vektor-vektor dari titik asal ke titik pusat setiap permukaan adalah:
π π π
() a ()
(± ^y ± z^ ) ,
a ()(± ^x ± ^z ) ,
a
( ± ^x ± ^y )

Pemilihan tanda dilakukan secara bebas sehingga memberikan 12 vektor.

2.2. Sel Primitif

Paralel epipedum (benda ruang bersisi 6 yang sisi-sisi sejajarnya kongruen) didefinisikan
sebagai sumbu primitif a 1 a2 a3 yang disebut sel primitif. Sebuah sel primitif adalah jenis sel
atau sel satuan. Sebuah sel akan mengisi semua ruang dengan pengulangan operasi translasi
kristal yang cocok. Sebuah sel primitif adalah sel dengan volume minimum. Ada banyak cara
untuk memilih sumbu primitif dan sel primitif untuk sebuah kisi tertentu. Jumlah atom dalam
setiap sel primitif atau basis primitif selalu sama untuk struktur kristal tertentu. Selalu ada
satu titik kisi per sel primitif. Jika sel primitif adalah sebuah paralel epipedum dengan titik
kisi di setiap sudut dari kedelapan sudutnya, maka setiap titik kisi dibagi di antara delapan sel

1
sehingga jumlah total titik kisi dalam sel adalah satu: 8 × =1
8

Volume dari paralel epipedum dengan sumbu 𝑎1 , 𝑎2, 𝑎3 adalah

V C =|a1 . a2 × a3|

V C =|a2 . a1 × a3|

V C =|a3 . a2 × a1|

7
Gambar 2.5 (a)Titik Kisi dari Kisi Ruang dalam Dua Dimensi. Jajaran Genjang 1, 2, 3 adalah
Sama Di Daerah dan Salah Satu dari Mereka Dapat Diambil Sebagai Sel Primitif. Jajaran
Genjang 4 Memiliki 2 Kali Area dari Sel Primitif.

(b) Sel Primitif dari Kisi Ruang dalam Tiga Dimensi.

(c) Misalkan Titik-titik Ini adalah Atom Identik: Sketsa pada Gambar Satu Set Titik Kisi,
Sebuah Pilihan Sumbu Primitif, Sel Primitif, dan Dasar dari Atom yang Terkait dengan Titik
Kisi

Contoh :

Apabila vektor-vektor translasi primitif adalah a⃗ 1=4 a , ⃗a2=2 a , dan a⃗ 3=2 a. Carilah volume
sel primitifnya!

Jawab :

Ingat perkalian silang dan titik dua buah vektor:

a 2 × a3=2 a ×2 a=4 a2

a 1 . a2 ×a3 =4 a . 4 a2=16 a3

Dengan analisis vektor dasar, basis yang terkait dengan sel primitif disebut basis
primitif. Tidak ada basis yang mengandung atom kurang dari jumlah atom basis primitif.

Cara lain untuk menentukan atau memilih sel primitif adalah dengan metode
"Wigner-Seitz". Apabila titik-titik kisi sudah tergambarkan atau terpola, langkah berikutnya
untuk menggambarkan sel primitif dengan metode "Wigner-Seitz" sebagai berikut.

1) Ambillah salah satu titik kisi sebagai acuan (biasanya di tengah).


2) Titik kisi yang Anda ambil sebagai acuan tadi, kemudian hubungkan dengan titik kisi
terdekat di sekitarnya.

8
3) Di tengah-tengah garis penghubung tadi buatlah garis yang tegak lurus terhadap garis
penghubung tadi.
4) Luas terkecil (2 dimensi) atau volume terkecil (3 dimensi) yang dilingkungi oleh
garis-garis atau bidang-bidang ini yang disebut sel primitif Wigner-Seitz.

Gambar 2.6 Menentukan Sel Primitif dengan Metode Wigner-Seitz

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Hukum bragg:
Ketika sinar x melalui kristal, beda lintasan sinar a dan sinar b yang dipantulkan
oleh atom-atom kristal NaCl adalah 2 dsinθ. Interferensi saling memperkuat kedua
sinar pantul itu terjadi bila beda lintasan sama dengan kelipatan bulat dari panjang
gelombang sinar X.

2. Sebuah sel primitif adalah jenis sel atau sel satuan. Sebuah sel akan mengisi
semua ruang dengan pengulangan operasi translasi kristal yang cocok. Sebuah sel
primitif adalah sel dengan volume minimum.

10
DAFTAR PUSTAKA

Wendri, Nyoman. 2016. Diktat Kuliah Fisika Zat Padat I: Jurusan Fisika Fakultas Matematika
……….Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132319975/pendidikan/DIFRAKSI+KRISTAL+DAN+KISI+RESI
PROK.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai