Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR

ACARA II
PROTEIN

Disusun oleh:
Kelompok XXXVI
Adi Dwi Nugroho PT/08068
Aisyah Nur Azizah PT/08074
Faizah Dwiyanti PT/08105
Muhammad Rio Rafif PT/08306
Ruth Eva Angela PT/08320
Asisten: Wahyu Adi Setiawan

LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA II
PROTEIN

Tujuan Praktikum
Praktikum protein bertujuan untuk mengetahui adanya pengendapan
protein oleh pengaruh penambahan logam berat, alkaloid, garam netral,
dan alkohol, mengetahui adanya ikatan peptida pada protein, mengetahui
adanya asam amino tirosin, mengetahui adanya asam amino triptophan,
mengetahui adanya asam amino aromatik (triptophan, tirosin, dan
fenilalanin), mengidentifikasi gugus karbohidrat, membedakan macam
protein, mengetahui kasein sebagai jenis protein, mengetahui adanya
phospor dalam kasein, mengetahui asam amino komponen penyusun
gelatin, dan mengetahui pengendapan pada gelatin.
.

Teori dan Prinsip Kerja


Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari
sejumlah L-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan polipeptida. Protein
dalam makanan nabati pada umumnya terlindungi dengan suatu lapisan
selulosa yang mengakibatkan daya cerna protein nabati lebih rendah
daripada protein hewani. Setiap molekul protein tersusun oleh sejumlah
asam amino tertentu dengan sifat dan susunan tertentu (Winarno, 2004).
Protein adalah polimer panjang yang tersusun atas asam-asam
amino yang sering kali disebut “residu” (terutama selama degradasi protein
untuk memastikan sekuens-sekuens asam aminonya) yang terikat secara
kovalen oleh ikatan-ikatan peptida. Secara alamiah terdapat dua puluh jenis
asam amino berbeda pada protein. Karbon-α adalah atom sentral tempat
sebuah gugus amino (NH3) dan sebuah gugus karboksil (COO) melekat.
Sering meningkatnya PH melebihi kenetralan (pH 7), lingkungan yang
semakin basa cenderung malenetralisasi gugus karboksil yang asam dari
protein, dan seiring menurunnya pH dibawah kenetralan, lingkungan yang
semakin cenderung menetralisasi gugus-gugus amino yang basa (Elrod
dan Stansfield, 2007).

Gambar 1. Struktur asam amino


(Sumardjo, 2006)
Asam amino merupakan suatu senyawa organik yang mengandung
amina dan karboksil pada ujungnya dan rantai R yang unik pada setiap
gugus asam amino, kecuali pada prolin, asam amino pembentuk protein
memiliki gugus karboksil dan asam amino bebas yang tidak tersubstitusi
pada atom karbon ɑ sehingga disebut ɑ-asam amino (Azad, 2018).
Goudoever et al. (2014) menyatakan bahwa 20 asam amino pembentuk
protein terbagi menjadi 2 yaitu 19 amina primer dan prolin adalah satu-
satunya amina sekunder. Selain itu asam amino memiliki C kiral dan 1 akiral
(glisin).
Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein. Asam
amino dibagi ke dalam dua kelompok yaitu, asam amino-essensial dan
asam amino non essensial. Asam amino essensial tidak dapat diproduksi
dalam tubuh sehingga harus didapat dari makanan sedangkan asam amino
non-essensial dapat diproduksi dalam tubuh ( Liputo et al, 2013). Ikatan
peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari gugus
karboksil suatu molekul berikatan dengan atom hidrogen dari gugus amino
molekul lain. Menurut Muthawali (2018), reaksi melepaskan molekul air
disebut dengan reaksi kondensasi. Adanya ikatan peptida mengindikasikan
adanya protein karena asam amino saling berikatan membentuk protein
melalui ikatan peptida. Lazimnya ikatan peptida mengikat hingga 20 asam
amino yang disebut oligopeptida. Polipeptida dapat dikatakan sebagai
ikatan peptida yang mengikat hingga 100 asam amino (Gentilucci, 2010).
Protein memiliki beberapa sifat tergantung gugus yang diikat. Sifat-
sifat protein adalah hidrolisis, pembentukan warna, koagulasi, denaturasi,
dan sifat amfolit. Hidrolisis protein terjadi karena pengaruh larutan asam
mineral encer, basa encer, dan enzim proteolitik. Proses penggumpalan
protein dipengaruhi oleh pemanasan, radiasi, atau penambahan bahan
kimia tertentu. Sifat protein lainnya adalah denaturasi. Denaturasi protein
merupakan proses perubahan konfigurasi tiga dimensi molekul protein
tanpa menyebabkan kerusakan ikatan peptida. Denaturasi disebabkan oleh
pemanasan, sinar ultraviolet, gelombang ultrasonik, atau bahan kimia
tertentu (Sumardjo, 2009).
Prinsip kerja uji pengendapan dengan logam berat, yaitu protein
menggumpal ketika mencapat titik isoelektrik. Penambahan ZnSO4 berlebih
menyebabkan protein telah lewat dari titik isoelektrik dan ikatan Zn dengan
protein akan terlepas. Prinsip kerja uji pengendapan dengan alkaloid, yaitu
pereaksi alkaloid merupakan molekul yang memiliki banyak anion. Muatan
negatif dari anion tersebut bereaksi dengan muatan positif pada gugus
amino menyebabkan pengendapan protein.
Prinsip kerja uji pengendapan dengan garam dan alkohol, yaitu
albumin mengendap pada garam pekat tetapi larut dalam garam encer dan
alkohol encer. Prinsip kerja uji Biuret, yaitu adanya ikatan antara Cu dari
CuSO4 dengan N dari peptida dengan larutan basa kuat membentuk
cupripotasium Biuret atau cuprisodium Biuret yang berwarna ungu. Prinsip
kerja uji Millon, yaitu terjadinya ikatan Hg dengan hidroksifenil dari asam
amino tirosin. Penambahan NaNO2 mengakibatkan subtitusi Hg dengan
NO2 yang karena pemanasan akan membentuk nitrosophenol yang
berwarna merah.
Prinsip kerja uji Hopeskin-Cole, yaitu terjadi kondensasi antara
gugus aldehid dari formaldehid dengan gugus indol dari asam amino
triptophan yang terdapat pada albumin. Uji ini membentuk kompleks
berwarna ungu. Prinsip kerja uji Xanthoprotein yaitu mengidentifikasi
adanya inti benzene dalam suatu protein seperti asam amino fenilalanin,
tirosin, dan triptophan. Pereaksinya mengandung asam nitrat pekat yang
akan menunjukkan hasil positif berwarna kuning karena adanya inti
benzene yang ternitrasi oleh asam nitrat membentuk nitro benzene.
Prinsip kerja uji Molisch adalah heksosa atau pentosa mengalami
dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat pekat menjadi hidroksimetilfurfural
atau furfural dan kondensasi aldehida yang terbentuk ini dengan a-naftol
membentuk senyawa yang berwarna khusus untuk polisakarida dan
disakarida. Reaksi ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu hidrolisis polisakarida
dan disakarida merjadi heksosa atau pentosa, dan diikuti oleh proses
dehidrasi dan proses kondensasi (Sumardjo, 2009).
Prinsip kerja uji Albumin dan Globulin, yaitu albumin akan larut dalam
air, garam encer, dan alkohol encer serta mengendap pada alkohol pekat
dan garam pekat. Globulin akan larut dalam garam encer dan tidak larut
atau sedikit larut dalam air. Prinsip kerja uji kasein, yaitu penambahan
NaOH menyebabkan warna biru, Brom kresol hijau digunakan sebagai
indikator warna. Asam asetat menyebabkan terjadi penurunan pH,
mencapai titik isoelektrik pada (pH 4,6) sehingga terbentuk endapan
berwarna kehijauan karena mengalami koagulasi. Prinsip kerja uji
Neumann, yaitu phospor pada kasein terlepas dengan penambahan HNO3
dan H2SO4 membentuk H(PO4)-. Amonium molibdat berikatan dengan
H(PO4)- membentuk endapan amonium phosphomolibdat yang berwarna
kuning.
Prinsip kerja uji pengendapan, yaitu menyiapkan dua tabung.
Tabung pertama diisi larutan gelatin dan ditambahkan (NH 4)2SO4 padat
sehingga terbentuk endapan putih. Hal ini dikarenakan (NH 4)2SO4 mengikat
air sehingga penambahan (NH4)2SO4 dapat menetralkan larutan sekaligus
mendehidrasi terbentuknya endapan. Tabung kedua diisi larutan gelatin,
ditambahkan kalium ferosianida dan asam asetat glasial sehingga
berwarna kuning jernih. Kalium ferosianida bersifat alkaloid (gugus amin +)
sedangkan gelatin (gugus amin -) sehingga tidak terbentuk endapan.
Materi dan Metode

Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum protein antara lain lampu
spiritus, tabung reaksi, pipet ukur, gelas ukur, pengaduk, pipet tetes,
corong, penangas, korek api, pipet pump, stopwatch dan penjepit tabung.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum protein antara lain
larutan albumin 1%, larutan ZnSO4 encer 0,45%, larutan kasein 1%, asam
sulfosalisilat 20%, larutan Esbach, kalium ferrosianida, asam asetat glasial,
asam Wolframat 20%, kristal (NH4)SO4 padat, akuades, alkohol pekat,
larutan peptida, larutan NaOH 40%, larutan CuSO4 0,1%, larutan HgSO4
1% encer, larutan formaldehid encer, larutan H2SO4 pekat, larutan HNO3
pekat, larutan NH4OH, reagen Molisch 5%, larutan serum encer, asam
sulfosalisilat, khlorofenol red, asam asetat 2%, larutan HNO3 encer, larutan
Na2CO3 encer, larutan kasein 1%, larutan NaOH 10% encer, brom kresol
hijau, amonium molibdat, gelatin, dan amonium sulfat padat.

Metode
Pengendapan Protein
Uji Pengendapan Protein dengan Logam Berat. Tabung pertama
diisi dengan albumin, lalu ZnSO4 encer sebanyak tiga tetes maka larutan
akan menjadi putih keruh dan ada sedikit endapan, kemudian ditambah
ZnSO4 ketika sudah menjadi lebih bening maka penambahan dihentikan.
Penambahan ZnSO4 berfungsi supaya protein melewati titik jenuh sehingga
ikatan Zn dengan protein menjadi terlepas. Tabung kedua diisi dengan
kasein, lalu ZnSO4 encer. Larutan akan menjadi berwarna putih dan ada
endapan, kemudian ditambah ZnSO4 ketika sudah menjadi lebih bening
maka penambahan dihentikan.
Uji Pengendapan Protein dengan Larutan Alkaloid. Tabung 1
diisi 1 sampai 2 tetes 20% asam sulfosalisilat, lalu ditambahkan 2 ml larutan
encer protein. Tabung 2 diisi dengan 2 ml 5% kalium ferosianida ditambah
5 tetes asam asetat glasial, kemudian ditambahkan lagi 2 ml larutan encer
protein. Tabung 3 diisi tetes demi tetes asam wolframat, asam metafosfat
lalu ditambah 2 ml larutan encer protein. Tabung reaksi 1 terdapat endapan
putih, tabung 2 terdapat endapan kuning dan tabung 3 dipanaskan.
Uji Pengendapan Protein dengan Garam Netral dan Alkohol.
Tabung pertama diberi albumin, kemudian ditambah (NH 4)2SO4 larutan
menjadi putih dan terdapat kristal putih, lalu diencerkan dengan aquades
maka larutan akan menjadi bening. Amonium sulfat sebagai garam pekat
yang akan mengendapkan albumin kemudian ketika garam tersebut
diencerkan maka albumin akan larut. Tabung kedua diberi sedikit albumin
dan alkohol pekat, maka larutan akan berwarna kecoklatan dan ada sedikit
endapan. Larutan diberi aquades maka akan menjadi lebih jernih.
Reaksi Warna
Uji Biuret. Tabung reaksi diisi dengan 2 ml larutan peptida. Larutan
kemudian ditambahkan 2 ml NaOH 40% dan 5 tetes CuSO4 0,1% kemudian
larutan dicampur sampai rata. Larutan diamati perubahan warna yang
terjadi dan dicatat warna yang apa yang terbentuk.
Uji Millon. Tabung reaksi diisi dengan 2 ml larutan albumin 1% dan
ditambahkan 1 ml larutan HgSO4 1%. Larutan kemudian dipanaskan
sampai mendidih menggunakan bunsen selama 10 menit. Larutan
kemudian didinginkan dengan mengalirkan air kran pada permukaan luar
tabung, kemudian ditambahkan dengan sedikit NaNO3 kristal atau seujung
sendok pengaduk, lalu dipanaskan selama 10 menit dengan menggunakan
bunsen. Larutan kemudian diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
Uji Hopskin-Cole. Tabung reaksi ditambahkan 1 ml larutan albumin
1% dengan 1 ml larutan formaldehid encer dan 1 ml H 2SO4 pekat lewat
dinding tabung. Larutan dicampur dan ditunggu beberapa saat sampai
terjadinya perubahan pada larutan. Larutan kemudian diamati dan dicatat
perubahanya.
Uji Xanthoprotein. Tabung reaksi diisi dengan 3 ml larutan albumin
1%, lalu ditambahkan 1 ml HNO3 pekat. Larutan kemudian dipanaskan
dengan menggunakan bunsen sampai mendidih dan dicatat perubahannya.
Larutan kemudian didinginkan dan dibagi menjadi 2 tabung. Tabung 1
ditambah 6 tetes NH4OH sedangkan tabung 2 tanpa penambahan NH4OH.
Larutan kemudian dibandingkan hasil dari kedua tabung dan dicatat hasil
dari kedua tabung tersebut.
Uji Molisch. Tabung reaksi ditambahkan 1 ml larutan albumin 1%
dengan 2 ml reagen Molisch 5% dan 3 ml H 2SO4 pekat lewat dinding
tabung. Larutan kemudian dicampur sampai terjadi perubahan pada larutan
tersebut. Larutan diamati dan dicatat perubahannya.
Perbedaan Sifat Protein
Albumin dan globulin. Disediakan 2 buah tabung reaksi. Tabung
pertama diisi 2 ml larutan serum encer lalu ditambahkan 2 tetes asam
Sulfosalisilat. Tabung kedua diisi 2 ml larutan serum encer lalu ditambahkan
1 tetes Khlorofenol merah. Perubahan yang terjadi diamati. Tabung kedua
ditambahkan dengan asam asetat 2% tetes demi tetes hingga warnanya
kembali seperti warna asli serum. Tabung kedua kemudian dipanaskan
dengan penangas hingga mendidih lalu didinginkan. Larutan pada tabung
kedua kemudian dibagi ke dalam 2 tabung. Tabung 2a ditambahkan 2 ml
HNO3 encer sedangkan tabung 2b ditambahkan 2 ml Na2CO3 encer.
Kasein. Tabung reaksi diisi dengan 2,5 ml larutan kasein 1%
kemudian ditambahkan 1 ml akuades. Sebanyak 2 ml NaOH 10% encer, 2
tetes bromkresol hijau, dan 2 tetes asam asetat glasial kemudian
ditambahkan ke dalam larutan sampai terbentuk endapan. Perubahan yang
terjadi kemudian diamati dan dicatat.
Uji Neumann terhadap kasein. Tabung reaksi diisi dengan 2,5 ml
larutan kasein 1% + 5 tetes HNO3 pekat + 10 tetes H2SO4 pekat. Tabung
dipanaskan dengan bunsen dan didinginkan, selanjutnya ditambahkan
dengan asam Molibdat dan dipanaskan kembali dengan bunsen selama 10
menit. Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat.
Gelatin
Uji Biuret. Sebanyak 2 ml larutan gelatin yang ditambahkan dengan
2 ml NaOH 40%, kemudian dicampurkan dengan beberapa tetes CuSO 4
0,1%. Perubahan warna yang terjadi selanjutnya diamati dan dicatat.
Uji Millon. Sebanyak 2 ml larutan gelatin yang ditambahkan dengan
1 ml larutan HgSO4 1%. Larutan kemudian dipanaskan pada bunsen hingga
mendidih selama 10 menit. Larutan lalu didinginkan dengan mengalirkan air
kran pada permukaan luar tabung. Larutan yang telah dingin kemudian
ditetesi dengan sedikit NaNO3 cair, dipanaskan dengan bunsen dan diamati
perubahannya.
Uji Hopskin-Cole. Sebanyak 1 ml larutan gelatin yang ditambahkan
dengan 1 ml larutan formaldehid encer. Sebanyak 1 ml H 2SO4 pekat
kemudian dialirkan melalui dinding tabung. Perubahan warna yang terjadi
diamati dan dicatat.
Uji Xanthoprotein. Sebanyak 3 ml larutan gelatin yang ditambahkan
dengan 1 ml HNO3 pekat lalu dipanaskan dengan bunsen hingga mendidih.
Larutan kemudian didinginkan dan dibagi ke dalam 2 tabung. Tabung
pertama ditambahkan beberapa tetes NH 4OH sedangkan tabung kedua
tidak ditambahkan NH4OH.
Uji Molisch. Sebanyak 1 ml larutan gelatin lalu ditambahkan dengan
2 ml reagen Molisch 5%. Melalui dinding tabung, ditambahkan 3 ml H2SO4
pekat. Tabung kemudian digojok setelah diperoleh warna ungu, hijau, dan
merah muda serta diamati perubahannya.
Reaksi Pengendapan
Tabung reaksi pertama diisi dengan 2,5 ml larutan gelatin lalu
ditambahkan 1 sendok pengaduk Ammonium Sulfat padat. Tabung reaksi
kedua diisi dengan 2,5 ml larutan gelatin lalu ditambahkan 2 ml kalium
ferosianida dan 3 sampai 5 tetes asam asetat glasial. Perubahan warna
yang terjadi pada kedua tabung diamati dan dicatat.
Hasil dan Pembahasan

Pengendapan Protein
Uji Pengendapan Protein dengan Logam Berat. Pengendapan
dengan menggunakan logam berat bertujuan untuk mengetahui adanya
pengendapan protein dengan penambahan logam berat. Prinsip kerja uji
pengendapan dengan logam berat adalah protein menggumpal ketika
mencapai titik isoelektrik. Penambahan ZnSO4 sudah lewat jenuh
menyebabkan protein telah lewat titik isoelektrik dan ikatan Zn dengan protein
menjadi lepas. Penambahan albumin dan kasein berfungsi sebagai indikator
dalam uji pengendapan protein dengan logam berat, setelah itu ditambahkan
ZnSO4 yang berfungsi untuk mempercepat proses penurunan titik isoelektrik
larutan agar larutan menggumpal. Berdasarkan praktikum yang dilakukan,
diperoleh hasil uji pengendapan menggunakan logam berat yang disajikan
pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Pengendapan dengan Logam Berat
Tabung Perlakuan Hasil
1 1 ml larutan albumin 1% + 3 tetes Terdapat endapan dan
0,45% ZnSO4 encer, perubahan warnanya menjadi
diamati, + 0,45% ZnSO4 berlebih keruh
2 1 ml larutan kasein 1% + 2 ml Terdapat endapan dan
0,45% ZnSO4 encer, perubahan warnya tidak terlalu
diamati, + 0,45% ZnSO4 berlebih keruh
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa larutan protein akan
menggumpal apabila mengalami kontak dengan asam mineral pekat, asam
klorida pekat atau asam belerang pekat. Hasil uji pengendapan protein
dengan sampel albumin dan kasein menghasilkan warna yang sama. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa protein jika ditambah logam berat akan
mengalami pengendapan. Marfira (2018) menyatakan bahwa penambahan
ZnSO4 berlebih menyebabkan protein telah lewat titik isoelektrik dan ikatan
Zn dengan protein menjadi terlepas. Faktor yang mempengaruhi terjadinya
endapan protein oleh logam berat adalah pada titik isoelektriknya, protein
akan berikatan antara muatannya sendiri membentuk lipatan ke dalam
sehingga terjadi pengendapan yang relatif cepat, sedangkan saat telah
lewat titik isoelektriknya, protein akan kembali ke kondisi semula (Triyono,
2010). Berdasarkan literatur tersebut dapat diketahui bahwa hasil
percobaan telah sesuai.
Uji Pengendapan Protein dengan Larutan Alkaloid. Tujuan dari
praktikum Uji protein dengan larutan alkaloid adalah untuk mengetahui
pengendapan protein. Prinsip kerja uji pengendapan dengan alkaloid
adalah pereaksi alkaloid merupakan molekul yang memiliki banyak anion.
Muatan negatif dari anion tersebut bereaksi dengan muatan positif pada
gugus amino menyebabkan pengendapan protein. Praktikum uji
pengendapan dengan alkaloid dilakukan dengan penambahan albumin
yang berfungsi sebagai sampel, setelah itu ditambahkan asam sulfosalisilat
20%, larutan Esbach, kalium ferosianida, dan asam wolframat yang
berfungsi sebagai indikator untuk pengendapan alkaloid. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil uji pengendapan dengan
alkaloid yang disajikan pada tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Pengendapan dengan Alkaloid
Tabung Perlakuan Hasil
1 Albumin 1%+ asam Terdapat endapan putih
sulfosalisilat 20%
2 Albumin 1% + larutan Terdapat endapan
esbach berwarna kuning
3 Albumin 1% + kalium Terdapat endapan
ferrosianida + asam asetat berwarna agak kehijau-
glasial hijauan
4 Albumin 1% + asam Terdapat endapan putih
wolframat keruh
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa hasil uji tabung 1
menggunakan albumin ditambah asam sulfosalisilat menghasilkan
endapan putih. Tabung 2 yang ditambah dengan larutan Esbach
menghasilkan endapan berwarna kuning. Tabung 3 dengan penambahan
kalium ferrosida menghasilkan endapan berwarna kehijau-hijauan dan
tabung 4 dengan penambahan asam wolftamat menghasilkan endapan
putih keruh. Hasil uji menggunakan alkaloid didapat warna putih keruh dan
kuning keruh yang mengindikasikan adanya endapan protein pada larutan
tersebut.
Hasil yang diperoleh ketika praktikum sesuai dengan Soemardjo
(2009) yang menyatakan bahwa perekasi alkaloid adalah pereaksi yang
biasa digunakan untuk mengendapkan larutan alkaloid. Protein yang
bereaksi dengan larutan alkaloid akan mengendap, biasanya berwarna
kuning keruh. Pengujian dengan pereaksi alkaloid sesuai dengan teori dan
literatur.
Uji Pengendapan Protein dengan Garam Netral dan Alkohol.
Tujuan dari praktikum uji dengan garam netral dan alkohol adalah untuk
mengetahui adanya pengendapan protein. Prinsip kerja dari uji dengan
garam netral dan alkohol adalah albumin mengendap pada garam pekat
tetapi larut dalam garam pekat dan alkohol pekat tetapi larut dalam garam
encer dan alkohol encer. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh
hasil uji dengan garam netral dan alkohol disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Dengan Garam Netral dan Alkohol
Tabung Perlakuan Hasil
1 5 ml larutan albumin 1% + 1 Terbentuk endapan
sendok pengaduk (NH4)2SO4 putih
padat kemudian digojok.
Diencerkan dengan aquades
beberapa tetes sampai larut
2 1-2 tetes larutan albumin 1%+ Terbentuk endapan
2ml alkohol pekat. diencerkan putih
dengan akuades
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dengan penambahan
aquades maka akan membuat membuat garam dan alkohol akan menjadi
encer sehingga endapan akan terlarut kembali. Fungsi dari garam adalah
untuk mengikat air hal ini menjadikan dalam larutan yang mengandung
protein akan membuat kekurangan air, dan membuat protein mengendap.
Larutan ditambahkan dengan air, garam tidak mampu mengikat air berlebih
tersebut sehingga protein dapat terlarut kembali. Begitu pula dengan
penambahan alkohol padatabung reaksi. Marfira (2018) menyatakan
bahwa Kelarutan protein akan berkurang bila ke dalam larutan protein
ditambahkan garam-garam anorganik, akibatnya protein akan terpisah
sebagai endapan. Pengendapan protein dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti adanya garam pekat MgSO4, Na2SO4 dan (NH4)2SO4. Hasil
praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Reaksi Warna
Uji Biuret. Uji Biuret memiliki tujuan untuk mengetahui ikatan peptida
pada protein. Prinsip kerja uji Biuret ini adalah ikatan antara Cu dari CuSO4
dengan N dari peptida dengan larutan basa kuat membentuk Cupripotasium
biuret atau Cuprisodium biuret warna ungu. Larutan polipeptida
ditambahkan NaOH dan beberapa tetes CuSO4 akan mengalami
perubahan warna menjadi ungu. Biuret merupakan persenyawaan dengan
dua gugus karbonil dan tiga gugus amino serta membentuk ikatan koordinat
dengan Cu2+ dengan cara yang sama seperti protein. Penambahan NaOH
40% berfungsi untuk memberikan suasana basa pada larutan peptida.
Penambahan NaOH juga berfungsi untuk mencegah pengendapan
Cu(OH)2. Perlakuan yang dilakukan pada uji adalah tabung ditambahkan 2
ml larutan peptida dengan 2 ml NaOH dan tidak terjadi perubahan warna,
setelah ditambahkan beberapa tetes CuSO4 terjadi perubahan warna.
Perubahan yang terjadi setelah ditambakan CuSO4 adalah tabung
berwarna ungu
Berdasarkan perlakuan didapatkan bahwa hasil berubah menjadi
warna ungu dan menandakan bahwa terbentuk ikatan peptida. Hal tersebut
karena terbentuknya ikatan antara Cu dari CuSO4 dan N dari ikatan peptida
dengan bantuan basa kuat NaOH 40%. Larutan NaOH yang digunakan
sebagai pemberi suasana basa, menandakan perubahan warna ungu yang
terbentuk adalah Cuprisodium Biuret. Putri et al. (2016) yang menyatakan
bahwa warna ungu pada uji Biuret menunjukkan adanya protein.
Terdapatnya warna ungu tersebut terjadi karena oleh adanya ikatan peptida
di dalam larutan peptida. Hasil praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Uji Millon. Uji Millon memiliki tujuan untuk mengetahui adanya asam
amino tirosin Prinsip kerja uji Millon ini adalah terjadi ikatan Hg dengan
gugus hidroksifenil dengan aa tirosin. Penambahan NaNO2 mengakibatkan
substitusi Hg dengan NO2 yang karena pemanasan membentuk
Nitrosophenol yang berwarna merah. Larutan albumin dan HgSO4 awalnya
berwarna bening, lalu dipanaskan tetap berwarna bening. Saat didinginkan
dan ditambah NaNO2 warnanya berubah menjadi merah muda, setelah
dipanaskan warnanya menjadi merah pekat. Pada gugus hidroksifenil
terdapat ikatan Hg dan penambahan NaNO2 mengganti Hg dengan NO2
karena pemanasan membentuk notrosophenol berwara merah. Perlakuan
pada tabung reaksi adalah 2 ml larutan albumin 1% dimasukkan lalu
ditambahkan 1 ml HgSO4 1% dan dipanaskan lalu didapatkan hasil warna
campuran berwarna kuning. Hasil yang didapat berupa cairan bewarna
kuning tabung didinginkan dan ditambahkan NaNO3 kristal sebanyak ujung
sendok pengaduk dan dipanaskan 10 menit hasil yang didapatkan adalah
larutan dalam tabung mengalami perubahan warna yang awalnya berwarna
kuning menjadi warna merah bata.
Berdasarkan tabel di atas, hasil percobaan yang telah dilakukan
diperoleh hasil yang positif. Diketahui bahwa hasil uji Millon dengan
menggunakan sampel albumin 1% dan HgSO4 awalnya berwarna putih
bening, lalu dipanaskan tetap berwarna putih bening. Larutan saat
didinginkan dan ditambah NaNO2 warnanya berubah menjadi merah muda,
setelah dipanaskan warnanya menjadi merah pekat. Gugus hidroksifenil
terdapat ikatan Hg dan penambahan NaNO2 mengganti Hg dengan NO2
karena pemanasan membentuk notrosophenol berwara merah. merah
Proses pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Terdapatnya
warna merah pada larutan menandakan bahwa terdapat asam amino
tirosin. Sumardjo (2009) menyatakan bahwa uji Millon positif setelah
ditambah sejumlah NaNO3 kemudian dipanaskan endapan berubah
menjadi warna merah sehingga larutan yang diuji mengandung asam amino
tirosin. Hasil sudah sesuai dengan literatur
Uji Hopskin-Cole. Uji Hopskin-Cole bertujuan untuk mengetahui
adanya asam amino tritophan. Prinsip kerja uji Hopskin-Cole adalah terjadi
kondensansi antara gugus aldehid dari formaldehid dengan gugus indol dari
aa tritophan yang terdapat pada albumin. . Monhanty dan Basu (2006)
menyatakan bahwa Prinsip kerja uji hopskin cole yaitu dengan adanya
gugus indol triptofan mengembun dengan aldehida dalam kondisi asam
untuk menghasilkan senyawa berwarna ungu. Larutan albumin ditambah 1
ml formaldehis encer yang warnanya semula bening ditambah H2SO4
pekat, warna berubah menjadi ungu. Perubahan warna mennjukkan
adanya asam amino triptophan. Larutan mengalagi kondensasi antara
gugus aldehid dari formaldehid dengan gugus indol dari asam amino
tripophan yang terdapat pada albumin.
Perlakuan pada tabung reaksi adalah 1 ml larutan albumin 1%
dimasukkan lalu ditambah 1 ml larutan folmaldehid encer tidak
menghasilkan perubahan warna. Larutan ditambah H 2SO4 melewati dinding
dan menghasilkan perubahan warna dengan adanya 2 lapisan ungu muda
dan ungu tua. Hal ini menandakan bahwa terjadi dehidrasi larutan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa terjadi dehidrasi
pada larutan. Sumardjo (2009) menyatakan bahwa asam sulfat (H2SO4)
dapat membentuk larutan pekat berwarna ungu pada penggojokan dengan
larutan protein yang mengandung residu triptophan. Hasil yang didapat dari
praktikum sesuai dengan literatur. Menurut Sumardjo (2009), faktor-faktor
yang mempengaruhi adanya asam amino adalah jenis protein dan struktur
kimianya.
Uji Xanthoprotein. Uji Xanthoprotein bertujuan untuk membuktikan
adanya asam amino aromatik (fenilalanin, tryptophan, dan tirosin) pada
protein. Prinsip kerja uji Xanthoprotein adalah akan terjadi nitrasi pada inti
benzena pada asam amino aromatik jika terjadi penambahan NH 4OH
berlebih. Pada saat praktikum dilakukan penambahan HNO3 pekat yang
berfungsi untuk mengendapkan protein maka muncul warna kuning terang
Penambahan NH4OH berlebih yang berfungsi untuk menitrasi inti benzena
asam amino aromatik. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
diperoleh hasil uji Xanthoprotein yang disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil uji Xanthoprotein
Tabung Perlakuan Hasil
1 albumin+ HNO3 pekat Menjadi warna kuning agak
Dipanaskan kemerahan
2 + NH4OH
+ HNO3 pekat Menjadi warna kuning
Dipanaskan
Berdasarkan hasil yang didapatkan terjadi endapan putih yang dapat
berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Dengan ditambahkannya
NH4OH warna menjadi agak orange. Yuliana (2018) menyatakan bahwa
protein mengandung asam amino berinti benzen, jika ditambahkan asam
nitrat pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat
berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Hasil yang didapatkan sudah
sesuai dengan literatur yang ada. Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti
benzene yang terdapat pada molekul protein.
Uji Molisch. Uji Molisch bertujuan untuk mengidentifikasi gugus
karbohidrat. Prinsip kerja uji Molisch adalah sakarida jika dipanaskan
dengan asam kuat akan mengalami dehidrasi menjadi furfural dan
membentuk senyawa berwarna jika bereaksi dengan alfa naftol atau timol.
Praktikum uji Molisch dilakukan dengan penambahan reagen molisch yang
berfungsi sebagai indikator warna, setelah itu ditambahkan H 2SO4 yang
berfungsi untuk menurunkan pH, sehingga larutan protein berada dalam
suasana asam. Perlakuan yang diberikan pada praktikum ini yaitu
penambahan reagen Molisch untuk mengetahui adanya gugus karbohidrat
dan penambahan H2SO4 untuk memberikan suasana asam. Larutan
albumin berfungsi sebagai bahan untuk mengetahui adanya gugus
karbohidrat pada protein. Berdasarkan hasil yang diperoleh terbentuk
warna hijau tua dan terjadi endapan. Poedjiadi et al. (2005) menyatakan
bahwa Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau
pelepasan molekul air dari suatu senyawa dan dapat membentuk senyawa
berwarna apabila bereaksi dengan alfanaftol atau timol, Uji Molisch yang
positif yang menunjukkan adanya karbohidrat ditandai dengan
terbentuknya kompleks warna ungu diantara 2 lapisan cairan. Hasil sudah
sesuai dengan literatur
Perbedaan Sifat Protein
Albumin dan Globulin. Uji albumin dan globulin ini bertujuan untuk
membedakan macam protein (albumin dan globulin) berdasarkan
kelarutan. Berdasarkan kelarutannya, protein dibedakan menjadi albumin,
globulin, prolamin, dan glutelin. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, diperoleh hasil uji albumin dan globulin yang disajikan dalam
tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji Albumin dan Globulin
Tabung Perlakuan Hasil
1 Serum + asam sulfosalisilat Keruh
2 Serum + Khlorofenol merah + asam Merah
asetat 2% keunguan
2a Serum + Khlorofenol merah + asam Keruh
asetat 2% + HNO3
2b Serum + Khlorofenol merah + asam Merah
asetat 2% + Na2CO3 keunguan
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa tabung 1 yang
berisi serum encer yang ditambahkan asam Sulfosalisilat menghasilkan
warna keruh (endapan putih kekuningan). Endapan putih ini dikarenakan
asam Sulfosalisilat merupakan alkaloid yang dapat mengendapkan protein
karena ikatannya dengan gugus amin protein yang bermuatan positif.
Tabung 2 yang berisi serum encer yang ditambahkan dengan Khlorofenol
red dan asam asetat 2% menghasilkan warna merah keunguan. Hal
tersebut dikarenakan Khlorofenol red merupakan indikator pH yang dapat
menghasilkan warna ungu pada pH 6 sehingga menunjukkan bahwa larutan
tersebut memiliki pH mendekati 6. Warna larutan menghilang setelah
ditambahkan dengan asam asetat 2% yang menunjukkan bahwa larutan
telah melewati titik isoelektriknya. Tabung 2.a yang ditambahkan dengan
HNO3 encer menghasilkan warna keruh (endapan kekuningan) yang
menunjukkan bahwa larutan tersebut mengandung glutelin, sedangkan
tabung 2.b yang ditambahkan dengan Na2CO3 menghasilkan endapan
warna merah keunguan yang menunjukkan bahwa larutan tersebut
mengandung albumin dan globulin. Sumardjo (2009) menyatakan bahwa
alkaloid menghasilkan ion negatif yang akan bereaksi dengan ion positif dari
asam amino. Alkaloid padat sukar larut dalam air, teteapi larut dalam pelarut
air seperti khloroform, alkohol, benzen, dan eter. Sebaliknya, garam-garam
alkaloid mudah larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam alkohol. Hasil
sudah sesuai dengan literatur.
Uji Kasein. Uji kasein bertujuan untuk mengetahui adanya kasein.
Prinsip kerja praktikum ini yaitu penambahan NaOH menyebabkan warna
biru, bromkresol hijau sebagai indikator warna. Asam asetat menyebabkan
terjadinya penurunan pH, mencapai titik isoelektrik kasein (pH 4,6) dan
mengalami koagulasi sehingga terbentuk endapan kehijauan. Perlakuan
yang diberikan yaitu penambahan NaOH yang berfungsi untuk memberi
suasana basa, penambahan brom kresel hijau yang berfungsi sebagai
indikator warna, dan penambahan asam asetat glasial yang berfungsi untuk
memberi suasana asam. Larutan kasein berfungsi sebagai bahan untuk
mengetahui adanya sifat kasein. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, diperoleh hasil bahwa 2,5 ml kasein 1% yang ditambahkan
dengan 1 ml akuades, 2 ml NaOH 10% encer, 2 tetes bromkresol hijau, dan
2 tetes asam asetat glasial menghasilkan endapan tipis berwarna biru.
Endapan yang terjadi pada awalnya tidak disadari karena endapan yang
terbentuk hanya mengambang. Hal ini menunjukkan terjadinya koagulasi
pada kasein. Praktikum yang dilakukan sudah sesuai dengan literatur, akan
tetapi hasil yang diperoleh kurang maksimal yang dapat disebabkan oleh
terkontaminasinya asam asetat glasial dengan senyawa lain. Rahayu et al.
(2013) menyatakan bahwa kasein memiliki pH isoelektrik sebesar 4,6.
Terjadinya pengendapan membuktikan bahwa asam asetat menurunkan
pH larutan hingga titik isoelektriknya dan mengendapkan kasein. Fungsi
penambahan NaOH adalah menaikkan pH larutan, bromkresol hijau
sebagai indikator warna, dan asam asetat glasial berfungsi menurunkan pH
hingga mencapai titik isoelektriknya.
Uji Neumann terhadap kasein. Praktikum uji neumann terhadap
kasein bertujuan untuk membuktikan adanya fosfor dalam kasein. Prinsip
kerja praktikum ini yaitu fosfor pada kasein terlepas dengan penambahan
HNO3 dan H2SO4 membentuk H(PO4)-. Amonium molibdat berikatan
dengan H(PO4)- membentuk ammonium phosphomolibdat. Perlakuan yang
dilakukan pada tabung reaksi adalah memasukkan 2,5 ml larutan kasein di
tambah dengan akuades, NaOH encer, bromkresol hijau, dan asam asetat
glasial lalu terjadi pengendapan berwarna coklat dengan permukaan biru
langit kehijauan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilkaukan, diperoleh hasil bahwa
kasein yang ditambahkan dengan HNO3 pekat dan H2SO4 pekat kemudian
dipanaskan menunjukkan adanya asap putih. Ketika zat tersebut
didinginkan dan ditambahkan asam molibdat, terbentuk endapan berwarna
kuning. Sumardjo (2009) menyatakan bahwa kasein adalah fosfoprotein,
yang terdapat dalam susu. Apabila kasein dihidrolisis akan menghasilkan
protein sederhana dan asam fosfat penyusunnya. Reaksi kimia yang terjadi
yaitu ketika dilakukan penambahan HNO3 pekat dan H2SO4 pekat terjadi
pelepasan fosfor dari kasein dan membentuk H(PO4)-, kemudian setelah
dilakukan penambahan amonium molibdat, zat tersebut berikatan dengan
amonium molibdat membentuk amonium phosphomolibdat. Hasil sudah
sesuai dengan literatur
Gelatin
Uji gelatin bertujuan untuk mengetahui asam amino komponen
penyusun gekatin. Prinsip kerja praktikum ini yaitu gelatin yang dilarutkan
lalu dipanaskan kemudian dilakukan uji warna akan menghasilkan warna
yang berbeda-beda sesuai dengan uji yang dilakukan. Berdasarkan
praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil uji gelatin yang disajikan dalam
tabel 6.
Tabel 6. Hasil uji Gelatin
Tabung Perlakuan Hasil
1 Uji Biuret ungu
2 Uji Millon merah
3 Uji Hopskin Cole Bening kekuningan
4 Uji Xanthoprotein Oranye
5 Uji Molisch Ungu
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa uji biuret
menggunakan larutan gelatin yang ditambahkan dengan NaOH 40% dan
CuSO4 0,1% menghasilkan larutan berwarna ungu. Hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat ikatan peptida pada gelatin. Uji biuret
digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada sampel gelatin.
Suasana basa dengan penambahan NaOH dan ion Cu 2+ yang berasal dari
pereaksi biuret (CuSO4) akan bereaksi dengan gugus -CO dan -NH dari
rantai peptida yang menyusun protein membentuk warna ungu. Sumardjo
(2009) menyatakan bahwa reaksi biuret positif pada semua jenis protein
dan hasil-hasil antara hidrolisisnya jika masih memiliki dua atau lebih ikatan
peptida. Reaksi biuret yang positif menunjukkan bahwa terdapat ikatan
peptida sebanyak dua atau lebih dalam protein, namun biasanya negatif
dalam asam amino. Warna violet terbentuk apabila larutan protein yang
diselidiki memiliki molekul yang besar, misalnya gelatin. Hasil sudah sesuai
dengan literatur
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa uji Millon
menggunakan larutan gelatin yang ditambahkan dengan HgSO4 1%
menghasilkan warna putih, kemudian setelah dipanaskan lalu didinginkan
berwarna jingga, dan ketika ditambahkan dengan NaNO3 lalu dipanaskan
kembali menghasilkan warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
asam amino tirosin di dalam larutan gelatin yang diuji. Fungsi penambahan
NaNO3 adalah untuk mengikat Hg. Apabila Hg diikat oleh NaNO3, maka Hg
akan melepas ikatannya dengan asam amino tirosin sehingga asam amino
tirosin akan mengendap. Sumardjo (2009) menyatakan bahwa protein yang
mengandung fenil pada struktur kimianya apabila ditambahkan asam akan
menunjukkan adanya endapan putih dan jika dipanaskan akan
menunjukkan warna jingga. Asam amino tirosin mengandung gugus
hidroksifenil sehingga apabila gugus tersebut bereaksi dengan Hg akan
terbentuk endapan putih. Penambahan NaNO3 membuat Hg akan bereaksi
dengan NaNO3 membentuk HgNO3 yang membentuk endapan merah yang
mengendap jika dipanaskan. Hasil sudah sesuai dengan literatur.
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa uji Hopskin-Cole
menggunakan 1 ml larutan gelatin yang ditambahkan dengan 1 ml larutan
formaldehid encer dan 1 ml H2SO4 menghasilkan warna bening kekuningan.
Uji Hopskin-Cole seharusnya menghasilkan cincin berwarna ungu karena
adanya pereaksi asam glikosilat dalam H 2SO4 pekat dalam larutan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa hasil uji adalah negatif karena tidak
menunjukkan warna violet sehingga tidak terbukti adanya asam amino
triptophan. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan
tersebut yaitu karena H2SO4 sudah terkontaminasi oleh senyawa lain.
Sumardjo (2009) menyatakan bahwa asam glioksilat dan asam sulfat pekat
akan membentuk larutan pekat berwarna violet pada penggojokan dengan
larutan protein yang mengandung residu triptophan dalam struktur
kimianya. Gelatin dan protein-protein lain yang tidak mempunyai residu-
residu triptophan dalam struktur kimianya dengan reaksi Hopskin-Cole tidak
dapat membentuk warna violet pada penggojokannya. Reaksi Hopskin-
Cole dapat terganggu apabila terdapat senyawa nitrat, nitrit, dan khlorat.
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa uji Xanthoprotein
pada tabung pertama yang berisi 3 ml larutan gelatin yang ditambahkan
dengan HNO3 pekat kemudian dipanaskan, didinginkan dan ditambahkan
dengan NH4OH menghasilkan warna oranye, sedangkan pada tabung
kedua dengan perlakuan yang sama tanpa penambahan NH 4OH
menghasilkan warna kuning. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
asam amino aromatik pada gelatin yang diuji. Reaksi yang terjadi pada
percobaan tersebut yaitu nitrasi inti benzena pada protein oleh NH 4OH.
Sumardjo (2009) menyatakan bahwa fungsi penambahan asam nitrat dan
pemanasan adalah untuk memecah ikatan peptida. Penambahan NH4OH,
NH4OH akan menitrasi inti benzena. Hasil titrasi tersebut menghasilkan
warna jingga. Hasil sudah sesuai dengan literatur.
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa uji Molisch pada
tabung berisi 1 ml gelatin yang ditambahkan dengan 2 ml reagen Molisch
5% dan 3 ml H2SO4 pekat menghasilkan warna ungu. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat senyawa karbohidrat dalam protein. Fungsi penambahan
H2SO4 adalah untuk mendehidrasi monosakarida menjadi furfural sehingga
akan bereaksi dengan reagen Molisch dan membentuk cincin ungu.
Sumardjo (2009) menyatakan bahwa glikoprotein akan terhidrolisis menjadi
karbohidrat dan protein yang lebih sederhana. Sakarida yang dipanaskan
dengan asam kuat akan mengalami dehidrasi menjadi furfural. Jika
berekasi dengan reagen Molisch, sakarida akan membentuk senyawa
berwarna. Hasil sudah sesuai dengan literatur.
Reaksi Pengendapan
Uji praktikum reaksi pengendapan bertujuan untuk mengetahui
reaksi pengendapan larutan gelatin dengan penambahan ammonium sulfat
padat dan pereaksi kalium ferosianida. Prinsip kerja praktikum ini yaitu
(NH4)2SO4 mengikat air (higroskopis). Penambahan (NH 4)2SO4 dapat
menetralkan larutan sekaligus mendehidrasi sehingga terbentuk endapan.
Kalium ferosianida bersifat alkaloid (gugus amin positif) sedangkan gelatin
(gugus amin negatif) sehingga tidak terbentuk endapan. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil reaksi pengendapan yang
disajikan dalam tabel 7.
Tabel 7. Hasil uji reaksi pengendapan
Tabung Perlakuan Hasil
1 2,5 ml gelatin + 1 sendok Tidak ada endapan
pengaduk ammonium sulfat
2,5 ml gelatin + kalium
2 ferosianida + 3 sampai 5 Tidak ada endapan
tetes asam asetat glasial
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat
endapan pada tabung 1 yang berisi 2,5 ml gelatin dan ammonium sulfat,
hanya menghasilkan larutan bening, dan tidak terdapat endapan pada
tabung 2 yang berisi 2,5 ml gelatin, kalium ferosianida dan asam asetat
glasial, hanya menghasilkan larutan kuning. Penambahan asam asetat
glasial pada tabung dua tidak mengubah warna gelatin. Hasil praktikum
yang diperoleh pada tabung 1 tidak terbentuk endapan. Sumardjo (2009)
menyatakan bahwa protein yang diuji merupakan albumin apabila
mengendap pada garam pekat dan larut pada garam encer. Hasil pada
tabung 2 terbentuk endapan. Sumardjo (2009) menyatakan bahwa protein
yang diuji merupakan albumin apabila mengendap pada garam pekat dan
larut pada garam encer. Protein akan mengendap apabila ikatan kimia pada
protein tersebut terganggu. Kalium ferosianida tidak mengganggu ikatan
kimia pada protein karena mengandung banyak anion sehingga tidak
terbentuk endapan. Berdasarkan hasil yang didapatkan pada tabung 1 tidak
sesuai dengan literatur dan pada tabung 2 sudah sesuai dengan literatur.
Kesimpulan

Praktikum protein dapat disimpulkan terdapat endapan protein


dengan pengaruh logam berat, alkaloid, garam netral, dan alkohol.
Praktikum acara protein juga bahwa didalam protein terdapat ikatan
peptide, asam amino tirosin, asam amino tryptophan, dan asam amino
aromatik. Kasein mengandung phosphor dan pada gelatin mengandung
glisin, prolin, hidroksiprolin, sistein, metionin, tirosin dan asam glutamat.
Daftar Pustaka

Azad, S. 2018. Amino acids: its type and uses. International Jurnal of
Clinical and Diagnostic Pathology. 1(1): 13-16.
Debajyoti, D. 2005. Biochemistry. Academic Publisher. Kolkata.
Elrod, S. L. dan W. D. Stansfield. 2007. Genetik Edisi Keempat. Erlangga.
Jakarta.
Gentilucci, L., R. D. Marco, and L. Cerisoli. 2010. Chemical modification
designed to improve peptide stability: incorporation of non-natural
amino acids pseudo-peptide bonds and cyclization. Jurnal
Pharmaceutical Design. 16(28): 3185-3203.
Goudoever, J. B., V. Hester, H. A. Chris, G. Femke, and R. D. Sophie. 2014.
Amino acids and proteins. Journal of World Rev Nutrient Diet. 1(10) :
49-63.
Liputo, S. A., S. Berhimpon, dan F. Fatimah. 2013. Analisa nilai gizi serta
komponen asam amino dan asam lemak dari nugget ikan nike
(Awaous melanocephalus) dengan penambahan tempe. Jurnal
Chem Prog. 6(1): 38-44.
Marfira. 2018. Biokimia Pangan Dasar. Kanisius. Yogyakarta
Masri, M. 2013. Isolasi pengukuran aktivitas enzim bromelin dari ekstra
kasar batang nanas (Ananascomosus) pada variasi ph. Jurnal
Biology and Science Education. 2(2): 80-92.
Makfoled, D., W. M. Djagal, H. Pudji, A. Sri, R. Sri, S. Sudarmanto, Suhardi,
M. Soeharsono, H. Suwedo, dan Tranggono. 2002. Kamus Istilah
Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta.
Mohanty, B. dan S. Basu. 2006. Fundamental of Practical Clinical
Biochemistry. B.I Publication Pvt.Ltd. New Dehli.
Muthawali, D. I. 2018. Oenetapan kadar biuret dalam pupuk urea prill
dengan metode spektrofometri. Jurnal Saintek ITM. 31(2): 78-87.
Putri, A.A.B., Yuliet, Jamaluddin. 2016. Analisis kadar albumin ikan sidat
(Anguilla marmorata dan Anguilla bicolor) dan uji aktivitas
penyembuhan luka terbuka pada kelinci (Orytocolagus cuniculus).
Galenika Journal of Pharmacy. 2(2) : 90-95.
Poedjiadi, A, dan T. Supriyanti. 2005. Dasar-dasar Biokimia. UI-Press.
Jakarta.
Salamah, E., S. Purwaningsih, dan E. Permatasari. 2011. Aktivitas
antioksidan dan komponen aktif pada selada air (Nasturtium
officinale L. R. Br). Antioksidan dan Bioaktid Selada Air. 16(2): 85-
91.
Soemardjo, D. 2006. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Thohari, I., Mustakim, m. Padaga dan P. Rahayu. 2017. Teknologi Hasil
Ternak. UB Press. Malang.
Triyono, A. 2010. Mempelajari pengaruh pertumbuhan beberapa asam
pada proses isolasi protein terhadap tepung protein isolate kacang
hijau, Jurnal Ilmiah. 2(1): 10.
Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Lampiran
1. Dokumentasi

Gambar 1. Hasil Uji Logam Berat Gambar 2. Hasil Uji Alkaloid

Gambar 3. Hasil Uji Garam dan Gambar 4. Hasil Uji Biuret


Alkohol

]
Gambar 5. Hasil Uji Millon Gambar 6. Hasil Uji Hopskin-Cole

Gambar 7. Hasil Uji Xanthoprotein Gambar 8. Hasil Uji Molisch


Gambar 9. Hasil Uji Kasein Gambar 10. Hasil Uji Neumann

Gambar 9. Hasil Uji Gliserol

Anda mungkin juga menyukai