EVALUASI PEMBELAJARAN
“KONSEP DASAR ASESMENT PEMBELAJARAN “
OLEH:
KELOMPOK 1
NURUL AMALIYAH (20800118043)
SITI HUMAIRAH (20800118071)
FADELIA ASRI (20800118057)
NURUL HASANAH (20800118084)
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena telah
memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini dan
salam serta salawat semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam beserta keluarga dan para sahabat. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Dasar Asesment Pembelajaran” disusun guna memenuhi tugas dari mata
kuliah “Evaluasi Pembelajaran”. Selain itu, kami juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “Konsep
Dasar Asesment Pembelajaran”.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Evaluasi Pembelajaran “Dr.M. Ilyas Ismail, M.Pd., M.Si”.
Tugas yang diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini in syaa Allah.
Kelompok 1
Daftar Isi
Cover Makalah.......................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan........................................................................................2
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Asesment Pembelajaran............................................3
B. Tujuan dan Fungsi Asesment......................................................6
C. Prosedur Asesment Pembelajaran...............................................9
D. Karakteristik Asesment Pembelajaran.......................................11
Daftar Pustaka.......................................................................................21
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua
tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk mengungkapkan apa dan
bagaimana kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar di berbagai
tingkatan sekolah. Misalnya, Gagne (1974) mengemukakan bahwa dalam
kegiatan belajar-mengajar, terdapat tiga kemampuan pokok yang dituntut dari
seorang guru, yakni: kemampuan dalam merencanakan materi dan kegiatan
belajar mengajar, kemampuan melaksanakan dan mengelola kegiatan belajar
mengajar, serta menilai hasil belajar siswa. Dalam buku yang disusun oleh tim
PPPG (proyek pengembangan pendidikan guru) dikemukakan 10 kompetensi
mengajar, yaitu:
1. Kemampuan menguasai landasan kependidikan
2. Kemampuan menguasai bahan ajaran,
3. Kemampuan mengelola proses belajar mengajar
4. Kemampuan mengelola kelas
5. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar
6. Kemampuan menilai hasil belajar
7. Kemampuan mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
8. Kemampuan menyelenggarakan administrasi pendidikan
9. Kemampuan menggunakan media/sumber belajar
10. Kemampuan menafsirkan hasil penelitian untuk kepentingan pengajaran
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Asesment secara sederhana dapat diartikan sebagai proses
pengukuran dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik
peserta didik dengan aturan tertentu. Dalam pelaksaan asesmen
pembelajaran, guru akan dihadapkan pada tiga istilah yang sering
dikacaukan pengertiannya, atau bahkan sering pula digunakan secara
bersama yaitu istilah pengukuran, penilaian dan test. Untuk lebih jauh
bisa memahami pelaksanaan asesmen pembelajaran secara keseluruhan,
perlu dipahami dahulu perbedaan pengertian dan hubungan di antara
ketiga istilah tersebut, dan bagaimana penggunaannya dalam asesmen
pembelajaran.1
1
Nurotun Mumtahanah, 2018. “Prosedur Pengembangan dan
Karakteristik Assesment Pembelajaran”. Al-Hikmah Jurnal Studi
Keislaman. Nomor 2 Volume 8 bulan september tahun 2018, hlm. 198-
200.
7
ujian/tes, tetapi juga mencakup hasil observasi, wawancara, pemantauan
perilaku, dll. Johnson (2002) mendevinisikan asesment adalah proses
pengumpulan informasi kualitatif maupun kuantitatif atas perubahan
yang terjadi pada diri siswa, kelompok, guru atau penyelenggara
pendidikan (sekolah) selama proses belajar (Johnson dan Johnson, 2002).
Asesment dilakukan dengan cara mengorganisasikan berbagai
macam data hasil pengukuran agar dapat diinterpretasikan. Pada dunia
pendidikan asesmen digunakan untuk menjelaskan kemajuan siswa
dalam mencapai tujuan pendidikan pada titik waktu tertentu. Di dalam
kelas, asesment digunakan untuk menjelaskan proses dan produk yang
dicapai siswa secara alami. Ahli pendidikan sering membandingkan
asesment dengan evaluasi. Secara umum, evaluasi lebih ditekankan pada
efektivitas program pembelajaran atau kelembagaan sedangkan asesment
digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan atau prestasi siswa secara
perseorangan atau kelompok.
Asesment dalam arti yang sempit sering disamakan dengan
penilaian yaitu pemberian bilai terhadap suatu keputusan secara kualitatif
yaitu baik atau buruk terhadap karakteristik suatu objek yang telah
diukur. Data kuantitatif yang diperoleh pada saat melakukan pengukuran
kemudian diinterpretasikan menurut kriteria yang telah ditelah
diterapkan. Penilaian hasil belajar sering menggunakan beberapa
tingkatan kriteria yaitu mulai dari sangat baik, baik, cukup baik, kurang
baik dan sangat kurang baik; kompeten atau tidak kompeten dan tuntas
atau tidak tuntas. Predikat kelulusan menggunakan 3 kriteria yaitu
memuaskan, sangat memuaskan dan dengan pujian.
Penilaian merupakan tahap yang penting dalam pembelajaran.
Suryabrata (1981) menjelaskan pengukuran dan penilaian dalam
pendidikan mempunyai 3 fungsi yaitu:
1) Melayani kebutuhan psikologis seseorang dalam memperoleh
informasi tentang pontesi yang dimiliki untuk dijadikan acuan
dalam menentukan arah ke masa depan.
2) Melayani kebutuhan instruksional, untuk mengetahui
kesesuaian materi pelajaran, metode pembelajaran dengan
kemampuan dan potensi peserta didik dan mengetahui posisi
masing-masing siswa di dalam kelas.
3) Melayani kebutuhan administrasi untuk mengetahui peringkat
satu atau indeks prestasi siswa (Suryabrata, 1981).
8
2) Guru memanfaatkan hasil asesment untuk menemukan
informasi apakah proses pembelajaran dijalankan sudah atau
belum efektif.
3) Sekolah dapat menentukan keefektifan sekolah dibanding
dengan sekolah lainnya (Johnson & Johnson, 2002).2
B. Tujuan dan Fungsi Asesment
1. Tujuan Asesment Berbasis Kelas
Secara rinci tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Dengan melakukan asesmen berhasis kelas ini pendidik dapat
mengetahui seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapai
kompetensi yang dipersyaratkan, baik selama mengikati pembelajaran
dan setelah proses pembelajaran berlangsung.
b. Saat melaksanakan asesmen ini, Anda sebagai pendidik juga akan bisa
langsung memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga tidak
pelu lagi menunda atau menunggu ulangan semester untuk bisa
mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian
kompetensi
c. Dalam asesmen berbasis kelas ini, Anda juga secara terus menerus
dapat melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap
peserta didik, sekaligus Anda dapat mendiagnosis kesulitan belajar yang
dialami peserta didik sehingga secara tepat dapat menentukan siswa
mana yang perlu pengayaan dan siswa yang perlu pembelajaran remedial
untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.
d. Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang
dilakukan terus-menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan
balik bagi Anda untuk memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan
sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi dan
juga kebutuhan siswa.
c. Hasil-hasil pemantauan tersebut, kemudian dapat Anda jadikan
sebagai Iandasan untuk memilih alternatif jenis dan model penilaian
mana yang tepat untuk digunakan pada materi tertentu dan pada mata
pelajaran tertentu, yang sudah barang tentu akan berbeda. Anda sebagai
pendidik yang tahu persis pertimbangan pemilihannya.
f. Hasil dari asesmen ini dapat pula memberikan informasi kepada orang
tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan tidak perlu
menunggu akhir semester atau akhir tahun. Komunikasi antara pendidik,
orang tua dan komite harus dijalin dan dilakukan terus menerus sesuai
kebutuhan.
2. Fungsi Asesment Berbasis kelas
2
Endang Mulyatiningsih. Asesmen Pembelajaran Kejuruan, (Yokyakarta:
UNY Press, 2018), hlm. 5-12.
9
Kita semua telah tahu bahwa tugas pendidik adalah mendesain maten dan
situasi di kelas agar siswa dapat belajar untuk mencapai kompetensi yang
dipersyaratkan. Setelah Anda mempelajari apa keunggulan dan tujuan
dari asesmen khusunya asesmen berbasis kelas, maka perlu pula
diketahui fungsi dari penilaian kelas tersebut. Secara rinci fungsi dari
penilaian kelas dapat dijadikan sebagai berikut:
a. Kalau tujuan pembelajaran adalah pencapaian standar kompetensi
maupun kompetensi dasar, maka penilaian kelas ini dapat
menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah menguasai
suatu kompetensi.
b. Asesmen berbasis kelas dapat berfungsi pula sebagai landasan
pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu
peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian
maupun untuk penjurusan, dalam hal ini terkait erat dengan peran guni
sehagri pendidik sekaligus pembimbing.
c. Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukakan di atas maka
salah satu fungsi asesmen berbasis kelas ini adalah menemukan kesulitan
belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik
dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah
seorang siswa perlu mengikuti remedial atau justru memerlukan program
pengayaan.
d. Dengan demikian asesmen juga akan bertungsi sebagai upaya pendidik
untuk dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses
pembelajaran yang telah dilakukan ataupun yang sedang berlangsung.
Temuan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar penentuan
langkah perbaikan proses pembelajaran letikuluya, guna peningkatan
capaian hasil belajar siswa.
e. Kesemuanya dapat dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagai pendidik
dan semua stake holder pendidikan dalam lingkup sekolah tentang
gambaran kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta
didik.
3. Teknik Asesment
10
b. Teknik nontes capat dilakukan dengan observasi baik secara
langsung ataupun tak langsung, angket ataupun wawancara. Dapat pula
dilakukan dengan Susionei, teknik non tes digunakan sebagai pelengkap
dan digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam pengambilan
keputusan penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini dapat bersifat lebih
menyeluruh pada semua aspek kehidupan anak.
C. Prosedur Asesment
11
indikator, kriteria ketuntasan, dan aspek yang terdapat pada rapor; (d)
memetakanstandarkompetensi, kompetensi dasar, indikator, kriteria
ketuntasan. aspek penilaian, dan teknik penilaian; (e) menetapkan teknik
penilaian dengan mempertimbangkan ciri indikator."
Hal ini pula dijelaskan oleh Subali, bahwa Agar dapat diperoleh
alat asesmen atau alat ukur yang baik perlu dikembangkan suatu prosedur
atau langkah-langkah yang benar, yang meliputi perencanaan asesmen
yang memuat maksud dan tujuan asesmen, yaitu
1. Penyusunan kisi-kisi;
2. Penyusunan instrumen/alat ukur;
3. Penelah(review) untuk menilai kualitas alat ukur/instrument
secara kualitatif, yakni sebelum digunakan;
4. Uji coba alat ukur,untuk menyelidiki kesahihan dan ke andalan
secara empiris
5. Pelaksanaan pengukuran; Asesmen yang merupakan
interpretasi hasil pengukuran;
7. Pemanfaatan hasil asesmen."
Sedangkan, menurut Firman, tahapan pokok dakun proses
asesmen meliputi tiga tahapan, yaitu (a) tahap persiapan, (b) tahap
pengumpulan informasi, dan (c) tahup pertimbangan.
Mekanisme asesmen di sekolah dapat disistemkan tergantung
informasi yang dibutuhkan. Untuk itu, mekanisme dapat melalui
prosedur sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan masalah atau kondisi peserta didik baik
menurut pengamatan guru,yang dirasakan oleh orang tua, dan informasi
beberapa orang terdekat tentang kondisi peserta didik
2. Menentukan kebutuhan informasi dari beberapa aspek peserta
didik, misalnya informasi tentang cara komunikasi, kata-kata verbal yang
dapat diucapkan, perilakuyang maldaptif yang sering ditunjukkan,
kemampuan bantu diri, serta respon-respon sosial yang dapat dilakukan
oleh anak.
3. Kebutuhan informasi itu diinventarisasi atau ditentukan, serta
diurutkan secara prioritas menurut informasi pokok dan informasi
tambahan sebagai penguatan dari informasi pokok. Seorang siswa yang
selalu mengalami kesalahan di bidang berhitung perkalian dengan cara
menurun akan dicari informasi secara diagnostic letak kesalahannya.
4. Menentukan sumber informasi. Sumber ditentukan mulai dari
sumber yang terdekat dengan anak kemudian meluas ke sumber-sumber
yang berkaitan dengan masalah yang terjadi pada anak
5. Menentukan metode atau cara untuk memperoleh informasi
6. Penentuan rujukan.
8. Kesimpulan untuk mendeskrisikan kemampuan anak atau
peserta didik berupa potensi dan hambatan-hambatan yang dimiliki anak
9. Perencanaan program sebagai sebuah
keputusantitikawalpembelajaran.3
3
Nurotun Mumtahanah, 2018. “Prosedur Pengembangan dan
Karakteristik Assesment Pembelajaran”. Al-Hikmah Jurnal Studi
Keislaman. Nomor 2 Volume 8 bulan september tahun 2018, hlm. 200-
12
Hasil penilaian digunakan untuk mengambil keputusan penting
harus memenuhi persyaratan di atas. Tes yang digunakan untuk
mengambil keputusan penting dinamakan high stake decisions. Menurut
Nitko (2011: 87) keputusan hasil tes dianggap penting jika memberi
konsekuensi yang serius, memberi manfaat besar dan jika gagal dapat
menyebabkan kehilangan beberapa hal yang sangat berharga yang tidak
dapat dikembalikan setelah keputusan dibuat (Nitko & Brookhart, 2011).
Beberapa contoh high stake testing/decisions antara lain tes yang
digunakan untuk penentuan kelulusan, seleksi sekolah atau pekerjaan dan
penempatan. Hasil penilaian tersebut akan menentukan nasib seseorang
pada perjalanan hidupnya di masa yang akan datang. Hasil penilaian
yang tidak objektif akan merugikan lembaga pengguna karena orang-
orang yang mendapatkan nilai tinggi ternyata kemampuannya rendah.
Hasil penilaian yang tidak efektif juga tidak akan akuntabel atau tidak
dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak lain.
Keputusan hasil penilaian akan memberi konsekuensi positif atau
negatif. Guru memiliki tanggung jawab profesional dalam memberi
keputusan, Apabila keputusan yang diberikan tidak berkualitas,
informasi yang diperoleh salah dan menyebabkan keputusan yang
diambil salah maka dapat menyebabkan guru tidak prefesional, tidak etis
dan tidak legal. Salah satu cara untuk memperbaiki keputusan pendidikan
adalah menggunakan high-quality assessment information yaitu dengan
menggunakan informasi yang memiliki validitas dan reliabilitas tinggi.
D. Karakteristik Asesment
202.
13
baik itu apa yang diajarkan guru maupun kesempatan peserta didik untuk
mempelajari materi.
a. Validitas Isi
Sebagai pendidik di kelas, biasanya kita akan sangat terfokus
pada validitas isi. Yaitu sejauh mana berbagai pertanyaan dan tugas
asesmen merupakan sebuah sampel yang representative dari seluruh isi
pengetahuan dan keterampilan yang kita nilai. Validitas isi yang tinggi
sangat penting, ketika kita menggunakan instrument penelitian untuk
tujuan evaluasi sumatif yaitu untuk menentukan pengetahuan dan
keterampilan apa yang telah dikuasai siswa dalam kaitannya dengan
tujuan-tujuan pengajaran yang penting.
b. Validitas Prediktif
Yaitu sejauh mana instrument asesmen memprediksi performa
masa depan dihidang tertentu. Tes dengan validitas prediktif yang tinggi
memprediksi prilaku itu tersebut dengan cukup tinggi, begitu sebaliknya
tes validitas prediktif yang rendah memprediksi prilaku itu dengan
rendah juga, terkadang dalam pemberian tes didasarkan kepada
kelompok usia, dimana siswa yang mempunyai usia dewasa juga
mempunyai validitas prediktif yang tinggi begitu sebaliknya.
c. Validitas Konstruktif
Dalam psikolog, konstruk adalah sifat internal yang di
hipotesikan yang tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus
disimpulkan dari konsistensi yang kita lihat dalam prilaku seseorang.
Validitas konstruk artinya sejauh mana suatu instrumeni asesmen benar-
benar mengukur karakteristik yang abstrak dan tidak dapat diamati.
Validitas konstruk adalah focus utama ketika kita mengambil kesimpulan
umum tentang sifat dan kemampuan siswa sehingga kita dapat
menyesuaikan metode-metode dan bahan-bahan pengajaran dengan lebih
baik untuk memenuhi kebutuhan individual mereka.
2. Reliabilitas
Realibilitas sebagai sejauh mana sebuah tes menghasilkan nilai
yang konsisten dan dapat direproduksi.Nilai yang reliable adalah nilai
yang stabil, dependable, dan relative bebas dari kesalahan pengukuran.
Konsistensi tergantung pada situasi dalam pelaksanaan tes dan factor
siswa yang bervariasi dari satu tes ke tes lainnya. Realibilitas adalah
tentang penentuan seberapa konsistenkah penilaian itu mengukur hal-hal
yang akan diukur. Realibilitas akan berkurang akibat kesalahan dalam
pengukuran. Siswa mungkin mempunyai pengetahuan dan keahlian yang
cukup namun tidak bias mengerjakan tes secara konsisten pada beberapa
tes dikarenakan sejumlah factor. Factor-faktor internal antara lain,
kesehatan motivasi, dan kecemasan. Factor eksternal anatara lain
petunjuk guru yang kurang jelas, sampel informasi yang buruk.
3. Keadilan
Tes yang adil adalah tes yang tidak bias dan tidak diskriminatif
(McMillan,2001 dalam santrock, 2004). Penilaian adalah adil jika guru
membuat target pembelajaran yang tepat, member pelajaran dan materi
14
yang baik untuk mencapai target tersebut, dan menggunakan penilaian
merefleksikan target, isimateri, dan instruksi.4
15
diperoleh, untuk diaplikasikan dan menyelesaikan permasalahan sehari-hari.
Guru dapat memilih dan menggunakan beberapa jenis asesmen autentik
untuk pembelajaran tematik terpadu.
Asesmen autentik memiliki berbagai keunggulan bila dilaksanakan
dalam pembelajaran. Muller (2016) menyatakan asesmen autentik memiliki
manfaat sebagai berikut . Pertama, memungkinkan pendataan kemampuan
siswa secara langsung. Kedua, melatih siswa tidak hanya sekedar menghafal
materi, namun dapat memahami konteks pemanfaatannya dan
mengonstruksi kemampuan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga,
dapat mengintegrasikan kegiatan belajar, mengajar dan asesmen secara utuh
dan saling terkait. Keempat, memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menunjukkan kemampuan mereka sebaik mungkin. Selain empat manfaat
tersebut, hasil dari asesmen autentik dapat dimanfaatkan oleh guru sebaik
mungkin untuk kbutuhan perkembangan siswa. Hasil asesmen yang akurat
tentang kemampuan rill siswa dapat dimanfaatkan guru untuk menentukan
langkah tepat dalam mengembangkan atau mengatasi permasalahan belajar
yang dialami oleh siswa (Charoenchai, et al,2-15:2229).
Jadi asesmen autentik yang digunakan dalam Kurikulum 2013 yaitu
observasi, portofolio, unjuk kerja, proyek,dan tes tertulis. Asesmen
dilakukan guru dengan merumuskan kisi-kisi asesmen yang disesuaikan
dengan kompetensi dalam kurikulum, aspek yang didata, dan tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan, dan membandingkannya dengan
keadaan dan kemampuan siswa dalam pembelajaran. Data hasil asesmen
akan ditindak lanjuti dengan pemberian keputusan atau penilaian sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Khusus dalam proses asesmen
keterampilan dilakukan melalui tekhnik asesmen kinerja, asesmen proyek,
dan asesmen portofolio (Permendikbud no.23 Tahun 2016).
Khusus pada asesmen autentik ranah keterampilan digunakan
tekhnik asesmen kinerja, proyek, dan portofolio. Asesmen kinerja adalah
bentuk asesmen yang meminta siswa mendemonstrasikan tugas tertentu
untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
(Wiggins,1993:202;Sa’dijah,2009:93). Asesmen kinerja dilakukan saat
16
siswa menyelesaikan tugas kinerja, dan berfokus pada asesmen proses
maupun hasil. Tekhnik asesmen kedua yaitu asesmen proyek. Asesmen
proyek merupakan bentuk asesmen terhadap tugas atau proyek yang harus
diselesaikan oleh siswa atau sekelompok siswa dalam periode atau waktu
yang telah ditentukan tugas atau proyek tersebut bertahap dari kegiatan
sejak perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pelaksanaan tugas,
pengelolaan, hingga proses penyajian produk atau laporan tertulis
(Kusaeri,2014:156). Asesmen portofolio menurut Mullerc(2016), Gadbury-
Amyot et al (2003:911). Aziz dan Yusoff (2015:46), Lund (1997:28) dan
Mahanal (2006:335) adalah sekumpulan tugas atau hasil karya siswa yang
dipilih spesifik untuk menggambarkan perkembangan dan pencapaian
keterampilan siswa dalam satu periode. Asesmen portofolio menekankan
pada penilaian yang mereka capai terhadap karya/tugas siswa yang dipilih,
untuk melihat perkembangan siswa melalui hasil penilaian yang mereka
capai (Sa’dijah, 2007:202; Mahanal, 2006;335). Guru melaksanakan
asesmen berbatu alat pendataan atau instrumen asesmen untuk mendata
pencapaian kompetensi siswa.
Asesmen dalam kurikulum 2013 menggunakan berbagai macam
instrumen sesuai dengan tujuan dan aspek pembelajaran yang akan didata.
Format dan contoh instrumen pendataan dalam Kurikulum 2013 telah
disediakan pada buku guru. Masing-masing pembelajaran membutuhkan
jenis instrumen asesmen yang berbeda. Guru dituntut untuk mampu
mengembangkan instrumen asesmen sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
aspek dalam pembelajaran tematik terpadu. Instrumen yang dikembangkan
hendaknya teruji kualitasnya sehingga menghasilkan data yang dapar
dipertanggungjawabkan.
Instrumen yang digunakan untuk pendataan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran terpadu hendaknya memenuhi lima syarat yang teruji
validitas, reliabilitas, objektivitas, praktis, dan ekonomis. Jika instrumen
asesmen telah memenuhi syarat tersebut maka dapat disebut instrumen yang
berkualitas (Yusuf, 2015:58). Faktanya guru dilapangan belum
menggunakan instrumen asesmen yang berkualitas. Akbar (2013:4)
17
menyatakan bahwa saat ini kecenderungan guru dilapangan masih
menggunakan tes sebagai instrumen utama dalam mendata hasil belajar
siswa. Instrumen yang digunakanpun belum teruji dalam hal validitas,
reliabilitas, dan kepraktisannya.
Guru mengutarakan alasan penggunaan tes dan asesmen dalam aspek
kognitif karena guru lebih menguasai konsep dan praktik dilapangan. Guru
telah memahami bahwa asesmen autentik mengacu pada asesmen dalam
aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Selain itu, guru telah
memahami tekhnik dan jenis asesmen autentik dari pelatihan-pelatihan yang
diikuti ataupun buku panduan Kemendikbud tentang asesmen Kurikulum
2013. Penyusunan dan pengembangan asesmen pada aspek kognitif relatif
lebih sederhana dan mudah dipahami oleh guru daripada aspek ranah
keterampilan yaitu asesmen kinerja, asesmen proyek, dan asesmen
portofolio. Alasan tersebut menyebabkan kecenderungan guru mengalami
kesulitan dalam pengembangan instrumen asesmen kinerja, asesmen proyek,
serta asesmen portofolio.
Pengembangan asesmen autentik didukung oleh penelitian terdahulu
tentang asesmen diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Charonenchai,
et al,,(2015:2529). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa guru
sekolah dasar di Provinsi Sakhonakhon, Thailand jarang menggunakan
asesmen autentik. Data hasil asesmen autententik belum dimanfaatkan untuk
pengembangan siswa dan pembelajaran dikelas secara maksimal. Problema
pelaksanaan asesmen autentik juga diperoleh berdasarkan penelitian
Enggarwati (2015) tentang pelaksanaan asesmen autentik di SD Negeri
Glagah, Yogyakarta. Sampel penelitian ini yaitu guru di SDN Glagah
Yogyakarta. Kesulitan guru dalam mengimplementasikan penilaian autentik
pada Kurikulum 2013 dikarenakan beberapa hal, yaitu :
18
4. Pelatihan penilaian autentik yang diikuti guru masih kurang karena
materi yang disampaikan belum mendalam dan menyeluruh.
5. Waktu yang tersedia tidak mencukupi untuk perencanaan dan
pelaksanaan asesmen autentik oleh guru.
BAB III
PENUTUP
5
Heri Setiawan, dkk, 2017. “Pengembangan Instrumen Asesment
Autentik Kompetensi Pada Ranah Keterampilan Untuk Pembelajaran
Tematik di Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan. Nomor 7 Volume 2 Bulan
Juli, tahun 2017, hlm. 874-876
19
A. Kesimpulan
1. Pengertian Asesment
20
5) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada
pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik,
prosedur dan hasilnya.
6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
3. Karakteristik Asesment
1. Validitas
Validitas adalah sejauh mana mengukur apa-apa yang hendak diukur
dan dinilai,validitas juga mencakup seberapa akurat dan bergunakah
inferensi pendidik tentang penilaian.
2. Realibilitas
Daftar Pustaka
21
KELOMPOK 2
MAKALAH
PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN TES DALAM
PEMBELAJARAN
22
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran
Dosen Pembimbing: Dr. Muhammad Ilyas Ismail, M.Pd., M.Si.
OLEH :
Nurwahida Aris 20800118044
Kartini Annisa Arifuddin 20800118072
Nur Handayani 20800118058
23
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
nya terutama nikmat k esempatan dan kesehatan sehingga penulisan dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah yang berjudul “Pengembangan Instrumen
Assesmen Tes Dalam Pembelajaran”. Kemudian shalawat beserta salam kita
sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SWT yang menjadi panutan kita umat
islam di seluruh dunia.
Makalah ini di buat dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan
karya yang bisa di pertanggung jawabkan hasilnya. Kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak terkait yang telah membantu kami dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar
dalam makalah ini Oleh karena itu, saya mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini,
Terimakasih dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsi positif bagi kita
semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Bentuk Pengembangan Instrumen Assessment Tes..........................................3
B. Penilaian Dalam Kelas......................................................................................7
C. Manfaat, Fungsi, dan Prinsip Penilaian Dalam Kelas.......................................9
D. Peranan Penilaian Dalam Proses Pembelajaran..............................................13
E. Sistem Penilaian Dalam Pembelajaran...........................................................14
BAB III PENUTUP...........................................................................................18
A. Kesimpulan.....................................................................................................18
B. Saran...............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
ii
iii
i
BAB I
PENDAHUKUAN
A. Latar Belakang
Penilaian dan pengukuran tidak dapat dilepaskan dari dunia
kependidikan. Penilaian dan pengukuran ini dibutuhkan untuk mendapatkan
gambaran tentang situasi sekolah. Penilaian dan pengukuran ini dapat
dilakukan oleh guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan sebagainya.
Untuk pembelajaran di kelas, evaluasi peserta didik sangat dibutuhkan
untuk memberikan gambaran tentang kondisi peserta didik. Gambaran yang
diperoleh oleh pendidik kemudian akan dipelajari oleh guru. Gambaran
peserta didik yang diperoleh guru harus memiliki tingkat keakuratan yang
tinggi. Artinya, data yang diperoleh guru tentang keadaan peserta didik harus
memiliki kesalahan yang kecil.
Untuk memperoleh data tentang peserta didik, diperlukan adanya
instrumen penilaian. Menurut Sappaile (2007) instrumen merupakan suatu hal
yang memenuhi persyaratan akademis sehingga dapat dipergunakan sebagai
alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai
suatu variabel. Instrumen penilaian dapat berupa instrumen tes, maupun
instrumen non tes. Instrumen tes dapat berupa tes objektif dan tes non objektif
sedangkan instrumen non tes dapat berupa wawancar, kuesioner, observasi,
dan sebagainya.
Penyusunan instrumen sebaiknya mengikuti langkah-langkah atau
kaidah-kaidah yang berlaku secara umum. Gunanya adalah instrumen yang
diberikan kepada siswa mudah dipahami baik oleh responden maupun
pemberi responden sehingga data yang diperoleh dari responden merupakan
data yang akurat. Selain itu, instrumen yang disusun harus sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai, sehingga harusnya sebelum mengedarkan
instrumen terlebih dahulu harus ada tujuan yang ditetapkan oleh guru.
B. Rumusan Masalah
2
1. Bagaimana teknik pengembangan instrumen assessment tes ?
2. Bagaimana bentuk penilaian dalam kelas ?
3. Apa manfaat, fungsi, dan prinsip penilaian kelas ?
4. Apa peranan penilaian dalam proses pembelajaran ?
5. Bagaimana sistem penilaian dalam pembelajaran ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk pengembangan instrumen assessment tes.
2. Untuk mengetahui bentuk penilaian dalam kelas.
3. Untuk mengetahui manfaat, fungsi, dan prinsip penilaian kelas.
4. Untuk mengatahui peranan penilaian dalam proses pembelajaran.
5. Untuk mengetahui sistem penilaian dalam pembelajaran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
pencapaian belajar atau kompetensi yang telah dicapai peserta didik untuk
bidang tertentu. Hasi tes merupakan informasi tentang karakter seseorang atau
sekelompok orang. Karakteristik ini dapay berupa kemampuan kognitif atau
keterampilan seseorang.
Sedangkan menurut Arifin (2012) menyatakan bahwa tes merupakan
suatu tekni atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan
pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur aspek perilaku peserta didik.
Menurut Azhar dalam Sappaile (2007:4) tes merupakan prosedur yang
sistematis, karena: (a) butir-butir dalam tes disusun menurut cara dan aturan
tertentu, (b) prosedur administrasi tes dan pemberian angka (scoring) terhadap
hasilnya harus jelas dan dispesifikasi secara terperinci, dan (c) setiap orang
yang mengam. 6
2. Jenis-Jenis Tes
Ada lima jenis tes yaitu :
a. Pembagian jenis tes beradasarkan tujuan penyelenggaraan.
b. Jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraan.
c. Pembagian jenis tes berdasarkan cara mengerjakan.
d. Pembagian jenis tes berdasarkan cara penyusunan.
e. Pembagian jenis tes berdasarkan bentuk jawaban.
3. Macam-macam Tes
Dari berbagai jenis tes , secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu tes penguasaan dan tes kemampuan. Tes penguasaan
(mastering tes) adalah yang di ujikan setelah peserta memperoleh sejumlah
materi. Pada tes penguasaan, peserta didorong untuk memberikan penampilan
6
Arfah, Audito P., Chisaria P. Makalah Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran,
(https://www.slideshare.net/hfzarfah/makalah-49822225) - diakses 1 Oktober 2020.
5
maksimal dan dari penampilannya dapat diketahui penguasaan siswa terhadap
materi.
Sedangkan tes kemampuan (competence test) adalah tes yang diujikan
untuk mengetahui kepemilikan kemampuan peserta tes. Penguasaan berbeda
dengan kemampuan, karena penguasaan merupakan sesuatu yang diperoleh
setelah proses belajar mengajar dan kemampuan merupakan sesuatu yang
dimiliki dan telah melekat dalam diri responden. Termasuk dalam tes
kemampuan adalah tes bakat, tes kecerdasan, tes kemampuan numerik, tes
potensi akademik, tes penalaran, tes kemampuan berfikir kritis dan
sebagainya.
4. Pengertian Asesmen
Asesmen merupakan bagian integral dari pembelajaran. Wiyono dan
Sunarni (2009) menyatakan asesmen adalah suatu upaya untuk
mengumpulkan data atau informasi dengan menggunakan multiteknik dan
multisumber yang digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Data atau informasi yang dimaksud yaitu data tentang proses dan hasil
pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas, baik hasil pembelajaran
permuatan pembelajaran maupun aspek pembelajaran. Berdasarkan data yang
diperoleh dari kegiatan asesmen guru akan mengambil keputusan yang
menggambarkan ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa.7 Asesmen
memiliki cakupan yang luas mulai dari kegiatan wajib ataupun opsional/tugas
bagi siswa dalam pembelajaran dan kesesuaian bentuk tertentu dari asesmen
dipengaruhi oleh pertimbangan disiplin ilmu dan jenis pembelajaran yang
didata (Zacharis, 2010). Salah satu bentuk asesmen yang digunakan dalam
Kurikulum 2013 yaitu asesmen autentik.
Asesmen autentik mendata hasil belajar siswa secara keseluruhan baik
pada saat proses pembelajaran maupun keluaran pembelajaran dari berbagai
7
Setiawan, H., Cholis S., Sa’dun, A. 2017. Pengembangan Instrumen Asesmen Autentik Kompetensi
Pada Ranah Keterampilan Untuk Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, Vol. 2
(7). Hal. 874-882.
6
aspek baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Yusuf(2015)
menyatakan bahwa asesmen autentik adalah asesmen yang mengajak siswa
untuk menggunakan atau mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan
yang mereka miliki untuk memecahkan masalah yang sesuai dengan
kehidupan sehari-hari. Asesmen autentik dalam pembelajaran melalui prestasi
siswa melalui pengukuran langsung terhadap kinerja aktual siswa pada
kompetensi yang telah ditetapkan oleh guru (Zulantay & Olfos, 2007).
Asesmen autentik dilaksanakan secara alami, yaitu siswa tidak dalam tekanan
ataupun paksaan saat mengikuti pembelajaran (Kemendikbud, 2015). Melalui
asesmen autentik siswa dilatih untuk menghubungkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh, untuk diaplikasikan dan menyelesaikan permasalahan sehari-hari.
Guru dapat memilih dan menggunakan beberapa jenis asesmen autentik untuk
pembelajaran tematik terpadu.
Asesmen autentik memiliki berbagai keunggulan bila dilaksanakan
dalam pembelajaran. Muller (2016) menyatakan asesmen autentik memiliki
manfaat sebagai berikut. Pertama, memungkinkan pendataan kemampuan
siswa secara langsung. Kedua, melatih siswa tidak hanya sekedar menghafal
materi, namun dapat memahami konteks pemanfaatannya dan mengontruksi
kemampuan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, dapat
mengintegrasikan kegiatan belajar, mengajar, dan asesmen secara utuh dan
saling terkait. Keempat, memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menunjukkan kemampuan mereka sebaik mungkin. Selain empat manfaat
tersebut, hasil dari asesmen autentik dapat dimanfaatkan oleh guru sebaik
mungkin untuk kebutuhan perkembangan siswa. Hasil asesmen yang akurat
tentang kemampuan riil siswa dapat dimanfaatkan guru untuk menentukan
langkah tepat dalam mengembangkan atau mengatasi permasalahan belajar
yang dialami oleh siswa (Charoenchai, et al., 2015).
Instrumen yang digunakan untuk pendataan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran terpadu hendaknya memenuhi lima syarat yaitu teruji validitas,
7
realibilitas, objektivitas, praktis, dan ekonomis.8 Jika instrumen asesmen telah
memenuhi syarat tersebut maka dapat disebut instrumen yang berkualitas
(Yusuf, 2015). Faktanya guru di lapangan belum menggunakan instrumen
asesmen yang berkualitas. Akbar (2013) menyatakan bahwa saat ini
kecenderungan guru di lapangan masih menggunakan tes sebagai instrumen
utama dalam mendata hasil belajar siswa. Instrumen yang digunakan pun
belum teruji dalam hal validitas, realibilitas, dan kepraktisannya.
Asesmen memiliki peran penting pada kegiatan pembelajaran.
Arikunto (2013) menyatakan bahwa (1) asesmen dapat membantu siswa
mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh guru dan (2) asesmen membantu guru untuk dapat mengetahui siswa
mana yang kesulitan dan berhasil menguasai materi. Di samping itu, dengan
instrumen asesmen yang tepat dan efisien maka akan mudah untuk
mengetahui penyebab kesulitan yang dialami siswa dan lebih mudah untuk
mencari cara mengatasi kesulitan tersebut. Kusairi &Aman (2013)
menjelaskan terdapat 4 peranan asesmen yaitu (1) asesmen merupakan
perangkat untuk mendiagnosis kekuatan dan kelemahan siswa, (2) asesmen
berguna untuk memonitor kemajuan siswa, (3) asesmen membantu
menentukan tingkatan siswa, dan (4) asesmen juga dapat menentukan
efektivitas pembelajaran yang telah dirancang.
8
kompetensi dasar atau indikoator yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh
potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan masing-masing. Data tersebut diperkukan sebagai informasi
yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui
langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan
informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar
peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar
peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti
penilaian unjuk kerja (performance), penilaian tertulis (paper and pencil test)
atau lisan, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil
kerja/karya peserta didik (potofolio), dan penilaian diri.9
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam
suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik
menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar
seorang peserta didik dalam periode waktu tertentu dibandingkan dengan hasil
yang dimiliki peserta didik tersebut sebelum mengikuti proses pembelajaran,
dan dianalisis apakah ada peningkatan kemampuan. Jika peserta didik tidak
terjadi peningkatan yang signifikan, maka guru memunculkan pertanyaan :
apakah program yang saya buat terlalu sulit? Apakah cara mengajar saya
kurang menarik? Apakah media yang digunakan tidak sesuai? Tingkat
kemampuan seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan
peserta didik lainnya. Hal itu untuk menghindari peserta didik merasa rendah
diri dan dihakimi oleh pendidik. Para pendidik justru harus membantu untuk
mencapai kompetensi atau indikator para peserta didik yang diharapkan.10
9
Benyamin, S. Bloom, Taxonomy of Education Objective Book 1 Cocnitive Domain, (London:
Logman Group Limited, 1979).
10
Muttaqin, M. Z., Kusaeri. 2017. Pengembangan Instrumen Penilaian Tes Tertulis Bentuk Uaraian
untuk Pembelajaran PAI Berbasis Masalah Materi Fiqh. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan,
9
Penilaian merupakan kegiatan yang sangat penting di dalam proses
pembelajaran. Penilaian juga merupakan ujung tombak dari suatu kegiatan
pencapaian taraf berhasil tidaknya suatu pembelajaran. Berbeda halnya dengan
penilaian terdahulu dengan sekarang, bedanya penilaian yang dahulu hanya
menekankan tagihan penguasaan pengetahuan peserta didik sebagai hasil
belajar pada umunya dengan jalan tes tulis, akan tetapi dalam penilaian autentik
menuntut peserta didik untuk berunjuk kerja dalam situasi yang konkrit. Model
dalam penilaian selalu berkembang dan disempurnakan seiring dengan
perkembangan dan perubahan kurikulum yang berlaku. Perubahan kurikulum
yang berlaku di Indonesia sudah terjadi sebanyak 9 kali yang dimulai dari tahun
1947 yang dikenal dengan “renjana pelajaran” hingga kurikulum 2013 dikenal
dengan kurikulum berkarakter. Menurut Mardapi (2012:166) menjelaskan
bahwa penilaian autentik merupakan salah satu bentuk asesmen yang meminta
peserta didik untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata.Senada
dengan pendapat Nurgiantoro (2011:23) mengungkapkan bahwa penilaian
autentik merupakan bentuk penilaian yang menekankan pada kemampuan
peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata
dan bermakna. Dengan demikian penilaian autentik menuntut peserta didik
untuk menunjukkan hasil belajar yang dimiliki dalam kehidupan nyata, bukan
sesuatu yang dibuat-buat atau hanya karangan semata tetapi juga real dari dalam
diri siswa tersebut. Penilaian dapat diterapkan pada berbagai aspek
keterampilan berbahasa, yaitu berbicara, membaca, menulis, dan menyimak.
Keempat keterampilan berbahasa tersebut yang memiliki tingkat kesulitan
dalam pembelajaran yaitu keterampilan menulis. Keterampilan ini melibatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi karena menuntut siswa untuk mengeluarkan
ide dan kreativitas 2 dalam bentuk karya. Menulis adalah aktivitas aktif
produktif untuk menghasilkan sebuah karya. Dilihat secara umum, menulis
adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa (Nurgiyantoro,
Vol. 15 (1).
10
2013:425) Dalam penilaian autentik guru diwajibkan untuk menilai semua
aspek hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran seperti aspek
kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Akan tetapi, di dalam
kenyataannya penilaian autentik belum diterapkan sepenuhnya di dalam sekolah
yang diteliti. Sistem penilaian secara autentik belum mampu menggambarkan
kemampuan peserta didik secara nyata. Peserta didik juga kurang menguasai
materi yang sifatnya berkaitan dengan dunia nyata.
11
pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai
bimbingan).
c. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang
membantu pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti
remedial atau pengayaan.
d. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
e. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang
kemajuan perkembangan peserta didik.
3. Prinsip Penilaian Kelas
a. Prinsip Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan
mengguanakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. Dalam mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, misalnya indikator
“mempraktikkan gerak dasar jalan..”, maka penilaian valid apabila
menggunakan penilaian unjuk kerja. Jika menggunakan tes tertulis maka
penilaian tidak valid.
b. Prinsip Reabilitas
Reabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian.
Penilaian yang reliable (ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliable
dan menjamin konsistensi. Misal, pendidik menilai dengan unjuk kerja,
penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila
unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk
menjamin penilaian reliabel petunjuk pelaksanaan unjuk kerja dan
penskorannya harus jelas.
c. Prinsip Totalitas
Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh mencakup seluruh
domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar. Penilaian harus
12
menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi
peserta didik, sehingga tergambar profil kompetensi peserta didik.
d. Prinsip Kontinuitas
Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus-menerus
untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam
waktu tertentu.
e. Prinsip Objektivitas
Penilaian harus dilaksanakan secara objektif. Untuk itu, penilaian
harus adil, terencana, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian
skor.
f. Prinsip Pembelajaran
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi,
memperbaiki proses pembelajaran bagi pendidik, meningkatkan kualitas
belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara
optimal.11
11
Uno, Hamzah B., Koni, Satria. 2012. Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
13
dikembangkan tersebut merupakan acuan yang digunakan untuk menilai
pencapaian kompetensi dasar bersangkutan.
Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik
indikator, standar kompetensi dasar dan kompetensi. Tidak menutup
kemungkinanan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik
penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, psikomotor, dan afektif.
Selain itu, dalam pelaksanaan penilaian kelas, terdapat beberapa acuan
yang sebaiknya diterapakan oleh pendidik, yaitu :
a. Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.
b. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian
sebagai cermin diri.
c. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk
menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik.
d. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.
e. Mengembangkan dan menyediakan sistem, pencatatn yang bervariasi
dalam pengamatan kegiatan dan hasil belajar peserta didik.
f. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian kelas
dapat dilakukan dengan teknik atau cara penilaian unjuk kerja, penilaia
sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri.
g. Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif
mungkin.
14
Variabel faktual adalah variabel yang terdapat faktanya. Oleh karena
bersifat faktual, bila terdapat kesalahan dalam data maka kesalahan bukan
terletak pada instrumen alat ukurnya, tetapi responden memberikan jawaban
yang tidak jujur. Alat ukur untuk mengukur variabel faktual tidak perlu di
bakukan. Termasuk variabel faktual adalah jenis kelamin, agama, pendidikan,
usia, asal sekolah, pekerjaan, status perkawinan, asal tempat tinggal dan
sebagainya.
Sedangkan Variabel Konseptual adalah variabel yang tidak terlihat
dalam fakta tetapi tersembunyi dalam konsep, maka kesalahan data dapat
disebabkan oleh kesalahan konsep pad alat ukur yang digunakan. Untuk
memastikan alat ukur tidak salah konsep maka sebelum digunakan untuk
mengukur variabel konsep, alat ukur dibakukan terlebih dulu. Termasuk dalam
variabel konsep adalah motovasi belajar, bakat minat menjadi guru, prestasi
belajar, kecerdasan, bakat musik, konsep diri dan sebagainya. Kesalahan data
variabel “kecerdasan” misalnya kemungkinan di sebabkan oleh alat ukur
pengumpulan data kecerdasan yang salah konsep.
Adapun syarat-syarat alat ukur yang baik yaitu :
Pengukuran adalah membandingkan objek yang di ukur dengan alat
ukurnya, kemudian mencatat angka kepada objek yang di ukur menurut aturan
tertentu. Alat ukur yang digunakan dalam ilmu alam merupakan contoh yang
baik bagi Instrumen pengkuran dalam ilmu sosial. Berbagai variabel dalam ilmu
alam seperti berat, jarak, waktu, suhu, kecepatan, dan sebagainya dikumpulkan
datanya dengan cara melakukan pengukuran. Alat ukur apapun yang akan
digunakan untuk mengukur data harus memenuhi syarat sebagai alat ukur yang
baik. Sebelum alat ukur digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data,
alat ukur terlebih dahulu dibakukan dalam sebuah proses uji coba sehingga alat
ukur mempunyai ciri tertentu untuk menghasilkan data yang akurat dan handal.
Instrumen juga harus memenuhi syarat reliabilitas. Reliabilitas
berhubungan dengan dapat dipercayanya instrumen. Instrumen dapat dipercaya
15
apabila memberikan hasil pengukuran yang relatif stabil dan konsisten.
Semakin tinggi akurasi dan presisi hasil pengukuran, maka semakin rendah
tingkat kekeliruan dalam melakukan pengukuran. Dan semakin rendah
kekeliruan maka akan menghasilkan pengukuran dengan hasil yang konsisten.
16
kemajuan belajar peserta didik, sekaligus mendiagnosis kesulitan-kesulitan
belajar yang dialami peserta didik. Hasil penilaian pada tahap ini dapat menjadi
umpan balik bagi guru untuk perbaikan pembelajaran. Penilaian ini dilakukan
untuk memperbaiki atau meningkatkan pembelajaran disebut penilaian formatif.
Penilaian formatif ini dilakukan setelah peserta didik menyelesaikan satu pokok
bahasan, ataukah mengulang beberapa hal dari pokok bahasan sebelumnya.
Tahap keempat adalah penilaian akhir, yaitu penilaian yang bertujuan
melihat sejauh mana prestasi peserta didik dalam suatu program tertentu.
Misalnya, program semester. Penilaian yang bertujuan melihat prestasi peserta
didik dalam mengikuti suatu program pengajaran disebut penilaian sumatif.
Prestasi peserta didik yang diukur dalam penilaian sumatif biasanya menjadi
bahan laporan kepada orang tua peserta didik tentang kemajuan belajar anak-
anaknya.13
Ada empat penilaian dalam proses pembelajaran, yaitu :
a. Penilaian perumusan pembelajaran
b. Penilaian kesipan belajar siswa
c. Penilaian strategi pembelajaran
d. Penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran
17
atau sempurna. B= baik, C= sedang atau cukup, D= kurang, dan E= gagal. Cara
kedua menggunakan sistem angka dengan menggunakan beberapa standar.
Dalam standar empat, angka 4 setara dengan A, 3 setara dengan B, 2 setara
dengan C, angka 1 setara dengan D, dan angka 0 setara dengan E. Ada juga
yang menggunakan standar sepuluh, yakni menggunakan rentangan angka dari
1-10. Bahkan, ada juga yang menggunakan rentangan 1-100. Cara mana yang
dipakai sangat bergantung pada jenis atau derajat rentangan kualitas yang
dikehendaki. Yang penting adalah jenis mana pun yang dipilih atau yang
dipakai harus dilakukan secara konsisten.
Dilihat dari perencanaan tes dan penafsiran hasil tes, penilaian dalam
bidang pendidikan berdasarkan atas dua kemungkinan sistem acuan, yaitu
berdasarkan Penilaian Acuan Norma (PAN) atau berdasarkan Penilaian Acuan
Patokan (PAP). Kedua acuan ini menggunakan asumsi yang berbeda tentang
kemampuan seseorang. Asumsi penilaian yang berbeda ini akan menghasilkan
informasi yang berbeda pula. Penafsiran hasil tes antara kedua acuan ini pun
berbeda sehingga menghasilkan informasi yang berbeda maknanya. Pemilihan
acuan yang tepat ditentukan oleh karakterisitik mata pelajaran yang akan diukur
dan tujuan yang akan dicapai.
PAN berasumsi bahwa kemampuan orang itu berbeda dan dapat
digambarkan menurut distribusi normal. Perbedaan ini harus ditunjukkan oleh
hasil pengukuran, misalnya hasil tes peserta didik dibandingkan dengan
kelompoknya sehingga dapat diketahi posisi peserta didik tersebut. PAN ini
biasa digunakan pada tes seleksi karena sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk
membedakan kemampuan orang, khususnya bila jumlah pendaftar yang
diterima berdasarkan pada kuota atau daya tampung.
Dengan model PAN ini akan diperoleh tiga kategori prestasi peserta
didik, yakni (1) prestasi di atas rata-rata kelas, (2) prestasi sekitar rata-rata
kelas, dan (3) prestasi di bawah rata-rata kelas. Dengan kata lain, prestasi yang
18
dicapai seseorang posisinya sangat bergantung pada prestasi
kelompoknya.14Keuntungan sistem ini adalah dapat diketahui prestasi kelompok
atau kelas sehingga sekaligus dapat diketahui keberhasilan pengajaran bagi
semua peserta didik. Kelemahannya adalah kurang meningkatkan kualitas hasil
belajara. Jika nilai rata-rata kelompok atau kelasnya rendah, misalnya skor 40
dari 100, maka peserta didik yang memperoleh nilai 45 (di atas rata-rata) sudah
dikatakan baik, atau dinyatakan lulus, sebab berada di atas rata-rata kelas,
padahal skor 45 dari maksimum skor 100 termasuk rendah. Kelemahannya yang
lain ialah kurang praktis sebab harus dihitung dahulu nilai rata-rata kelas,
apalagi jika jumlah peserta didik cukup banyak. Sistem ini kurang
menggambarkan tercapainya tujuan instruksional sehingga tidak dapat dijadikan
ukuran dalam menilai keberhasilan pengajaran. Selain itu, kriteria keberhasilan
tidak tetap dan tidak pasti, sebab bergantung pada rata-rata kelas. Dalam
konteks yang lebih luas penggunaan sistem ini tidak dapat digunakan untuk
menarik generalisasi prestasi peserta didik sebab rata-rata kelompok untuk
kelas yang satu berbeda dengan kelas yang lain, sekolah yang satu akan berbeda
dengan sekolah yang lain. Dengan demikian, angka 7 untuk peserta didik di
kelas tertentu bisa berbeda maknanya dengan angka 7 di kelas lain. Oleh karena
itu, sistem penilaian ini tepat digunakan dalam penilaian formatif, bukan untuk
penilaian sumatif. Sistem penilaian acuan norma disebut standar relatif.
Sebaliknya, PAP berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar apa
saja namun waktunya yang berbeda. Konsekuensi acuan ini adalah adanya
program remedi dan pengayaan. Mereka yang belum memiliki kompetensi
dasar seperti disyaratkan harus belajar lagi sampai kemampuannya mencapai
patokan, kriteria, atau standar yang ditetapkan, yang biasa disebut remedi. Bagi
mereka yang telah mencapai standar perlu diberi pelajaran tambahan, yang
biasa disebut dengan pengayaan. Jadi, irama belajar pada pendidikan berbasis
Muslich, Masnur. 2011. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung:
14
19
kompetensi adalah invidual, yang cepat diberi pengayaan dan yang lambat
diberi remedi.
Pada PAP, penafsiran skor hasil tes selalu dibandingkan dengan patokan
atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya, peserta didik
dikatakan lulus apabila memenuhi standar kelulusan minimal (SKM) yang telah
ditetapkan, misalnya 75% dari nilai maksimal (100%). Peserta didik yang
mendapatkan nilai sama atau lebih dari 75% dinyatakan lulus. Sebaliknya,
peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah 75% dinyatakan tidak lulus.
Konsekuensinya dengan menggunakan PAP ini bisa terjadi semua peserta didik
akan gagal atau tidak lulus dalam rata-rata pelajaran tertentu karena tidak ada
seorang pun peserta didik yang memenuhi kriteria SKM yang telah ditentukan.
Situasi semacam ini tidak mungkin ditemukan pada sistem penilaian model
PAN. Oleh karena itu, sistem penilaian model PAP ini disebut standar mutlak.15
Penilaian model PAP sangat bermanfaat dalam upaya peningkatan
kualitas hasil belajar, sebab peserta didik diusahakan untuk mencapai standar
yang telah ditentukan, dan hasil belajar peserta didik dapat diketahui derajat
pencapaiannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem penilaian
hasil kegiatan pembelajaran berbasis kompetensi menggunakan kriteria PAP,
yaitu penilaian berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah
peserta didik mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan
posisi seseorang terhadap kelompoknya.
Muslich, Masnur. 2011. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung:
15
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mardapi (2012) menjelaskan bahwa tes merupakan salah satu instrumen
yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Tes terdiri atas sejumlah
pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah atau semua benar atau
sebagian benar. Tujuan melakukan tes adalah untuk mengetahui pencapaian
21
belajar atau kompetensi yang telah dicapai peserta didik untuk bidang tertentu.
Hasi tes merupakan informasi tentang karakter seseorang atau sekelompok
orang. Karakteristik ini dapay berupa kemampuan kognitif atau keterampilan
seseorang.
Peranan pinilaian guru yaitu:
22
Pada PAP, penafsiran skor hasil tes selalu dibandingkan dengan patokan
atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya, peserta didik
dikatakan lulus apabila memenuhi standar kelulusan minimal (SKM) yang telah
ditetapkan, misalnya 75% dari nilai maksimal (100%). Peserta didik yang
mendapatkan nilai sama atau lebih dari 75% dinyatakan lulus. Sebaliknya,
peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah 75% dinyatakan tidak lulus.
Konsekuensinya dengan menggunakan PAP ini bisa terjadi semua peserta didik
akan gagal atau tidak lulus dalam rata-rata pelajaran tertentu karena tidak ada
seorang pun peserta didik yang memenuhi kriteria SKM yang telah ditentukan.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan dan kami sampaikan.
Penulis yakin dalam penulisan maupun penyampaiannya masih terdapat
kesalahan serta kekurangan, untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.Dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk perbaikan penulis selanjutnya. Dan semoga makalah ini bermanfa’at bagi
pembaca semua.
DAFTAR PUSTAKA
23
Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Benyamin, S. Bloom, Taxonomy of Education Objective Book 1 Cocnitive Domain, (London:
Logman Group Limited, 1979).
Muller, J. 2016. Authentic Assessment Toolbox: Portfolios.
Muslich, Masnur. 2011. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Muttaqin, M. Z., Kusaeri. 2017. Pengembangan Instrumen Penilaian Tes Tertulis Bentuk
Uaraian untuk Pembelajaran PAI Berbasis Masalah Materi Fiqh. Jurnal Pemikiran
dan Penelitian Pendidikan, Vol. 15 (1).
Uno, Hamzah B., Koni, Satria. 2012. Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Yusuf, A.M. 2015. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan, Pilar Penyedia Informasi dan
Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan. Jakarta: Kencana.
24
KELOMPOK 3
Makalah
Pengembangan Instrumen Asesmen Objektif Teks Dalam
Pembelajaran
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran
Dosen Pengampu : Dr. M. Ilyas Ismail, M. Pd., M. Si
25
Kelompok 3
Nama :
Yasir (20800118045)
Umniyah Nabilah Karunia (20800118059)
Nur Indah Rauf (20800118073)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah
dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pengembangan
Instrumen Asesmen Objektif Teks Dalam Pembelajaran” ini. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi
26
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kitasemua jalan yang lurus
berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi
seluruh alam semesta.Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pengembangan Instrumen Asesmen Objektif Teks
Dalam Pembelajaran” dengan tepat waktu walaupun banyak halangan dan
rintangan yang dilalui. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalan ini
berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.Makalah ini tentu
tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis dengan
senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari pembaca guna
penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalahini
menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa.Amin yaarobbal
‘alamin.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar 2
Daftar Isi 3
Bab I Pendahuluan 4
A.Latar Belakang 4
B.Rumusan Masalah 4
27
C.Tujuan 4
Bab II Pembahasan 5
A. Pengertian Pengukuran, Penilaian, Evaluasi dan Tes 5
B. Tujuan, Fungsi, Prinsip-prinsip dan Langkah-langkah Penilaian 9
Daftar Pustaka 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
28
kemampuannya, daya serap materi pembelajaran, kurikulum yang di- gunakan,
program pembelajarannya, keadaan sekolah maupun kebijakan sekolahnya
(Poerwanti, 2001). Ases- men juga digunakan untuk menyelidiki pemahaman
siswa tentang kon- sep-konsep kimia, selain itu asesmen juga digunakan
sebagai sarana untuk menilai kemampuan siswa dalam membuat hubungan
antara konsep- konsep tersebut, sehingga asesmen tentang pemahaman
konseptual sis- wa sangatlah penting (Francisco et al, 2002; Lin dan Cheng,
2000). Purwanto (2006) berpendapat bahwa asesmen hendaknya didasarkan
atas hasil pengukuran yang komprehen- sif, proses pemberian nilai hendak- nya
memperhatikan patokan yang ada, dan kegiatan pemberian nilai hendaknya
merupakan bagian dari proses pembelajaran. Pada kurikulum 2013 dijelaskan
bahwa asesmen siswa dalam proses pembelajaran sangat erat kaitannya dengan
keterampilan berpikir. Keterampilan berpikir siswa dapat dilatih melalui
pemberian pengalaman yang bermakna pada proses pembelajaran. Kemampuan
berpikir siswa dalam membangun konsep baru pada pem- belajaran sains dapat
dilatih melalui pengembangan keterampilan proses sains. American Association
for the Advancement of Science menyatakan bahwa keterampilan proses sains
sa- ngat cocok pada pembelajaran sains karena pembelajaran sains harus di-
arahkan pada pembelajaran yang mengaktifkan siswa, memberi peng- alaman
langsung kepada siswa, dan melatih kemampuan berpikirnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengukuran, Penilaian, Evaluasi dan Tes
1. Pengukuran
Pengukuran adalah prosedur pemberian angka pada tingkah laku atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh oranghal, atau objek tertentu
menurut aturan atau formulasi yang jelas. Misalnya untuk mengukur
29
tinggi atau berat badan seseorang dengan mudah kita memahami karena
aturannya telah diketahui secara umum.
Istilah pengukuran berasal dari kata ”mengukur”, di dalam kegiatan
pendidikan kata mengukur ini tidak boleh disamakan dengan apa yang
digunakan dalam bidang lain. Pengukuran dalam bidang pendidikan tidak
menggunakan alat pengukur yang mutlak dan tidak pula dengan alat
pengukur seperti kg, ons atau liter dll. Sehubungan dengan hal di atas,
maka untuk mengukur sifat atau tingkah laku seseorang perlu diketahui :
(1) siapa/orang yang akan diukur,
(2) sifat atau tingkah laku yang akan diukur,
(3) prosedur yang akan digunakan dalam pemberian angka terhadap sifat
atau tingkah laku yang diukur tersebut. (Nitko, 1983) Dibutuhkan suatu
kecakapan khusus karena dalam melakukannya harus didikuti dengan
seperangkat aturan atau formulasi yang disepakati secara umum oleh para
ahli. Kegiatan pengukuran itu akan lebih kompleks lagi bila akan
mengukur karakteristik psikologik seseorang seperti kecerdasan,
kematangan,atau kepribadian.
Dalam proses pembelajaran guru juga melakukan pengukuran terhadap
proses dan hasil belajar yang hasilnya berupa angka-angka yang
mencerminkan capaian dan proses dan hasil belajar tersebut. Angka 60,
85,atau 100 yang diperoleh dari hasil pengukuran proses dan hasil
pembelajaran tersebut bersifat kuantitatif dan belum dapat memberikan
makna apa-apa, karena belum menyatakan tingkat kualitas dari apa yang
diukur. Angka hasil pengukuran ini biasa disebut dengan skor mentah.
Angka hasil pengukuran baru mempunyai makna bila dibandingkan
dengan kriteria atau patokan tertentu. Berikut ini akan dikutip beberapa
definisi pengukuran yang dirumuskan oleh beberapa ahli pengukuran
pendidikan dan psikologi yang seringkali dijadikan acuan beberapa
penulis:
a. Norman E. Gronlund (1977) secara sederhana merumuskan pengukuran
sebagai” Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil
behavior”.
b. Gilbert Sax (1980) menyatakan “Measurement: The assignment of
numbers to attributes of characteristic of persons, events, or objects
according to explicit formulations or rules”.
c. Richard H. Lindeman (1967) merumuskan pengukuran sebagai “the
assignment of one or a set of numbers to each of a set of persons or
objects according to certain established rules”
d. Oriondo (1998) mendifinisikan pengukuran sebagai “the process by
which information about the attribute or characteristics of things are
determined and differentiated “. Pengukuran juga dinyatakan sebagai
proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya menurut
aturan tertentu (Ebel dan Frisbi 1986; 14). Dengan demikian esensi dari
30
pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik
atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan individu
ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor Dari definisi
yang telah dikemukakan di atas terdapat dua karakteristik pengukuran
yang utama, yaitu:
(1) penggunaan angka atau skala tertentu, dan
(2) menurut suatu aturan atau formula tertentu. Melalui kegiatan
pengukuran, kemampuan atau hasil belajar seseorang akan dijelaskan
dengan menggunakan angka-angka yang biasa disebut dengan skor.
Namun skor yang diperoleh melalui kegiatan pengukuran bukanlah
sesuatu pengukuran harga mutlak, sebab banyak factor yang perlu
dipertimbangkan sehubungan dengan keadaan orang yang diukur dengan
situasi dan kondisinya.
2. Penilaian (Asesmen)
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar
yang menggunakan instrumen tes maupun non-tes. Asmawi Zainul (1994)
Jadi, maksud penilaian adalah memberi nilai tentang kualitas sesuatu.
Tidak hanya sekedar mencarai jawaban terhadap pertanyaan tentang apa,
tetapi lebih diarahkan kepada menjawab pertanyaan bagaimana atau
seberapa jauh suatu proses atau suatu hasil yang diperoleh seseorang atau
suatu program. Penilaian di sini diartikan sebagai padanan kata evaluasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa
dalam mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya
mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses
perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut diperoleh. Dengan kata
lain asesmen tidak hantya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa,
akan tetapi juga kemajuan belajar siswa. Penilaian dalam arti Assessment
merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan
informasi tentang hasil belajar siswa baik perorangan maupun kelompok
yang diperoleh melalui pengukuran. Tujuannya untuk menganalisis atau
menjelaskan unjuk kerja/prestasi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas
yang terkait, dan mengefektifkan penggunaan informasi untuk mencapai
tujuan pendidikan. Hal ini selaras dengan pendapat Wiggins (1984) yang
menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara kronologis
membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu sudah
seharusnya asesmen merupakan bagian dari pembelajara, bukan
merupakan hal yang terpisahkan. (Popham 1: 1995). Popham (1995: 3)
mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha
secara formal untuk menentukan status siswa, berkenaan dengan berbagai
kepentingan pendidikan. Boyer & Ewel mendefinisikan asesmen sebagai
proses yang menyediakan informasi tentang individu siswa tentang
31
kurikulum atau program, atau segala sesuatu yang berkaitan tentang
sistem institusi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
asesmen dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil
pengukuran. Penilaian dalam arti evaluasi merupakan serangkaian
kegiatan penilaian keseluruhan program mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, sampai dengan pengawasan. Misalnya,
evaluasi dari program yang meliputi kurikulum, asesmen, pengadaan dan
peningkatan guru, manajeman pendidikan, dan reformasi pendidikan.
(Depdiknas, 2002:3) Secara garis besar asesmen (penilaian) dibagi
menjadi dua, yaitu asesmen formatif dan asesmen sumatif dan ada juga
yang mengatakan assessment for learning dan assessment of learning.
Formative assessment atau Assessment for learning is the process used by
teachers and children to recognize and respond to pupil learning, in order
to enhance that learning during the activity or task. (Cowie and Bell, 1999:
1) Asesmen formatif dilaksanakan secara periodik sepanjang satuan
pembelajaran, misalnya setelah setiap satu pokok bahasan selesai
diajarkan. Asesmen formatif merupakan bagian integral dari proses
pembelajarandilakukan dengan maksud memantau sejauh manakah suatu
proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan.
Asesmen ini juga dapat memberikan balikan kepada siswa yang terkait
dengan kemajuan yang telah dicapai dan memberikan balikan kepada guru
terkait dengan perkembangan proses pembelajaran yang dirancangnya.
Sedangkan penilaian sumatif dilakukan pada akhir satuan pembelajaran
untuk menentukan status final siswa dan /atau untuk mengetahui
sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari satu unit ke unit
berikutnya, dengan kata lain asesmen sumatif untuk menentukan kadar
efektivitas program pembelajaran. Asesmen sumatif ini biasanya
berbentuk ujian semester atau ujian akhir satuan pendidikan.
3. Evaluasi
Evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil
pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut
dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil
pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau
dapat pula ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran.
Kriteria ini dapat berupa proses/kemampuan minimal yang dipersyaratkan,
atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk
kerja kelompok dan berbagai patokan yang lain.
Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum
pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan
atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria yang
ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada
keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan penilaian acuan
norma. Stufflebeam & Shinkfield (1985: 159) mendefinisikan bahwa
32
evaluation is the process of delineating, obtaining and providing
descriptive and judgemental information abaut the worth and merit some
object’s, goals, design, implementation and impact in order to guide
decision making serves needs for accountability, and promote
understanding of the involve phenomena.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat
dijadikan suatu pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth
and merit) dari tujuan yang dicapai, desain implementasi dan dampak
untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban
serta meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Dari uraian tersebut,
inti dari evaluasi adalah penyedian informasi yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan Griffin & Nix (1991:3)
menyatakan: Measurement, assessment and evaluation are hierarchies.
The comparison of observation with the criteria is a measurement, the
interpretation and description of the evidence is an assessment, and the
judgment of the value or implication of the behavior is an evaluation
Pengukuran, asesmen dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului
asesmen sedangkan asesmen didahului dengan pengukuran. Pengukuran
diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamanatan dengan
kriteria. Asesmen merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan
hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai atau
implikasi perilaku.
4. Tes
Istilah tes telah sedemikian populer dikalangan masyarakat khususnya
dalam dunia pendidikan, sehingga sudah tidak asing lagi, karena hampir
setiap orang pernah mendengar. Dilihat dari wujud fisiknya, suatu tes
tidak lain dari sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang
harus dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai aspek
psikologis tertentu berdasarkan jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan
atau cara dan hasil subyek dalam melakukan tugastugas tersebut.
(Saifuddin Azwar, 1987: 2) Menurut Zainul dan Nasution (2001) tes
didefinisikan sebagai pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang sesuatu atribut
pendidikan atau suatu yang direncanakan untuk memperoleh informasi
tentang suatu atribut pendidikan tertentu. Tes merupakan salah satu upaya
pengukuran terencana yang digunakan oleh guru untuk mencoba
menciptakan kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan prestasi
mereka berkaitan dengan tujuan yang telah ditentukan (Calongesi, 1995).
Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan
seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap
stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 199:2) Tes adalah merupakan
salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
33
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek . Objek ini dapat
berupa kemampuan siswa, minat sikap maupun motivasi. Respons peserta
tes terhadap pertanyaan-pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam
bidang tertentu. Dewasa ini tes masih merupakan alat evaluasi yang umum
digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pendidikan dan pengajaran (Subekti &Firman, 1989). Sekalipun aspek
kemampuan afektif siswa kurang dapat terukur jika guru hanya
mengandalkan tes sebagai satu satunya cara mengukur kemampuan siswa.
Dalam melaksanakan proses asesmen pembelajaran, guru selalu
berhadapan dengan konsep-konsep evaluasi, pengukuran, dan tes yang
dalam penerapannya sering dilakukan secara simultan. Sebab itu, dalam
praktik ketiganya sering tidak dirasakan pemisahannya, karena melakukan
asesmen berarti telah pula melakukan ketiganya.
Waktu melaksanakan asesmen guru pasti telah menciptakan alat ukur
berupa tes maupun nontes seperti soal-soal ujian, observasi proses
pembelajaran dan sebagainya. Melakukan pengukuran, yaitu mengukur
atau memberi angka terhadap proses pembelajaran ataupun pekerjaan
siswa sebagai hasil belajar yang merupakan cerminan tingkat penguasaan
terhadap materi yang dipersyaratkan, kemudian membandingkan angka
tersebut dengan kriteria tertentu yang berupa batas penguasaan minimum
ataupun berupa kemampuan umum kelompok, sehingga munculah nilai
yang mencerminkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Akhirnya
diambillah keputusan oleh guru tentang kualitas proses dan hasil belajar.
Dari uraian singkat mengenai pengertian pengukuran, asesmen, evaluasi
dan tes di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga hal tersebut saling
berhubungan satu dengan yang lain. Asesmen hasil belajar baru dapat
dilakukan dengan baik dan benar bila menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, yang menggunakan tes
sebagai alat ukurnya. Tentu saja tes hanya merupakan salah satu alat yang
dapat digunakan. Informasi tentang hasil belajar dapat juga diperoleh
tanpa menggunakan tes sebagai instrumen ukurnya, misalnya dengan
menggunakan instrumen non-tes, seperti observasi, skala rating dll. Di
bawah ini digambar keterkaitan antara tes, pengukuran, asesmen dan
evaluasi.
34
Gambar Keterkaitan Tes, Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi
35
a. Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat mengetahui
seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapai kompetensi yang
dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses
pembelajaran berlangsung.
b. Memberikan umpan balik Anda untuk memperbaiki metode, pendekatan,
kegiatan dan sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi,
dan juga kebutuhan siswa
c. Memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga tidak pelu lagi
menunda atau menunggu ulangan semester untuk bisa mengetahui kekuatan dan
kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
d. Mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik, sehingga
secara tepat dapat diketahui siswa mana yang perlu pembelajaran remedial
umtuk mencapai kompetensi yang disyaratkan dan siswa mana yang perlu
program pengayaan.
e. Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang
efektivitas pendidikan. Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal
hendaknya diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga
memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu
dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik dalam periode waktu tertentu
dibandingkan dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya dan
tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan
demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk
mencapai kompetensi atau indikator yang diharapkan.
2. Fungsi Asesmen
Secara rinci fungsi dari penilaian berbasis kelas dapat dijelaskan sebagai
berikut (Diknas, 2006):
a. Kalau tujuan pembelajaran adalah pencapaian standar kompetensi
maupun kompetensi dasar, maka penilaian kelas ini dapat menggambarkan
sejauhmana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
b. Asesmen berbasis kelas dapat berfungsi pula sebagai landasan
pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta
didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik
untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk
penjurusan.
c. Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukakan di atas maka
salah satu fungsi asesmen berbasis kelas ini adalah menemukan kesulitan
belajar dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah
seorang siswa perlu mengikuti remedial atau justru memerlukan program
pengayaan.
d. Asesmen juga akan berfungsi sebagai upaya pendidik untuk dapat
menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah
dilakukan ataupun yang sedang berlangsung. Temuan ini selanjutnya
36
dapatdigunakan sebagai dasar penentuan langkah perbaikan proses
pembelajaran.
3. Prinsip-prinsip Asesmen Berbasis Kelas
Dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas, guru perlu memperhatikan
prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan, terutama dalam rangka pencapaian
kompetensi. Dalam Buku Model Penilaian Kelas Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidiyah (Depdiknas, 2006:5)
dikemukakan sejumlah prinsip penilaian berbasis kelas yang perlu diperhatikan
oleh guru. Prinsip-prinsip umum penilaian berbasis kelas meliputi:
a. Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan
alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. Dalam mata pelajaran
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, misalnya kompetensi
”mempraktikkan gerak dasar jalan..”, maka penilaian valid apabila
mengunakan penilaian unjuk kerja. Jika menggunakan tes tertulis maka
penilaian tidak valid.
b. Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian
yang reliable (ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin
konsistensi. Misal, guru menilai dengan unjuk kerja, penilaian akan reliabel
jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila unjuk kerja itu dilakukan
lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk menjamin penilaian yang
reliabel petunjuk pelaksanaan unjuk kerja dan penskorannya harus jelas.
c. Menyeluruh
Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh mencakup seluruh domain yang
tertuang pada setiap kompetensi dasar. Penilaian harus menggunakan beragam
cara dan alat penilaian seoerti penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian
portofolio penilaian kinerja, untuk menilai beragam kompetensi peserta didik,
sehingga tergambar profil kompetensi peserta didik.
d. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk
memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun
waktu tertentu.
e. Obyektif
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu, penilaian harus adil,
terencana, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor.
f. Mendidik
37
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi,
memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar
dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
4. Langkah-langkah Penilaian
a. Menyusun Rencana Asesmen atau Evaluasi Hasil Belajar Dalam
merencanakan asesmen atau evaluasi hasil belajar, Anda perlu melakukan
setidaknya enam hal, yaitu:
1) Merumuskan tujuan dilakukannya asesmen atau evaluasi,
termasukmerumuskan tujuan terpenting dari diadakannya asesmen. Hal ini
perludilakukan agar arah proses asesmen jelas.
2) Menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai, apakah aspek kognitif, afektif,
atau psikomotor.
3) Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan. Anda
bisamenentukan apakah akan menggunakan teknik tes ataukah non tes. Dari
sejumlah teknik tes atau non tes yang ada, Anda juga masih harus menentukan
mana yang akan digunakan dengan memperhatikan ciri-ciridari masing-
masing teknik serta memahami beberapa kelebihan dan kekurangannya.
4) Menyusun instrumen yang akan dipergunakan untuk menilai proses dan
hasil belajar para peserta didik. Sejumlah instrumen yang mungkin digunakan
adalah butir-butir soal tes (test item), daftar cek (check list), rating scale,
panduan wawancara, dan lain-lain. Tentunya di dalam memilih instrumen
yang akan digunakan Andaharus menyesuaikan dengan satu atau lebih tujuan
yang telah ditentukan.
5) Menentukan metode penskoran jawaban siswa. Dengan kata lain Anda
harus memutuskan tolok ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan
pegangan atau patokan dalam menginterpretasi data hasil evaluasi.
6) Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan asesmen atau evaluasi (kapan,
berapa kali, dan berapa lama).
7) Mereview tugas-tugas asesmen
a. Menghimpun Data Dalam kegiatan ini Anda sebagai guru bisa memilih
teknik tes dengan menggunakan tes atau memilih teknik non tes dengan
melakukan pengamatan, wawancara atau angket dengan menggunakan
instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list, interview guide
atau angket.
b. Melakukan Verifikasi Data Verifikasi data perlu dilakukan agar kita dapat
memisahkan data yang “baik” (yakni data yang akan memperjelas gambaran
38
mengenai peserta didik yang sedang dievaluasi) dari data yang “kurang baik”
(yaitu data yang akan mengaburkan gambaran mengenai peserta didik).
c. Mengolah dan Menganalisis Data Tujuan dari langkah ini adalah
memberikan makna terhadap data yang telah dihimpun. Agar data yang
terhimpun tersebut bisa dimaknai, kita bisa menggunakan teknik statistik
dan/atau teknik non statistik, berdasarkan pada mempertimbangkan jenis data.
d. Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan Menarik Kesimpulan Kegiatan
ini pada dasarnya merupakan proses verbalisasi terhadap makna yang
terkandung pada data yang telah diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan
sejumlah kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan yang dibuat tentu saja harus
mengacu pada sejumlah tujuan yang telah ditentukan di awal.
e. Menyimpan Instrumen Asesmen dan Hasil Asesmen Langkah keenam ini
memang perlu disampaikan di sini untuk mengingatkanpara guru, sebab
dengan demikian mereka dapat menghemat sebagian waktunya untuk ha-hal
yang lebih baik. Dengan disimpannya instrumen dan ringkasan dan jawaban
siswa, termasuk berbagai catatan tentang upaya memperbaiki instrumen,
sewaktu-waktu Anda membutuhkan untuk memperbaiki instrumen tes pada
tahun berikutnya maka tidak akan membutuhkan waktu yang lama.
f. Menindak lanjuti Hasil Evaluasi Berdasarkan data yang telah dihimpun,
diolah, dianalisis, dan disimpulkan maka Anda sebagai guru atau evaluator
bisa mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan sebagai tindak lanjut
konkret dari kegiatan penilaian. Dengan demikian, seluruh kegiatan penilaian
yang telah dilakukan akan membawa banyak manfaat karena terjadi berbagai
perubahan dan atau perbaikan.
Untuk merumuskan indikator perlu diperhatikan:
(a)mengacu pada kompetensi dasar dan materi pembelajaran,
(b) kata kerja operasional, sama atau lebih rinci dari kata kerja operasional
pada kompetensi dasar,
(c) tiap kompetensi dasar bisa dibuat tiga atau lebih indikator,
(d) tiap indikator dapat dibuat tiga atau lebih butir soal
BAB III
PENUTUP
39
Kesimpulan
Pengukuran
Pengukuran adalah prosedur pemberian angka pada tingkah laku atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh oranghal, atau objek tertentu menurut
aturan atau formulasi yang jelas. Misalnya untuk mengukur tinggi atau berat
badan seseorang dengan mudah kita memahami karena aturannya telah
diketahui secara umum.Istilah pengukuran berasal dari kata ”mengukur”, di
dalam kegiatan pendidikan kata mengukur ini tidak boleh disamakan dengan
apa yang digunakan dalam bidang lain. Pengukuran dalam bidang pendidikan
tidak menggunakan alat pengukur yang mutlak dan tidak pula dengan alat
pengukur seperti kg, ons atau liter dll.
Penilaian (Asesmen)
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang
menggunakan instrumen tes maupun non-tes. Asmawi Zainul (1994) Jadi,
maksud penilaian adalah memberi nilai tentang kualitas sesuatu. Tidak hanya
sekedar mencarai jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih
diarahkan kepada menjawab pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh suatu
proses atau suatu hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program. Penilaian
di sini diartikan sebagai padanan kata evaluasi.
Evaluasi
Evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil
pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut
dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil
pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau dapat
pula ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran.
Tes
Istilah tes telah sedemikian populer dikalangan masyarakat khususnya
dalam dunia pendidikan, sehingga sudah tidak asing lagi, karena hampir setiap
orang pernah mendengar. Dilihat dari wujud fisiknya, suatu tes tidak lain dari
sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan
yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu
berdasarkan jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan atau cara dan hasil subyek
dalam melakukan tugastugas tersebut.
40
Secara rinci tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut;
a. Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat mengetahui
seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapai kompetensi yang
dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses
pembelajaran berlangsung.
b. Memberikan umpan balik Anda untuk memperbaiki metode, pendekatan,
kegiatan dan sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi,
dan juga kebutuhan siswa
c. Memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga tidak pelu lagi
menunda atau menunggu ulangan semester untuk bisa mengetahui kekuatan dan
kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
d. Mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik, sehingga
secara tepat dapat diketahui siswa mana yang perlu pembelajaran remedial
umtuk mencapai kompetensi yang disyaratkan dan siswa mana yang perlu
program pengayaan.
e. Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang
efektivitas pendidikan. Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal
hendaknya diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga
memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu
dikerjakannya.
2. Fungsi Asesmen
Secara rinci fungsi dari penilaian berbasis kelas dapat dijelaskan sebagai
berikut (Diknas, 2006):
c. Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukakan di atas maka salah
satu fungsi asesmen berbasis kelas ini adalah menemukan kesulitan belajar
dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah
41
seorang siswa perlu mengikuti remedial atau justru memerlukan program
pengayaan.
a. Validitas
b. Reliabilitas
c. Menyeluruh
d. Berkesinambungan
e. Obyektif
f. Mendidik
4. Langkah-langkah Penilaian
42
4) Menyusun instrumen yang akan dipergunakan untuk menilai proses
dan hasil belajar para peserta didik. Sejumlah instrumen yang mungkin
digunakan adalah butir-butir soal tes (test item), daftar cek (check list), rating
scale, panduan wawancara, dan lain-lain. Tentunya di dalam memilih
instrumen yang akan digunakan Andaharus menyesuaikan dengan satu atau
lebih tujuan yang telah ditentukan.
Saran
43
Daftar Pustaka
44
KELOMPOK 4
45
EVALUASI PEMBELAJARAN
“PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN
OBJEKTIF TEKS “
OLEH:
KELOMPOK 4
HASTINI ( 20800118074)
IRMAYANTI (20800118060)
ANISA MUNAWARAH (20800118046)
46
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2020/2021
Kata Pengantar
Puji sykur atas kehadira Alllah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya, sehingga biasa memberikan kesempatan kepada kami untuk
meyelsaikan makalah bukuini . karena dengan rahmat dan hidayanyalah
sehingga kami dapat menyelsaikan makalah buku ini yang berjudul “
pengembangan instrument assessment objektif teks” disusun gunah memnuhi
mata kulia “evaluasi pembelajaran”. Selain itu juga kami berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “ pengembangan
instrument assessment objektif teks”.
Kami menucapkan banyak terimaksi kepada dosen mata kulia “ evaluasi
pembelajaran”.tugas yang diberikan ini akan menambah pengetahuan dan
wawasan terkait dengan tugas kami tekuni. Tak lupa pula kami ucapkan
terimakasi kepad pihak yang telah membantu proses penyususnan makalah ini.
Kami menyadari bahawa masih jauh dari kata sempurnah, oleh karena itu kritik
dan saran dari teman-teman kami terima.
Kami menyadari makalahbuku ini masi jauh dari kata sempurna. oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan makalah kami.
Kelomok 4
47
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………………………
……………………………i
Kata
pengantar………………………………………………………………………………
…………………ii
Daftar
isi………………………………………………………………………………………
………………….iii
Bab I pendahuluaan
A. Latar
belakang……………………………………………………………………………
………………1
B. Rumusan Masalah………………..
……………………………………………………………………1
C. Tujuan
……………………………………………………………………………………
…………………1
Bab II Pembahasan
A. Pengertian assesmen……………………...............................................................1
B. Pengertian dan jenis tes sebagai instrument asesmen………….......................2
C. pengertian Pengembangan Instrument Penilaian Tertulis Untuk Pembelajaran
Teks Eksposisi Di SMA…………………………..………………...............3
Daftar pustaka…………………………………….....…………………………1
BAB I
48
PENDAHULUAAN
A. Latar Belakang
Assesmen merupakanAssesmen adalah proses pengumpulan data bukti
dan menelaah kebutuhan, keunggulan, kemamouaan/ abilitas dan deskripsi
pencapaiaan perkembangan dan belajar anak didik dalam kegiatan
dilembaga pendidikan anak usia dini. Assesmen dalam pembelajaran
adalah suatu proses untuk memperoleh sebuah informasi mengenai
perkembangan siswa selama kegiatan pembelajaran sebagai bahan dalam
pengambilan keputusan untuk mengetahui dan memperbaiki proses
maupun hasil belajar siswa. Dalam konteks pendidikan, pelaksanan
assesmen disekolah merupakan bagian dari proses pembelajaran yakni
refleksi pemahaman terhadap perkembangan atau pemahaman dan
kemajuaan siswa secara individual. Pelaksanan assesmen disekolah
merupakan bagian dari proses pembelajran yaitu refleksi pemahaman
terhadap perkembangan atau kemajuaan siswa secara individual.
Pelaksanaan assesmen disekolah dapat meliputi kegiatan mengamati,
mengumpulkan, memberikan skor/penilaiaan, mendeskripsikan dan
mengiterperstasi informasi mengenai proses pembelajaran siswa.
Dalam hal ini assesmen yang dilakukan guru didalam kelas dan
assesmen yangdilakukan guru diluar kelas, dengan assesmen yang
dilakukan secara nasional lebih tertuju pada pencapaiaan prestasi belajar
siswa atau hasil belajar siswa selama menempu pendidikan.Salah satu
assesmen alternative yang memberikan kontribusi dalam pelaksanaan
penilaiaan pembelajaran di kelas adalah assesmen kinerja.Assesmen
kinerja merupakan bagiaan dari assemen alternative yang muncul dan
mulai dilakukan disekolah sebagai kritikan terhadap kelemahan teks.Tes
secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus
dijawab, pertanyaan yang harus dipilih atau tugas-tugas yang harus
dilakukan oleh peserta tes dengan melakukan tujuan untuk mengukur
aspek tertentu dari peserta.
B. Runusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dari instrument assesmen?
2. Jelaskan pengertian dari tesdan jenis tes sebagai intrumen assemen?
3. jelaskan yang dimaksud dengan analisis instrument nilai?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan dari instrument assesmen
49
2. Untuk mengetahui penjelasan dari jenis tes sebagai instrument
assesmen
3. Untuk mengetahui analisis instrument nilai
50
BAB II
Pembahasan
a) Pengertian Assesm
Assesmen adalah proses pengumpulan data bukti dan menelaah
kebutuhan, keunggulan, kemamouaan/ abilitas dan deskripsi
pencapaiaan perkembangan dan belajar anak didik dalam kegiatan
dilembaga pendidikan anak usia dini. Assesmen merupakan istilah
umum yang meliputi semua metode yang biasanya dipakai untuk
menjajagi unjuk kerja anak didk secara perseorangan atau
kelompok.Assesmen dapat juga secara luas merujuk pada banyak
sumber bukti dan dari aspek pengetahuaan, pengertiaan, sikap dan
keterampilan anak didk. Atau bias juga merujuk pada suatu
kejadiaan atau instrumrn tertentu, misalnya assesmen portofolio.
Assesmen pada belajar kelompok melalui latihan soal dan
pratikum, tidak beransumsi bahwa prestasi belajar adalah hasil dari
kinerja individu sendiri, melainkan ada pengaruh kemampuaan
teman sejawat ketika individu terlibat dalam proses belajar
bersama. Mahasiswa yang kurang mampu dibantu belajar oleh
teman-teman yang lebih mampu dalam kelompok, sehingga dapat
dikatakan bahwa assesmen teman sejawat mendukung belajar
mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran, olek karena itu ADM
dan ATS menjadi kebutuhan yang diperlu dikembangkan.
Instrumen assesmen adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan informasi tentang peserta didk, berkenaan dengan
apa yang mareka ketahui dan apa yang mareka dapat lakukan.
Instrumen yang digunakan untuk melakukan assesmen membaca
puisi bias berbagai macam instrument, antara lain tes objektif, tes
subjektif,unjuk kerja,produk, laporan, performasi dan sebagainya.
Selama ini penilaan dalam proses yang diberikan kepada peserta
51
didik, masi banyak yang belum menyangkut proses kesehariaan
dari peserta didik. Banyak yang masi mengandalkan pada penilaian
hasil saja.padahal jika kita telusuri, penilain proses pada peserta
didik sangat berpengaruh pada penilaiaan hasil saja. Dengan
demikian system penilaiaan pada peserta didik merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari guru dan juga penilaiaan dari sekolah.
Penelitiaan-penelitian akan menguji keunggulan penilaiaan dan
dengan teknik tes maupun nontes.
Bentuk pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan
instrument assesmen yang disajikan dalam bentuk pedomaan/petunjuk
pelaksanaan dalam memperoleh bukti serta proses pencapaian siswa. Jenis
penelitiaan yang sesuai diaplikasiakan adalah penelitiaan
pengembangan.Hasil pengembangan didefenisikan sesuai dengan data uji
kelayakan sehingga menggambarkan kualitas produk pengembangan yang
sebenarnya. Prosedur pengembangan instrument assesmen terdiri dari tiga
tahap, yakni:
a. Tahap pengembangan
b. Tahap perancang instrumen assesmen
c. Tahap uji coba instrument assesmen hingga sesuai .
b) Pengertiaan Dan Jenis Tes Sebagai Instrumen Assesmen
1. Pengertian tes
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunaan
pertanyaan yang harus dijawab, pertanyaan-pertanyaan yang harus
dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta
tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari pesertas.
Tes berasal dari bahas prancis yaitu “ testum” yaitu piring untuk
menyisikan logam mulai dari material lain seperti pasir,batu, tanah dan
sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk
menjelaskan sebuah instrument yang dikembangan untuk dapat
52
melihat dan mengukur dan menemukan peserta tes yang memenuhi
criteria tersebut.
Tes pada dasarnya adalah alat ukur atribut psikologis yang
objektif atau sampel prilaku tertentu. Dalam psikoligis, tes dapat
diklasifikasikan menjandi empat yaitu:
1. Tes yang mengukur intelegensi umum yang dirancang
untuk mengukur kemampuaan umum seseorang dalam
suatu tugas.
2. Tes yang mengukur kemampuaan khusus atau tes bakat
yang dibuat untuk mengungkap kemampuaan potensi
dalam bidang tertentu.
3. Tes yang ditujukan untuk mengukur prestasi yang
digunakan menangkap kemampuaan actual sebagai hasil
belajar.
4. Tes yang mengungkap aspek keperibadiaan (personality
assesmen) yang bertujuaan mengungkap karateristik
individual sabjek dalam aspek yang diukur.
Tes sebagai alat ukur dapat meyediakan informasi-
informasi objektif yang dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam penetuaan keputusan yang harus
diambil pendidik dalam proses dan hasil belajar yang
dilakukan siswa dapat dibagi menjadi tiga kelompok:
a. Keputusan yang diambil pada pemulaan proses
pembelajaran
Penggunaan tes sebagai dasar pengambilan
keputusan pada permulaan proses pembelajaran
bermulah pada dua pertanyaan yang harus di jawab
oleh pendidik sebelum memulai proses pembelajaran:
53
1.sejauh manakah pengetahuaan, keterampilaan
dan kemampuaan yang harus dimilki oleh siswa
sebelum mengikuti proses pembelajaran yang berupa
kemampuaan awal yang diperlukan untuk mengikuti
proses pembelajaran.
2. sejauh manakah kemampuaan dan
keterampilan yang telah dicapai peserta didik terhadap
pembelajaran yang teralksanakan
b. Keputusan selamah proses pembelajaran
Tes dapat pula digunakan selama proses pembelajaran
(tes formatif). Tes formatif dapat diberikan baik dalam
bentuk tes tulisan, baik dengan jawaban uraiaan
maupun objektif.
c. Keputusan-keputusan pada ahir pembelajaran
Tes formatif yang diberikan guru pada ahir
prmbrlajaran ditunjukan untuk mengetahui apakah
kompotensi dasar yang dirumuskan dalam program
pembelajaran (satuaan pembelajaran) telah tercapai atu
belum.
2. Jenis –jenis tes
a. Pembagiaan jenis tes berdasarkan tujuan penyelenggaraan
b. Jenis tes berdasrkan waktu penyelenggaraan
c. Pembagiaan jenis tes berdasarkan cara ,mengerjakan
d. Pembagiaan jenis tes berdasarkan cara penyusunan
e. Pembagian jenis tes berdasarkan bentuk jawaban
1. Jenis tes berdasrkan tujuaan penyelenggaraan
a. Tes seleksi (selection tes)
b. Tes penempatan (placement tes)
c. Tes hasil belajar (achievement tes)
54
d. Tes diagnostik (diagnositic tes)
e. Tes uju coba
2. Jenis tes berdasrkan tahap/waktu penyelenggraan
1. Tes masuk (entrance tes)
2. Tes formatif (formative tes)
3. Tes sumatif (summative tes)
4. Pra-tes dan post-tes
3. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakanya
a. Tes tertulis
b. Tes lisan
c. Tes unjuk kerja
4. Jenis tes berdasrkan cara penyusunya
Berdasrkan criteria tes dapat di bedakan menjadi dua yaitu:
a. Tes buatan guru (teacher-made tes)
b. Tes terstandar (standardized tes)
5. Jenis tes berdasrkan bentuk jawaban
a. Tes esei (essay-tipe tes)u uraian merupakan yang menuntut
siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa
yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakanya
dalam bentuk tulisa.
b. Tes jawaban pendek
Tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuanglkan
jawabanya bukan dalam bentuk esai, tetapi memberikan
jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian-
rangkaiaan kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun
angka.
c. Tes objektif
55
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang
diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersediah.Oleh
karena itu sering disebut istilah tes pilihan jawaban.
3. Mengembangkan tes sebagai instrument assesmen di SD
a. Menjabarkan kopotensi dasar kedalam indicator pencapaiaan hasil
belajar
Indicator merupakan ukuran, karateristik, cirri-ciri pembuatan atau
proses yang berkontrubusi/menunjukan ketercapaian suatu
kompotensi dasar. Indicator dirumuskan dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diukur, seperi meyebutkan
contoh, mengidentifikasi, menghiting, membedakan,
menyimpulkan, mempraktekkan, mendemonstrasikan.
c) Analisis Instrumen Penilaiaan
a. Analisis logis/Rasional
Analisis logis meliputi analisis meateri, konstruksi dan bahasa.Analisis
materi dimaksudkan sebagai penelahaan yang berkaitan dengan
subsantasi keilmuaann yang ditanyakan dalam soal serta tingkat
kemampuaan yang sesuai dengan soal, analisisi konstruksi
dimaksudkan sebagai penelahan yang umumnya yang berkaitan
dengan teknik penulisan soal. Analisis bahasa dimasukan sebagai
penelaahan soal yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
b. Analisis empirik
Analisis empiric terhadap instrument/soal dilakukan dengan
melakukan dan menguji validitas, reabilitas, taraf kesukaran dean daya
pembedaan.
1. Validitas tes
Valid artinya sah atau tepat.Jadi tes yang valid berarti tes tersebut
merupakan alat ukur yang tepat untuk mengukur suatu
56
objek.Berdasarkan ini maka validilitas tes pada dasarnya berkaitan
dengan ketepatan dan kesesuaiaan anta rtes sebagai alat ukur
dengan objek yang benar.
2. Reabelitas tes
Menurut arti kata reabelitas adalah dipercaya.Berdasarkan arti kata
tersebut maka instrument yang reliable adalah instrument yang
hasil pengukuranya dapat dipercaya. Salah satu criteria instrument
yang dapat dipercaya jika instrument tersebut digunakna secara
berulang –ulang, hasil pengukuranya tetap. Mistar dapat dipercaya
sebagai alat ukur, karena berdasarkan pengalaman, jika mistar
digunakan dua kali atu lebih mengukur panjam sebuah benda,
maka hasil pengukuran pertama selanjutnya terbukti tidak
berbeda.
d) Pengembangan Instrument Penilaian Tertulis Untuk Pembelajaran
Teks Eksposisi Di SMA.
a. Deskripsi kemanfaatan pengut pendunaan produk hasil pengembangan
menuru t pendapat guru diperoleh dengan pengisian angket uji
kemanfaatan yang dapat dilihat pendapat responden mengenai
pendapatan produk pada tahap uji dengan criteria baik dan sangat baik,
bermanfaat untuk guru guna dalam menilai kemapuaan pengetahuan
dan keterampilan siswa. Manfaat yang guru rasakan antara lain,
kemanfatan rubrik penilaiaan, pemnfaatan isi perangkat penilaian
tertulis hsil pengembangan, kemnfaatan pedomaan penskoran,
kemanfatan produk bagi guru untuk menilai aspek pengetahuaan siswa
dan bermanfaat untuk menilai aspek keterampilan siswa yang
beragama, sehingga perangkat penilaian tertulis hasil pengembangan
dapat digunakan untuk tahap selanjutnya yaitu tahap uji coba.
b. Deskripsi kesesuaiaan penggunaan produk hasil pengembangan
menurut pendapat guru dengan criteria sesuai produk pada tahap uji
57
coba produk dengan criteria yang sangat sesuai yang berarti bahwa
perangkat penilaiaan tertulis hasil pengembangan telah sesuai dengan
hasil pedomaan yang ada.
c. Deskripsi kemudahan penggunaan produk hasil pengembangan
menurut pendapat guru. Mudahkan guru dalam menggunakan
perangkat hasil pengemangan yang dihasilkan. Berdasrkan hasil uji
coba produk dan hasil uji coba pemakaiaan, kemudahan penggunaan
produk hasil pengembangan diperoleh dengan pengisiaan angket uji
kemudahan. Rata-rata pendapat guru mengenai kemudahan produk
pada tahap uji coba produk berkriteria sangat mudah yang berarti guru
menyatakan bahwa perangkat penilaiaan autentik hasil pengembangan
mudah dilakukan oleh guru.
58
BAB III
KESIMPULAN
1. Penegrtian assessment Assesmen adalah proses pengumpulan data
bukti dan menelaah kebutuhan, keunggulan, kemamouaan/ abilitas
dan deskripsi pencapaiaan perkembangan dan belajar anak didik
dalam kegiatan dilembaga pendidikan anak usia dini. Assesmen
merupakan istilah umum yang meliputi semua metode yang
biasanya dipakai untuk menjajagi unjuk kerja anak didk secara
perseorangan atau kelompok.Instrumen assesmen adalah alat-alat
yang digunakan untuk pengumpulan informasi tentang peserta didk,
berkenaan dengan apa yang mareka ketahui dan apa yang mareka
dapat lakukan. Instrumen yang digunakan untuk melakukan
assesmen membaca puisi bias berbagai macam instrument, antara
lain tes objektif, tes subjektif,unjuk kerja,produk, laporan,
performasi dan sebagainya.
2. Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunaan
pertanyaan yang harus dijawab, pertanyaan-pertanyaan yang
harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan
oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek
tertentu dari pesertas. Tes berasal dari bahas prancis yaitu “
testum” yaitu piring untuk menyisikan logam mulai dari
material lain seperti pasir,batu, tanah dan sebagainya.
Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk
menjelaskan sebuah instrument yang dikembangan untuk dapat
melihat dan mengukur dan menemukan peserta tes yang
memenuhi criteria tersebut.
59
DAFTAR PUSTAKA
Asrui, Ananda dan Rosnita.Evaluasi pembelajaran. Medan Citapustaka
Media, 2015.
Endang Perwanti Masduki.mengembang tes sebagai instrument evaluas
Hariyani yuli. Pengembangan instrument assesmen pembelajaran
membaca puisi siswa SMP/MTS
Purnamasari Ayu Dewi.2015.pengembangan instrument penilaian
tertulis untuk pembelajaran teks eksposisi di SMA. Jurnal bahasa, sastra, dan
pembelajaranya. Hal.7-8
Wijayanti Enny.2015. pengembangan instrument assesmen diri dan
teman sejawat kompotensi bidangstudi pada mahasiswa.Jurnal penelitiaan dan
evaluasi pendidikan.Volume 19, No, 2: hal 133-134.
Purnamasari Ayu Dewi.
60
KELOMPOK 5
61
MAKALAH BUKU
EVALUASI PEMBELAJARAN
PROSUDUR PENGEMBANGAN
ASSESMENT PEMBELAJARAN
KELOMPOK : 5
NAMA: HAMDIANA YUNUS (20800118062)
NAMA: NURFAISAH (20800118047)
NAMA: MARLINA (20800118075)
62
KATA PENGANTAR
63
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................(I)
DAFTAR ISI .................................................................................(II)
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang...........................................................................4
b. Rumusan Masalah......................................................................5
c. Tujuan......................................................................................5
d. Manfaat....................................................................................6
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.............................................................................18
4.2 Saran...............................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
64
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Peserta didik memilik gaya belajar yang unik dan mungkin berbeda satu sama
lain. Oleh karena itu, untuk mengadakan asesmen terhadap hasil belajar, maka
pendidik harus menerapkan teknik asesmen yang bervariasi dan berlangsung
secara berkesinambungan sehingga memungkinkannya untuk memperoleh umpan
balik (feedback) yang menguntungkan seluruh peserta didik. Dalam pembelejaran
sains yang lebih berpusat pada peserta didik atau lebih bersifat kontruktivistik
diperlukan penerapan asesmen yang bervariasi untuk merekam kemampuan
peserta didik. 16
Asesmen merupakan pengumpulan bukti yang dilakukan secara sengaja,
sistematis, dan berkelanjutan serta digunakan untuk menilai kompetensi siswa
atau metode dan proses yang digunakan untuk mengumpulkan umpan balik
tentang seberapa baik siswa belajar. Dapat dilakukan di awal, di akhir (sesudah)
maupun saat pembelajaran sedang berlangsung. Asesmen dapat berupa tes atau
non tes. Asesmen berupa nontes misalnya penggunaan metode, observasi,
wawancara, monitoring tingkah laku. Hasilnya dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan. Proses yang mencakup yaitu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mendemonstrasikan kompetensinya, mengumpulkan dan
mencatat bukti-bukti demonstrasi kompetensi-kompetensi siswa dan
menggunakan bukti-bukti untuk membuat penilaian secara menyeluruh
demonstrasi atau kinerja dalam kompetensi-kompetensi tersebut.
Asesmen bertujuan untuk memberikan umpan balik mengenai kemajuan
belajar siswa untuk siswa, orang tua, dan guru serta meningkatkan belajar
(pembelajaran) dan perkembangan siswa17
16
Jufri,Wahab.2013.Belajar dan Pembelajaran Sains.Bandung: Pustaka Reka Cipta.
65
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang di
dalamnya terdapat interaksi positif antara guru dengan siswa dengan
menggunakan segala potensi dan sumber yang ada untuk menciptakan kondisi
belajar yang aktif dan menyenangkan. Pembelajaran dikondisikan agar mampu
mendorong kreatifitas anak secara keseluruhan, membuat siswa aktif, mencapai
tujuan pembelajaran secara efektiv dan berlangsung dalam kondisi
menyenangkan. Pembelajaran yang baik sudah tentu harus memiliki tujuan,
banyak tujuan pembelajaran telah dirumuskan oleh para ahli. Semuanya menuju
idealisasi pembelajaran.
b. Rumusan Masalah
i. Apa saja teknik-teknik assesment pembelajaran?
ii. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi assesment pembelajaran?
iii. Apa saja prinsip-prinsip assesment pembelajaran?
c. Tujuan
i. Untuk dapat mengetahui suatu teknik-teknik di dalam assesment
pembelajaran.
ii. Agar dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi assesment
pembelajaran.
iii. Untuk dapat mengetahui prinsip-prinsip dan fungsi-fungsi assesment
pembelajaran
d. Manfaat
5. Penulis
i. Penulis dapat menambah wawasan tentang teknik-teknik dalam assesment
pembelajaran.
ii. Menambah pengetahuan penulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
asesmen pembelajaran.
iii. Penulis dapat pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan assesment
pembelajaran.
6. Pembaca
17
Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of
Education and Culture
66
iv. Pembaca dapat mengetahui tentang teknik-teknik dalam assesment
pembelajaran.
v. Pembaca dapat mengetahui tentang suatu faktor-faktor yang
mempengaruhi asesmen pembalajaran.
vi. Pembaca dapat menambah pengetahuan tentang materi suatu prinsip-
prinsip asesmen pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI
67
2.1 Hakikat Assesment Pembelajaran
Secara umum, Asesmen dapat di artikan sebagai proses untuk
mendapatkan informasi ndalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar
pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya,
program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah.
Keputusan tentang siswa ini termasuk bagaimana guru mengelola pembelajaran
kelas, bagaimana guru menepatkan siswa pada program-program pembelajaran
yang berbeda, tingkatkan tugas-tugas untuk siswa yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan masing-masing, bimbingan dan penyuluhan, dan
saran untuk studi lanjut.Keputusan tentang kurikulum dan program sekolah
termasuk pengambilan keputusan tentang efektifitas program dan langkah-
langkah untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan pengajaran remidi
(Remidial Teaching ) . Keputusan untuk kebijakan pendidikan meliputi ;
kebijakan di tingkat sekolah, kabupaten maupun nasional. Pembahsan tentang
kompetensi untuk melakukan asesmen tentang siswa akan meliputi bagaimana
guru mengkoleksi semua informasi untuk membantu siswa dalam mencapai target
pembelajaran dengan berbagai teknik asesmen, baik teknik yang bersifat formal
maupun nonformal, seperti teknik / paper and pencil test, unjuk kerja siswa dalam
menyelesaikan pekerjaan rumah, tugas-tugas di laboratorium maupun keaktifan
diskusi selama proses pembelajaran. Semua informasi di anlaisis untuk
kepentingan laporan kemajuan siswa.
Asesmen secara sederhana dapat di artikan sebagai proses pengukuran
dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan
aturan tertentu. Dalam pelaksanaan asesmen pembelajaran, guru akan dihadapkan
pada tiga istilah yang sering dikacaukan pengertiannya, atau bahkan seringpula
digunakan secara bersama yaitu istilah pengukuran, penilaian dan tes. 18
18
Brookhart, Susan M. and Anthony, Nitko J. 2007. Educational Assesment of Student.
Fifth edition. New Jersey: Meril Prentice Hall.
68
Menurut Kizik, Bob (2009): Asesment is a process by which information
is obtained relative to soe known objective or goal. Assessment is a broad term
that includes testing. A test is a special form of assessment. Tests are assessments
made under contrived circumstance esespecially so that they may be
administered. In other words, all tesare assessment, but not all assessment are
tests. ( Artinya : Asesmen merupakan suatu proses dimana informasi diperoleh
berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Asesmen adalah istilah yang luas yang
mencakup tes (pegujian). Tes adalah bentuk khusus dari asesmen. Tes adalah
salah satu bentuk asesmen. Dengan kata lain, semua tes merupakan tasesmen,
namun tidak semua asesmen berupa tes).19
BAB III
PEMBAHASAN
19
Kizlik, Bob. (2009). Measurement, Assessment, and Evaluation in Education. Online :
http://www.adprima.com/measurement. Minggu, 7 September 2014 Pukul 21:00 WIB.
69
Dilihat dari tekniknya, assesment proses dan hasil belajar
dibedakan menjadi dua macam yaitu dengan Teknik Tes dan Non Tes
namun pada umumnya pengajar lebih banyak menggunakan tes sebagai
alat ukur dengan rasional bahwa tingkat obyektivitas evaluasi lebih
terjamin, hal ini tidak sepenuhnya benar. Anda bisa lebih jauh
mencermati pada unit-unit selanjutnya.
a. Teknik tes
adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang dites,
dan berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat
ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut. Tes
sebagai alat ukur sangat banyak macamnya dan luas penggunaannya.
b. Teknik nontes
dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung
ataupun tak langsung, angket ataupun wawancara. Dapat pula dilakukan
dengan Sosiometri, teknik non tes digunakan sebagai pelengkap dan
digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam pengambilan
keputusan penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini dapat bersifat lebih
menyeluruh pada semua aspek kehidupan anak. Dalam KBK teknik
nontes disarankan untuk banyak digunakan. 20
3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi asesmen pembelajaran
A. Faktor Interen
1. Faktor jasmani
a. Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika badannya lemah, kurang
20
Ibid.,Brookhart, Susan M. and Anthony, Nitko J. 2007. Educational Assesment of
Student. Fifth edition. New Jersey: Meril Prentice Hall.hlm 5
70
darah, ataupun ada gangguang-gangguan kelainan-kelainan fungsi alat
indera serta tubuhnya.
b. Cacat Tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Jika
hal ini terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus
atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi
pengatruh kecacatannya itu.
2. Faktor Psikologis
a. Inteligensi
Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan
belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai inteligensi
yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat
inteligensi yang rendah.
b. Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka
siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya,
jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka timbu lah
kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
c. Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya
tarik baginya.
d. Bakat
Bakat dapat mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaranyang
dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya
lebih baik karena ia senang belajar dan pasti selanjutnya akan lebih
giat lagi dalam belajarnya tersebut.
e. Motif
71
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apayang dapat
mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya
mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan
dengan belajar.
f. Kematangan
Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakn kegiatan
secara terus menerus, untuk itu diperlukan dengan latihan dan
pelajaran. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap
(matang). Jadi kemujan baru untukmemiliki kecakapan itu
tergantung dari kematangan dan belajar.
g. Kesiapan
Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena
jika siswa belajar dan ia sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya
akan baik.
3. Faktor Kelelahan
a. Kelelahan jasmani
Kelelahan jasmani ini perlu diperhatikan dalam proses belajar
agar tubuhnya tidak dapat lemah.
b. Kelelahan Rohani
Kelelahan rohani ini perlu diperhatikn dalam proses belajar agar tidak
sulit untuk berkonsentrasi.
B. Faktor Eksteren
d. Faktor Keluarga
6. Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruh
terhadap belajar anaknya. Karena orang tua yang kuran atau tidak
memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh
terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan
72
kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam
belajar, tidak mengatur waktunya belajarnmya, tidak menyediakan atau
melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anaknya
belajar atau tidak, tidak ingin mengetahui bagaimanakah kemajuan
belajar anakanya, kesulitan-kesulitan yang di alami dalam belajar dan
lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak atau kurangh berhasil dalam
belajarnya.
7. Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah
relasi orang tua dan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya
atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi
belajar anak.
8. Suasana Rumah
Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting
yang tidak termasuk faktor yang sengaja, jika suasana rumah yang
gaduh atau ramai tidak akan member ketenangan kepada anaknya yang
sedang belajar, Akibatnya belajarnya tidak berkonsentrasi.
9. Kedaan Ekonomi Keluarga
Jika anak yang hidup dalam keluarga yang miskin,
kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak
terganggu, sehingg belajar anak juga terganggu, selalu dirundung
kesedihan sehingga anak merasa minder dengan temannya yang lain,
hal ini pasti akan menggangu belajar anak.
Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering
mempunyai kecenderungan untuk memajakan anak. Anak hanya
bersenang-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat
memusatkan perhatiannya pada belajar. Hal tersebut juga dapat
menganggu belajar anak.
10. Pengertian Orang Tua
73
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua.
Bila anak sedang belajar jangan di ganggu dengan tugas-tugas
dirumah. Terkadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib
member pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin
kesulitan yang dialami anak disekolah.
11. Latar Belakang Kebudayaan
Perlu kepada anak di tanamkan kebiasaan-kebiasaan
yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
e. Faktor Sekolah
a. Metode Mengajar
Metode mengajar guru yang kurang baik akan
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar
yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang
persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru
tersebut menyajikannya tidak jelas atas sikap guru terhadap siswa dan
atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa
kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa
malas untuk belajar.
b. Kurikulum
Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum
yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan
bakat, minat dan perhatian siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan
baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat
melayani siswa belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum
dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian.
c. Relasi guru dengan siswa
Didalam relasi ( guru dengan siswa ) yang baik, siswa
akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang
diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.
74
Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya ia
segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya. Akibatnya
pelajarannya tidak maju.
d. Displin Sekolah
Dengan dispilin siswa belajar lebih maju, siswa harus
displin dalam belajar baik di sekolah, dirumah dan di perpustakaan.
Agar siswa displin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula.
e. Metode Belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah.
Terkadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena
besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang
beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar
secara teratur setiap hari.
a. Prinsip-prinsip asesmen pembelajaran
Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip
asesmenberbasis kelas adalah patokan yang harus dipedomani ketika Anda
sebagai guru melakukan asesmen hasil dan proses belajar. Terdapat ada enam
prinsip dasar asesmen hasil belajar yang harus dipedomani (Depdiknas, 2004 dan
2006) yaitu:
a. Prinsip Validitas
Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa
dalam melakukan penilaian harus ”menilai apa yang seharusnya
dinilai dan alat penilaian yang digunakan sesuai dengan apa yang
seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk
mengukur kompetensi”
b. Prinsip Reliabilitas
Reliabilitas sebagai petunjuk pelaksanaan unjuk kerja
dan penskorannya harus jelas. Contoh yang lain adalah dalam menguji
kompetensi siswa dalam melakukan eksperimen di laboratorium..
75
Penilaian ini reliable jika 30 siswa yang sama mengulangi eksperimen
yang sama dalam kondisi yang sama dan hasilnya ternyata sama.
Kondisi yang sama misalnya:
1) tidak ada siswa yang sakit
2) penerangan/pencahayaan dalam laboratorium sama
3) suhu udara dalam lab sama
4) alat yang digunakan sama Penilaian tersebut tidak reliable jika ada
kondisi yang berubah, misalnya ada 3 siswa yang sakit tetapi
dipaksa melakukan eksperimen yang sama, dan ternyata hasilnya
berbeda.
c. Terfokus pada kompetensi
Telah Anda pahami bahwa konsekuensi perubahan
kurikulum juga akan menuntut perubahan dalam sistem penilaiannya.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, penilaian harus
terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan
pada penguasaan materi (pengetahuan).
d. Prinsip Komprehensif
Dalam proses pembelajaran, Anda sebagai pendidik
pasti telah menyusun rencana pembelajaran yang secara jelas
menggambarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa serta indikator yang menggambarkan keberhasilannya.
Untuk itu penilaian yang dilakukan harus menyeluruh mencakup
seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar dengan
menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam
kompetensi atau kemampuan siswa sehingga tergambar profil
kemampuan siswa.
e. Prinsip Objektivitas
Obyektif dalam konteks penilaian di kelas adalah
bahwa proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan
76
pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subyektif dari penilai. Dalam
implementasinya penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Dalam
hal tersebut penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan,
menggunakan bahasa yang dapat dipahami siswa, dan menerapkan
kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka
(skor).
f. Prinsip Mendidik
Prinsip ini sangat perlu Anda pahami bahwa penilaian
dilakukan bukan untuk mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak lulus)
atau menghukum siswa, tetapi untuk mendiferensiasi siswa (sejauh
mana seorang siswa membuat kemajuan atau posisi masing-masing
siswa dalam rentang cakupan pencapaian suatu kompetensi).. Jadi,
penilaian yang mendidik artinya proses penilaian hasil belajar harus
mampu memberikan sumbangan positif pada peningkatan pencapaian
hasil belajar peserta didik,
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bahwa dapat disimpulkan assesment pembelajaran merupakan
suatu metode dan proses yang digunakan untuk mengumpulkan umpan balik
77
tentang seberapa baik siswa belajar. Asesmen pembelajaran juga mempunyai
teknik-teknik berupa teknik tes dan teknik non tes. Dalam asesmen
pembelajaran mempunyai suatu faktor-faktor yang mempengaruhinya berupa
factor intern yang meliputi faktor jasmani, faktor psikologis,faktor kelelahan
dan faktor ekstern yang juga meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, faktor
masyakarakat. Asesmen pembelajaran terdapat suatu prinsip-prinsip yang
berupa prinsip validitas, prinsip reliabilitas, terfokus pada kompetensi, prinsip
komprehensif, prinsip objektifitas, prinsip mendidik.
4.2 Saran
Dalam belajar dan pembelajaran setiap guru professional harus
mempunyai asesmen pembalajaran terhadap siswa.
78
KELOMPOK 6
79
Oleh :
Kelompok 6
MUHAMMAD RAMADHANI
(20800118049)
JUSMIATI
(20800118063)
LISNAWATI
(20800118076)
80
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah
memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"AnalisisKualitasAssesmentTes dan Butir-ButirSoalDalamPembelajaran" disusun
guna memenuhi tugas dari mata kuliah “Evaluasi Pembelajaran”. Selain itu,
kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang "Analisis Kualitas Esesment Tes dan Butir-Butir Soal Dalam
Pembelajaran".
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah “Evaluasi Pembelajaran”. Tugas yang diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini in syaa Allah.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
Cover....................................................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 4
C. Tujuan...................................................................................................... 4
Bab II Pembahasan
A. AssementTes
a) PengertianAssesment.......................................................................... 5
81
b) Tujuan Assesment................................................................................ 6
c) Fungsi Assesment................................................................................ 8
d) Prinsip Assesment................................................................................ 10
B. Analisis Butir-Butir Soal.......................................................................... 12
a) PengertianAnalisisButir-ButirSoal.................................................... 12
b) Peran Analisis Butir Soal Guna Meningkatkan Kualitas Butir Soal......... 13
c) Peran Analisis Soal Guna Meningkatkan Kompetensi Guru .............. 14
Daftar Pustaka.................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
82
mendukung keberhasilan guru dalam melaksanakan praktek penilaian
pembelajaran di kelas.
Identifikasi terhadap setiap butir item soal dilakukan dengan harapan dapat
menemukan berbagai informasi, yang pada dasarnya merupakan umpan balik (feed
back) guna melakukan perbaikan, pembenahan, dan penyempurnaan kembali
terhadap butir- butir soal, sehingga pada waktu yang akan datang tes hasil belajar
yang disusun atau dirancang oleh guru itu dapat mengukur apa yang hendak diukur
yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan oleh lembaga mandiri secara
berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik, untuk menilai pencapaian standar
nasional pendidikan
Rumusan Masalah
Jelaskan pengertian, tujuan, fungsi, dan prinsip dari asesmen?
Jelaskan pengertian dan peran dari analisis butir soal?
Tujuan
Untuk mengetahui pengertian, tujuan, fungsi, dan prinsip dari asesmen
Untuk mengetahui pengertian dan peran dari analisis butir soal
BAB II
PEMBAHASAN
Assessment Tes
Pengertian Assessment
Assessment atau disebut juga dengan penilaian adalah suatu penerapan dan
penggunaan berbagai cara dan alat untuk mendapatkan serangkaian informasi
tentang hasil belajar dan pencapaian kompetensi dari peserta didik.
83
beserta sejumlah indikator dan deskriptor tertentu. Pengumpulan fakta atau bukti
kinerja peserta didik menggunakan instrumen yang disusun berdasarkan
indikator pencapaian kompetensi.
Tujuan Assesment
Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta
didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Untuk itu, guru harus mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu
tertentu melalui berbagai jenis dan teknik penilaian untuk memperoleh
gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
84
Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan
kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga
guru dapat dengan cepat mencari alternatif solusinya.
Secara rinci tujuan assessment berbasis kelas dapat dijabarkan sebagai berikut:
85
peserta didik sehingga secara tepat dapat menentukan siswa mana yang perlu
pengayaan dan siswa yang perlu pembelajaran remedial untuk mencapai
kompetensi yang dipersyaratkan.
Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus
menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik untuk memperbaiki
metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan
kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa.
Hasil dari assessment dapat pula memberikan informasi kepada orang tua dan komite
sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu akhir semester
atau akhir tahun. Komunikasi antara pendidik, orang tua dan komite harus
dijalin dan dilakukan terus menerus sesuai kebutuhan.
c) Fungsi Assesment
Assessment atau penilaian merupakan bagian penting dari suatu proses belajar
mengajar. Fungsi asesmen diantaranya:
Fungsi Formatif
Yaitu untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai
dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program
remedial bagi peserta didik.
Fungsi Sumatif
Yaitu untuk menentukan nilai (angka) kemajuan/hasil belajar peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan
kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus-tidaknya
peserta didik.
Fungsi Motivasi
86
Dalam arti, penilaian yang dilakukan guru di kelas harus mendorong motivasi
siswa untuk belajar. Latihan, tugas, dan ulangan yang diberikan oleh guru
harus memungkinkan siswa melakukan proses pembelajaan baik secara
individu maupun kelompok. Bentuk tugas, latihan dan ulangan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga siswa terdorong untuk terus belajar dan
merasakan kegiatan itu menyenangkan dan menjadi kebutuhannya.
Ketuntasan belajar harus menjadi fokus dalam perancangan materi yang harus
dicakup setiap kali guru melakukan penilaian. Jika suatu kemampuan belum
dikuasai siswa, penilaian harus terus dilakukan untuk mengetahi apakah semua
atau sebagian besar siswa telah menguasai kemampuan tersebut. Rencana
penilaian harus harus disusun dengan target kemampuan yang harus dikuasai
siswa pada setiap semester dan kelas sesuai dengan daftar kemapuan yang
telah ditetapkan.
Apabila guru menemukan bahwa hanya seagian siswa saja yang menguasai
keampuan yang ditargetkan, guru perlu melakukan analisis dan refleksi
87
mengapa hal ini terjadi dan apa tindaka yang harus guru lakukan untuk
meningkatkan efektivitas pengajaran.
Analisis hasil peilaiam juga berguna bagi guru untuk melihat hal-hal apa
yang perlu diperhatikan secara serius dalam proses belajar mengajar. misalnya,
analisis terhadap kesalahan yang umum dilakukan siswa dalam memahami
konsep tetentu mejadi umpan balik dari guru dan melaukan perbaikan
dalam proses belajar megajar berikutnya.
Prinsip Asesmen
Prinsip integral dan komprehensif yakni penilaian dilakukan secara utuh dan
menyeluruh terhadap semua aspek pembelajaran, baik pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap dan nilai.
Prinsip kesinambungan yakni penilaian dilakukan secara berencana, terus-
menerus dan bertahap untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan
tingkah laku peserta didik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Untuk
memenuhi prinsip ini, kegiatan penilaian harus sudah direncanakan
bersamaan dengan kegiatan penyusunan program semester dan dilaksanakan
sesuai dengan program yang telah disusun.
Prinsip objektif yakni penilaian dilakukan dengan menggunakan alat ukur
yang handal dan dilaksanakan secara objektif, sehingga dapat
menggambarkan kemampuan yang diukur.
88
Kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan kemampuan yang
harus dikuasai oleh peserta didik, sehingga penguasaan terhadap ke tiga
kemampuan tersebut adalah prasyarat untuk kenaikan kelas.
Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator-indikator dari masing-
masing kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
Penilaian pembelajaran tematik mencakup penilaian terhadap proses dan hasil
belajar peserta didik. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian
nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta
didik, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu.
Hasil belajar tersebut pada hakekatnya merupakan kompetensi-kompetensi
yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai.
Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah indikatornya yang dapat
diukur dan diamati.
Hasil karya atau hasil kerja peserta didik dapat digunakan sebagai bahan
masukan guru dalam mengambil keputusan.
Berkelanjutan (Continous)
89
Penilaian yang dilakukan di kelas oleh guru harus merupakan proses yang
berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru selama satu semester
dan tahun ajaran. Rangkaian aktivitas penilaian kelas yang dilakukan guru
melalui pemberian tugas, pekerjaan rumah (PR), ulangan harian, ulangan
tengah dan akhir semester, serta akhir tahun ajaran merupakan proses yang
berkesinambuangan dan berkelanjutan selama satu tahun ajaran.
Didaktis
Alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa tes maupun non-
tes harus dirancang baik isi, format, maupun tata letak (layout) dan
tampilannya agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian.
Perancangan bahan penilaian yang kreatif dan menarik dapat mendorong
siswa untuk menyelesaikan tugas penilaian, baik yang bersifat individual
maupun kelompok dengan penuh antusias dan menyenangkan.
Menggali Informasi
Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup
bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode,
teknik, dan alat peniaian yang tepat sangat menentukan jenis informasi
yang ingin digali dari proses penilaian kelas.
Analisis Butir-Butir Soal
Di samping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan
tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui
informasi diagnostik pada peserta didik apakah mereka sudah/belum memahami
materi yang telah diajarkan (Aiken, 1994: 63).
90
Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi yag sesuai
dengan tujuannya di antaranya dapat menentukan peserta didik mana yang telah
atau belum menguasai materi yang diajarkan guru.
Dalam menganalis butir soal terdapat dua cara yang dapat digunakan yaitu
menganalisi soal secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik ini masing-masing
memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu teknik terbaik adalah
menggunakan keduanya (penggabungan).
1. Teknik Analisis Secara Kualitatif Ada beberapa teknik yang dapat digunakan
untuk menganalisis butir soal secara kualitatif, antara lain yaitu teknik
moderator dan teknik panel. Teknik moderator merupakan menganalisis
dengan cara berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu orang sebagai
penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara
bersama-sama dengan beberapa ahli seperti guru yang mengajarkan materi,
ahli materi, penyusun atau pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli
bahasa. Dalam menganalisis butir soal secara kualitatif, penggunaan format
penelaahan soal akan sangat membantu dan mempermudah prosedur
pelaksanaannya.
Peran penting analisis butir soal adalah untuk mengetahui kualitas soal serta
dilakukan tindakan lebih lanjut untuk merevisi soal jika terjadi kekurangan. Hal ini
senada dengan Anastasi dan Urbina (1997:184) tentang tujuan utama analisis butir
soal dalam sebuah tes yang disusun guru adalah untuk mengidentifikasi
kekurangan-kekurangan dalam tes atau dalam pembelajaran.
91
relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal seperti tes yang disiapkan guru
untuk peserta didik di kelas, (3) mendukung penulisan butir soal yang efektif, (4)
secara materi dapat memperbaiki tes di kelas, (5) meningkatkan validitas soal dan
reliabilitas. Lebih lanjut, menurut Nitko (1996: 308-309), manfaat lainnya adalah:
(1) menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang diharapkan, (2)
memberi masukan kepada peserta didik tentang kemampuan dan sebagai dasar
untuk bahan diskusi di kelas, (3) memberi masukan kepada guru tentang kesulitan
peserta didik, (4) memberi masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan
kurikulum, (5) merevisi materi yang dinilai atau diukur, (6) meningkatkan
keterampilan penulisan soal.
Peran Analisis Soal Guna Meningkatkan Kompetensi Guru dan Hasil Belajar
Peserta Didik
Guru yang berkompetensi adalah guru yang profesional. Salah satu kompetensi
yang wajib dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi
pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Oleh karena
itu, kompetensi seorang guru tidak hanya menyusun alat evaluasi guna mengetahui
pencapaian hasil belajar peserta didik akan tetapi juga dapat mengevaluasi apakah
evaluasi yang telah disusun sudah dapat menjalankan fungsinya sebagai alat
pengukur hasil belajar yang memiliki kualitas yang tinggi.
92
Kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam melakukan kegiatan evaluasi, salah
satunya adalah dengan memberikan tes kepada peserta didiknya. Djemari (2009:
1-2) mengemukakan bahwa tes merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui
respon seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan.
Tes merupakan salah satu alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran
terhadap kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran. Tes yang
disusun berdasarkan prinsip dan prosedur penyusunan tes akan menghasilkan tes
dengan kualitas baik. Hal ini senada yang diungkapkan Arifin (2009: 246)
mengemukakan bahwa tes hendaknya disusun berdasarkan dengan prinsip dan
prosedur penyusunan tes. Oleh karena itu, Guru sebaiknya harus mampu
meningkatkan mutu tes yang disusunnya sehingga tes yang diberikan kepada
peserta didik harus memiliki kualitas yang baik. Menurut Arikunto (2012: 72) tes
dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur apabila memenuhi persyaratan evaluasi
yaitu valid, reliabel, objektif, praktis, dan ekonomis.
93
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Assesment Tes
Assessment atau disebut juga dengan penilaian adalah suatu penerapan dan
penggunaan berbagai cara dan alat untuk mendapatkan serangkaian informasi
tentang hasil belajar dan pencapaian kompetensi dari peserta didik.
94
Hasil penilaian pembelajaran adalah hasil analisis sejumlah fakta tentang
performance (unjuk kerja) peserta didik dalam proses penguasaan kompetensi
yang diharapkan.
Fungsi Assesmen
Fungsi Formatif
Yaitu untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai
dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program
remedial bagi peserta didik.
Fungsi Sumatif
Yaitu untuk menentukan nilai (angka) kemajuan/hasil belajar peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan
kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus-tidaknya
peserta didik.
Prinsip Asesmen
Prinsip integral dan komprehensif yakni penilaian dilakukan secara utuh dan
menyeluruh terhadap semua aspek pembelajaran, baik pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap dan nilai.
Prinsip kesinambungan yakni penilaian dilakukan secara berencana, terus-
menerus dan bertahap untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan
tingkah laku peserta didik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Untuk
memenuhi prinsip ini, kegiatan penilaian harus sudah direncanakan
bersamaan dengan kegiatan penyusunan program semester dan dilaksanakan
sesuai dengan program yang telah disusun.
Prinsip objektif yakni penilaian dilakukan dengan menggunakan alat ukur
yang handal dan dilaksanakan secara objektif, sehingga dapat
menggambarkan kemampuan yang diukur.
Kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan kemampuan yang
harus dikuasai oleh peserta didik, sehingga penguasaan terhadap ke tiga
kemampuan tersebut adalah prasyarat untuk kenaikan kelas.
Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator-indikator dari masing-
masing kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
95
Penilaian pembelajaran tematik mencakup penilaian terhadap proses dan hasil
belajar peserta didik. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian
nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta
didik, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu.
Hasil belajar tersebut pada hakekatnya merupakan kompetensi-kompetensi
yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai.
Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah indikatornya yang dapat
diukur dan diamati.
Hasil karya atau hasil kerja peserta didik dapat digunakan sebagai bahan
masukan guru dalam mengambil keputusan.
Peran penting analisis butir soal adalah untuk mengetahui kualitas soal serta
dilakukan tindakan lebih lanjut untuk merevisi soal jika terjadi kekurangan. Hal ini
senada dengan Anastasi dan Urbina (1997:184) tentang tujuan utama analisis butir
soal dalam sebuah tes yang disusun guru adalah untuk mengidentifikasi
kekurangan-kekurangan dalam tes atau dalam pembelajaran.
Guru yang berkompetensi adalah guru yang profesional. Salah satu kompetensi
yang wajib dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi
pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Oleh Seminar
Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa 293 karena itu,
kompetensi seorang guru tidak hanya menyusun alat evaluasi guna mengetahui
pencapaian hasil belajar peserta didik akan tetapi juga dapat mengevaluasi apakah
evaluasi yang telah disusun sudah dapat menjalankan fungsinya sebagai alat
pengukur hasil belajar yang memiliki kualitas yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan kualitas butir soal, kompetensi guru dan hasil belajar peserta didik.
96
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dosenpendidikan.co.id/
97
98
KELOMPOK 7
2
Makalah Evaluasi Pembelajaran
Kelompok 7
1. Sri Aulia Fahmi C (20800118050)
2. Abdul Rasyid Zakaria (20800118064)
3. Ermayanti (20800118077)
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setelah proses belajar- mengajar selesai,proses selanjutnya adalah
kita mengadakan evaluasi.Evaluasi mutlak dilaksanakan untuk menjadi
landasan bagaimana langkah selanjutnya atau apakah cara mengajar kita
kepada peserta didik sudah sesuai dengan kemampuan peserta didik apa
belum.
Sebagai calon pendidik, pemahaman dalam mengadakan evaluasi
sangat diperlukan, evaluasi ditinjau dari segi validitasnya dibagi menjadi
dua, yaitu tes standar dan tes buatan guru.
Makalah kelompok kami yang berjudul ”Tes Standar dan Tes
Buatan Guru”, semoga dapat menjadi pencerah kita dalam memahami
tentang macam-macam evalauasi.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini akan menjawab berbagai pertanyaan
diantaranya:
1. Apa Pengertian tes standar dan tes buatan guru?
2. Apa saja perbedaan tes standar dan tes buatan guru?
3. Bagaimana kegunaan tes standar dan tes buatan guru?
4. Apa kelengkapan tes standar dan tes buatan guru?
C. TUJUAN PENULISAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TES STANDAR DAN TES BUATAN GURU
5
terutama yang menjelaskan tentang pelaksanaan, menskor, dan
mengadakan interpretasi. Secara garis besar manual tes standar ini
memuat:
a) Ciri-ciri mengenai tes: misalnya menyebutkan tingkat validitas, tingkat
reliabilitas dan sebagainya.
- Betul nomor sekian sampai sekian cocok untuk jabatan kepala seksi,
- Betul nomor sekian saja, cocok untuk jabatan guru dan sebagainya.
g) Saran-saran lain: misalnya siapa yang menjadi pengawas, bagaimana jika
tidak ada calon yang tidak mencapai skor tertentu dan sebagainya .
6
4. Menggunakan butir tes yang sudah diuji cobakan (try out), dianalisis dan
direvisi sebelum menjadi sebuah tes.
5. Mempunyai reliabilitas yang tinggi.
6. Dimungkinkan menggunakan norma untuk seluruh Negara.
b) Jika banyak orang yang akan memasuki suatu sekolah tetapi tidak tersedia
data tentang calon ini Secara garis besar kegunaan tes standar adalah:
Tes buatan guru (teacher-made test) adalah tes yang disusun sendiri oleh
guru yang akan memepergunakan tes tersebut. Tes buatan guru adalah tes
yang dibuat seorang guru untuk merumuskan bahan dan tujuan khusus untuk
kelasnya sendiri dan masih dalam ruang lingkup sekolah tempat dia
mengajar. Tes ini biasanya digunakan untuk tes ulangan harian, formatif,
dan ulangan umum (sumatif). Tes buatan guru dimaksudkan untuk
mengukur tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai kompetensi
setelah berlangsungnya proses pembelajaran yang dikelola oleh guru kelas
yang bersangkutan. Oleh karena itu, guru harus membuat soal secara logis
dan rasional mengenai pokok-pokok materi apa saja yang patut untuk
ditanyakan.
Tes buatan guru cenderung difokuskan pada tujuan pembelajaran untuk
kelas tertentu. Kualitas tes dan keandalannya belum menjamin
keobjektifannya, sebab hanya di berikan kepada sekelompok peserta didik
atau kelas saja. Tes buatan guru juga bersifat sektoral dan tingkat kesukaran
7
itemnya tidak didasarkan pada karakteristik peserta didiknya. Ada beberapa
ciri yang dimiliki oleh tes buatan guru. Diantara ciri-ciri tersebut adalah:
a) Didasarkan atas bahan dan tujuan khusus yang dirumuskan oleh guru
untuk kelasnya sendiri.
b) Dapat terjadi hanya mencakup pengetahuan atau keterampilan yang
sempit.
c) Biasanya disusun sendiri oleh guru.
d) Jarang menggunakan butir tes yang sudah diujicobakan, dianalisis, dan
direvisi.
e) Mempunyai reliabilitas sedang atau rendah.
f) Norma kelompok terbatas kelas tertentu.
Tes buatan guru bersifat temporer, artinya hanya berlaku pada saat
tertentu dan situasi tertentu pula. Pada kesempatan lain belum tentu tes
tersebut dapat digunakan lagi karena mungkin ada perubahan baik bentuk
itemnya maupun kapasitas peserta didiknya. Secara singkat dapat
dikemukakan bahwa kegunaan tes buatan guru adalah:
a. Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan
pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu.
b. Untuk menentukan apakah sesuatu tujuan telah tercapai.
c. Untuk memperoleh suatu nilai.
Bentuk tes buatan guru pun bermacam-macam. Ada tes yang sifatnya
hafalan semata, dan ada pula yang bersifat analitis. Seorang guru yang
profesional harus mampu menyusun soal yang berimbang antara dua sifat
tersebut. Hal ini untuk mengetahui kemampuan peserta didiknya, siapa yang
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengingatatau menghafal
sesuatu dan siswa yang mempunyai daya pikir kritis, analitis, luas, dan
asosiatif. Tes buatan guru adalah suatu tes yang tidak terlalu penting
dipersoalkan validitas,reliabilitas dan lazimnya disusun oleh guru tanpa
bantuan para ahli dibidang tes.
B. PERBEDAAN TES STANDAR DAN TES BUATAN GURU
8
1. Didasarkan atas bahan dan tujuan umum dari sekolah- sekolah
diseluruh negara. Didasarkan atas bahan dan tujuan khusus yang
dirumuskan oleh guru untuk kelasnya sendiri.
9
1. Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan
pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu
2. Untuk menentukan apakah tujuan sudah dicapa
3. Untuk memperoleh suatu tes
Selanjutnya baik tes standar dan tes buatan guru berguna untuk;
1. Mengadakan diagnosis terhadap ketidak mampuan siswa
2. Menentukan tempat siswa dalam suatu kelas atau kelompok
3. Memberikan bimbingan kepada siswa dalam pendidikan dan
pemilihan jurusan
4. Memilih siswa untuk program- program kusus
D. KELENGKAPAN TES STANDAR DAN TES BUATAN GURU
10
6. Petunjuk- petunjuk untuk menginterprestasikan hasil, misalnya;
betul nomer sekian sampai sekian cocok untuk jabatan kepala
seksi,betul nomer sekian saja, cocok untuk jabatan guru dan
sebagainya.
7. Saran- saran lain,misalnya; siapa harus menjadi
pengawas,bagaimana jika tidak ada calon yang mencapai skor
tertentu dan lain sebagainya[4].
E. Cara Penyusunan Tes
11
d. Membantu siswa dalam menentukan pilihan
E. Pemeriksaanya betul
12
d) Pedoman penilaian: Pedoman penilaian atau pedoman scoring
berisi keterangan perincian tentang skor atau angka yang diberikan
kepada siswa bagi soal-soal yang dikerjakan.
Tes standar dibuat oleh suatu tim professional yang sebelum diteskan
diuji dahulu validitas, reabilitas, dan daya pembedanya. Tes standar ini telah
dikaji berulang-ulang kepada selelompok besar peserta didik, dan item-
itemnya relevan serta memiliki daya pembeda yang tinggi. Penyusunan tes
standar selalu mengusahakan agar sistem skoringnya sangat obyektif
sehingga dapat diperoleh reliabilitas yang sangat tinggi. Apabila mungkin
dilakukan oleh mesin, hal ini berarti tidak bahwa bentuk tes standar selalu
pilihan ganda.Untuk menyusun tes standar, dibutuhkan waktu yang lama.
Dalam perkembangan tes standar, ada hal-hal yang harus
diperhatikan, antara lain: aspek yang hendak diukur, pihak penyusun, tujuan
penyusunan tes, sampel, kesahihan dan keandalan, keadministrasian, cara
menskor, kunci jawaban, tabel skor mentah, dan penafsiran.[4] Selain itu
untuk menyusun tes standar terdapat beberapa prosedur yang harus
dilakukan dan memakan waktu yang lama. Prosedur-prosedur tersebut
adalah:
1. Penyusunan
13
Tes standar biasanya telah dianalisis secara statistik dan diuji secara
empiris oleh para pakar agar dapat dikatakan valid untuk digunakan secara
umum. Analisis soal tes bertujuan untuk mengidentifikasi soal yang baik
dan soal yang jelek. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisa soal tes
adalah:
h) Taraf kesukaran
Suatu soal dikatakan baik jika soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar atau soal yang terlalu mudah.
i) Daya pembeda (D)
Pola jawaban soal adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan
jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Dari jawaban soal dapat ditentukan
apakah pengecoh (distractor) berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau
tidak.
4. Revisi
Sedangkan dalam tes buatan guru, Urutan langkah yang harus ditempuh
dalam penyusunan tes adalah:
k) Menentukan tujuan mengadakan tes.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron, Prof. Dr. 2012. Managemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta:
Bumi Aksara
Arikunto,S.2003. Dasar-Dasar Evaaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara
A.Tabrani Rusyan, Dr.1993. Evaluasi Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Refika Ofset
Prof. Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd. 2011. Evaluasi Program
Pembelajaran.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
16
KELOMPOK 8
17
BUKU
MakalahIniDisusunUntukMemenuhiTugas Mata
KuliahEvaluasiPembelajaran
OLEH
KELOMPOK 8 :
18
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah nya
serta yang telah memberikan segala nikmat-Nya kepada kita semua, kami
meminta ampunan, kesabaran dan meminta pertolongan sehingga buku
kami yang berjudul “Instrumen Asesmen dalam Pembelajaran di Kelas”
dapat terselesaikan hingga waktu yang ditentukan. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad
SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi
terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang.
Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin
menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan,
tetapi menghilang jika didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati
ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan.
Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini
selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terkait yang
telahmembantu kami dalam menghadapi berbagai tantangan dalam
penyusunan buku ini. Kami menyadari bahwa masih sangat banyak
kekurangan yang mendasar dalam buku ini. Oleh karena itu, saya
mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini, Terima kasih dan
semoga buku ini bisa memberikan sumbangsi positif bagi kita semua.
19
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................1
C. Tujuan................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan......................................................................... 11
B. Saran .................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................13
ii
20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instrumen asesmen adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informas untuk mengungkap kondisi subjek yang
akan diakses atau dinilai. Kenyataan yang ditemukan di sekolah bahwa tidak
semua guru menggunakan instrumen asesmen menulis permulaan untuk
mengasesmen keterampilan menulis permulaan pada peserta didik.
Penilaian atau asesmen yang digunakan sebagai alat ukur tingkat
keberhasilan pembelajaran, dan pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran,
sesuai dalam kategori taksonomi Bloom.
Instrumen asesmen yang terdiri dari soal pilihan jamak memiliki
bagian opsi jawaban pengecoh. Jawaban pengecoh berfungsi sebagai
pengindentifikasi peserta tes dengan kemampuan yang tinggi (Mulyasa,
2009). Sensitivitas butir soal dinyatakan dengan indeks sensitivitas (S), yang
dikenal sebagai suatu ukuran seberapa baik suatu butir soal dapat
membedakan tingkat pemahaman antara siswa yang telah menerima
pembelajaran dengan siswa yang belum menerima suatu pembelajaran
(Sunyono, 2014)
Dalam konteks asesmen, perbedaan cara pandang terhadap konsep
belajar dan pembelajaran mempengaruhi bagaimana asesmen
dirancang.Perkembangan ilmu dibidang Psikologi Pendidikn berdampak pula
terhadap cara pandang guru/dosen tentang desain pembelajaran, praktik
pembelajaran dan tentu saja asesmen pembelajaran. Misalnya, tren pergeseran
paradigma belajar mengajar berdasarkan pendekatan behavioristik ke
konstruktivistik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari asesment?
2. Bagaimana ruang lingkup asesment?
3. Apa itu rasionalisasi?
21
4. Bagaimanakah penilaian dalam kelas?
5. Apa manfaat dari penilaian kelas?
6. Apa fungsi dari penilaian kelas?
7. Apa prinsip dalam penilaian kelas?
8. Bagaimanakah Penilaian Hasil Belajar Kelompok Mata Pelajaran?
9. Bagaimanakah Acuan Pelaksanaan Penilaian Kelas?
10. Apa Ranah Penilaian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari asesment
2. Untuk mengetahui ruang lingkup asesment
3. Untuk mengetahui rasionalisasi
4. Untuk mengetahui penilaian dalam kelas
5. Untuk mengetahui manfaat dari penilaian kelas
6. Untuk mengetahui fungsi dari penilaian kelas
7. Untuk mengetahui beberapa prinsip dalam penilaian kelas
8. Untuk mengetahui penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran
9. Untuk mengetahui acuan pelaksanaan penilaian kelas
10. Untuk mengetahui ranah penilaian
22
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asesmen
Asesmen merupakan proses pengumpulan data/informasi tentang
seorang anak untuk mengetahui kondisi anak atau kebutuhan anak untuk
membuat pertimbangan atau keputusan dalam merencanakan strategi
pembelajaran sesuai kebutuhan anak.
Lerner mengemukakan “Asesmen merupakan suatu proses
pengumpulan informasi tentang seorang siswa yang akan digunakan untuk
membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan
pembelajaran siswa tersebut”21.
Sedangkan pengertian asesmen menurut McLaughlin dan Lewis,
asesmen adalah proses yang sistematis dalam mengumpulkan data seorang
anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi
seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya
dibutuhkan.22
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa
asesment merupakan suatu proses pengumpulan data dan informasi tentang
kebutuhan anak sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan pembelajaran siswa.
B. Ruang Lingkup Asesmen
Dengan memperhatikan tujuan asesmen maka ruang lingkup asesmen
dapat dikelompokkan, sebagai berikut:
a. Kemampuan sensorimotor dan persepsi, seperti kemampuan motorik
kasar dan halus, persepsi penglihatan, perabaan, pengecapan, dan lain-
lain.
b. Kemampuan memelihara diri, seperti makan-minum sendiri,
berpakaian sendiri, menggunakan kamar mandi dan lain-lain.
21
Tjutju Soendri dan Lis Mulyati, (Bandung: CV. Catur Karya Mandiri, 2010)
22
Tjutju Soendri dan Lis Mulyati, (Bandung: CV. Catur Karya Mandiri, 2010)
3
23
c. Kemampuan berbahasa, seperti: bicara, menulis, penggunaan alat
komunikasi dan lain-lain.
d. Kemampuan sosial-emosi, seperti mereaksi, bermain bersama,
menjalankan perintah, tata cara, bergaul, dan lain-lain.
e. Kemampuan kognitif, seperti: mengerti bentuk, ukuran warna, angka,
dan penggunaan uang.
f. Kemampuan menggunakan alat keterampilan, seperti: menggunting,
memotong, mencungkil, memahat, menggunakan alat jahit,
memelihara pakaian dan lain-lain. 23
C. Rasionalisasi
Dalam penelitian kuantitatif ilmu-ilmu sosial termasuk bidang
pendidikan, salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan penelitian
adalah instrumen penelitian. Instrumen tersebut dapat berupa tes dan angket.
Tes biasanya digunakan untuk mengumpul data yang berkaitan dengan
pengukuran kemampuan seseorang dalam bidang tertentu, sedangkan angket
digunakan untuk memperoleh gambaran data tentang sikap seseorang
terhadap sesuatu. Dua instrumen yang disebutkan ini bagi peneliti kuantitatif
bidang sosial khususnya bidang pendidikan, sering digunakan dalam
pengumpulan data penelitian.
Tidak jarang ditemukan bahwa mahasiswa yang sudah merancang
penelitiannya, sukar membedakan penggunaan kedua instrumen ini. Kapan
menggunakan angket, dan untuk data yang bagaimana angket diperlukan.
Demikian pula dengan instrumen yang berbentuk tes. Untuk memperjelas
penggunaan kedua instrumen ini, maka dalam buku ini dipaparkan beberapa
cara menyusun instrumen baik angket, maupun tes.
Untuk penyusunan tes, dikemukakan pijakan teori yang membahas
tentang taksonomi sebagai acuan penetapan tingkat kemampuan mana yang
akan diukur melalui tes. Teori-teori tersebut seperti teori taksonomi Bloom
23
Astati dan Lis Mulyati, (Bandung: CV. Catur Karya Mandiri, 2010)
4
24
untuk mengukur kemampuan dalam domain kognitif,24 sedangkan domain
afektif digunakan teori yang dikembangkan Krathwol, dan psikomotor
diacukan pada domain yang dikembangkan oleh Simpson.
D. Penilaian Dalam Kelas
Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi dasar
setelah mengikuti proses pembelajaran.
Data yang diperoleh pendidik selama pembelajaran berlangsung
dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai
dengan kompetensi dasar atau indikator yang akan dinilai. Dari proses ini,
diperoleh potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan masing-masing. Data tersebut diperlukan sebagai
informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-
langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi
melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta
didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta
didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti
penilaian unjuk kerja, penilaian tertulis atau lisan, penilaian proyek, penilaian
produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik
(portofolio), dan penilaian diri.
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam
suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik
menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar
seorang peserta didik dalam periode waktu tertentu dibandingkan dengan hasil
yang dimiliki peserta didik tersebut sebelum mengikuti proses pembelajaran,
dan dianalisis apakah ada peningkatan kemampuan. Jika peserta didik tidak
terjadi peningkatan yang signifikan, maka guru memunculkan pertanyaan ;
25
apakah program yang saya buat terlalu sulit? Apakah cara mengajar saya
kurang menarik? Apakah media yang digunakan tidak sesuai? Tingkat
kemampuan seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan
peserta didik lainnya. Hal itu untuk menghindari peserta didik merasa rendah
diri dan dihakimi oleh pendidik. Para pendidik justru harus membantu untuk
mencapai kompetensi atau indikator para peserta didik yang diharapkan.
E. Manfaat Penilaian Kelas
Manfaat penilaian kelas antara lain sebagai berikut:
1. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui
kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
2. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang
dialami peserta didik.
3. Untuk umpan balik bagi pendidik dalam memperbaiki metode,
pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
4. Untuk masukan bagi pendidik guna merancang kegiatan belajar.
5. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite satuan
pendidikan tentang efektivitas pendidikan.
6. Untuk memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan dalam
mempertimbangkan konsep penilaian kelas yang digunakan.
F. Fungsi Penilaian Kelas
Penilaian kelas memiliki fungsi sebagai berikut.
1. Menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai
suatu kompetensi.
2. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu
peserta didik memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan
tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program,
pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai
bimbingan).
3. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
26
4. dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu
5. pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau
pengayaan.
6. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
7. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan
perkembangan peserta didik.
G. Beberapa Prinsip Penilaian Kelas
1. Prinsip validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan
menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. Dalam mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, misalnya indikator
“mempraktikkan gerak dasar jalan”, maka penilaian valid apabila
menggunakan penilaian unjuk kerja. Jika menggunakan tes tertulis maka
penilaian tidak valid.
2. Prinsip reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian.
Penilaian yang reliable (ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliable
dan menjamin konsistensi. Misal, pendidik menilai dengan unjuk kerja,
penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila
unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk
menjamin penilaian yang reliabel petunjuk pelaksanaan unjuk kerja dan
penskorannya harus jelas.
3. Prinsip totalitas
Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh mencakup seluruh
domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar. Penilaian harus
menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi
peserta didik, sehingga tergambar profil kompetensi peserta didik.
4. Prinsip kontinuitas
27
Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus-menerus
untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam
kurun waktu tertentu.
5. Prinsip objektivitas
Penilaian harus dilakukan secara objektif. Untuk itu, penilaian harus
adil, terencana, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor.
6. Prinsip membelajarkan
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi,
memperbaiki proses pembelajaran bagi pendidik, meningkatkan kualitas
belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara
optimal.
H. Penilaian Hasil Belajar Kelompok Mata Pelajaran
1. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian dilakukan melalui hal-hal berikut.
a) Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik.
b) Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek
kognitif peserta didik.
2. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain
yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.
3. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan
melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk
menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.
4. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga,
dan kesehatan dilakukan melalui hal-hal berikut.
a) Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik.
28
b) Ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif
peserta didik.
I. Acuan Pelaksanaan Penilaian Kelas
Dalam melaksanakan penilaian, sebaiknya seorang pendidik menerapkan
acuan penilaiannya sebagai berikut.
1. Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.
2. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian
sebagai cermin diri.
3. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran
untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar
peserta didik.
4. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.
5. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi
dalam pengamatan kegiatan dan hasil belajar peserta didik.
6. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian kelas
dapat dilakukan dengan teknik atau cara penilaian unjuk kerja,
penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk,
penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
7. Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif
mungkin.
J. Ranah Penilaian
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan penjabaran dari standar
isi dan standar kompetensi lulusan. Di dalamnya memuat standar kompetensi
dan standar kompetensi dasar secara utuh yang mereflleksikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran.
Muatan dari standar isi pendidikan adalah standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Satu standar kompetensi terdiri dari beberapa kompetensi
dasar, dan setiap kompetensi dasar dijabarkan ke dalam indikator-indikator
pencapaian hasil belajar yang dirumuskan atau dikembangkan oleh pendidik
dan komite satuan pendidikan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
9
29
satuan pendidikan/daerah masing-masing. Indikator-indikator yang
dikembangkan tersebut merupakan acuan yang digunakan untuk menilai
pencapaian kompetensi dasar bersangkutan.
Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik
indikator, standar kompetensi dasar dan kompetensi. Tidak menutup
kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik
penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, psikomotor, dan afektif.
10
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asesment merupakan suatu proses pengumpulan data dan
informasi tentang kebutuhan anak sebagai bahan pertimbangan dan
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pembelajaran siswa.
Ruang lingkup asesment yaitu Kemampuan sensorimotor,
kemampuan memelihara diri, kemampuan berbahasa, kemampuan sosial-
emosi, kemampuan kognitif dan kemampuan menggunakan alat keterampilan.
Penilaian kelas dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan,
penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti
yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas
dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja,
penilaian tertulis atau lisan, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian
melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portofolio), dan penilaian
diri.
Manfaat penilaian kelas yaitu Untuk memberikan umpan balik bagi
peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses
pencapaian kompetensi, Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis
kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan Untuk memberikan informasi
kepada orang tua dan komite satuan pendidikan tentang efektivitas
pendidikan.
Fungsi penilaian kelas yaitu Menemukan kesulitan belajar dan
kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat
diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seseorang perlu
mengikuti remedial atau pengayaan, Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan
pendidikan tentang kemajuan perkembangan peserta didik, dan Mengevaluasi
hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami
kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya,
11
31
baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun
untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
Prinsip dalam penilaian kelas yaitu prinsip validitas, prinsip
reliabilitas, prinsip totalitas, prinsip kontinuitas, prinsip objektivitas, dan
prinsip membelajarkan.
Penilaian Hasil Belajar Kelompok Mata Pelajaran yaitu Penilaian hasil
belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, Penilaian hasil belajar
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui
ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik
materi yang dinilai, dan Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran
estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap
untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.
Acuan Pelaksanaan Penilaian Kelas yaitu Mengembangkan strategi yang
mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri, Melakukan
berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk menyediakan
berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik dan Mendidik dan
meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif mungkin.
Ranah Penilaian dilakukan Teknik penilaian yang digunakan harus
disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi dasar dan
kompetensi. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur
dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif,
psikomotor, dan afektif.
B. Saran
Demikianlahbuku yang dapat kami sajikandan kami
sampaikan.Penulisyakindalampenulisanmaupunpenyampaiannyamasihterdapa
tkesalahansertakekurangan, untukitu kami mohonmaaf yang sebesar-
besarnya.Dan saran yang
membangundaripembacasangatpenulisharapkanuntukperbaikanpenulisselanju
tnya. Dan semogabuku inibermanfaatbagipembacasemua.
12
32
DAFTAR PUSTAKA
Astati, Mulyati, Lis. 2010. Pendidikan Anak. Bandung. CV. Catur Karya Mandiri
Agustin, Dian, dkk. “Pengembangan Instrumen Asesment Pengetahuan Pada
Materi Teori Atom Bohr dan Mekanika Kuantum”. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Kimia. Vol. 4 no. 1 (2015)
Nurbayati, Siti, dkk. “Instrumen Asesmen Menulis Permulaan Pada Anak Dengan
Hambatan Kecerdasan Ringan”. Vol. 19 no. 2 (2018)
Soendri, Tjutju, Mani, Euis M. 2011. Asesmen Dalam Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus. Bandung. CV. Catur Karya Mandiri
Uno, Hamzah B, Koni, Satria. 2012. Assesment Pembelajaran. Jakarta. PT Bumi
Aksara
13
33
KELOMPOK 9
34
OLEH :
KELOMPOK 9
SUIKMAWATI (20800118079)
NURLINA (20800118052)
SURIANI (20800118066)
35
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kesempatan serta
bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita
makalah buku sebagai salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
Penulis
36
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................
Kata Pengantar...................................................................
Daftar Isi.............................................................................
Bab I ( PENDAHULUAN )
A. Latar Belakang.............................................................
B. Rumusan Masalah........................................................
C. Tujuan..........................................................................
Bab II ( PEMBAHASAN )
Kerja
......................................................................................
Bab III ( PENUTUP )
A. Kesimpulan..................................................................
C. Daftar Pustaka..............................................................
37
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
peserta didik. penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tidak
38
secara teratur dengan pemain-pemainnya untuk menyusun tujuan-
kerja (Performance)?
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
39
BAB II
PEMBAHASAN
atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Jadi,
40
didik sebagaimana yang terjadi. Sedangkan menurut Endang (2008:5-
pada peserta didik yang sama atau peserta didik baru, memungkinkan
27
Fitriyani Dkk, 2013. “Pengaruh Penilaian Unjuk Kerja Terhadap Sikap Peserta Didik Pada
Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Srijaya Negara Palembang”, Criksekta Jurnal Pendidikan & Kajian
Sejarah. Nomor 4 Volume 3 bulan Agustus tahun 2013, hlm. 3404-24.
28
41
Menurut Puji (2004:38), kelebihan penilaian unjuk kerja adalah
dengan cara: guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan
42
laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik
atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup
dianjurkan30.
Hal yang penting bagi suatu instrumen unjuk kerja adalah menarik
dan melibatkan siswa dalam situasi yang akrab dengan mereka sehingga
tugas tersebut. Situasi dan pertanyaan dalam bahasa yang baik dan dapat
kerja akan membuat siswa tertarik dan terlibat dalam tugas itu?
43
profesional (professional judgment) adalah kuncinya. Berdasarkan
desain penilaian unjuk kerja sebaiknya bisa ditujukan untuk kelompok dan
individu. Sebagai contoh sekelompok siswa diberi data dan diminta untuk
Instrumen unjuk kerja yang baik harus memuat petunjuk yang jelas,
memuat apa yang dikerjakan siswa yang nanti akan dinilai. Sebagai
kata yang digunakan. Di samping itu mereka juga dapat melihat bila ada
44
Setelah mempertimbangkan masukan dan saran-saran yang
siswa31.
45
d. Menyusun rubrik kinerja. Penyusunan rubrik kinerja hendaknya
disuruh untuk membuat apel dari tanah liat dengan dihadapkan pada
46
Berikut ini contoh alat atau instrumen penilaian unjuk kerja beserta
penskorannya:
1. Tahap
Persiapan 3 3
a. Memilih
kualitas bahan
(tepat=3,
cukup=2, 3 3
kurang=1)
b. Kualitas
bahan (baik=3,
cukup=2, 3 3
kurang=1)
c.
Kelengkapan
alat
(lengkap=3,
47
cukup=2,
kurang=1)
(sampel tanah,
skop kecil,
kantong
plastik,
cangkir, air
setengah
cangkir)
2. Tahap
Pelaksananaan 1 1
a.
Mengambil
tanah dengan 1 0
skop kecil
b.
Menyemprotk
an tanah 1 1
hingga
lembab, jika
kering
c. Jika 1 0
terlalu basah
tambahkan
tanah kering
didalamnya 1 1
48
d.
Menentukan
teksturnya,
halus, kasar,
berbutir atau
lunak 1 0
e. Menekan
tanah dengan
jari telunjuk.
Apakah
menyatu 1 1
dengan air?
f. Membuat
bulatan bola,
apakah dapat
dibentuk?
Atau jatuh 1
berantakkan? 1
Berapa lama
jika bisa
dibentuk?
g. Membuat
tanah
memanjang
seperti pita,
49
apakah
panjangnya
sampai 5 cm
tanpa patah?
h.
Menuangkan
air kedalam
sampel tanah,
apakah tanah
dapat
menyerap air
atau
lolos/mengalir
3. Tahap hasil
pengamatan
a. Warna 1 1
tanah (ada
atau tidak):_
b. Tekstur 1 0
tanah (ada
atau tidak):_
c. Tanah 1 1
(terpisah/bersa
d. Dapat
50
dibentuk atau
tidak 1 1
e. Daya
serap dan
porositas 1 0
Skor Perolehan 16
Skor Maksimal 22
Skor Perolehan
Nilai = Skor Maksimal X 100
16
Nilai = 22 x 100=72,72
Keterangan Penilaian :
100
adalah kompeten.
(check list).
yang di
51
Nilai
1. Berdiri √
Tegak
2. Memanda √
ng Kearah
Hadirin
3. Pengucap √
an baik
4. Intonasi √
baik
5. Mimik √
Baik
6. Penyampa √
in gagasan
Jelas
Skor maksimum 6
Skor Perolehan
Nilai = Skor Maksimal x 100
5
Nilai = 6 x 100=83,33
Keterangan Penilaian :
kolom “Tidak” maka peserta didik tersebut tidak terampil dalam berpidato.
Keterangan Penilaian :
1) Sangat kompeten bila mendapatkan nilai 91 sampai dengan 100
52
2) Kompeten bila mendapatkan nilai 71 sampai dengan 90
3) Cukup Kompeten bila mendapatkan nilai 61 sampai dengan 70
4) Kompeten bila mendapatkan nilai kurang dari 61
Dari perolehan nilai unjuk kerja diatas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan atau kompetensi peserta didik tersebut dalam percobaan
adalah kompeten.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
53
1. Penilaian Unjuk Kerja Adalah Penilaian Yang Dilakukan
Tes.
B. Saran
dari segi referensi maupun tulisannya. Maka dari itu kritik dan
54
harapkan demi penyempurnaan makalah selanjutnya. Khususnya
C. Daftar Pustaka
Asrul dkk, Evaluasi Pembelajaran, (cet ke-1 0ktober 2014, cet ke-
2 September 2015; Bandung, Citapustaka Media), h. 35-36
Fitriyani Dkk, 2013. “Pengaruh Penilaian Unjuk Kerja Terhadap
Sikap Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di
SMA Srijaya Negara Palembang”, Criksekta Jurnal
Pendidikan & Kajian Sejarah. Nomor 4 Volume 3 bulan
Agustus tahun 2013, hlm. 3404-25.
Puji iryanti, Penilaian Unjuk Kerja : Paket Pembinaan Penataran,
(C11.P/PP/PPP/2004), h. 10-11
Wahyu purwasih,2018. “Teknik Penilaian Unjuk Kerja Dan
Catatan Anekdot Sebagai Upaya Pemantauan
Perkembangan Anak Di PAUD Aisyiyah Cabang
Kartasura Sukoharjo Jawa Tengah”. Jurnal Warna Vol. 2
No. 2 Desember 2018, h. 79
Zainal arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip Teknik Prosedur
(Cet, IV; Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 4
Zainal arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsi Teknik Prosedur, h. 4
KELOMPOK 10
55
MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN
56
DI SUSUN OLEH :
PUTRI ALISKA (20800118053)
ST NURZAMZAM TAJANNE (20800118067)
WIDYA SASMITA NINGRUM (20800118080)
57
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah banyak memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya.
Rahmat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,
pemimpin akhir zaman yang sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi
Muhammad SAW. “ Essaissment prodak ” ini sengaja di bahas karena
sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih
mengenal mengenai evaluasi pembelajaran.
Penulis
DAFTAR ISI
58
KATA PENGANTAR.........................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengetian essaissment produk........................................................
B. Teknik penilaian dari essaissment produk......................................
C. Penerapan dari essaissment produk................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
59
C. Latar Belakang
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan
pendidikan dalam mengelola pembelajaran. Dalam pembelajaran terdapat
tiga kegiatan yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan. Ketiga
kegiatan tersebut adalah penentuan tujuan, perencanaan pengalaman
belajar, dan penentuan prosedur evaluasi. Adapun ketiga kegiatan tadi
merupakan unsur pokok (anchor points) dalam kegiatan pembelajaran.
Tujuan harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga mewakili semua
kemampuan siswa yang ingin dicapai. Rumusan tujuan harus dapat diukur
secara baik.
Upaya untuk memastikan ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran
itu dilakukan dengan menyelenggarakan rangkaian evaluasi terhadap hasil
pembelajaran yang telah dilakukan selama kurun waktu tertentu yang telah
direncanakan. Itulah hakekat evaluasi dalam desain penyelenggaraan
pembelajaran sebagai bagian akhir dari rangkaian ketiga pokok kegiatan
tersebut diatas.
Dengan pemberian pengalaman pembelajaran untuk mencapai
suatu konsep tertentu, maka proses evaluasi juga mengalami perubahan.
Proses evaluasi yang dahulu dilaksanakan secara sempit dan terbatas yaitu
hanya melakukan test tertulis sekarang nampaknya harus bergeser ke arah
sistem penilaian yang lebih holistik dan menyentuh pada indikator hasil
pembelajaran sebagai bukti dari pengalaman belajar yang telah siswa
alami.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya proses penilaian
yang tidak hanya mengukur satu aspek kognitif saja, akan tetapi juga perlu
adanya penilaian baru yang bisa mengukur aspek proses atau kinerja siswa
secara aktual yang dapat mengukur kemampuan hasil belajar peserta didik
secara holistik atau keseluruhan. Sehingga diperlukan bentuk assessment
lain yang disebut product assessment.
D. RumusanMasalah
60
Dari latar Belakang yang telah diuraikan diatas, adapun rumusan
masalah yang ingin dipecahkan dalam makalah ini, antaralain :
E. Tujuan penulisan
Dari rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian penilaian produk
2. Untuk mengetahui teknik penilaian produk
3. Untuk mengetahui penerapan dari penilaian produk
BAB II
PEMBAHASAN
61
A. Pengertian Assessment produk
62
Penilaian produk tidak hanya dilakukan terhadap hasil akhir
produk, tetapi juga terhadap proses ketika membuat produk.
Pengembangan produk meliputi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
proses pembuatan, dan tahap penilaian akhir produk. Pada setiap tahapan
dalam pembuatan produk perlu dilakukan penilaian. Oleh karena itu,
penilaian unjuk kerja dapat mengacu pada tahapan ini.
Tahap 1: persiapan
Penilaian pada tahap persiapan meliputi penilaian terhadap
kemampuan siswa dalam merencanakan, menggali dan mengembangkan
gagasan, dan mendesain produk.
63
Pengukuran dalam rangka menilai keberhasilan belajar peserta
didik pada umumnya menggunakan ukuran-ukuran yang bersifat
kuantitatif atau lebih sering menggunakan simbol-simbol angka.
Kegiatan hasil belajar pada umumnya digunakan unit-unit atau
satuan-satuan yang tetap. Prestasi belajar yang dicapai oleh peserta
didik dari waktu ke waktu adalah bersifat relative
Dalam kegiatan penilaian hasil belajar sulit untuk dihindari
terjadinya kekeliruan pengukuran.
64
Pada waktu melakukan penilaian hasil kerja siswa, guru harus
menentukan dulu hasil kerja siswa yang mana saja yang akan dijadikan
dasar dalam menentukan tingkat kompetensi siswa.
Berikut ini kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan hasil
kerja siswa yang akan dipilih guru untuk penilaian:
a. Relevan dan mewakili kompetensi yang diukur
- Penilaian sebaiknya didasarkan pada sejumlah hasil kerja yang relevan
dengan kompetensi yang diukur. Selain itu penilaian juga sebaiknya
didasarkan pada seluruh aspek kompetensi (bukan pada salah satu
aspek saja). Seperti misalnya penilaian hanya menekankan pada
kualitas hasil kerja tanpa menilai proses kerja, atau penilaian hanya
menekankan pada keterampilan saja tanpa mengukur pemahaman
siswa. Hal yang demikian akan memberikan dampak negatif terhadap
proses belajar mengajar. Strategi yang dapat dilakukan untuk
memastikan relevansi dan lingkup hasil kerja adalah:
- Menetapkan kompetensi yang akan diukur setiap memberikan tugas
kepada siswa. Perlu diingat pada waktu memberikan tugas kepada
siswa sebaiknya tugas tersebut tidak hanya memungkinkan siswa
untuk menunjukkan kompetensi yang diukur tetapi juga
memungkinkan siswa untuk dapat menunjukkan kompetensi setingkat
di atasnya dan kompetensi setingkat di bawahnya.
- Menetapkan kompetensi yang akan diukur pada tiap tahap dalam
pengerjaan hasil kerja (dalam tahap perencanan, produksi, dan akhir).
65
Pengelolaan Hasil Kerja
Dalam menilai hasil kerja, guru perlu mengelola sejumlah hasil
kerja siswa dan mencatat hasil penilaiannya. Biasanya guru sudah
merencanakan selama satu tahun ajaran bukti hasil kerja siswa yang harus
dikumpulkan. Bermanfaat tidaknya hasil kerja siswa untuk digunakan
sebagai dasar penilaian tergantung pada spesifikasi tugas yang diberikan
kepada siswa. Spesifikasi tugas pada lembar kerja yang sifatnya umum
atau tidak rinci, yang berarti memberi keleluasaan besar bagi siswa untuk
berkreasi, akan mempersulit siswa untuk memenuhi tugas yang dimaksud.
Oleh karena itu spesifikasi tugas sebaiknya berisi hal-hal sebagai
berikut:
Batasan pada tahap perencanaan/ perancangan. Batasan diberikan
untuk membantu siswa agar dapat memfokuskan diri pada proses kerja.
Selain itu batasan diperlukan untuk mempermudah guru menilai
keterampilan atau kompetensi yang diukur dalam tugas tersebut.
- Merinci langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dalam membuat
suatu hasil kerja. Hal ini akan membantu siswa untuk memfokuskan
diri pada langkah-langkah yang akan dinilai.
- Menyusun kriteria penilaian secara jelas. Rincian tentang aspek,
kompetensi, langkah, kualitas yang akan dinilai perlu ditulis secara
eksplisit disertai nilainya.
- Bila hasil penilaian produk ini diperlukan untuk membandingkan
individu satu dengan individu lainnya, maka keadilan penilaian perlu
diperhatikan.
66
Anekdotal adalah catatan yang dibuat guru selama melakukan
pengamatan terhadap siswa pada waktu kegiatan belajar mengajar.
Anekdotal biasanya digunakan untuk mencatat kompetensi yang belum
terlihat pada hasil kerja siswa; misalnya kemampuan siswa untuk
bekerjasama, kemampuan siswa menggunakan peralatan secara aman,
atau kemampuan siswa untuk memilih bahan kerja yang tepat.
Agar anekdotal dapat dimanfaatkan secara maksimal maka sebaiknya
guru melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menentukan kompetensi yang akan diamati dan bagaimana
mengamatinya. Misalnya guru akan mengamati kemampuan siswa
mengorganisasi dan menerapkan prosedur kerja yang benar maka
hal-hal yang perlu diamati adalah kerapianruang kerja siswa,
penggunaan alat secara aman, dan penerapan prinsip-prinsip
kenyamanan dalam kerja.
b. Menentukan secara sistematis siswa yang akan diamati karena
guru tidak mungkin mengamati seluruh siswa dalam satu kali
kegiatan belajar mengajar. Dengan cara bergantian tersebut semua
siswa akhirnya akan dapat diamati daripada mengamati seluruh
siswa dalam satu kegiatan.
2. Skala penilaian analitis
a. Analytic Rating adalah penilaian yang dibuat berdasarkan
beberapa aspek pada hasil kerja siswa. Dalam analytic rating guru
menilai hasil kerja siswa dari berbagai perspektif atau kriteria.
Misalnya pada jurusan seni dan desain, hasil karya siswa dinilai selain
dari segi keterampilan teknis juga pemahaman dasar-dasar dari desain.
b. Analytic Rating biasanya digunakan untuk menilai kemampuan
pada tahap perencanaan/ perancangan dan tahap akhir. Pada kedua
tahap tersebut guru dapat menilai desain atau hasil kerja siswa dari
berbagai perspektif atau kriteria. Untuk setiap keterampilan yang
diukur, ditentukan beberapa kriteria yang harus dipenuhi.
3. Skala penilaian holistic
67
Penilaian holistik adalah penilaian terhadap hasil kerja siswa secara
keseluruhan. Penilaian holistik biasanya digunakan untuk penilaian
pada tahap akhir seperti penilaian terhadap kualitas hasil kerja siswa
dan penilaian terhadap kemampuan siswa untuk mengevaluasi hasil
kerjanya.
C. Penerapan Penilaian Produk
Penilaian produk dapat diterapkan melalui langkah-langkah berikut:
1) Menyusun Rencana Penilaian,
Perencanaan penilaian produk umumnya mencakup 6 jenis kegiatan,
yaitu:
1. Merumuskan tujuan dilaksanakannya penilaian produk
2. Menetapkan spek-aspek yang akan dinilai
3. Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam
pelaksanaan penilaian
4. Menyusun alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam
pengukuran dan penilaian produk peserta didik
5. Menentukan tolak ukur, norma, atau kriteria yang akan dijadikan
pegangan dalam memberikan interpretasi data hasil penilaian.
6. Menentukan frekuensi dari kegiatan penilaian produk belajar itu
sendiri.
2) Menghimpun Data
Dalam penilaian produk, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data
adalah melaksanakan pengukuran, melakukan pengamatan, wawancara
atau angket dengan menggunakan instrument tertentu berupa rating scale,
check list, interview atau questionnaire.
3) Melakukan Verifikasi Data
Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring terlebih dahulu sebelum
diolah lebih lanjut. Proses penyaringan disebut verifikasi data. Verifikasi
data dimaksud untuk dapat memisahkan data yang baik dari data yang
kurang baik.
68
Data yang telahberhasil dihimpun harus disaring terlebih dahulu sebelum
diolah lebih lanjut.
4) Mengolah dan Menganalisis Data
Mengolah dan menganalisis hasil penilaian dengan maksud untuk
memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam
kegiatan penilaian. Dalam hal ini, hasil penilaian dapat digunakan teknik
statistik dan nonstatistik tergantung pada jenis data yang diolah dan
dianalisis tersebut.
5) Memberikan Interpretasi dan Menarik Kesimpulan
Interpretasi terhadap hasil penilaian pada hakikatnya adalah verbalisasi
dari makna yang terkandung dalam data yang mengalami pengolahan dan
penganalisisan itu. Atas dasar interpretasi terhadap dua hasil penilaian
akhirnya dapat ditemukan kesimpulan-kesimpulan tertentu.
6) Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Bertitik tolak dari data hasil penilaian yang telah disusun, diatur, diolah,
dianalisis, dan disimpulkan dapat diketahui makna yang terkandung di
dalamnya. Pada akhirnya penilai dapat mengambil keputusan atau
merumuskan kebijakan yang dipandang perlu sebagai tindak lanjut dari
kegiatan penilaian tersebut.
Oleh karena itu, spesifikasi tugas sebaiknya berisi hal-hal sebagai berikut:
a) Ada Batasan pada Tahapan Persiapan/Perencanaan
Batasan pada tahapan ini diperlukan untuk membantu siswa agar dapt
memfokuskan diri pada proses kerja. Selain itu, batasan diperlukan untuk
mempermudah guru menilai keterampilan atau kompetensi yang diukur
dalam tugas tersebut.
Yang dimaksud batasan adalah deskribsi pada lembar kerja tentang bahan
apa saja yang dapat digunakan dan alat kerja yang boleh digunakan untuk
membuat karya tertentu.
b) Merinci Langkah-Langkah yang harus dilakukan siswa dalam
membuat karya tertentu
69
Hal ini akan membantu siswa untuk memfokuskan diri pada langkah-
langkah yang akan dinilai.
c) Menyusun criteria penilaian secara jelas
Rincian tentang aspek, kompetensi, langkah, kualitas yang akan dinilai
perlu ditulis secara eksplisit disertai nilainya.
Bila penilaian hasil kerja ini diperlukan untuk membandingkanindividu
satu dengan individu lainnya, maka penilaiannya harus adil. Sehubungan
dengan penilaian yang adil tersebut, guru perlu dipertanyakan hal berikut:
bila penilaian hasil kerja dipakai untuk membandingkan kelompok (antar
wilayah, antar tahun) maka hal-hl yang perlu diperhatikan guru adalah
pertanyaan berikut:
Beberapa strategi untuk memastikan keadilan dan kehandalan penilaian
hasil kerja, antara lain sebagai berikut:
a) Menggunakan berbagai hasil kerja siswa untuk menilai satu
kompetensi.
Agar hasil penilaian dapat memberikan kesimpulan tentang tingkat
kompetensi siswa secara akurat maka penilaian harus didasarkan pada
beberapa hasil kerja siswa ( seperti portofolio), dan bukan hanya berdasar
pada satu hasil kerja.
b) Membuat rincian yang cukup detail tentang produk yang akan
dinilai
Menyusun kriteria penilaian secara jelas dan rinci. Rincian tentang aspek,
kompetensi, langkh, kualitas yang akan dinilai perlu ditulis secara eksplisit
dan disertai nilainya supaya siswa memahami keterampilan atau
kompetensi apa saja yang dinilai dari dirinya.
70
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian essaissment produk
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik
2. Teknik penilaian produk
71
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Teknik penilaian produk. http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-
sumarno/teknik asesmen-penilaian-produk.www.google.co.id. Diakses pada
tanggal 21 April 2012.
Anonim.http://www. masbied.com/pengertian-asesmen-bentuk-asesmen-
dan–langkah-penerapan asesmen.www.google.co.id. Diakses pada tanggal 21
April 2012
Anonim. Evaluasi Hasil Kerja.
http://www.scribd.com/doc/87076826/Evaluasi-Hasil-Kerja .www.google.co.id.
Diakses pada tanggal 01 Mei 2012.
72
KELOMPOK 11
73
MAKALAH
“ ASESMEN PROYEK”
OLEH
KELOMPOK 11
Andi Faiza Firdasari (20800118054)
Nurul Wahdaniah (20800118068)
Rostika Diana ( 20800118081)
74
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur kita panjatkan pada Allah
subhanawata’ala karena telah memberikan kami kesempatan untuk
menyelesaikan sebuah makalah mata kuliah Evaluasi Pembelajaran yang
berjudul “ Asesmen Proyek “. Tak lupa pula berterima kasih kepada bapak
dosen tercinta dan teman-teman yang membantu proses pembuatan makalah
ini. Mohon maaf jika di dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan
ketidak sempurnaan. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.
Semoga bermanfaat. Sekian terimakasih.
Kelompok 3
75
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asesmen merupakan sebuah proses pengumpulan informasi yang
terus menerus berlangsung untuk mengukur performansi murid dan proses
pembelajaran. Asesmen perkembangan dan belajar siswa memiliki nilai
penting. Tidak hanya mengukur kemajuan siswa sebagai bentuk evaluasi
program, asesmen juga berguna untuk mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan pengembangan staf dan perencanaan pembelajaran di masa
yang akan dating.
Asesmen yang tepat berguna untuk membantu siswa berkembang
secara optimal, baik fisik, sosial, emosional, intelektual maupun spiritual.
Asesmen yang tepat juga dapat digunakan untuk mendeteksi
keterlambatan-keterlambatan perkembangan atau kebutuhan-kebutuhan
khusus yang mungkin dimiliki siswa. Selain itu informasi yang akurat dari
sebuah asesmen bermanfaat untuk peningkatan pembelajaran sehingga
proses belajar siswa membaik dan sebagai informasi bagi para orangtua
tentang kemajuan dan hal-hal terkait dengan belajar siswa mereka.
Asesmen yang tepat merupakan bagian penting dari program
evaluasi dan perbaikan terus menerus kualitas program pendidikan yang
sudah dirancang. Dalam program pendidikan yang berkualitas, pihak-
pihak terkait dengan pendidikan anak menggunakan informasi dari
berbagai macam sumber untuk merencanakan dan membuat keputusan-
keputusan tentang anak-anak secara individual.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan asesmen proyek?
2. Apa tujuan dan fungsi asesmen proyek?
3. Bagaiman karakteristik asesmen proyek?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan asesmen proyek?
C. TUJUAN
76
1. menjelaskan pengertian asesmen proyek
2. Menjelaskan tujuan dan fungsi asesmen proyek
3. Menjelaskan karakteristik asesmen proyek
4. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan asesmen proyek.
77
BAB II
PEMBAHASAN
34
Edi Hendri Mulyana, “ Penilaian dan Asesmen Dalam Pembelajaran IPA”, Saung Guru, Vol.1
No.1, 2010.
35
Suharsimi arikunto, “Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: bumi aksara, 2003), 10
78
tujuan agar peserta didik menjadi pribadi yang profesionalisme, yang dimulai
dengan perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan data
dan penyajian data.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik
memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga
hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru. Penilaian proyek dapat
digunakan, diantaranya untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan dalam
bidang tertentu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan
tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan kemampuan peserta didik dalam
menginformasikan subyek tertentu secara jelas. Dalam penilaian proyek
setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertim bangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik dan mencari
informasi serta dalam mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan
laporan.
2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dalam hal ini
mempertimbangkan tahap pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman
dalam pembelajaran.
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru pada proyek peserta
didik, dalam hal ini petunjuk atau dukungan.36
36
Drs. Asrul., M.SI, dkk, “Evaluasi Pembelajaran Cipustaka Media”, Hal. 61-62.
79
dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian ini dapat
menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek (checklist)
ataupun skala rentang (rating scale).
37
Suharsimi arikunto, dasar-dasar evaluasi pendidikan, (Jakarta: bumi aksara, 2003), 10
80
memberikan bimbingan dan penyuluhan guna mengatasi
kesulitankesulitan yang mereka hadapi.
c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Biasanya penilaian dengan fungsi ini dilaksanakan ketika
penerimaan siswa baru atau ketika kenaikan kelas. Untuk dapat
menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus
ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang
mempunyai minat, karakteristik, tingkat kemampuan, dan hasil penilaian
yang sama, akan berada dalam kelompok belajar yang sama sehingga guru
lebih mudah untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa di dalam kelas
secara rata-rata.
d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Penilaian ini dimaksudkan untuk menentukan angka kemajuan atau
hasil belajar para siswa. Angka-angka yang diperoleh dicantumkan sebagai
laporan kepada orang tua, untuk kenaikan kelas, dan penentuan kelulusan
para siswa.
38
Ivor K.Davis, pengelolaan belajar (Jakarta; rajawalui press, 1991), 294
81
Tujuan penilaian proyek menurut Majid (2011), sebagai berikut:
(1) memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta
didik pada pembelajaran tertentu dan (2) memberikan informasi mengenai
kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan dan
menginformasikan informasi yang diterima. Peserta didik menyukai
metode pembelajaran berupa penugasan proyek.39
b) Authenticity
Authenticity artinya apakah tugas yang diberikan tersebut sudah
serupa dengan apa yang sering dihadapinya dalam praktek kehidupan
39
Abdul Majid, “ Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan SK Guru” PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
40
Ivor K.Davis, pengelolaan belajar, (Jakarta; rajawali press, 1991), III-I
82
sehari-hari. Sebagai contoh, ketika siswa mendapat materi tentang
shalat jama’ dan qashar terkadang mereka sudah faham dengan materi
yang disampaikan, namun untuk mempraktikkannya sulit. Untuk itulah
perlu adanya praktik secara langsung dengan dibimbing oleh guru
agama karena dalam kehidupannya sehari-hari siswa sering
menghadapi kondisi seperti itu. Mungkin mereka mengetahui dan
memahami tentang apa itu shalat
jama’ dan qashar tetapi terkadang mereka belum bisa
mempraktikkannya dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan
syari’at.
c) Multiple foci
Multiple foci artinya apakah tugas yang diberikan kepada peserta
didik sudah mengukur lebih dari satu kemampuan yang diinginkan.
Bisa jadi seorang siswa mempunyai kemampuan yang baik dalam
menghafal dan menganalisa suatu materi, namun lemah dalam
prakteknya. Untuk itu guru bisa melengkapi kekurangannya dari aspek
psikomotorik tersebut dengan melihat kemampuan kognitifnya.
d) Teachability
Teachability artinya tugas yang diberikan merupakan tugas yang
hasilnya semakin baik karena adanya usaha mengajar guru di kelas.
Jadi tugas yang diberikan dalam project work atau penilaian proyek
adalah tugas-tugas yang relevan dengan yang diajarkan guru di dalam
kelas.
e) Fairness
Fairness artinya apakah tugas yang diberikan sudah adil untuk semua
peserta didik. Jadi tugas-tugas tersebut harus sudah dipikirkan, apakah
semua siswa mengerjakan tugas tersebut atau tidak dengan
pertimbangan bahwa kemampuan setiap siswa pasti berbeda dan
beragam. Terkadang dalam suatu kelompok tugas tersebut tergolong
mudah, terkadang ada yang menganggapnya sulit bahkan kadang ada
83
yang merasa tidak mampu. Untuk itu guru harus bisa mengukur sejauh
mana kemampuan siswanya secara rata-rata.
f) Feasibility
Feasibility artinya tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian proyek
memang relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor
seperti biaya, ruangan (tempat), waktu ataupun peralatannya. Setiap
sekolah mempunyai kemampuan yang berbeda-beda baik sumber daya
manusia maupun perlengkapan sarana prasarananya.
g) Scorability
Scorability dalam sebuah penilaian adalah hal yang paling
mendasar karena untuk mengetahui valid tidaknya sebuah penilaian.
Artinya apakah tugas yang diberikan nanti dapat di skor dengan akurat
dan reliable sehingga hasil yang diperolehnya juga valid. Dalam
penilaian proyek, seorang guru harus teliti dalam hal penskorannya
karena memang salah satu yang sensitif dari penilaian proyek adalah
penskoran.
D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
1. Kelebihan:
a. Meningkatkan motivasi.
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c. Meningkatkan kolaborasi.
d. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.
e. Meningkatkan skill
2. Kekurangan:
a. Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan
dengan masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajarkan
dengan cara melatih dan menfasilitasi peserta didik dalam
menghadapi masalah .
b. Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk
menyelesaikan masalah.
c. Memerlukan biaya ekstra.
84
d. Banyak peralatan yang harus disediakan.
BAB III
PENUTUP
85
A. KESIMPULAN
1. Asesmen (penilaian) proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap
suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu. Pendapat ini
dibenarkan Mulyana (2010), asesmen adalah penerapan berbagai cara
dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi
tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik dalam membuat
tugas. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data.
2. Tujuan penilaian proyek sebagai berikut:
(1) memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan
peserta didik pada pembelajaran tertentu dan (2) memberikan
informasi mengenai kemampuan peserta didik dalam
mengaplikasikan pengetahuan dan menginformasikan informasi
yang diterima. Peserta didik menyukai metode pembelajaran
berupa penugasan proyek.
Fungsi penilaian proyek sebagai berikut :
1) selektif
2) diagnostil
3) penempatan
4) pengukur keberhasilan
86
Kelebihan:
1) Meningkatkan motivasi.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3) Meningkatkan kolaborasi.
4) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.
5) Meningkatkan skill
Kekurangan:
Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan
dengan masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajarkan
dengan cara melatih dan menfasilitasi peserta didik dalam menghadapi
masalah .
B. Saran
Makalah ini masih banyak yang harus diperbaiki, dan direvisi, semoga
bisa menjadi pelajaran pada pembuatan malalh selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
87
Mulyana, Edi Hendri. 2010. “Penilaian dan Asesmen Dalam Pembelajaran IPA”,
Saung Guru. 1(1).
Arikunto, Suharsimi.2003.”Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan”. Bumi Aksara.
Jakarta. Hal 10
Asrul, dkk. “Evaluasi Pembelajaran Cipustaka Media” Hal. 61-62.
Davis, Ivor K.1991.”Pengelolaan Belajar”.Rajawali Press, Jakarta.
Hal.294.
Majid, Abdul.”Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan SK Guru”. PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
88
KELOMPOK 12
Makalah
Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pembimbing :
89
Kelompok 12
Nama :
Anita Syarif (20800118055)
Annisa Vidianti (20800118082)
Sri Devi (20800118069)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah
dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Evaluasi
Pembelajaran" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
90
kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kitasemua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam
yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam
semesta.Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul "Assessment Portofolio" dengan tepat waktu walaupun banyak
halangan dan rintangan yang dilalui. Disamping itu, kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah
makalah ini.Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik
konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini.
Akhirnya, semoga makalahini menambah khasanah keilmuan dan
bermanfaat bagi mahasiswa. Amin yaarobbal ‘alamin.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar 2
91
Daftar Isi 3
Bab I Pendahuluan 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
Bab II Pembahasan 5
Daftar Pustaka 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
92
Evaluasi yang sudah biasa digunakan dalam proses belajar
mengajar matematika di sekolah adalah tes tertulis. Salah satu
kekurangan yang dimiliki tes adalah bahwa tes hanya memberikan
gambaran tentang apa yang dimiliki siswa pada saat mengerjakan tes
saja dan kurang memberikan gambaran yang cukup tentang proses
belajar yang telah dilakukan dan dipahami siswa. Salah satu model
evaluasi yang saat ini sedang berkembang dan disinyalir memiliki
banyak manfaat baik bagi guru maupun bagi siswa adalah asesmen
portofolio.Asesmen portofolio adalah model asesmen yang
menggunakan kumpulan hasil karya siswa yang menunjukkan
pencapaian atau peningkatan yang diperoleh siswa dari proses
pembelajaran (Stiggin, 1994). Menurut Gitomer & Duschl (1994),
portofolio dapat memberikan masukan tentang minat belajar siswa, apa
yang telah dan belum diketahui siswa, kemajuan belajar siswa, serta
kesulitan yang dialami siswa. Informasi tersebut sangat dibutuhkan
oleh seorang guru untuk mengemas proses pembelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan siswa. Dengan menggunakan asesmen
portofolio dalam pembelajaran matematika, diharapkan guru dan siswa
akan lebih termotivasi dan lebih bertanggung jawab dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga akan meningkatkan
kualitas proses dan produk pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian Assessment Portofolio?
b. Fungsi dan Contoh Assessment Portofolio?
c. Mengevaluasi Assessment Portofolio??
C. Tujuan
a. Untuk dapat mengetahui Pengertian Assessment Portofolio
b. Untuk dapat mengetahui Bagaimana Fungsi dan contoh Portofolio
c. Untuk dapat mengetahui mengevaluasi Assessment Portofolio
BAB II
PEMBAHASAN
93
1.Portofolio
Portofolio berasal dari kata portare yang berarti tas, dan folio
yang berarti kertas. Apabila dilihat asal katanya, portofolio dapat
diartikan sebagai tempat atau map yang digunakan oleh siswa
untuk menyimpan hasil kerjanya atau bukti-bukti yang
merupakan hasil kerja siswa (Trihastuti, 2002, h.
- menurut Mousley (2001):
“A portfolio typically contains a collection of a student’s
work which provides a permanent and ongoing record of progress. In
mathematics, as in other areas such as art, portfolios can be used to
show-case students’ work. Therefore, students may have a large say
in what is included in their portfolios. Often, portfolios contain
additional comments by students about the pieces of work in the
collection.”
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh Mousley dapat
ditarik kesimpulan, pertama, bahwa tujuan portofolio adalah untuk
melihat kemajuan siswa (ongoing record of progress) selama proses
mengikuti mata pelajaran tertentu. Kedua, portofolio digunakan
untuk menunjukkan hasil kerja siswa dalam mata pelajaran itu.
Disamping, portofolio bisa menumbuhkan refleksi diri siswa lewat
memberikan komentar (additional comments) tambahan bahkan
memunculkan pola pikir yang kreatif (lateral thinking) dalam tiap-
tiap kerja yang dilakukannya.
Portofolio merupakan kumpulan berbagai dokumen dari
seseorang, suatu kelompok, sebuah lembaga, badan organisasi,
keperusahaan, dan lain sejenisnya yang memiliki tujuan untuk
mendokumentasikan sebuah perkembangan suatu proses di dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Fungsi Portofolio
Portofolio memiliki fungsi sebagai sebuah alat untuk melihat
berbagai perkembangan serta tanggung jawab dari peserta didik
dalam kegiatan belajar, perluasan dari dimensi belajar, sebuah
pembaharuan kembali atas proses belajar dan mengajar serta
pengembangan dari pandangan peserta didik di dalam belajar. Fungsi
penilaian secara portofolio adalah sebagai suatu alat untuk dapat
mengetahui kemajuan dari kompetensi yang telah dicapai oleh
peserta didik dan dengan mendiagnosis kesulitan sistem belajar dari
peserta didik, memberikan sebuah umpan balik untuk berbagai
kepentingan perbaikan dan juga penyempurnaan KBM.
Cara Membuat Portofolio
Berikut merupakan urutan dalam pembuatan portofolio,
antara lain.
Membuat Daftar Isi
Melampirkan CV atau Resume
Menguraikan Tujuan Atau Capaian
Menguraikan Keterampilan Dan Pengalaman
94
Melampirkan Contoh Hasil Karya Atau Capaian
Melampirkan Testimoni dari Klien Sebelumnya
Mencantumkan Penghargaan/ Sertifikat
Perbedaan Portofolio Dan CV
95
Dalam dunia politik dan pemerintahan, portfolio adalah merupakan
pilar pemerintahan serta kewajiban dari para menteri kabinet serta para
pejabat pimpinan departemen dalam pemerintahan.
Dalam dunia pendidikan
Portfolio dalam dunia pendidikan adalah merupakan sekumpulan
informasi pribadi yang merupakan catatan dan dokumentasi atas pencapaian
prestasi seseorang dalam pendidikannya. Ada beraneka portfolio mulai dari
rapor / ijasah hingga dokumen-dokumen lainnya seperti sertifikat, piagam
penghargaan, dan lain-lain sebagai bukti pencapaian hasil atas suatu
pendidikan atau kursus
Dalam dunia seni
Bagi seorang artis, arsitek, atau seorang model yang mencari kerja,
mereka senantiasa menyertakan "portfolio" dari hasil kerja terdahulunya
bersama dengan rekomendasi kliennya. Hasil kerja tersebut adalah berupa
karya foto, kliping majalah / koran, rancang bangun atau bukti-bukti lainnya
.
Pengertian Assessment Menurut Para Ahli
4. Menurut (AS Hornby, 1986), Assessment adalah Suatu upaya untuk
menentukan nilai atau jumlah.
5. Menurut (Suchman, 1961), Assessment adalah Sebuah proses
menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan
untuk mendukung tercapainya tujuan.
6. Menurut (Worthen dan Sanders, 1973), Assessment merupakan
Kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu ; dalam mencari
sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat
dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta
alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah
ditentukan.
7. Menurut Nana Sudjana Assessment adalah proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.
8. Menurut Gronlund (1984) dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, menyatakan
Assessment sebagai proses sistematik pengumpulan, penganalisaan, dan
penafsiran informasi untuk menentukan sejauh mana siswa mencapai
tujuan.
9. Menurut The Task Group on Assesment and Testing (TGAT) dalam
Griffin & Nix (1991 : 3) mendeskripsikan Assessment sebagai semua cara
yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok.
10. Menurut Boyer & Ewel mendefenisikan Assessment sebagai proses yang
menyediakan informasi tentang individu siswa, tentang kurikulum atau
program, tentang institusi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan
system institusi.
96
11. Menurut Eko Putro Widoyoko Assessment atau penilaian dapat diartikan
sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria
maupun aturan-aturan tertentu.
12. Menurut Robert M Smith (2002)
Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk
mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat
digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar
untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
f. Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang
berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang
saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan.
Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program
pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
Menurut Bomstein dan Kazdin (1985)Mengidentifikasi masalah dan
menyeleksi target intervensi Memilih dan mendesain program treatmen.
Assessment of Learning, Pengertian Assessment for Learning,
Pengertian Assessment as Learning. Penilaian konvensional cenderung
dilakukan untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Dalam konteks ini,
penilaian diposisikan seolah-olah sebagai kegiatan yang terpisah dari proses
pembelajaran. Pemanfaatan penilaian bukan sekadar mengetahui pencapaian
hasil belajar, justru yang lebih penting adalah bagaimana penilaian mampu
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses belajar. Penilaian
seharusnya dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu assessment of
learning (penilaian akhir pembelajaran), assessment for learning (penilaian
untuk pembelajaran), dan assessment as learning (penilaian sebagai
pembelajaran).
Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah
proses pembelajaran selesai. Proses pembelajaran selesai tidak selalu terjadi
di akhir tahun atau di akhir peserta didik menyelesaikan pendidikan pada
jenjang tertentu. Setiap pendidik melakukan penilaian yang dimaksudkan
untuk memberikan pengakuan terhadap pencapaian hasil belajar setelah
proses pembelajaran selesai, berarti pendidik tersebut melakukan assessment
of learning. Ujian Nasional, ujian sekolah/madrasah, dan berbagai bentuk
penilaian sumatif merupakan assessment of learning (penilaian hasil elajar).
Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan
perbaikan proses belajar mengajar. Dengan assessment for learning pendidik
dapat memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta didik,
memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya. Assessment for
learning juga dapat dimanfaatkan oleh pendidik untuk meningkatkan
performan dalam memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk penilaian
formatif, misalnya tugas, presentasi, proyek, termasuk kuis merupakan
contoh-contoh assessment for learning (penilaian untuk proses belajar).
97
Assessment as learning mempunyai fungsi yang mirip dengan
assessment for learning, yaitu berfungsi sebagai formatif dan dilaksanakan
selama proses pembelajaran berlangsung. Perbedaannya, assessment as
learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan penilaian
tersebut. Peserta didik diberi pengalaman untuk belajar menjadi penilai bagi
dirinya sendiri. Penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar teman
merupakan contoh assessment as learning. Dalam assessment as learning
peserta didik juga dapat dilibatkan dalam merumuskan prosedur penilaian,
kriteria, maupun rubrik/pedoman penilaian sehingga mereka mengetahui
dengan pasti apa yang harus dilakukan agar memperoleh capaian belajar
yang maksimal.
Selama ini assessment of learning paling dominan dilakukan oleh
pendidik dibandingkan assessment for learning dan assessment as learning.
Penilaian pencapaian hasil belajar seharusnya lebih mengutamakan
assessment as learning dan assessment for learning dibandingkan assessment
of learning
Dalam praktek pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan evaluasi
terhadap kinerja dan produk dari peserta didik, portofolio merupakan suatu
bagian yang sangat penting. Disebut demikian karena portofolio merupakan
suatu sarana yang mampu mengungkap aspek-aspek proses dan pencapaian
dari siswa yang tidak dapat dideteksi melalui tes, interviu, atau sekali pun
melalui monitoring.
Portofolio diartikan sebagai suatu koleksi dari sampel-sampel pekerjaan
siswa, termasuh di dalamnya karya tulis, tes, laporan kegiatan, pekerjaan
rumah, proyek, atau hal-hal lain yang dapat menggambarkan atau
mendemonstrasikan kemampuan siswa dalam memahami matematika secara
luas. Portofolio juga dapat digunakan untuk mengindikasikan pertumbuhan
pemahaman siswa akan matematika setelah kurun waktu tertentu, serta
menunjukkan sifat, keyakinan dan kemauan siswa dalam mengerjakan
matematika (Heddens & Speer, 1997).
Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan
Canada, portofolio merupakan suatu isu yang sangat penting. Ketika
seseorang akan melamar pekerjaan atau pindah pekerjaan, ia harus
menunjukkan dokuman-dokumen yang memberikan informasi memngenai
kemampuan, pengalaman, dan pendidikan.
Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa ijazah, sertifikat, biografi,
penghargaan, resume pengalaman pekerjaan, surat rekomendasi, dan karya
tulis yang pernah dibuat pelamar. Secara keseluruhan dokumen-dokuman ini
disebut portofolio. Semua dokumen dalam portofolio dipilih untuk maksud
tertentu yang secara kronologis dapat menggambarkan perkembangan
pelamar dalam segi pengetahuan/pendidikan, pengalaman, serta
kemampuan. Oleh karena itu portofolio biasanya hanya memuat hal-hal
yang memberikan penilaian positif terhadap yang bersangkutan, sedangkan
hal-hal negatif yang tidak menunjang performance pelamar tidak
dimasukkan dalam portofolio.
98
B. Mengembangkan potofolio
e) Fungsi Assessment
Dalam kegiatan belajar mengajar, assessment atau penilaian
mempunyai peranan yang penting. Karena assessment mempunyai dua
fungsi yakni fungsi formatif dan fungsi sumatif.
Fungsi Formatif
Fungsi Sumatif
99
Adalah fungsi sebagi penentu nilai belajar siswa dalam satu mata
pelajaran tertentu, sehingga selanjutnya bisa dijadikan bahan memberikan
laporan, menentukan kenaikan kelas serta menentukan lulus atau tidaknya
siswa.
Tujuan Assessment
Menurut Chittenden (1994) menyatakan bahwa tujuan penilaian
“assessment purpose” adalah “keeping track”, checking up, finding out and
summming up
Keeping Track
100
sepuluh jari, lalu si guru tersebut menggunakan tes lisan mengenai berbagai
tugas dari kesepuluh jari tersebut, maka terdapat kemungkinan bukan aspek
keterampilan yang di ukur namun aspek pemahaman mengenai berbagai
tugas dari kesepuluh jari tersebut dalam mengetik. Sehingga bisa di
katakana pengukuran yang di lakukannya tersebut tidak Valid
101
istilah tersebut, yuk simak penjelasan tentang portofolio di berbagai bidang
berikut ini.
1. Portofolio Dalam Bidang Pendidikan
Contoh portofolio pendidikan adalah sertifikat penghargaan
pendidikan dan seminar pendidikan, rapor, ijazah, sertifikat atau piagam
penghargaan akademik lainnya.
2. Portofolio Dalam Bidang Seni
contoh portofolio bidang seni adalah kliping, sketsa, lukisan, dan lain
sebagainya.
3. Portofolio Dalam Bidang Keuangan
Pada umumnya, portofolio ini mengilustrasikan secara detail profil
suatu perusahaan serta menjelaskan tentang berbagai klien yang pernah
bekerja sama atau berinvestasi di perusahaan tersebut.
4. Portofolio Di bidang Managemen Dan Pemasaran
Orang-orang yang bekerja di bidang manajemen dan pemasaran
harus memiliki portofolio sebagai bukti saat akan melakukan kerja sama
dengan sebuah perusahaan. Dengan adanya portofolio, perusahaan bisa
meyakinkan klien untuk bekerja sama dan berinvestasi.
5. Portofolio Dalam Bidang Politik Dan Pemerintahan
Portofolio juga dibutuhkan di bidang politik dan pemerintahan.
102
portofolio. Dokumen-dokumen tersebut ditempatkan dalam satu map atau
folder.
Batasan dokumen
Dokumen-dokumen portofolio perlu dikelompokkan sehingga
mudah untuk mendapatkannya bila diperlukan. Agar kelompok dokumen
mudah diorganisir maka perlu diberi pembatas misalnya dengan kertas
berwarna. Batasan tersebut sangat berguna untuk memisahkan antara
dokumen kelompok satu dengan yang lain.
Catatan guru dan orang tua
Pada setiap dokumen yang relevan harus terdapat catatan, komentar
atau nilai dari guru dan tanggapan orang tua. Akan lebih lagi jika terdapat
catatan atau tanggapan peserta didik yang bersangkutan.
Portofolio menunjukkan kreativitas atau potensi profesional dengan cara yang
lebih ekstensif dan terperinci daripada hanya sebuah penawaran sebuah resume.
Ada beberapa bagian yang perlu disertakan di dalam portofolio yang sangat
tergantung pada bidang keahlian Anda, tetapi ada juga beberapa dasar yang dapat
diterapkan pada hampir semua tipe. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu Anda
ketahui tentang portofolio yang mungkin akan Anda buat.
5. Cara membuat portoofolio dengan gambar 3 diantaranya yaitu :
Sertakan daftar isi. Portofolio merupakan koleksi yang besar dan luas
yang menampilkan kemampuan Anda melakukan jenis pekerjaan tertentu.
Sebuah daftar isi akan memudahkan calon pemberi kerja, administrator, atau
klien untuk menavigasi hasil pekerjaan Anda dan menemukan informasi
yang dibutuhkan dengan cepat.
Buatlah sebuah daftar isi setelah Anda menyelesaikan portofolio,
tetapi letakkan daftar tersebut di depan materi yang lain.
Anda tidak perlu menyertakan nomor halaman jika Anda tidak
menuliskannya di dalam portofolio. Namun jika Anda menuliskan nomor
halaman di portofolio, tulislah nomor tersebut di dalam daftar isi Anda.
Sertakan daftar isi. Portofolio merupakan koleksi yang besar dan luas
yang menampilkan kemampuan Anda melakukan jenis pekerjaan tertentu.
Sebuah daftar isi akan memudahkan calon pemberi kerja, administrator, atau
klien untuk menavigasi hasil pekerjaan Anda dan menemukan informasi
yang dibutuhkan dengan cepat.
Buatlah sebuah daftar isi setelah Anda menyelesaikan portofolio,
tetapi letakkan daftar tersebut di depan materi yang lain.
Anda tidak perlu menyertakan nomor halaman jika Anda tidak
menuliskannya di dalam portofolio. Namun jika Anda menuliskan nomor
halaman di portofolio, tulislah nomor tersebut di dalam daftar isi Anda.
103
Untuk tujuan jangka pendek, jelaskan posisi Anda dalam satu atau dua
tahun.
Untuk tujuan jangka panjang, jelaskan hal yang ingin Anda lakukan
pada lima hingga sepuluh tahun yang akan datang.
Pernyataan pribadi juga harus menyertakan informasi tentang nilai-
nilai yang Anda pegang seperti etika bekerja, filosofi kreatif, filosofi
manajemen, dan sebagainya.
Contoh Rangkuman Penilaian Portofolio
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 1 Semester
Nama Siswa : _________________ Kelas : VII/2
NO SK/KD
Skor Prestasi :
KET.(1 – 10) T BT
1. Menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran
2. Dst
Total Skor :
Catatan:
Setiap Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar yang masuk dalam
daftar portofolio
dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap peserta didiksebagai
bukti
pekerjaannya. Kemudian Guru menjelaskan bobot dari setiap
portofolio yang dibuat.
7. Indikator Penilaian
Yang dimaksud indikator penilaian adalah unsur-unsur pokok yang
dapat menjelaskan kemampuan peserta didik setelah menyelesaikan satu
satuan pendidikan tertentu. Banyak sekali indikator yang dapat dipilih, akan
tetapi yang dipandang paling sensitif adalah basil ulangan atau basil tes
(formatif dan sumatif), penyelesaian tugas-tugas terstruktur. Berdasarkan
indikator-indikator tersebut penilai dapat membuat kesimpulan, sejauh mana
seorang siswa telah belajar dan berapa nilai yang adil untuknya. Adapun
penilaian dapat menggunakan tes formatif dan sumatif dan tugas-tugas
terstruktur.
12. Pengorganisasian
104
2. Menunjukkan prestasi akademik dan memotret kompetensi peserta
didik
3. Mampu memfokuskan pada kepentingan dan proses kemampuan
belajar-mengajar serta
menginformasikan pengajaran praktis tentang kelebihan dan kekurangan
peserta didik.
Adapun manfaat penilaian portofolio adalah:
1. Portofolio menyajikan atau memberikan:“bukti” yang lebih jelas
atau lebih lengkap tentang kinerja siswa daripada hasil tes di kelas.
2. Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai den
gan program pembelajaran yang baik.
3. Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan
siswa
4. Portofolio memberikan gambaran tentang kemampuan siswa
5. Penggunaan portofolio penilaian
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau
kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas.
6. Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atas
bervariasinya gaya belajar siswa.
7. Portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk berper
an aktif dalam penilaian hasil belajar
8. Portofolio membantu guru dalam menilai kemajuan siswa
9. Portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan tentan
g pembelajaran atau perbaikan pembelajaran
10. Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk berdiskusi
dengan orang tua siswa, tentang perkembangan siswa yang bersangkutan.
11. Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pemb
elajaran yang bersangkutan
Tugas Portofolio
105
praktikum, laporan observasi lapangan, tugas-tugas, membaca, tes, kuis,
atau apa saja yang menurut anda bermanfaat.
Portofolio yang Anda buat dihimpun dalam sebuah map. Di bagian
awal cantumkan daftar isi yang menggambarkan isi seluruh komponen
portofolio itu. Setiap komponen yang Anda masukkan di dalam map harus
diberi judul untuk memudahkan identifikasi. Setiap komponen yang Anda
himpun dapat direvisi setiap saat sesuai dengan pengetauan dan pengalaman
yang diperoleh dari keseluruhan aktivitas yang telah dilakukan. Dengan
demikian portofolio Anda, yang harus diserahkan seminggu menjelang
perkuliahan berakhir, akan menunjukkan hasil karya terbaik selama
mengikuti perkuliahan.
Di bagian akhir, Anda harus menyertakan ringkasan portofolio.
Ringkasan ini berisi refleksi dan pandangan Anda dari keseluruhan aktivitas
yang berkaitan dengan perkuliahan. Misalnya, diskusi kelompok yang Anda
lakukan telah menbantu cara berpikir Anda dalam menyelesaikan
permasalahan, atau tugas pekerjaan rumah yang pada awalnya tampak sulit
sekarang menjadi tampak sederhana.
Jika Anda mempunyai pertanyaan berkaitan dengan portofolio ini, atau
menghendaki opini saya dari komponen portofolio yang Anda buat, dengan
senang hati saya akan membantu.
B.Contoh Portofolio
C. Mengevaluasi Portofolio
106
dan menggunakan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya untuk
memperoleh nilai secara keseluruhan (Heddens & Speer, 1997).
Guru dapat menggunakan portofolo untuk menemukan apakah ada indikasi
tentang strategi pemecahan masalah, komunikasi yang jelas, berpikir dan
refleksi, penggunaan notasi dan istilah yang tepat, kaitan dengan kehidupan
sehari-hari, ataupun disposisi yang positif terhadap matematika. Figura 3
adalah contoh rubrik yang dapat digunakan untuk menilai soal-soal terbuka.
Skor Kriteria
4 Lengkap dan kompeten
3 Memenuhi Kompetensi
Dasar
2 Jawaban Parsial
1 Jawaban Coba-coba
0 Tidak ada Respon
Figuran 3. Kriteria Penilaian Untuk Portofolio
C. Mengevaluasi Portofolio
Mengevaluasi portofolio tidak semudah mengevaluasi dengan tes,
sebab tidak pernah ada portofolio yang tepat sama. Hal ini disebabkan
karena setiap individu dapat menyiapkannya item-item yang berbeda sesuai
dengan kelebihan yang dimilikinya. Oleh karena itu mengevaluasi portofolio
bukan merupakan tugas yang gampang.
Salah satu cara untuk mengevaluasi portofolio ialah menggunakan
rubrik. Cara ini tidak lain dari skala nilai yang digunakan untuk memberi
skor pada item yang mengharuskan siswa menjawab dalam bentuk tulisan
dari soal atau pertanyaan yang terbuka (open-ended item). Pada soal ini
siswa dapat menjawab secara bebas dan terdapat banyak cara untuk
memperoleh jawaban. Jika rubrik digunakan untuk menskor portofolio, guru
dapat memberitahukan komponen apa yang perlu dimuat dalam suatu
107
portofolio dan menggunakan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya
untuk memperoleh nilai secara keseluruhan (Heddens & Speer, 1997).
Guru dapat menggunakan portofolo untuk menemukan apakah ada
indikasi tentang strategi pemecahan masalah, komunikasi yang jelas,
berpikir dan refleksi, penggunaan notasi dan istilah yang tepat, kaitan
dengan kehidupan sehari-hari, ataupun disposisi yang positif terhadap
matematika. Figura 3 adalah contoh rubrik yang dapat digunakan untuk
menilai soal-soal terbuka.
108
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
109
membangun rasa tanggung jawab dalam belajar, memonitir diri sendiri
dalam kegiatan belajar, menanamkan kesadaran untuk meningkatkan
kemampuan diri, dan membangun argumen-argumen yang logis. Dampak
lain yang muncul adalah siswa merasa terpacu untuk belajar terus, senang
mengikuti pelajaran, dan termotivasi untuk mencari sesuatu yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Referensi
110
Dasim Budimansyah. (2002). Model pembelajaran dan penilaian
berbasis portofolio. Bandung: Genesindo.
Eko putro Widoyoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
https://mutadiwi.blogspot.com/2013/03/portofolio-assessment.html )
https://quora.co.id/contoh-portofolio/
https://id.wikipedia.org/wiki/Portofolio
https://www.gurupendidikan.co.id/assessment-adalah/
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/03/assessment-
adalah.html
https://www.weschool.id/pengertian-assessment-penilaian-fungsi-
tujuan-dan-contohnya-lengkap/ )
https://solusiprinting.com/pengertian-portofolio-jenis-fungsinya-
untuk-bisnis-anda/
https://rahmatulhayati.wordpress.com/2012/01/16/penilaian-
portofolio/
https://ainamulyana.blogspot.com/2019/01/assessment-of-learning-
assessment-for.html
https://id.wikihow.com/Membuat-Portofolio
https://mytugasmm.blogspot.com/2015/06/makalah-asesmen-
portofolio.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA
/196210111991011-TATANG_HERMAN/Artikel/Artikel21.pdf
KELOMPOK 13
111
MAKALAH BUKU
“ASSESMENT AFEKTIF ( PENILAIAN
AFEKTIF )”
112
OLEH
KELOMPOK13
FajarAl-RasyidUmsyani(20800118056)
Inaya(20800118070)
Hasrianti(20800118083)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur kita panjatkan pada Allah
subhanawata’ala karena telah memberikan kami kesempatan untuk
menyelesaikan sebuah makalah buku mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
113
yang berjudul “Assesment Afektif (Penilaian Afektif )". Tak lupa pula
berteri makasih kepada bapak dosen tercinta dan teman-teman yang
membantu proses pembuatan makalah ini. Mohon maaf jika di dalam
makalah ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Semoga bermanfaat. Sekian
terima kasih.
DAFTARISI
Halaman Judul....................................................................................
Kata Pengantar...................................................................................
114
Daftar Isi.............................................................................................
BABI (PENDAHULUAN).................................................................
A. Latar Belakang................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................
C. Tujuan.............................................................................................
BABII (PEMBAHASAN)...................................................................
A. Hakikat pembelajaran afektif ...................................................................
B. Tingkatan ranah
afektif .......................................................................................................
...........
C. Karakteristik ranah afektif .......................................................................
D. BagaimanaInstrumenpenilaianafektif.......................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
115
Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tuntutan
penerapan kurikulum berbasis kompetensi mencakup tiga ranah, yaitu
kemampuan berpikir, keterampilan melakukan pekerjaan, dan perilaku.
Kemampuan berpikir merupakan ranah kognitif yang meliputi
kemampuan menghapal, memahami, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Kemampuan psikomotor, yaitu
keterampilan yang berkaitan dengan gerak, menggunakan otot seperti lari,
melompat, menari, melukis, berbicara, membongkar dan memasang
peralatan, dan sebagainya. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat
dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin,
komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan
kemampuan mengendalikan diri. Semua kemampuan ini harus menjadi
bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah, yang akan dicapai melalui
kegiatan pembelajaran yang tepat.
Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun
implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian
tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan
psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran
yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai. Keberhasilan
pendidik melaksanakan pembelajaran ranah afektif dan keberhasilan peserta
didik mencapai kompetensi afektif perlu dinilai. Oleh karena itu perlu
dikembangkan acuan pengembangan perangkat penilaian ranah afektif serta
penafsiran hasil pengukurannya
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hakikat pembelajaran afektif ?
2. Apa Tingkatan ranah afektif ?
3.Apa Karakteristik ranah afektif ?
4. Bagaimana Instrumen penilaian afektif ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui BagaimanaHakikatpembelajaranafektif
2. Untuk mengetahui ApaTingkatanranahafektif
3. Untuk mengetahui ApaKarakteristikranahafektif
4. Untuk mengetahui BagaimanaInstrumenpenilaianafektif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pembelajaran Afektif
Hasil belajar menurut Bloom (1976) mencakup prestasi belajar,
kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen (1981) sependapat dengan
Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir,
berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif,
tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan
berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku
seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut
merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang
pendidikan.
116
Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan
belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu
sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang
berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil
pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu
membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi
yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk
membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat
nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam
merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan
ranah afektif.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor
dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki
minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang
mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil
pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini,
namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik
untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai
hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan
kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan
karakteristik afektif peserta didik.
117
mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan
keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Hasil belajar pada tingkat ini
berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal
secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan
sebagai sikap dan apresiasi.
4. Tingkat organization
Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan,
konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal
yang konsisten. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi
nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup.
5. Tingkat characterization
Tingkat ranah afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada
tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku
sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil
pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.
118
3. Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu
terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan
intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target
konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah
konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam
suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.Konsep diri
ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif
karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting
bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan
dari penilaian diri adalah sebagai berikut :
3. Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
4. Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
5. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
6. Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
7. Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
8. Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui
standar input peserta didik.
9. Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
10. Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
11. Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
12. Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
13. Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
14. Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
15. Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat
untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
16. Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.
17. Peserta didik mampu menilai dirinya.
18. Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
19. Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.
4. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang
perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap
buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi
sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai
mengacu pada keyakinan.Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai
dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif
dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau
rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai
adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam
119
mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa
manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini
menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya
satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan
menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk
memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap
masyarakat.
5. Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral
anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement
moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang
melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan,
bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap
kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri
sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai
orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan
keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa
dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan
seseorang.
Ranah afektif lain yang penting adalah:Kejujuran: peserta didik
harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang
lain.Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai,
misalnya moral dan artistik.Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa
semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh
pendidikan.Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang
demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal
kepada semua orang.
120
Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat
peserta didik terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan
untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran tersebut.
Definisi konseptual: Minat adalah keinginan yang tersusun melalui
pengalaman yang mendorong individu mencari objek, aktivitas, konsep, dan
keterampilan untuk tujuan mendapatkan perhatian atau penguasaan. Definisi
operasional: Minat adalah keingin tahuan seseorang tentang keadaan suatu
objek.
c.Instrumen konsep diri
Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri sendiri. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik
digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh oleh
peserta didik.
Definisi konsep: konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap
dirinya sendiri yang menyangkut keunggulan dan kelemahannya. Definisi
operasional konsep diri adalah pernyataan tentang kemampuan diri sendiri
yang menyangkut mata pelajaran.
d.Instrumen nilai
Nilai merupakan konsep penting dalam pembentukan kompetensi
peserta didik. Kegiatan yang disenangi peserta didik di sekolah dipengaruhi
oleh nilai (value) peserta didik terhadap kegiatan tersebut. Misalnya, ada
peserta didik yang menyukai pelajaran keterampilan dan ada yang tidak, ada
yang menyukai pelajaran seni tari dan ada yang tidak. Semua ini
dipengaruhi oleh nilai peserta didik, yaitu yang berkaitan dengan penilaian
baik dan buruk.
Nilai seseorang pada dasarnya terungkap melalui bagaimana ia berbuat
atau keinginan berbuat.Nilai berkaitan dengan keyakinan, sikap dan aktivitas
atau tindakan seseorang. Tindakan seseorang terhadap sesuatu merupakan
refleksi dari nilai yang dianutnya.
Definisi konseptual: Nilai adalah keyakinan terhadap suatu pendapat,
kegiatan, atau objek. Definisi operasional nilai adalah keyakinan seseorang
tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Misalnya keyakinanakan
kemampuan peserta didikdan kinerja guru. Kemungkinan ada yang
berkeyakinan bahwa prestasi peserta didik sulit ditingkatkan atau ada yang
berkeyakinan bahwa guru sulit melakukan perubahan.
Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan
individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif
dan yang negatif. Hal-hal yang positif ditingkatkan sedang yang negatif
dikurangi dan akhirnya dihilangkan.
e.Instrumen Moral
Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui moral peserta didik.
Contoh indikator moral sesuai dengan definisi tersebut adalah: Memegang
janji, Memiliki kepedulian terhadap orang lain, Menunjukkan komitmen
terhadap tugas-tugas, Memiliki Kejujuran.
Ada 11 (sebelas) langkah dalam mengembangkan instrumen
penilaian afektif, yaitu:
121
13. menentukan spesifikasi instrumen
14. menulis instrumen
15. menentukan skala instrumen
16. menentukan pedoman penskoran
17. menelaah instrumen
18. merakit instrumen
19. melakukan ujicoba
20. menganalisis hasil ujicoba
21. memperbaiki instrumen
22. melaksanakan pengukuran
23. menafsirkan hasil pengukuran
122
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
123
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Mary. Yen., & Yen, Wendy. M. (1979). Introduction
measurement theory. Berkeley, California: Brooks/Cole Publishing
Company.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
124