Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Di Susun Oleh :
Sri Wijayanti
2010306134
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah yang berjudul “Fisioterapi Pada
Kasus Ulkus Dekubitus” ini ditulis guna melengkapi tugas pada Program Studi Profesi
Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
1. Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat selesai
dengan tepat waktu,
2
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH
Disusun oleh :
Sri Wijayanti
2010306134
Oleh :
Pembimbing : Ftr. Muhammad Dwi Kurniawan, S.Fis
Tanggal :
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….………………ii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….………………iii
DAFTAR ISI.....................………………………………………………….………………iv
BABI PENDAHULUAN…………………………………………………….………………1
LATAR BELAKANG …………………………………………………….………………4
TUJUAN MASALAH……………………………………………………… …………….4
BAB II ………………………………………………………………………………………5
ETIOLOGI………………..…………………………………………………………………5
ANATOMI KULIT………………………………………………………….………………6
FATOFISIOLOGI…………………………………………………….………...................7
PENATALAKSANAAN FT………………………………………………………………..8
BAB III ………………………………………………………………………....,,,,,,,,,,,,,,,10
KESIMPULAN……………………………..……………………………………………...10
SARAN………..………………………………………………………….………………..10
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ulcus Decubitus merupakan suatu cedera yang diakibatkan oleh kerusakan kulit
dan jaringan di bawah kulit. Tingkat keparahan ulkus dekubitus dapat bervariasi, mulai
dari lebam kemerahan pada kulit, hingga luka terbuka pada kulit yang dapat
memperlihatkan otot bahkan tulang. Dekubitus muncul pada saat kulit menerima tekanan
kuat dalam waktu yang singkat atau tekanan ringan namun dalam waktu yang lama.
Penekanan yang demikian pada kulit akan menyebabkan gangguan aliran darah sehingga
oksigen dan makanan menyebabkan jaringan menjadi rusak dan membentuk luka borok
(ulkus). Dekubitus sering kali terjadi pada orang dengan kondisi tertentu yang
menyebabkan mereka sulit bergerak, terutama pada orang yang terlalu lama terbaring di
tempat tidur. Kondisi lain yang memengaruhi aliran darah, seperti diabetes tipe 2, juga
dapat meningkatkan risiko terbentuknya ulkus dekubitus. Ulkus dekubitus adalah area
jaringan nekrosis yang muncul ketika jaringan lunak tertekan antara tulang yang
menonjol dan permukaan eksternal (tempat berbaring) dalam waktu yang lama (Potter et
al., 2010).
Menurut Gosnell dan VanEtten, sekitar 1 juta orang terkena ulkus dekubitus di
Amerika Serikat. Namun, informasi definitif dan penjelasan mengenai lesi yang terkena
masih terbatas. Insidensi pasien rawat inap berkisar antara 27- 29% dengan prevalensi
hingga 69% (National Pressure Ulcer Advisory Panel, 2014) . Pasien yang menjalani
perawatan ortopedi atau fraktur tulang bahkan mencapai insiden 66%. Pasien yang
dirawat di rumah sakit menderita dekubitus sebanyak 3-10% dan 2,7% berpeluang
5
terbentuk dekubitus baru. Luka tekan atau pressure ulcer mengganggu proses pemulihan
pasien, mungkin juga diikuti dengan nyeri dan infeksi sehingga menambah panjang lama
perawatan, bahkan adanya luka tekan dapat menjadi penanda prognosis yang buruk
Rumah Sakit Dr.Sardjito Yogyakarta sebesar 40% dari 40 pasien yang mengalami tirah
didapatkan angka kejadian ulkus dekubitus yaitu 38,18%. Dari kedua hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa angka kejadian dekubitus pada pasien tirah baring
lama di rumah sakit cukup tinggi. Berdasarkan data yang didapat dari Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) RSUD Arifin Achmad pada Januari 2011
tercatat angka kejadian dekubitus berdasarkan jumlah hari tirah baring/mil adalah 11,08
0 /00. Pada Januari 2012 terjadi penurunan yaitu sebesar 2,490 /00. Sementara pada
Januari 2013 tercatat sebesar 1,680 /00. Menurut Agency of Health Care Policy and
Research (AHCPR) sebanyak 95% kasus ulkus dekubitus dapat dicegah dengan
perawatan yang komprehensif dari tim Rumah sakit. Namun kasusnya terus terjadi di
hampir seluruh ruangan rawat inap meskipun mengalami penurunan setiap tahunnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Arif Widodo (2007) di Rumah Sakit Islam Surakarta
menguraikan bahwa ulkus dekubitus lebih sering terjadi pada usia 25-65 tahun yaitu
sebanyak 62,5%. Sementara jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kejadian ulkus
dekubitus. Diagnosis medis yang menyebabkan ulkus dekubitus sangat bervariasi, namun
Ulkus dekubitus sangat umum dijumpai pada lansia atau penyandang disabilitas.
Selain itu, ulkus dekubitus juga sering terjadi pada orang yang menghabiskan banyak
waktu di kursi roda atau tempat tidur, orang yang memiliki kulit rapuh, atau orang yang
tidak bisa bergerak tanpa pertolongan dari orang lain. Ulkus dekubitus umumnya dapat
6
disembuhkan dengan diagnosis dan penanganan yang tepat. Dalam hal ini fisioterapi
dan kesehatan lansia dengan terus melakukan tindakan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Salah satunya tugas fisioterapis dalam dunia kesehatan ikut berperan dalam
No 80 tahun 2013 Bab I, pasal 1 ayat 2 dicantumkan bahwa: “Fisioterapi adalah betuk
pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur
(Permenkes, 2013).
Aktivitas fisik yang baik dan terkoordinir akan membantu perbaikan luka secara
progresif karena terjadi peningkatan sirkulasi darah yang menyebabkan perbaikan suplay
nutrisi dalam jaringan luka sehingga regenerasi jaringan akan terjalin dengan baik.
Intervensi fisioterapi pada luka bakar seperti relaksasi dengan breathing exercise, chest
B. Rumusan Masalah
7
7. Bagaimana proses penanganan fisioterapi pada kasus ulcus decubitus ?
C. Tujuan penulisan
7. Agar dapat mengetahui proses penanganan fisioterapi pada kasus ulcus decubitus.
D. Manfaat Penulisan
Untuk memberi edukasi tentang luka bakar dan bagaimana cara penanganan
8
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ulcus Decubitus
Ulkus dekubitus adalah area jaringan nekrosis yang muncul ketika jaringan lunak
tertekan antara tulang yang menonjol dan permukaan eksternal (tempat berbaring) dalam
waktu yang lama (Potter, 2010). Ulkus dekubitus terbentuk karena kerusakan jaringan
lunak sebagai akibat kompresi antara penonjolan tulang dan permukaan eksternal.3
Kelembaban yang berasal dari eksudat luka atau urin atau inkontinensia feses, makin
memperburuk kerusakan pada jaringan.
B. Etiologi
FAKTOR INTRINSIK
1. Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit akan
tipis
2. Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas kulit berkurang
sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan.
6. Anemia
9
FAKTOR EKSTRINSIK
2. alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan
penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya dekubitus.
C. Grade
(Grading of decubitus ulcers according to the ICD-10-GM (German modification of the ICD-10),
2010 version)
E. Anatomi Kulit
keringat, dan kelenjar mamma disebut juga integumen. Fungsi spesifik kulit terutama
tergantung sifat epidermis. Epitel pada epidermis ini merupakan pembungkus utuh
seluruh permukaan tubuh dan ada kekhususan setempat bagi terbentuknya turunan kulit,
10
Lapisan-lapisan dan apendiks kulit normal (Sumber : Mescher, 2010)
Gambar 2.1
11
dibaringkan terlentang mendatar, tetapi pada posisi setengah duduk. Ada kecenderungan
dari tubuh untuk meluncur kebawah, apalagi keadaannya basah. Sering kali hal ini
dicegah dengan memberikan penhalang, misalnya bantal kecil/balok kayu pada kedua
telapak kaki. Upaya ini hanya akian mencegah pergerakan dari kulit, yang sekarang
terfiksasi dari alas, tetapi rangka tulang tetap cederung maju kedepan. Akibatnya terjadi
garis-garis penekanan/peregangan pada jaringan subkutan yang sekan-akan tergunting
pada tempat-tempat tertentu, dan akan terjadi penutupan arteriole dan arteri-arteri kecil
akibat terlalu teregang bahkan sampai robek. Tenaga menggunting ini disebut Shering
Forces.
Sebagai tambahan dari shering forces ini, pergerakan dari tubuh diatas alas
tempatnya berbaring, dengan fiksasi kulit pada permukaan alas akan menyebabkan
terjadinya lipatan-lipatan kulit (skin folding). Terutama terjadi pada penderita yang kurus
dengan kulit yang kendur. Lipatan-lipatan kulit yang terjadi ini dapat
menarik/mengacaukan (distorsi) dan menutup pembuluh-pembuluh darah. Sebagai
tambahan dari efek iskemia langsung dari faktor-faktor diatas, masih harus diperhatikan
terjadinya kerusakan edotil, penumpukan trombosit dan edema. Semua inidapat
menyebabkan nekrosis jarigan akibat lebih terganggunya aliran darah kapiler. Kerusakan
endotil juga menyebabkn pembuluh darah mudah rusak bila terkena trauma (Anders,
2010).
F.Penatalaksanaan Fisioterapi
1. Diagnosa Fisioterapi
12
2. Tujuan Fisioterapi
3. Intervensi Fisioterapi
memfasilitasi deep breathing dan menjaga kemampuan tubuh yang masih ada.
4. Edukasi
Pasien diminta untuk melakukan static kontaksi dangerakan aktif dirumah guna
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
13
A. Kesimpulan
Dekubitus adalah luka karena imobilisasi yang lama atau trauma yang
menyebabkan adanya malnutrisi karena tirah baring dan imobilisasi sehingga akan
menyebabkan penutupan pembuluh-pembuluh darah.
B. Saran
kerjasama dari fisioterapi, pasien dan keluarga untuk selalu memonitor latihan dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
14
Anders, Axel Heinemann, Carsten Leffmann, Maja Leutenegger, Franz Pröfener, Wolfgang
von Renteln-Kruse. 2010. Decubitus Ulcers: Pathophysiology and Primary Prevention
Jennifer. Deutsches Ärzteblatt International | Dtsch Arztebl Int 2010; 107(21): 371–
82.
Kalangi, S.J.R. 2013. Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3,
Suplemen, November 2013, hlm. S12-20
Mescher AL. Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas. New York: McGraw Hill Medical;
2010.
National Pressure Ulcer Advisory Panel. Pressure ulcers: incidence, economics, risk
assessment. Consensus Development Conference Statement. 1989. [cited 2014 April
23]. Available from : http://www.npuap.org/wpcontent/uploads/2012/03/Final2009-
Treatment-TechnicalReport1.pdf 4. Yarkony GM. Pressure ulcers : a review. Arch Phys
med Rehabil. Aug 1994;18(2): 11-2. 5. Alman RM, Walker JM, Hart MK. Air fluidized
beds or conventional theraphy for pressure sores. Ann Intern Med. 1987
Nov;107(5):641-8.
PERMENKES RI. (2013). Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Fisioterapis, Jakarta.
Potter PA, Perry AG. Clinical companion for fundamental of nursing. Canada: Elsevier Inc;
2010:88.
15