Mengapa Penderita Gagal Ginjal Kronik Selalu Kurang Darah?
Oleh : dr. Akhmad Isna Nurudinulloh
Semakin ke sini, penderita Gagal Ginjal Kronik banyak kita
temui hampir di seluruh kota di Indonesia. Biasanya penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) memerlukan cuci darah rutin dan tidak sedikit yang membutuhkan transfuse darah karena selalu kekurangan darah atau anemia.
Setidaknya terdapat 2 proses perjalanan penyakit, atau yang
umum disebut patofisiologi, bagi penderita Gagal Ginjal Kronik yang menyebabkan penderita senantiasa terjadi kekurangan darah atau anemia.
Patofisiologi pertama adalah bahwa kerusakan ginjal,
termasuk pada bagian tubulus di ginjal, berakibat turunnya fungsi ginjal dalam memproduksi hormon eritropoietin. Hormon eritropoietin sendiri merupakan komponen penting karena berfungsi mengatur produksi sel darah merah di sumsum tulang.
Tentu produksi hormon eritropoietin yang turun secara
signifikan akan berdampak pula pada turunnya produksi sel darah merah dan turunnya produksi hemoglobin. Oleh karenanya, pasien dengan Gagal Ginjal Kronik cenderung kekurangan darah dan memerlukan transfuse darah secara periodik. Patofisiologi kedua yang diyakini menyebabkan terjadinya anemia pada penderita Gagal Ginjal Kronik adalah meningkatknya kadar hormon Hepcidin. Hepcidin adalah hormon yang disintesis oleh hepar, didistribusikan dalam plasma darah, dan dibuang melalui ginjal. Pada proses kronik Gagal Ginjal, terjadi proses peradangan atau inflamasi yang mencetuskan peningkatan produksi Hepcidin.
Peningkatan produksi Hepcidin akibat inflamasi tersebut
tentu berakibat buruk bagi tubuh. Di mana Hepcidin dapat berfungsi dalam menghambat penyerapan zat besi pada usus halus. Zat besi sendiri merupakan komponen penting dalam pembentukan sel darah merah dan juga hemoglobin. Hal ini berarti meningkatnya kadar Hepcidin secara tidak langsung akan menurunkan produksi sel darah merah dan hemoglobin, sehingga menyebabkan kekurangan darah pada penderita Gagal Ginjal Kronik.
Setidaknya kedua patofisiologi di atas telah menjelaskan
mengapa penderita Gagal Ginjal Kronik yang terpaksa rutin cuci darah juga harus mengalami kondisi anemia, dan membutuhkan transfuse darah secara periodik.
Ilmu kedokteran modern yang mengidetifikasi hal ini telah
menemukan salah satu jenis obat untuk mencegah anemia terjadi, yakni dengan penyuntikan epoetin alfa sebagai recombinant human erythropoietin. Epoetin alfa berfungsi mirip seperti hormon eritropoietin yang memiliki fungsi penting pada proses pembentukan sel darah merah dan hemoglobin.
Berbicara mengenai Gagal Ginjal Kronik sangatlah luas, dan
ilmu-ilmu kedokteran modern senantiasa berkembang dalam rangka mencari solusi permanen atas penyakit berat ini bahkan hingga tahap transplantasi ginjal.
Namun tentu saja, bagi kita yang masih sehat, membicarakan
Gagal Ginjal Kronik selain sebagai penambah wawasan juga sebagai motivasi bagi diri kita untuk berperilaku hidup sehat dan menjaga ginjal kita tetap sehat.
Menjaga ginjal kita agar tetap sehat bisa dilakukan
setidaknya dengan minum air putih rutin 2 liter dalam sehari, berolahraga rutin, dan menjaga diri dari faktor resiko darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes mellitus), penyakit tinggi asam urat, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Nantikan selalu update dunia kesehatan dalam website resmi
Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) setiap hari Jum’at. Sampai berjumpa lagi.