Anda di halaman 1dari 8

PERENCANAAN DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

Ghaniyah Afiqa Nasution

ghaniyahafiqah1507@gmail.com

Latar Belakang

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan dengan menggunakan


konsep manajemen secara umum yang di dalamnya terdapat perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian atau evaluasi. Peningkata mutu layanan adalah derajat
memberikan pelayanan secara efisien dan efektif sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan
teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan
kesehatan/keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal [ CITATION Moh17 \l
1033 ].

Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan salah satu faktor penentu kualitas
pelayanan, perawat bertanggung jawab terhadap klien secara holistik. Dalam hal ini, manajemen
keperawatan berfokus pada komponen 5 M (Man, Money, Material, Method, Machine). Yang
mana dalam setiap kegiatan manajemen selalu diawali dengan perencanaan dan diakhiri dengan
pengontrolan yang merupakan suatu siklus berulang [ CITATION Way14 \l 1033 ].

Tuntutan masyarakat akan kualitas mutu pelayanan kesehatan yang semakin meningkat
menyebabkan perawat harus berubah secara terkendali yang didukung dengan adanya rencana
strategis. Perubahan pelayanan keperawtatan mempunyai dua pilihan utama, yaitu mekakukan
inovasi dan berubah atau akan diubah oleh suatu keadaan dan situasi [ CITATION Rob17 \l 1033 ].
Perubahan pelayanan keperawatan ini dibangun dari ide kreatif seorang kepala bidang
keperawatan. Oleh karena itu, kepala bidang keperawatan rumah sakit harus memiliki ide-ide
strategis, salah satunya ide yang menarik seperti mengaktifkan Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan (SIMK) agar pendokumentasian asuhan keperawatan tidak bersifat konvensional di
rumah sakit [ CITATION Cic19 \l 1033 ].

Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang
menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam
memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan
keputusan manajerial. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif, karena
manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat manajer klinis,
yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode yang berkaitan pada instusi yang
besar dan organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini
meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat memerlukan
pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi keperawatan. Dari pernyataan
pengertian yang jelas perawat manajer mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis
untukpelayanan keperawatan (Swanburg, 2000).

Metode

Metode yang digunakan adalah studi literature. Studi literatur ini mengambil data dari
beberapa database diantaranya jurnal, artikel, dan buku yang berkaitan dengan manajemen serta
manajemen keperawatan. Data yang diambil merupakan data pada periode tak kurang dari tahun
2012. Penelusuran dilakukan untuk jurnal dan artikel dengan kata kunci Rencana Strategis,
Manajemen, Keperawatan, Manajemen Keperawatan, Ide realisasi. Pada tahap awal setelah
didapatkan jurnal, artikel, buku terkait, kemudian dilakukan seleksi tahap akhir yaitu
mengidentifikasi judul yang sesuai dengan kata kunci dan pembahasan.

Hasil

Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang memberikan pelayanan kepada


masyarakat. Berdasarkan UU No. 44 tahun 2009 pasal 52 menyatakan bahwa rumah sakit
diwajibkan memiliki Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), sedangkan Sistem
Manajemen Informasi Keperawatan (SIMK) merupakan bagian integral dari SIMRS (Kemenkes
RI, 2009). Kepala bidang keperawatan mempunyai ide strategis untuk mengaktifan SIMK. Ide
tersebut sejalan dengan visi dan misi rumah sakit. Pendokumentasian asuhan keperawatan
konvensional, memiliki potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek
keperawatan. Kondisi tersebut menyebabkan pekerjaan perawat kurang efektif dan efisien
sehingga berdampak pada pelayanan kepada pasien kurang efektif. Kepala bidang keperawatan
memiliki ide strategis untuk mengaktifkan SIMK dengan membuat rencana strategi yang matang
agar ide tersebut dapat direalisasikan dan meningkatkan pelayanan keperawatan. Ide merupakan
rancangan yang tersusun di dalam pikiran dan merupakan sebuah cita-cita. Ide merupakan
gagasan kreatif akan segala sesuatu yang belum pernah dipikirkan atau dilakukan orang lain. Ide
kreatif akan menghasilkan metode baru, konsep baru, perencanaan baru dan seni baru (Fischer,
2016). Inti pengembangan ide sebelum direalisasikan menurut (Enz, 2005) terdiri dari enam
elemen, antara lain: (1) berfokus pada tujuan; (2) komprehensif; (3) oportunistik; (4) berorientasi
jangka panjang; (5) dibangun berdasarkan masa lalu dan saat ini; (6) dan adanya hipotesis.

Pembentukan ide strategis bukanlah proses yang dibuat tanpa perhitungan yang matang,
melainkan melibatkan tujuan strategis yang merupakan visi organisasi (Debono et al., 2016). Ide
strategis merupakan bagaimana seseorang dapat memunculkan pemikiran yang didapat dari
proses mencari, menganalisa yang menciptakan keinginan untuk mengolah untuk menjadi
tindakan nyata (Fischer, 2016).

Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan
merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan
menggunakan metoda proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan
masalah klien (Keliat, 2000). Tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan
yaitu manajemen sumber daya manusia (perawat) dengan menggunakan sistem pengorganisasian
pekerjaan perawat (asuhan keperawatan) dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam metoda
pemberian asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan.

Tujuan proses keperawatan secara umum adalah membuat suatu kerangka konsep
berdasarkan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat seperti yang disampaikan oleh Yura
dan Walsh (1983) bahwa Proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang
ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan meliputi: mempertahankan kesehatan optimal,
kembali ke keadaan normal, dan memfasilitasi kualitas hidup. Jadi apabila kita menggunakan
proses keperawatan harus dipastikan bahwa pasien kelolaan akan menjadi lebih berkualitas,
dalam kehidupannya melalui upaya kesehatan yang kita lakukan [ CITATION Mug16 \l 1033 ].
Pembahasan

Pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat ditentukan oleh peran dari sumber daya
manusia baik tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan, tenaga kesehatan yang paling
banyak di rumah sakit adalah perawat. Peran dan tugas perawat dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit cukup dominan. Perawat memberikan pelayanan perawatan kepada pasien selama 24
jam setiap harinya. Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan salah satu faktor penentu
dalam meningkatkan kualitas pelayanan, pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan
kepada pasien. Asuhan keperawatan yang bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan
kepada pasien, yang memenuhi standar dan kriteria profesi keperawatan, sesuai dengan standar
dan kualitas yang diharapkan rumah sakit, serta mampu mencapai tingkat kepuasan dan
memenuhi harapan pasien, perawatlah pertama kali mengetahui kondisi pasien setiap saat,
karena perawat berada di sisi pasien selama 24 jam. Praktik keperawatan untuk memenuhi
harapan pasien sesuai dengan standar praktik keperawatan yang dikeluarkan oleh Persatuan
Perawat Nasional Indonesia tentang regestrasi tenaga kesehatan, bahwa setiap tenaga kesehatan
harus lulus uji kompetensi, yaitu suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan
sikap tenaga kesehatan atau keperawatan. Perawat dalam menjalankan profesinya harus
memenuhi standar profesi, dan berdasarkan kemampuan melaksanakan asuhan keperawatan yang
meliputi: pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan
keperawatan, serta evaluasi keperawatan. Kinerja perawat di rumah sakit swasta dengan kategori
baik sebesar 56,9 % dan rumah sakit pemerintah 44,8 %. Persepsi kinerja perawat di rumah sakit
pemerintah dalam kategori baik hanya sebesar 49,5% , sementara sisanya kategori kurang 50,5
%, dengan latar belakang pendidikan diploma tiga (III) keperawatan 82,5 %, lama bekerja 6,06
tahun, dan sebagian besar usia perawat 27,96 – 29,45 tahun.

Untuk menaikkan tingkat kepuasan pasien yang didapat dari kinerja perawat dapat
dilakukan dengan adanya prinsip-prinsip, program-program, serta strategi kepala Staf
keperawatan. Kepala bidang keperawatan sebaiknya memahami ide-ide yang telah dirancang,
dan dapat menggambarkan pemikiran strategis serta menjelaskan kepada staf bagaimana
melakukan ide tersebut, berkonsultasi dengan para perawat mengenai masalah atau kendala,
pemecahan masalah, keputusan-keputusan dan bertukar informasi tentang hasilnya. Dalam kasus
ini kepala bidang sebaiknya memotivasi dan menjelaskan hal-hal terkait Sistem Manajemen
Informasi Keperawatan (SIMK) sejelas mungkin, berkonsultasi dengan perawat pelaksana akan
masalah atau kendala yang dihadapi, serta memberikan pemecahan masalah agar rencana dapat
terealisasi dengan baik. Kepala bidang keperawatan juga harus menghargai setiap staf yang
menghasilkan ide-ide baru, mendengarkan staf, serta menampung ide-ide dari staf. Dalam
membuat rencana strategis aspirasi staf dapat dilibatkan agar dapat memetakan keberhasilan dari
perencanaan strategis (Enz, 2005). Ide-ide kreatif yang telah terbangun dengan matang dan telah
dikembangkan dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Tahap selanjutnya yaitu merealisasikan
ide-ide tersebut dengan menerapkan proses perencanaan strategis agar ide benar-benar dapat
diapliskasikan. Tahap perencanaan strategi menurut Ayuningtyas (2015), antara lain: (1)
menetapkan sasaran; (2) menentukan posisi organisasi saat ini; (3) mengidentifikasi faktor
pendukung dan penghambat menuju sasaran (4) menyusun langkah-langkah untuk mencapai
sasaran.

Tahap pertama, yaitu menetapkan sasaran. Kegiatan perencanaan dimulai dengan


memutuskan apa yang ingin dicapai organisasi dengan menetapkan prioritas dan merinci sasaran
secara jelas, organisasi dapat mengarahkan sumber agar lebih efektif (Dunn, 2015). Dalam tahap
pertama kepala bidang keperawatan menetapkan metode pendokumentasian yang semula
manual, bergeser menjadi komputerisasi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi,
memungkinkan perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang
lebih baik. Tahap kedua yaitu menentukan posisi organisasi. Pemimpin harus tahu dimana
organisasinya berada saat ini dan sumber daya apa yang dimiliki saat ini (Dunn, 2015). Dalam
melakukan analisis situasi kepala bidang dapat melakukan analisis faktor internal (kekuatan dan
kelemahan organisasi), serta faktor ekternal (peluang dan ancaman organisasi) menggunakan
analisa Strengths, Weakness, Oportunites, Threats (SWOT). Dengan adanya SIMK diharapkan
akan memperbaiki dan meningkatkan kualitas mutu pelayanan keperawatan. Kepala bidang
keperawatan juga harus mampu mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat untuk
menuju sasaran. Dalam tahap ketiga ini kepala bidang dapat dapat menggunakan analisa Threat,
Opportunitues, Weakness, Strength (TOWS). Penting dilakukannya analisa faktor pendukung
dan penghambat dalam penerapan SIMK, dengan analisa tersebut dapat melahirkan rencana
strategis yang tertuang dalam TOWS. Tahap terakhir yaitu menyusun langkah-langkah untuk
mencapai sasaran. Rencana – rencana strategis dapat disusun menggunakan beberapa metode,
salah satuya menggunakan metode Balance scorecard (BSC) yang merupakan sebuah penilaian
kinerja personel yang diukur secara berimbang dari dua aspek, yaitu keuangan dan nonkeuangan,
jangka pendek, jangka panjang, intern dan ektern. Balance Scorecard dapat memberi penilaian
dari empat perspektif, antaralain: finansial, bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan, serta
pelanggan (Ayuningtyas, 2015).

Adapun hasil dari Balance Scorecard yang telah dibuat juga dapat dituangkan ke dalam
Key Performance Indicator (KPI) keperawatan sebagai penilaian kinerja SDM Keperawatan.
BSC dan KPI dapat membantu memantau dan mengukur apakah ide-ide strategis kepala bidang
telah terlaksana dengan baik atau belum terlaksana. Proses perencanaan strategi yang matang
berasal dari ide strategis yang dikembangkan dengan baik.

Asuhan keperawatan yang dilaksanakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia dalam hal ini pasien, mengandung akontabilitas tinggi terhadap mutu atau kualitas
asuhan yang diberikan kepada pasien, oleh karena itu harus dilaksanakan sesuai dengan standar
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi, pelaksanakan asuhan keparawatan tersebut harus
disertai dengan loyalitas, kepuasan perawat. Namun dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara loyalitas terhadap kinerja perawat
dalam asuhan keperawatan, loyalitas berfokus pada kesetiaan karyawan terhadap institusi, tetapi
tidak mampu menunjang kenerja artinya kenerja perawat tidak cukup dengan sikap loyal seorang
karyawan tetapi harus di imbangi dengan kemampuan atau ketrampilan oleh perawat.

Berkaitan dengan hal-hal di atas, adanya kekhawatiran mengenai keselamatan pasien,


telah meningkat secara signifikan selama dekade terakhir (Silverstone, 2013), sehingga
organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2011 mengembangkan dan mempublikasikan
Kurikulum Panduan Keselamatan Pasien (Patient Safety Curriculum Guide), yang menyoroti
kebutuhan di seluruh dunia, untuk meningkatkan keselamatan pasien dan untuk mengajarkan
keterampilan yang berorientasi pada keselamatan pasien (Tingle, 2011). Kesalahan medis dan
efek samping telah menjadi perhatian serius dalam beberapa tahun terakhir bagi pembuat
kebijakan kesehatan dan penyedia layanan kesehatan dunia. Menurut statistik tahunan, di
Amerika Serikat saja sekitar 98.000 kasus kematian pasien dilaporkan karena kesalahan medis
(Castle, 2006). Program pengamatan lima tahun yang dilaksanakan oleh Baldo et al. (2002)
mengungkapkan bahwa perawat bertanggung jawab untuk 78% dari efek samping. Selain itu
penelitian juga membuktikan bahwa kematian akibat cidera medis 50% diantaranya sebenarnya
dapat dicegah (Cahyono, 2012).

Penutup

Mayoritas perawat mempersepsikan baik terhadap fungsi manajemen yang dilakukan


oleh kepala ruang terhadap fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, pengarahan,
dan pengendalian. Dan memang benar ada pengaruh antara kepuasan terhadap kinerja perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien rawat inap Rumah. Namun terbukti
bahwasanya tidak ada pengaruh antara loyalitas terhadap kinerja perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Dan yang bertanggung jawab atas
manajemen keperawatan adalah kepala Staf keperawatan. Kepala bidang keperawatan
merupakan seseorang pemimpin yang sebaiknya berfikir strategis dibagian unit keperawatan.
Kepala bidang keperawatan mempunyai ide ide strategis, salah satunya mengaktifan SIMK yang
sesuai dengan peraturan pemerintah. Pengembangan ide terdiri dari enam elemen, dalam
merealisasikan ide tersebut kepala bidang dapat memotivasi staf, menghargai staf, dan
menerapkan proses perencanaan strategis.
DAFTAR PUSTAKA
Ariga, Reni Asmara. (2020). Implementasi Manajemen Pelayanan Kesehatan Dalam
Keperawatan. Yogyakarta : Deepublish

Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.

CITATION Moh17 \l 1033 : , (Mohammad Iqbal B, 2017),

CITATION Way14 \l 1033 : , (Wayan Sudarta, 2014),

CITATION Rob17 \l 1033 : , (Robbins, 2017),

CITATION Cic19 \l 1033 : , (Cicilia Ika WUlandari, 2019),

CITATION Mug16 \l 1033 : , (Mugianti, 2016),

Anda mungkin juga menyukai