Kelas : A1
Kelompok :3
Laboratorium Kimia
2020
A. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan pada kali ini didasari oleh persamaan laju reaksi. Pada
persamaan laju reaksi, konstanta laju reaksi memiliki hubungan dengan waktu
yang berbanding terbalik, artinya semakin besar konstanta laju reaksi maka
semakin singkat waktu yang dibutuhkan agar reaksi dapat berjalan. Dalam
menentukan nilai energi aktivasi pada sebuah reaksi, digunakan suhu sebagai
variabel bebas untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap energi aktivasi. Nilai
energi aktivasi dapat ditentukan dengan menempatkan 1/T sebagai sumbu X dan
log 1/waktu sebagai sumbu Y
B. Tujuan percobaan
- Menjelaskan kembali hubungan antara kenaikan suhu terhadap laju reaksi
- Menghitung besarnya energi aktivasi dengan menggunakan Persamaan
Arrhenius
C. Tinjauan Pustaka
Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi
kimia agar dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan E
menotasikan energi dan a yang ditulis subscribe menotasikan aktivasi. Kata
aktivasi memiliki makna bahwa suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan
energi untuk dapat berlangsung. Dalam reaksi endoterm, energi yang diperlukan
untuk memutuskan ikatan dan sebagainya disuplai dari luar sistem. Pada reaksi
eksoterm, yang membebaskan energi, ternyata juga membutuhkan suplai energi
dari luar untuk mengaktifkan reaksi tersebut (Castellan GW. 1982).
Istilah energi aktifasi (Ea) pertama kali diperkenalkan oleh Svante
Arrhenius dan dinyatakan dalam satuan kilojule per mol. Terkadang suatu reaksi
kimia membutuhkan energi aktivasi yang teramat sangat besar, maka dari itu
dibutuhkan suatu katalis agar reaksi dapat berlangsung dengan pasokan energi
yang lebih rendah. Jika terdapat suatu reaksi reaktan menjadi produk, maka jika
reaksi diatas berlangsung secara eksoterm. Persamaan Arrhenius mendefisinkan
secara kuantitatif hubungan antara energi aktivasi dengan konstanta laju reaksi,
dimana A adalah faktor frekuensi dari reaksi, R adalah konstanta universal gas, T
adalah temperatur dalam Kelvin dan k adalah konstanta laju reaksi. Dari
persamaan diatas dapat diketahui bahwa Ea dipengaruhi oleh temperatur (Atkins
PW. 1999).
Energi aktivasi sangat dipengaruhi oleh konstanta laju reaksi, semakin besar
konstanta laju reaksi semakin kecil energi aktivasinya. Dengan energi aktivasi
yang kecil diharapkan reaksi semakin cepat berlangsung Pengaruh konstanta laju
reaksi terhadap energi aktivasi dapat dilihat dari persamaan Arrhenius k e−Ea/RT
yang semakin besar nilai konstanta laju reaksi, energi aktivasinya akan semakin
kecil (Desnelli, dkk, 2009). Menurut teori tumbukan, sebelum terjadi reaksi,
molekul pereaksi harus saling bertumbukan. Sebagian molekul pada tumbukan
ini, membentuk molekul – molekul yang aktif. Molekul ini kemudian berubah
menjadi hasil reaksi agar pereaksi dapat membentuk komplek yang aktif. Molekul
– molekul ini hanya mempunyai energi minimum yang disebut energi aktivasi
(Sukardjo, 2002).
-1.600000
0.003200 0.003250 0.003300 0.003350 0.003400 0.003450 0.003500 0.003550 0.003600
-1.700000
-1.800000
f(x) = − 1091.78 x + 1.74
R² = 0.95
-1.900000
-2.000000
-2.100000
-2.200000
y = -4,3455x-1,7205
Ea 1
log k = + log A
−2,303 R T
Ea
-1091,8 =
−2,303 x 8,314
I. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan yang berkaitan dengan energi
aktivasi berdasarkan persamaan Arrhenius. Tujuan dari percobaan kali ini yaitu
menjelaskan hubungan antara kenaikan suhu terhadap laju reaksi dan menghitung
besarnya energi aktivasi menggunakan Persamaan Arrhenius.
Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi
kimia agar dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan E
menotasikan energi dan a yang ditulis subscribe menotasikan aktivasi. Kata
aktivasi memiliki makna bahwa suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan
energi untuk dapat berlangsung. Dalam reaksi endoterm, energi yang diperlukan
untuk memutuskan ikatan dan sebagainya disuplai dari luar sistem. Pada reaksi
eksoterm, yang membebaskan energi, ternyata juga membutuhkan suplai energi
dari luar untuk mengaktifkan reaksi tersebut (Castellan GW. 1982). Laju reaksi
dapat didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau produk persatuan
waktu. Artinya terjadi pengurangan konsentrasi pereaksi atau pertambahan
konsentrasi produk tiap satuan waktu (Keenan, dkk,1990).
Untuk mengetahui hubungan antara laju reaksi dengan suhu, maka reaksi
yang dilakukan pada percobaan kali ini digunakan suhu dengan variasi yang
berbeda. Adapun variasi suhu yang digunakan yaitu : 10 °C, 15°C, 25°C, dan
35°C. Reagen yang digunakan adalah HCl dengan konsentrasi 1 M dan Na 2S2O3
dengan konsentrasi 0,1 M. Saat ingin direaksikan, terlebih dahulu harus dipastikan
bahwa kedua reagen tersebut berada pada suhu yang sama agar dapat diketahui.
Pada saat reaksi telah berakhir, dicatat waktunya agar dapat diketahui hubungan
antara suhu dengan waktu yang dibutuhkan oleh kedua reagen tersebut untuk
bereaksi dengan sempurna. Reaksi yang terjadi yaitu :
Na2S2O3 + 2HCl → 2NaCl + S + SO2 + H2O
Jika dilihat dari reaksi diatas, terjadi pembentukan endapan pada belerang
yang ditunjukkan dengan adanya kekeruhan pada larutan. Reaksi yang
berlangsung pada suhu 10 °C berdurasi 135 detik. Pada variasi suhu 15°C, reaksi
yang berlangsung selama 115 detik. Selanjutnya pada suhu 25°C, waktu yang
dibutuhkan bereaksi yaitu 76 detik. Terakhir, waktu yang dibutuhkan kedua
reagen pada suhu 35°C yaitu 68 detik. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan
hubungan suhu dengan waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi adalah berbanding
terbalik dimana semakin tinggi suhu maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan
untuk bereaksi sedangkan hubungan antara suhu dengan laju reaksi adalah
berbanding lurus. Pada suhu tinggi, partikel dari reagen yang bereaksi memiliki
energi kinetik dan potensial yang lebih besar jika dibandingkan saat berada pada
suhu ruang. Semakin besar energi kinetik dan potensial pada sebuah partikel akan
membuat tumbukan yang terjadi antar partikel akan semakin banyak sehingga
reaksi yang berlangsung lebih cepat .
-1.800000
f(x) = − 1091.78 x + 1.74
R² = 0.95
-1.900000
-2.000000
-2.100000
-2.200000
Log 1/waktu 1/T
J. Kesimpulan
1. Suhu memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan laju reaksi. Semakin
tinggi suhu maka laju reaksinya semakin cepat. Hal tersebut dikarenakan pada
suhu yang lebih tinggi, partikel dari senyawa yang bereaksi memiliki energi
kinetik dan potensial yang lebih tinggi sehingga tumbukan yang terjadi antar
partikel semakin banyak.
2. Untuk menentukan energi aktivasi (Ea) dapat dilakukan dengan cara
mengalikan nilai gradien grafik (m) dengan (-2,303.R) dimana R memiliki
nilai sebesar 8,314 j/mol K. Energi aktivasi yang didapatkan berdasarkan
hasil percobaan sebesar 20,9 kJ/mol
K. Daftar Pustaka
Aziz, Isalmi dan Arofah, Nurmaya. 2017. Pedoman Praktikum Kimia Fisik II.
Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Castellan GW. 1982. Physichal Chemistry. Third Edition. New York : General
Graphic Services.
Desnelli, dan Zainal Fanani, 2009, “Kinetika Reaksi Oksiadsi Asam Miristat,
Stereat, dan Oleat dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak kelapa sawit
serta Tanpa Medium,” Jurnal Penelitian Sains, vol. 12, no. 1 (C) 12107.
Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik . Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran (EGC)
L. Lampiran
Jawaban pertanyaan
1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan energi aktivasi?
Jawab :
Energi aktivasi yaitu jumlah energi minimum yang dibutuhkan untuk
melangsungkan terjadinya reaksi kimia.
2. Jelaskan hubungan antara kenaikan suhu terhadap laju reaksi?
Jawab :
Semakin tinggi suhu maka laju reaksinya semakin cepat. Hal tersebut
dikarenakan pada suhu yang lebih tinggi, partikel dari senyawa yang bereaksi
memiliki energi kinetik dan potensial yang lebih tinggi sehingga tumbukan
yang terjadi antar partikel semakin banyak.
3. Van Hoff, seorang ahli kimia dari Belanda menjelaskan bahwa laju reaksi
akan meningkat sebesar dua kali lipat jika temperatur dinaikkan sebesar
10⁰C. Apakah pernyataan ini berlaku untuk setiap jenis reaksi? Jelaskan!
Jawab:
Pernyataan tersebut berlaku untuk setiap reaksi yang terjadi. Hal tersebut
dikarenakan suhu merupakan sebuah faktor yang sangat berpengaruh
terhadap laju reaksi, dimana semakin tinggi suhu maka semakin cepat pula
laju reaksi yang berlangsung. Pembuktian bahwa setiap kenaikan suhu
o
sebesar 10 C mampu menaikkan 2x laju reaksi dapat dibuktikan
menggunakan persamaan Arrhenius dengan cara menentukan nilai k terlebih
dahulu sehingga dapat diketahui laju pada reaksi yang terjadi