Oleh :
Sri Wijayanti
2010306134
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah yang berjudul
“Fisioterapi Pada Kasus Luka Bakar(Combustio) ” ini ditulis guna melengkapi tugas
pada Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah
Yogyakarta.
1. Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat selesai
dengan tepat waktu,
2
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH
Disusun oleh :
Sri Wijayanti
2010306134
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
Oleh :
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….…i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….…..ii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….…iii
DAFTAR ISI.....................………………………………………………….….iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….….1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….…..3
A. Definifsi………………………………………………………………….3
B. Etiologi…………………………………………………………………..3
C. Fase-fase luka bakar……………………………………………………..4
D. Tanda dan gejala…………………………………………………….…..4
E. Fatofisiologi ………………………………………………….………....5
F. Klasifikasi……………………………………………………………….5
G. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………....7
H. Terapi Pembedaan Pada Luka Bakar …………………………………..8
I. Prognosis………………………………………………………….…….9
J. Fisioterapi Pada Luka Bakar………………..………………………..…9
BAB III PENUTUP…………………………………………………………....11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….12
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis
yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan
dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk
penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak
langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia.
Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas )
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2005 ). Dengan
memperhatikan prinsip- prinsip dasar resusitasi pada trauma dan penerapannya pada saat
yang tepat diharapkan akan dapat menurunkan sekecil mungkin angka- angka tersebut
diatas. Prinsip- prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya gangguan
jalan nafas pada penderita yang mengalami trauma inhalasi, mempertahankan
hemodinamik dalam batas normal dengan resusitasi cairan, mengetahui dan mengobati
penyulit- penyulit yangmungkin terjadi akibat trauma listrik, misalnya rabdomiolisis dan
disritmia jantung. Mengendalikan suhu tubuh dan menjuhkan / mengeluarkan penderita
dari lingkungan trauma panas juga merupakan prinsip utama dari penanganan trauma
termal ( American College of Surgeon Committee on Trauma, 1997). Kulit adalah organ
kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap kemungkinan
lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah
kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ
eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi
citra tubuh. Oleh karena itu pasien luka bakar memerlukan penanganan yang serius dari
berbagai multidisiplin ilmu serta sikap dan pemahaman dari orang-orang sekitar baik
dari keluarga maupun dari tenaga kesehatan salah satunya adalah Fisioterapis sangat
penting untuk support dan mencegah adanya kekauan di otot, tendon dan ligament
dengan exercise sehingga mempercepat penyembuhan luka (Maghsoudi, 2010).
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi, Etiologi dan Patofisiologi Luka Bakar ?
2. Bagaimana pengkajian pada klien Luka Bakar ?
3. Diagnosa Fisioterapi apa yang muncul pada Klien Luka Bakar dan
Intervensinya?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan fisioterapi pada
klien dengan Luka Bakar.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Luka Bakar.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa fisioterapi pada klien dengan
Luka Bakar.
c. Mahasiswa mampu menyusun intervensi fisioterapi pada klien dengan Luka
Bakar.
d. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi fisioterapi pada klien dengan
Luka Bakar.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi.
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injury) sebagai akibat
kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik
(electrict), zat kimia (chemical).
Luka bakar adalah luka yang terjadi bila sumber panas bersentuhan
dengan tubuh atau jaringan dan besarnya luka ditentukan oleh tingkat panas atau
suhu dan lamanya terkena. (Doengoes, Marilynn E.2000 )
Luka bakar merupakan trauma yang berdampak paling berat terhadap fi
sik maupun psikologis, dan mengakibatkan penderitaan sepanjang hidup
seseorang, dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi (Yefta, 2003).
Kegawatan psikologis tersebut dapat memicu suatu keadaan stress pasca trauma
atau post traumatic stress disorder (PTSD) (Brunner dan Suddarth, 2010).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
(Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
B. Etiologi.
Menurut (Tutik, 2012) Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas
ke tubuh melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik.
1. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn).
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
2. Seperti Gas,cairan, bahan padat (solid).
3. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn).
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia
7
ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat – zat
pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan
berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer.
Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar
kimia.
4. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi
oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh.
5. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri
atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan
salah satu tipe luka bakar radiasi.
8
D. Tanda dan Gejala
1. Derajat I (superficial)
a. Lapisan luar epidermis terbakar
b. Edema Kulit kering
c. Pucat saat ditekan
d. Eritema ringan hebat
2. Derajat II (parsial)
a. Mengenai epidermis
b. Bila dibersihkan tampak homogeny
c. Pucat bila ditekan
d. Kemerahan dan kulit melepuh
e. Sensitif terhadap dingin
3. Derajat III
a. Mengenai seluruh lapisan kulit
b. Warna merah tua, hitam, putih atau cokelat
c. Permukaan kering dan edema
d. Kerusakan jaringan lemak terlihat
4. Derajat IV
a. Mengenai seluruh jaringan dibawah kulit
b. Kerusakan jaringan seluruh lapisan kulit
c. Mengenai muskulus dan tulang (Hudak & Gallo : 1996)
E. Patofisiologi
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah
sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan
edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn
shock ( shock Hipovolemik ) merupakan komplikasi yang sering terjadi,
manisfestasi sistemik tubuh trhadap kondisi ini adalah :
9
1. Respon kardiovaskuler
Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melelui
kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta
edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung Hemokonsentrasi
sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh.
2. Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan
GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal
ginjal.
3. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas
gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik
dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan luas.
Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan aspirasi.
4. Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari
organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan
memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka.
F. Klasifikasi
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori,
yaitu:
1. Luka bakar mayor
a. a. Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan
lebih dari 20% pada anak-anak.
b. Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
c. Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
d. Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan
derajat dan luasnya luka.
e. Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
10
2. Luka bakar moderat
a. Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada
anak-anak.
b. Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
c. Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
3. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan
Griglak (1992) adalah :
a. Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan
kurang dari 10 % pada anak-anak.
b. Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
c. Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
d. Luka tidak sirkumfer.
e. Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
ANATOMI
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dignostik
11
a. Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum,
Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas
darah (bila diperlukan), dan lain – lain.
b. Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.
c. EKG
d. CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar
lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.
H. Penatalaksanaan Luka Bakar
1. Pasien Luka bakas harus di evaluasi secara sistematik. Prioritas utama adalah
mempertahankan jalan nafas, ventilasi yang efektif dan mendukung sirkulasi
sistematik intubasi endotrakea dilakaukan pada pasien yang menderita luka
bakar berat atau kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar dijalan nafas
atau intubasi dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar atau
pemberian cairan resusitasi yang terlampau banyak
2. Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal yang
tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda tanda hipovolemia sistematik pada
pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas “tersembunyi”
3. Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaaan tubuh dinilai. Pemeriksaan
radiologic pada tulang belakang servical, pelvis, dan torak dapat membantu
mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.
I. Terapi Pembedaan Pada Luka Bakar
1. Eksis dini
Eksis dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris
(debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari ( biasanya hari
ke 5-7) pasca cedera termis. Dasar dari tindakan ini adaalah:
a. Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan
dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskas, proses inflamasi tidak akan
berlangsung lebih lama.
b. Memutuskan rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi
komplikasi komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas
12
jaringan nekrosis yang melepaskan”burn tixic”(lipid protein complex) yang
menginduksi dilepaskan mediator mediator inflamasi.
c. Tindakan disertai anestasi baik local maupun general dan pemberian cairan
melalui infus. Tindakan ini berguna untuk mengatasi kasus luka bakar
derajat II dalam dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis dan
juga “skin grafting” (dianjurkan “split thickness skin grafting”). Tindakan ini
juga tdakk akan mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas.
Kiteria penatalaksanaaneksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1) kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhan
lebih dari 3 mingg.
2) kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.
3) Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.
4) Tersedia donor yang cukup menutupi permukaan erbuka yang timbul.
2. Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan metode ini
adalah
1. menghentikanevaporate heat loss
2. mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesusi dengan waktu
3. melindungi jarringan yang terbuka
a. skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka
bakar pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit
manuasia yang berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses maupun
berasal dari permukaaan tubuh lain dari pasien (autografi)
b. daerah tubuh yang digunakan sebagai daerah donor autografi adalah
paha,bokokng, dan perut
c. untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut
dapat direganggkan dan dibuat lubang – lubang pada kulit donor (seperti jarang
jarring dengan perbandingan tertentusekitar 1 ; 1 sampai 1 : 6) dengan mesin.
Metode ini disebut mess grafting
J. Prognosis
13
1. prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalamdan
luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga
penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan
kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan
2. Penyulit juga mempengaruhi prognosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka
bakar antara lain gagal akut, edema paru SIRS, infeksi dan sepsis, serta pqrut
hipertonik dan kontraktur.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran.
Agar pembaca memahami dan mengerti tentang Luka bakar, tingkat luka
bakar, tindakan pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi pembaca
dan masyarakat umum.
15
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Hardri Kusuma. 2013 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC_NOC. Yogyakarta : Penerbit Media Action Publising.
Smeltzer & Bare.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8 volume 3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedoktean EGC.
Wilkinson, Judith M dan nancy R. Ahern. 2011 Buku saku diagnosis keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, criteria hasil NOC.Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
16