Anda di halaman 1dari 8

Pulau Enggano, Bengkulu

Disusun oleh :

Nama : Dina Auliyah

Nim : 1713261005

Prodi : Administrasi Rumah Sakit

INSTITUT KESEHATAN INDONESIA

TAHUN 2018
Pulau Enggano

A. Karakteristik pulau

Pulau Enggano merupakan salah satu pulau kecil yang terdapat di sisi barat pulau
Sumatera. Sebagai salah satu pulau terluar dan berhadapan langsung dengan Samudera Lepas
yakni Samudera Hindia, pulau Enggano memiliki Karakteristik yang berbeda dengan Pulau
Lainnya yang terdapat di sisi barat Sumatera. Dilihat dari beberapa karakteristik pembentukan
pulau kecil, dan apabila dicocokan dengan beberapa temuan dilapangan, pembentukan Pulau
Enggano dapat dimasukkan kedalam golongan Pulau Karang Timbul (Raised Coral Island).

 Letak geografis

Kabupaten enggano merupakan salah satu kabupaten di provinsi Bengkulu. Secara


Geografis berada di 05°17’ - 05°31” LS dan 102°05’ - 102°25’ BT. Berada di Arah Tenggara
Pulau Enggano.

 Batas Wilayah
Pulau Enggano merupakan salah satu pulau ter-luar dari kepulauan Nusantara.
Dengan luasan datar 39.586,74 Ha dan Panjang garis Pantai 126,71 km, me-
manjang sejauh 35.60 km dari arah barat laut menuju tenggara atau dari Teluk
Berhau sampai Tanjung Ka-houbi. Melebar 12.95 km dari timur laut menuju
barat daya atau dari Pelabuhan Malakoni sampai Tanjung Ki-oyo. Terpisah oleh
Samudera Hindia dari pulau Suma-tera. Terpaut 175 km dari Kota Bengkulu, 123 km dari
Kota Manna, 133 km dari Kota Bintuhan dan 513 km dari Ibukota Indonesia
Jakarta. Elevasi tertinggi berada dipuncak Koho Buwa-buwa (Gunung
Eropbf), 240 dpl). Disebelah selatan Pulau Enggano terdapat 3 pulau ke-cil
antara lain; Pulau Dua (luas 38.90 Ha, keliling 2.68 km), Pulau Merbau (luas
6.8 Ha, keliling 1,29 km) dan Pulau Bangkai (0.26 Ha). Dan dissebelah barat
Pulau terdapat Pulau Satu, secara penampakan ekologis su-
dah tidak ada, namun masih tersisa bekas sik pulau
yang bisa dilihat pada air surut terendah, berupa ham-paran pasir dan atau
karang dengan luas 219,85 Ha. Secara administrasi pemerintah, Pulau
Enggano merupakan sebuah kecamatan yang termasuk dalam wilayah
Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu. Yang terdiri dari 6 desa, yaitu
Desa Banjar Sari, Desa Meok, Desa Apoho, Desa Malakoni, Desa Kaana dan
Desa Kahyapu dengan Ibukota Kecamatan adalah di Desa Apoho.

 Topografi

Berdasarkan analisa Topografi dengan menggunakan data DEM (Digital Elevation Model)
Ketinggian Pulau Eng-gano berkisar antara -20 m sampai dengan 240 m dari permukaan
Laut. Dengan In-terval elevasi dengan jarak 10 m diketahui Bagian Hilir pada interval 0 –
80 m dpl dengan luas 31.143,81 Ha atau 78.67% luas pulau. Pada bagian tengah pada
interval 80 – 160 m dpl dengan luas 7411.71 Ha atau 18.72% dari luas pulau. Kemu-dian
pada bagian Hulu pada in-terval 160 – 240 m dpl terdapat luasan hanya 1031.23 Ha atau
2.60% dari luasan Pulau.
 iklim
Pulau Enggano beriklim tropis basah yang sangat
dipengaruhi oleh laut. Berdasarkan klasifikasi iklim
Smith-Ferguson, iklim di Pulau Enggano termasuk dalam zona iklim A dengan jenis
vegetasinya adalah hutan hujan tropis. Curah hujan pada bulan kering masih diatas 100
mm. Bulan terkering biasanya hanya terjadi pada bulan-bulan sekitar Juni dan Juli. Bulan
basah kadang mencapai lebih dari 400 mm per
bulannya. Sedangkan menurut klasifikasi iklim Koppen,
pulau Enggano termasuk ke dalam kelas Af, artinya kawasan ini beriklim hujan tropis
tanpa musim kemarau yang nyata atau curah hujan pada bulan terkering lebih dari 60
mm. Kondisi unsur iklim yang lain di Enggano
pengamatannya sangat terbatas. Untuk itu diadakan modifikasi data iklim yang ada dan
disesuaikan dengan
keadaan posisi pulau terhadap daratan Bengkulu.
Berdasarkan klasifikasi zona iklim menurut Oldeman termasuk Zone A , dimana zona
tersebut dapat ditanami padi
terus menerus sepanjang tahun. dimana bulan kering terjadi antar 0 sampai 1 bulan dan
bulan basah terjadi dalam 10 sampai 12 bulan.
 kependudukan
Jumlah penduduk Enggano sampai dengan tahun 2010 sesuai dengan
data BPS Bengkulu Utara adalah sebanyak 2.322 jiwa (641 KK) yang
terdiri dari 1.308 laki-laki dan 1.014 perempuan. Jumlah tersebut
tersebar di 6 desa. Yaitu desa banjar sari, meok, apoho, malokoni,
kaana, kahyapu.

 Pendidikan

Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf pada penduduk yang dalam hal
ini didefinisikan sebagai persentase penduduk usia 10 tahun keatas yang dapat membaca
dan menulis huruf latin. Di Provinsi Bengkulu pada tahun 2015 penduduk 10 tahun ke
atas terlapor sebanak 3.205.048 yang melek huruf berjumlah 3.615.947 laki-laki sebesar
1.615.947 (50,4%) dan perempuan sebesar 1.513.160 (47,2%) dari jumlah penduduk
Provinsi Bengkulu usia 10 keatas. Persentase penduduk berumur 10 tahun keatas dengan
melek huruf menurut Kabupaten/Kota tahun 2015
 Kegiatan perekonomian
Kegiatan perekonomian masyarakat Enggano meliputi pertanian sawah (irigasi, semi
irigasi, tadah hujan), peri-kanan tangkap, pengolahan hasil perikanan, perkebu-nan
(kelapa, melinjo, cengkeh, coklat dan pisang), pe-ternakan (kerbau, sapi, kambing dan
ayam/itik). Industri rumah tangga yang berkembang di pulau Enggano meliputi industri
kerajinan rotan yang sebagian besar sentra produksinya terletak di desa Kaana, industri pen-
geringan ikan (ikan asin) di Desa Banjar Sari, Desa Meok, dan Desa Kahyapu serta industri pembuatan
emping melinjo tersebar di desa-desa Pulau Enggano.
B. Potensi Sumber Daya Alam
Pulau Enggano adalah petani dan nelayan. Pekerjaan lainnya adalah
pedagang, buruh, dan pegawai negeri. Banyak penduduk Enggano
yang berprofesi ganda, yakni sebagai petani dan nelayan. Jenis
pertanian yang dibudidayakan kebanyakan adalah perkebunan coklat.
Hampir setiap kepala keluarga memiliki luas kebun coklat 2 hektar.

C. Masalah Kesehatan
 Angka Kematian Neonatal (AKN)
Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah penduduk yang meninggal satu bulan
pertama setelah kelahiran (0-28 hari) yang dinyatakan dalam
KH pada tahun yang sama, Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten/Kota dan
Program Kesehatan Ibu dan Anak AKN di Provinsi Bengkulu tahun 2015 sebesar 8 per
1.000 KH, artinya dalam 1000 kelahiran ada 8 bayi usia sampai 28 hari yang mati, angka
ini sedikit menurun dari tahun 2014 yaitu sebesar yang 9 per 1000 KH. Berdasarkan
estimasi jenis kelamin Angka Kematian Neonatal laki-laki lebih tinggi disbanding
Perempuan yaitu sebesar 9/1000 KH dan Perempuan sebesar 7/1000.KH
 Angka Kematian Bayi (AKB)
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada bayi sebelum mencapai usia satu tahun
atau 0 – 11 bulan (termasuk neonatal). AKB juga merupakan indikator yang paling
sensitif diantara indikator lainnya. Angka ini mencerminkan tingkat permasalahan
kesehatan yang langsung berkaitan dengan: kematian bayi, tingkat kesehatan ibu dan
anak, upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak, upaya keluarga dan tingkat
perkembangan sosial ekonomi keluarga.
Angka Kematian Balita Jumlah Kematian Balita (12-59 bulan) mencerminkan kondisi
serta faktor yang mempengaruhi kesehatan anak, seperti halnya keadaan gizi, sanitasi,
penyakit infeksi dan kecelakaan. Indikator ini juga mencerminkan tingkat kesejahteraan
sosial dari suatu penduduk. Secara keseluruhan jumlah kematian balita di Provinsi
Bengkulu pada tahun 2015 sebanyak 245 balita dari 122.699 jumlah Balita yang ada.
Angka Kematian Balita di Provinsi Bengkulu Tahun 2015 berdasarkan data profil
kesehatan menurun cukup signifikan yaitu 7 per 1000 KH dimana pada tahun 2014
sebeesar 12/1000 KH. Bila dirinci menurut jenis kelamin ternyata angka kematian balita
laki-laki sedikit lebih tinggi, yaitu 7 per 1000 KH dibandingkan angka kematian balita
perempuan yaitu 6 per 1000 KH. Angka Kematian Balita tertinggi terdapat di kabupaten
Bengkulu Selatan yaitu sebesar 13 per 1000 KH sedangkan yang terendah ada di
Kabupaten Bengkulu Tengah yaitu 1 per 1000 KH. Gambaran Angka Kematian Balita
menurut jenis kelamin dan per Kabupaten/Kota serta kurun waktu lima tahun terakhir di
Provinsi Bengkulu
 Angka Kematian Ibu
Kematian ibu merupakan kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan dan
persalinan serta masa nifas. Angka kematian ibu bersama dengan kematian bayi
senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan kesehatan, juga menggambarkan
status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan
terutama untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan pada masa nifas. Di Provinsi Bengkulu
pada tahun 2015 secara absolut Jumlah kematian ibu yaitu sebanyak 49 orang, yang
terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak 7 orang, kematian ibu bersalin sebanyak 13
orang dan kematian ibu nifas sebanyak 21 orang, Sedangkan angka kematian ibu di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2015 yaitu sebesar 137 per 100.000 KH,mengalami
penurunan cukup signifikan dari tahun 2014 yang sebesar 146 per 100.000 KH. Angka
Kematian Ibu tertinggi terdapat di kabupaten Kepahiang yaitu 239 per.100.000 KH. Dan
terendah terdapat Kabupaten Mukomuko yaitu sebesar 58 per 100.000 KH.
D. Cara mengatasi Disparitasi kesehatan antara pulau kecil dengan pulau besar
•Penguatan sistem kesehatan kabupaten untuk
pemenuhan kebutuhan kesehatan dari masyarakat
yang hidup di pulau-pulau kecil.
•Pemahaman akan kebutuhan kesehatan oleh
penyedia pelayanan kesehatan di pulau-pulau
kecil perlu ditingkatkan melalui pelatihan.
•Pemenuhan kebutuhan air bersih melalui
pengelolahan air payau menjadi air minum sangat
diperlukan.
•Peningkatan promosi kesehatan berupa pola
hidup bersih dan sehat (PHBS) yang difokuskan
penggunaan air bersih, jamban keluarga dan
jamban umum yang telah tersedia dan cuci tangan
sebelum makan.
•Pengadaan jamban umum dan rehabilitasi jamban
keluarga yang ada.
•Peningkatan manajemen kesehatan dan
komunikasi di pulau-pulau kecil baik dari tingkat
kabupaten maupun puskesmas melalui prosedur
pelayanan di daerah kepulauan.
•Pemanfataan poskesdes secara maksimal untuk program-program kesehatan
prioritas di pulau kecil terutama program KIA, Imunisasi dan pengobatan.
•Memotivasi dan memberikan insentif bagi petugas
kesehatan agar dapat tinggal bersama-sama dengan masyarakat.

Pendapat tentang peran pemerintah yang seharusnya dalam bidang kesehatan


 Kiranya Pemerintah lebih memperhatikan untuk kiranya
memberi bantuan alat-alat atau bahan-bahan yang berhubungan dengan
kesehatan lingkungan.
 Pemerintah lebih memperhatikan lagi kepada seluruh masyarakatnya dan tidak
membedakan ras, dalam memberi bantuan kepada masyarakat, untuk masyarakat yg
sekarang mengalami gizi buruk disuku asmat yang sangat memperhatinkan atas
kesehatan masyarakat yang masih banyak kekurangan.
 Dan hukum harus ditegakkan dan adil dalam bidang kesehatan.
Daftar Pustaka

Supriatna, J. Yayasan Obor Indonesia. 2008. Me-lestarikan alam Indonesia, Jakarta


Pieter J. ter keurs, Digital publications of the Na-tional Museum of Ethnology,(www.rmv.nl). Enggano.
Netherland
Indrawan. M,Richard B. Primack dan Jatna Supri-ana. Yayasan Obor Indonesia. 2007.
Bi-ologi Konservasi (Edisi Revisi). Jakarta
Kinnon, Mc, dkk. LIPPI, Burung Indonesia. Panduan Lapangan; Burung-burung di Sumatera,
Kalimantan, Jawa dan Bali. Jakarta
https://media.neliti.com/media/publications/20846-ID-kebutuhan-dasar-kesehatan-masyarakat-
di-pulau-kecil-studi-kasus-di-pulau-gangga.pdf diakses pada tanggal 7 Februari 2018

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2015/07_Bengk
ulu_2015.pdf diakses pada tanggal 7 Februari 2018

http://www.academia.edu/5517667/Profil_Pulau_Enggano diakses pada tanggal 7 Februari 2018

Anda mungkin juga menyukai