1 PB
1 PB
1 PB
TIM EJOURNAL
Ketua Penyunting:
Prof.Dr.Ir.Kusnan, S.E,M.M,M.T
Penyunting:
Mitra bestari:
Penyunting Pelaksana:
1. Drs.Ir.Karyoto,M.S
2. Krisna Dwi Handayani,S.T,M.T
3. Arie Wardhono, ST., M.MT., MT. Ph.D
4. Agus Wiyono,S.Pd,M.T
5. Eko Heru Santoso, A.Md
Redaksi:
Website: tekniksipilunesa.org
Email: REKATS
DAFTAR ISI
Halaman
PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KULIT BAMBU PADA PLAFON GIPSUM DENGAN PEREKAT
POLISTER
Tiang Eko Sukoko, Sutikno, ......................................................................................................... 25 – 33
STUDI KELAYAKAN EKONOMI DAN FINANSIAL RENCANA PELEBARAN JALAN TOL WARU-
SIDOARJO
Reynaldo B. Theodorus Tampang Allo, Mas Suryanto HS, ............................................................ 39 – 48
PENGARUH SUBTITUSI FLY ASH DAN PENAMBAHAN SERBUK CANGKANG KERANG DARAH
PADA KUALITAS GENTENG BETON
Mohamad Ari Permadi, Sutikno, ................................................................................................ 49 – 55
Halaman
ANALISIS KECELAKAAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS PADA
PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMENT GRAND SUNGKONO LAGOON SURABAYA
Great Florentino Miknyo Hendarich, Karyoto, ............................................................................ 86 - 100
PEMANFAATAN SLAG BAJA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT HALUS PADA PEMBUATAN
PAVING BLOCK
Arifin Kurniadi, Sutikno, ............................................................................................................ 101 - 106
PENGARUH TREATMENT LUMPUR LAPINDO TERHADAP MUTU BATU BATA BAHAN LUMPUR
LAPINDO BERDASARKAN SNI 15-2094-2000
Ah. Yazidun Ni’am, Arie Wardhono, ........................................................................................ 136 - 143
Abstrak
Perencanaan struktur jembatan yang ekonomis dan memenuhi syarat teknis ditinjau dari segi keamanan sangat penting
untuk diupayakan, agar struktur jembatan yang dihasilkan layak digunakan dan memberikan rasa aman bagi
penggunanya. Pada penelitian ini peneliti bermaksud untuk merencanakan konstruksi jembatan dengan menggunakan
pelengkung baja. Jembatan direncanakan sepanjang 60,00, lebar 9,00 m, dengan jalan 2 lajur selebar 6,00 m Peraturan
pembebanan yang dipakai mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) T-02-2005, T-03-2005 , T-12-2004, dan
Bridge Design Manual Bridge Management System (BMS). 1992. Dengan perencanaan struktur atas jembatan mengacu
pada peraturan AISC – LRFD. Perencanaan awal dimulai dari perhitungan lantai kendaraan. kemudian dilakukan
perencanaan gelagar memanjang dan melintang. Selanjutnya dilakukan perhitungan menggunakan program SAP untuk
menghitung gaya gaya yang bekerja pada jembatan untuk menghitung ikatan angin, penggantung, dan pelengkung yang
digunakan dalam jembatan Perencanaan dan perhitungan dengan metode LRFD didapatkan penampang untuk
pelengkung yaitu profil baja pipa dengan diameter 1000mm tebal 30mm, penggantung menggunakan WF 400.300.10.16,
gelagar melintang menggunakan WF 500.300.11.18, dan gelagar memanjang menggunakan WF 350.350.12.19.
Abstract
Planning the structure of the bridge economically and safety is important thing to be pursued, in order for the produced
bridge can be fit for use and provide security for its users. In this study, researchers intend to analyze the planning of an
arch bridge construction using steel. The bridge planned 60,00m long , 9.00 m wide, with 6,00 m for two-lane road.
Regulations for bridge loading refers to the Indonesian National Standard (SNI) T-02-2005, 03-2005-T, T-12-2004, and
Bridge Design Manual Bridge Management System (BMS). 1992. With the planning structure of the bridge based on
AISC - LRFD. The early stage planning is the calculation of the vehicle floor, then the planning of longitudinal girders
and cross girders. Furthermore using SAP program to calculate the working forces on the bridge to calculate wind
bonding, hanger, and the arch used in bridges. Planning and calculation with LRFD method obtained profiles for arch
sections using steel pipes with diameter 1000mm and 30mm thick, hanger using WF 400.300.10.16, cross girder using
WF 500.300.11.18, and a longitudinal girder using WF 350.350.12.19.
229
.
0,0233
.
. . 1
. .
0,85. 2.
1 1 0,01512
0,85. ′
0,0233
.
. . 1
. .
0,85. 2.
1 1 0,01556
0,85. ′
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
P1 = (1+DLA) . P . b1 . = 18045,4 kg
2 0,625 1,375
ML1 = ( . qL . L ) + ( . PL . L)= 27068,1 kgm ∅ ∅
0,54 ≤ 1,375 (OK)
2. Momen akibat beban truk “T”
7. Kontrol Lendutan
beban truk “T” sebesar 112,5 kN.
Lendutan ijin
ML2 = T ( 1 + DLA) . ¼ . L .
= 402,469 kNm = 40246,9 kgm = . = 0.750
Karena ML1 < ML2 , maka dipakai momen akibat beban Lendutan akibat beban hidup (UDL+KEL)
truk “T” yaitu ML2 = 40246,9 kgm = .
.
+ .
.
= 0,68 cm
Lebar Efektif Pelat Beton . .
be1 ≤ S Lendutan akibat beban truk
.
≤ 150 cm = . = 0,31 cm
.
be2 ≤ Dipakai beban dari lendutan yang lebih besar yaitu
akibat beban UDL+KEL = 0,68 cm
≤ = 120 cm
≤
3. Kontrol Kekuatan Lentur 0,68 cm ≤ 0,750 (OK)
Akibat tekuk lokal:
h = d – 2 (tf +r)= 272 mm
Badan: C. Perhitungan Gelagar Melintang
≤ Perencanaan gelagar memanjang jembatan ini
√ menggunakan profil baja dengan mutu BJ 41, dengan
22,67 ≤ 106,25 (OK) jarak gelagar memanjang 1,50 m. Untuk perencanaan
Sayap: gelagar memanjang dipilih profil dengan dimensi
≤ 500.300.11.18.
.
9,21 ≤ 10,75 (OK) 1. Pembebanan
4. Letak Garis Netral a. Beban Mati
Luas beton Sebelum komposit
Ac = be . hc = 3000 cm2 qD= 5863 kg/m
Luas baja RA= 26383,50kg
C1 = As . fy =4347500 N MQ1=52767 kgm
C2 = 0,85 . fc . Ac = 8925000 N Sesudah komposit
nilai C diambil yang terkecil 4347500 N qd2= 7293kg/m
a= = 97,42 mm RA= 11368,6 kg
, . .
MQ2= 30244,5 kgm
y = + t + =423,71 mm
b. Beban Hidup
Kuat lentur nominal Beban merata (UDL)
Mn = C .y =1842079225 Nmm
∅Mn =1565767341 Nmm q = 9,0 ( 0,5 + ) kPa
5. Kontrol Gaya Geser q = 4,75 kPa = 475 kg/m2
Gaya geser maksimum terjadi apabila beban hidup qUDL = 5130 kg/m
berada dekat dengan perletakan. Beban garis (KEL)
a. Untuk beban hidup (UDL+KEL) menentukan: P = 49 kN/m = 4900 kg/m
Vamax = (P1 . . l) + ( qL1 . 2 . ½ . λ) Untuk 50 < L < 90 m, maka
= 437,79kN = 43779kg DLA = 0,4 – 0,0025 . (L-50)=0,325
b. Untuk beban T menentukan: PKEL = (1+DLA) . P . = 11686,5 kg
Vamax = T . (1+0,3) . l . 1,8 Beban “D” = beban UDL + beban KEL
= 268,31 kN = 26831 kg = 16816,5 kg/m
Maka, Va yang digunakan adalah Va akibat beban hidup q1 = 100% . 16816,5 = 16816,5 kg/m
(UDL+KEL) sebesar 43779 kg. q2 = 50% . 16816,5 = 8408,25 kg/m
RA = 44143,31 kg
≤ MmaxL1 = 70944,6 kgm
19,63 ≤ 69,57 (OK) Beban Truk “T”
Vu ≤ ∅ . Vn Pembebanan Akibat Beban Truk (kondisi a)
Vu ≤ 0,6 . fy . Aw RA = 434,53 kN = 43453 kg
43779 kg ≤ 97440 kg (OK) MmaxL2a = 74671,5 kgm
6. Kontrol Interaksi Geser dan Lentur Pembebanan Akibat Beban Truk (kondisi b)
Jika momen lentur dianggap dipikul oleh seluruh RA =202,5 kN =20250 kg
penampang maka harus direncanakan untuk memikul MmaxL2a = 43031,25 kgm
kombinasi lentur dan geser
232
Rekayasa Teknik Sipil Vol. 01 Nomor 01/rekat/17 (2017), 229 - 237
233
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
n= = = 2,35 baut ≈ 6 baut I. Perhitungan Bantalan Elastomer
,
2. Sambungan Ikatan Angin Beban hidup (LL) = 990 kN
Beban mati (DL) = 2995 kN
a. Ikatan Angin Atas
Luas area elastomer yang diperlukan:
Cross beam .
Pmax = 26656 kg A perlu = = 569286mm2
Baut db = 20 mm, A325 (fuy = 825 Mpa) Asumsikan dimensi-dimensi dalam perletakan elastomer
Pelat tp = 20 mm, BJ 37 (fu = 370 Mpa) berdasarkan luasan:
Kekuatan geser baut Vd = ∅ . fuy . Ab Lebar (W) = 725 mm
= 194287,5 kg Panjang (L) = 790 mm
Kekuatan tumpu bautRd = ∅ . 2,4 . db . tp . fu Tebal = 200 mm
= 266400 kg Tebal lapisan (hri) = 16 mm
Jumlah baut yang diperlukan: Tebal lapisan penutup (hcover) = 5 mm
n= = = 0,137 baut ≈ 4 baut Jumlah lapisan (n) = 12 buah
,
Top bracing Fy pelat = 240 Mpa
Pmax = 45093 kg FTH = 31 MPa
Dipakai sambungan: Shape factor/faktor bentuk:
Baut db = 20 mm, A325 (fuy = 825 Mpa) S =
Pelat tp = 20 mm, BJ 37 (fu = 370 Mpa) . .
Kekuatan geser baut Vd = ∅ . fuy . Ab Lp = 2 (L+W)
= 194287,5 kg S = = 11,74
Kekuatan tumpu bautRd = ∅ . 2,4 . db . tp . fu .
236
Rekayasa Teknik Sipil Vol. 01 Nomor 01/rekat/17 (2017), 229 - 237
hs =
.
=
. . ,
= 1,39 mm Pelengkung Beton. Bandung: Puslitbang Jalan dan
. . . ,
Jembatan.
hs = = = 1,79 mm Karyoto, 2014. Konstruksi Baja LRFD. Surabaya
tebal pelat yang digunakan 3 mm. Wanarno, Adhyta Narendra. 2013. Perencanaan
Maka dimensi bantalan elastomer 790x725x239 dapat Jembatan Leho Kawasan Pesisir Kabupaten
digunakan Karimun, Kepulauan Riau, dengan Struktur Jembatan
Pelengkung (Arch Bridge). Tugas Akhir
PENUTUP .Semarang:UNDIP.
Simpulan Departemen Pekerjaan Umum. 2002. Tata Cara
Dari hasil perencanaan yang diperoleh dapat disimpulkan Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
sebagai berikut: Jakarta: Badan Standarisasi Nasional (BSN).
1. Dimensi melintang lantai kendaraan lengkap dengan Departemen Pekerjaan Umum 2005. Rancangan Standar
trotoar adalah 9 m untuk jalan 2 jalur 2arah. Tinggi Nasional Indonesia R.SN1 T-02-2005 Standar
busur adalah 12 m. Pembebanan Untuk Jembatan. Jakarta: Badan
2. Pelat lantai kendaraan komposit, dengan tebal pelat Standarisasi Nasional (BSN).
beton bertulang 200 mm. Tulangan lentur D19-110 Peraturan Menteri Pekerjaaan Umum Nomor:
dan tulangan bagi D12-90. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan
3. Gelagar memanjang WF 350.350.12.19 melintang Kriteria Perencanaan Teknis Jalan.
WF 500.300.11.18 dengan BJ 41. Departemen Pekerjaan Umum, 1992. Bridge
4. Struktur utama busur berupa profil pipa dengan Management System, 1992 (BMS 1992)
diameter 1000 mm dan tebal 30mm,. sementara untuk Departemen Pekerjaan Umum. 2003. Tata Cara
penggantung digunakan profil WF 400.300.10.16. Pembebanan Jalan Raya. Jakarta: Badan Standarisasi
5. Struktur sekunder berupa ikatan angin dengan profil Nasional (BSN).
WF 200.200.8.12 (cross beam), L 200.200.16 (top Departemen Pekerjaan Umum. 2003. Tata Cara
bracing), ikatan angin pada lantai kendaraan Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Jembatan
menggunakan profil L 200.200.16 (bottom bracing) Jalan Raya. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
6. Perletakan dengan bantalan elastomer 790x725x239.. (BSN).
Aldiamar, Fahdi. 2012. Kajian Peta Gempa Dengan
Saran Level Hazard Untuk Konstruksi Jembatan. Bandung:
Perencanaan struktur suatu jembatan terutama struktur Penerbit Informatika
jembatan lengkung memiliki banyak aspek dan variabel
yang harus dijadikan pertimbangan dalam
perhitungannya. Oleh karena itu perencana diharapkan
untuk lebih cermat dan teliti dalam merencanakan
struktur ini.
Jembatan yang direncanakan dengan struktur baja harus
mempertimbangkan faktor perawatan, dikarenakan
material baja sangat rentan terhadap bahaya korosi
sehingga mempengaruhi kekuatan struktur jembatan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi, Bambang dan Muntohar, Agus Setyo. 2007.
Jembatan. Yogjakarta: Beta Offset.
Tied-arch Bridge, (Online)
(http://www.steelconstruction.info /Tied-
arch_bridges, diakses 7 Februari 2016)
Departemen Pekerjaan Umum. 2003, Laporan Akhir
Pengkajian Perencanaan Struktur Baja Untuk
Jembatan. Bandung: Puslitbang Jalan dan Jembatan.
Tristanto, Lanneke dan Irawan Redrik. 2010. Kajian
Dasar Perencanaan dan Pelaksanaan Jembatan
237