Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, dunia keperawatan semakin berkembang pesat. Perawat

dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan untuk

pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia. Perawat

komunitas bekerja di berbagai bidang. Mereka menyediakan berbagai

kebutuhan kesehatan untuk klien di pusat – pusat kesehatan masyarakat, klinik

kesehatan primer, unit kesehatan masyarakat, sekolah dan universitas, dewan

lokal dan rumah klien.

Seiring dengan berjalannya waktu, perawat memiliki pelayanan yang

lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan

penyakit menular, seperti penyakit Tuberkulosis. Tuberkulosis merupakan

penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang

menyerang paru – paru, atau bahkan menyerang organ tubuh lainnya.

Penyakit TBC (Tuberkulosa) merupakan penyakit yang telah lama

dikenal masyarakat luas dan ditakuti karena menular. Namun demikian, TBC

dapat disembuhkan dengan mengonsumsi obat anti TB dengan teratur sesuai

dengan petunjuk dokter dan petugas kesehatan lainnya.

Tuberkulosis adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi

masalah kesehatan diberbagai belahan dunia. Badan kesehatan dunia atau

WHO (World Health Organization) memperkirakan bahwa ada sekitar 20 juta

orang di dunia terinfeksi oleh penyakit ini, dengan angka kematian 3 juta orang

1
per tahunnya, yang merupakan 25% kematian dapat dicegah apabila TB dapat

ditanggulangi dengan baik. Oleh sebab itu, kelompok tertarik untuk membahas

tentang “Penyakit Tuberkulosis dalam Keperawatan Komunitas”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada

masyarakat dengan penyakit TB paru.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui definisi tuberkulosis

b. Untuk mengetahui etiologi TB

c. Untuk mengetahui klasifikasi TB

d. Untuk mengetahui tanda dan gejala TB

e. Untuk mengetahui patofisiologi TB paru

f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada penyakit TB

paru

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan

Mycrobacerium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir

seluruh organ tubuh lainnya. Bakeri ini dapat masuk melalui saluran

pernapasan dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit.

Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang

terinfeksi bakteri tersebut. (Sylvia A.Price, dalam Nanda Nic-Noc jillid 3 :

209).

B. Etiologi

Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini

tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan

sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe Human

dan tipe Bovin. Basil tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita

mastitis tuberculosis susu. Basil tipe Human bisa berada di berca ludah

(droplet) dan di udara yang berasal dari penderita TBC, dan orang yang terkena

rentan terinfeksi bila menghirupnya. (Wim de Jong, dalam Nanda Nic-Noc

jillid 3 : 210)

Dalam perjalanan penyakit terdapat 4 fase

3
1. Fase 1 (Fase Tuberculosis Primer)

Masuk kedalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi

pertahanan tubuh.

2. Fase 2

3. Fase 3 (Fase Laten)

Fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun/seumur hidup) dan

reaktifitas jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh,dan bisa

terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limfhilus,

leher dan ginjal.

4. Fase 4

Dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar ke

organ yang lain.

C. Manifestasi klinis

1. Demam 40-41ºC, serta ada batuk/batuk darah

2. Sesak napas dan nyeri dada

3. Malaise, keringat malam

4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada

5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit

6. Pada anak :

- Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau

gagal tumbuh

- Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu

- Batuk kronik > 3 minggu, dengan atau tanpa wheezing

4
- Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.

D. Penularan dan Faktor Resiko

Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui

udara. Individu terinfeksi melalui berbicara, batuk, bersin, ketawa, melepaskan

droplet besar (lebih dari 100µ) dan kecil (1-5µ). Droplet yang besar menetap,

sementara droplet yang kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang

rentan. Individu yang berisiko tinggi untuk tertular TB antara lain yang kontak

dengan seorang penderita TB aktif, imunosupresif (lansia, pasien kanker,

seseorang yang terinfeksi HIV), pengguna obat-obat IV dan alkoholik, individu

yang tinggal di daerah perumahan substandard kumuh (pemukiman padat), dan

petugas kesehatan (Smeltzer,2005).

Kuman TB mudah masuk ke dalam tubuh yang daya tahan tubuhnya

sedang rendah. Namun tidak semua yang terinfeksi TB menderita TB bila daya

tahan tubuhnya kuat. Kuman TB hanya akan terus tidur di dalam tubuh

(dorman) dan tidak berkembang menjadi penyakit (Hateyaningsih, 2009).

Keadaan berbagai lingkungan dapat mempengaruhi penyebaran TB,

salah satunya adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang memiliki

sumber air yang buruk, pembuangan kotoran yang dekat dengan sumber air,

ventilasi yang kurang, dan kepadatan penghuni (Sukarni, 1999 dalam

Hateyaningsih, 2009). Faktor risiko lingkungan yang dapat meningkatkan

probabilitas kontak dengan udara yang terinfeksi adalah peningkatan durasi

dan intimasi antara kontak dengan kasus dan penurunan jumlah sinar

ultraviolet (Lendrayani, 2006 dalam Hateyaningsih, 2009).

5
Keteraturan minum obat prinsipnya adalah sebuah perilaku peran sakit

dengan segala tindakan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk

memperoleh kesembuhan melalui usaha keteraturan seseorang berobat atau

memenuhi aturan yang di buat oleh dokternya untuk mempercepat

kesembuhannya (Darmawan, 2002 dalam Hateyaningsih, 2009).

PMO adalah seseorang yang ditunjuk berdasarkan kesepakatan antara

petugas kesehatan dengan penderita TB. Petugas puskesmas maupun kader

yang dapat meluangkan waktunya untuk memantau kelangsungan pengobatan

penderita dan mampu berkomunikasi dengan pihak Puskesmas dapat menjadi

PMO (Depkes, 1999 dalam Hateyaningsih 2009). Namun PMO terbaik adalah

keluarga terdekat penderita TB.

TB memiliki dampak sosial budaya yang cukup mempengaruhi dari

segi sosial. Penderita TB kerap diasingkan oleh masyarakat sekitarnya karena

masih beredar stigma bahwa TB adalah penyakit keturunan atau kutukan.

Penderita TB pun mengalami diskriminasi dalam berbagai bidang, seperti

diberhentikan dari tempat kerja (Hateyaningsih, 2009). TB berkontribusi dalam

pemiskinan masyarakat, dipandang dari segi ekonomi. TB masih banyak

dialami oleh kelompok dewasa muda pada usia produktif sehingga terjadi

kerugian ekonomis akibat berkurangnya produktivitas. Kerugian ekonomis

terlihat ketika penderita TB harus mengeluarkan biaya untuk diagnosis,

pengobatan, dan transportasi untuk menuju pelayanan kesehatan

(Hateyaningsih, 2009). WHO menyatakan bahwa angka kematian akibat TB

berada di negara berkembang yang relatif miskin. Indonesia merupakan negara

dengan jumlah penduduk miskin sekitar 40-55 juta orang (Agustine, 2006

6
dalam Hateyaningsih, 2009). Tingkat pendapatan akan berpengaruh besar

terhadap perilaku daalm menjaga kesehatan per individu dan keluarga.

Pendapatan mempengaruhi pendidikan dan pengetahuan seseorang, asupan

makanan, bahkan lingkungan tempat tinggal (Woro, 2005 dalam

Hateyaningsih, 2009).

E. Pemeriksaan penunjang

Meurut Mansjoer, dkk (1999) dalam Nanda NIC NOC Jilid III, 2015 :

hal 472, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan

tuberkulosis paru, yaitu :

1. Laboratorium darah rutin : LED normal/meningkat, limfositosis

2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostic TB paru, namun

pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30 – 70% pasien yang dapat

didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini

3. Tes Mantoux/Tuberkulin merupakan uji serologi imunoperoksidase

memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya IgG spesifik

terhadap basil TB

4. Pemeriksaan radiologi : Rontgen thorax PA dan lateral. Gambaran foto

thorax yang menunjang diagnosis TB yaitu :

- Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segmen apikal lobus

bawah

- Bayangan bawah (patchy) atau bercak (nodular)

- Adanya kavitas, tunggal atau ganda

- Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru

7
- Adanya klasifikasi

- Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

- Bayangan millie

F. Prognosis

Pasien TB yang tidak diobati setelah 5 tahun, diantaranya adalah 50%

meninggal, 25% sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi, dan

25% menjadi kasus kronis yang tetap menular (Depkes, 2005 dalam Ayunah,

2008). Hal tersebut dapat dicegah dengan cara menutup mulut saat batuk dan

bersin, mengobati pasien TB hingga sembuh, imunisasi BCG pada bayi,

membuang dahak pada tempat yang benar, dan menjaga ventilasi udara

(Kemenkes, 2011).

G. Penatalaksanaan

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (2

– 3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Obat yang biasa digunakan adalah

obat INH atau Isoniasid ( H ), Rifampisin ( R ), Pirazinamid ( Z ), Etambutol

( E ), dan Streptomisin. (Soeparman, 1990)

PADUAN OBAT
Kategori Tahap Intensif Tahap Lanjutan Untuk Klien Tuberkulosis
I 2HRZE 4H3R3 Ditujukan untuk pasien

yang baru saja mengidap

penyakit TBC paru, pasien

TBC paru yang sudah

memiliki kerusakan luas

8
pada paru, pasien TBC paru

yang sudah sakit paru


Ditujukan kepasa pasien

2HRZES atau TBC paru yang kambuh,


II 5H3R3E3
1HRZE gagal, ataupun pengobatan

ulang karena lalai

H. Penyebab penyakit TB berulang

Penyakit TB hingga kini masih menjadi momok di dunia, termasuk di

Indonesia. Walaupun bakteri penyebab TB sudah ditemukan sejak tahun 1882

oleh Robert Koch, namun penularannya yang cepat dan kedisiplinan

pengobatan yang tidak terjaga terus menjadi kendala penyembuhan TB.

Dikutip dari narasumber, dukungan keluarga sangat diperlukan ketika rasa

bosan untuk meminum obat TB mendera.

Umumnya setelah 1-2 kali pengobatan pasien TB sudah merasa

sembuh karena tanda dan gejala TB sudah tidak dirasa lagi. Penularan juga

sudah tidak ada. Namun, kuman di tubuh sebenarnya belum mati. Kuman TB

hanya tidur sejenak. Ketika pengobatan dihentikan pada periode sebelum 6-9

bulan, suatu saat kuman tersebut akan bangun dari tidurnya dan pasien pun

terserang TB lagi.

Saat berobat untuk pengobatan yang kedua kali, obatnya tidak sama

saat pengobatan pertama. Hal ini dikarenakan kuman TB sudah resisten dengan

obat- obatan pada pengobatan pertama. Masa pengobatan kedua akan

berlangsung lebih lama dari pengobatan pertama untuk mengefektifkan kerja

obat. Menurut dr. Hardja, ketika seorang pasien yang mengalami TB berulang

9
kembali bosan dengan proses pengobatannya dan merasa sembuh, akibatnya

pasien tersebut akan mengalami komplikasi yang dapat berujung kematian.

I. Konsep Tuberkulosis pada Dewasa

Dewasa adalah kehidupan dimana faktor risiko dapat terpajan dari

mana saja. Salah satu faktor risiko tersebut adalah faktor lingkungan dan

pekerjaan. Faktor risiko lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu

pemajanan terhadap partikel udara. Faktor risiko ini yang menyebabkan

cepatnya penularan TB pada dewasa.

Selain faktor lingkungan dan pekerjaan, kebiasaan gaya hidup juga

merupakan faktor risiko pada dewasa. Kebiasaan gaya hidup seperti merokok,

stres, kurang olahraga dan higiene personal yang buruk dapat meningkatkan

risiko penyakit di masa depan.

Diagnosa tuberkulosis pada dewasa ditegakkan dengan

mengumpulkan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, rontgen dada, usap basil

tahan asam BTA, kultur sputum, dan tes kulit tuberkulin. Namun, tes kulit

tuberkulin ini lebih sering digunakan untuk menegakkan diagnosa TB pada

anak. Rontgen dada biasanya akan menunjukkan lesi pada lobus atas. Kultur

sputum dilakukan dengan metode SPS (sewaktu, pagi, sewaktu).

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

10
A. Definisi Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas adalah bidang keperawatan khusus yang

merupakan gabungan antara ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan

bantuan social, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara

keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi social,

perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit, dan bahaya yang

lebih besar. (WHO, 1959 dalam Panata, 2018 : 129)

B. Tujuan Keperawatan Komunitas

1. Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan kemampuan masyarakat

secara menyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal secara mandiri.

2. Tujuan Khusus

a. Masyarakat dapat memahami pengertian sehat dan sakit

b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga dan masyarakat dalam

upaya peningkatan perawatan dasar

c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan, keluarga kelompok masyarakat

khusus/rawan, yang memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan

baik di rumah, di panti, maupun di masyarakat

d. Terlayaninya kasus – kasus tertentu, yang termasuk kelompok resiko

tinggi yang memerlukan penanganan dan asauhan keperawatan di rumah

dan di puskesmas

11
e. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan social untuk

menuju keadaan sehat yang optimal

C. Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh mayarakat termasuk

individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi, seperti keluarga

penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi, dan daerah yang tidak terjangkau

termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.

D. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data – data penunjang untuk menegakkan diagnosa.

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan
pada pengkajian. Dari data yang ditemukan saat pengkajian, dapat
disimpulkan masalah yang dapat ditegakkan.

3. Perencanaan (Intervensi)
Perencanaan keperawatan terdiri dari penetapan tujuan yang
menyangkut tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan
kriteria dan standar. Adapun tujuan dan kriteria hasil perencanaan pada
keluarga yang menderita pentyakit TBC adalah sebagai berikut:
Tujuan umum : Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 6 kali kunjungan,
manajemen kesehatan diri pada keluarga efektif dan adekuat. Kunjungan
keluarga dilakukan sebanyak 6 x 50 menit.
Tujuan khusus 1: Keluarga mampu mengenal masalah tuberkulosis dengan

12
1. Menyebutkan definisi tuberkulosis
2. Menyebutkan penyebab TB paru
3. Menyebutkan penyebaran TB paru
4. Menyebutkan 3 dari 6 tanda-tanda awal gejala TB paru
5. Mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita TB paru
Tujuan khusus 2: Keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota
keluarga dengan masalah TB paru
1. Menyebutkan 2 dari 3 akibat TB paru jika tidak diobati
2. Menyebutkan 2 dari 4 akibat TB jika putus obat
3. Memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah TB patu
dengan mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan masalah TB
paru
Tujuan khusus 3: Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan
masalah TB paru dengan
1. Menyebutkan 4 dari 6 cara pencegahan TB paru
2. Menyebutkan 2 dari 4 cara merawat anggota keluarga dengan TB
3. Me-redemonstrasikan 3 gerakan senam pernapasan
4. Menyusun jadwal melakukan senam pernapasan
Tujuan khusus 4: Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk
merawat anggota keluarga dengan masalah TB paru, dengan menyebutkan 3
dari 5 cara memodifikasi lingkungan untuk penderita TB paru
Tujuan khusus 5: Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada untuk mengobati TB paru
1. Menyebutkan 2 manfaat tersedianya fasilitas kesehatan
2. Menyebutkan 2 dari 3 fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat
tinggal
3. Mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin

4. Implementasi
Pelaksanaan implementasi rencana keperawatan diharapkan dapat
mencapai tujuan yang telah direncanakan serta hasil yang diharapkan sesuai

13
dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Adapun implementasi yang
dilakukan pada keluarga yang menderita penyakit TBC:
1. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian TB paru,
penyebab TB paru, penyebaran TB paru, tanda dan gejala TB paru
2. Membantu keluarga mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah
TB paru
3. Memberikan informasi mengenai akibat TB paru jika tidak diobati dan
putus obat
4. Memotivasi dan membantu keluarga untuk memutuskan merawat
anggota keluarga yang mengalami TB paru
5. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara mencegah masalah TB
paru
6. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara merawat anggota
keluarga dengan TB paru
7. Mengajarkan keluarga senam pernapasan dengan 3 gerakan pertama
yang diulang dalam 3 kali kunjungan keluarga serta mengajarkan 7
gerakan selanjutnya dalam2 kunjungan berikutnya
8. Menyusun jadwal melakukan senam pernapasan
9. Memodifikasi lingkungan Mendiskusikan bersama keluarga bagaimana
memodifikasi lingkungan rumah untuk meningkatkan pencegahan TB
paru dalam keluarga
10. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat dari fasilitas
kesehatan
11. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan
yang ada disekitar tempat tinggal
12. Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan

5. Evaluasi

14
Evaluasi yang ingin penulis gambarkan dalam tulisan ini terdiri
rangkuman evaluasi dari semua implementasi yang telah penulis lakukan
kepada keluarga.

CONTOH PENGKAJIAN KASUS

15
Core : tingkat pendidikan desa X dengan presentase SMA sebanyak 65%,
SMP sebanyak 52% sarjana 43%, pekerjaan terdiri dari PNS, Buruh,
pedagang, IRT dengan royalitas paling banyak buruh pabrik 46% pedagang
sebesar 34% dan lainnya 10%. Dalam desa tersebut terdapat lebih dari 10
keluarga yang menderita penyakit Tuberculosis. Keyakinan yang dianut
masyarakat desa X yang paling mayoritas adalah agama islam 65%, Kristen
20%, katolik 12% hindu 3%.

1. Para penduduk desa kelurahan X yang terdiri dari 7 RW dengan jumlah


penduduk 650 jiwa yang terdiri dari jumlah 58 kepala keluarga. Batas – batas
wilayah meliputi sebelah timur berbatasan dengan desa M, sebelah selatan
berbatasan dengan RT 5 RW 3, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan
desa K, dan sebelah utara berbatasan dengan RW 6. Mobilitas penduduk di
desa X jarang berada di rumah pada saat pagi hari dan siang hari karena
bekerja sedangkan anak- anak berada di sekolah. Tersedianya penerangan yang
cukup dimalam hari tetapi masih ada beberapa rumah yang kurang
pencahayaan nya pada saat siang hari, sirkulasi udara di desa X terbilang sejuk
ada beberapa perumahan yang memiliki pohon dan bunga – bunga yang
ditanam di depan rumah tetapi ada beberapa RW yang terlihat gersang karena
merupakan wilayah kontrakan serta ventilasi yang kurang memadai seperti
kurang nya jendela rumah dan jarak rumah yang berdekatan. Kepadatan
penduduk terbilang padat karena kebanyakkan desa X merupakan wilayah
dengan rata – rata menempati kontrakkan. Namum sekarang pedesaan tersebut
sudah banyak di buat perumahan yang membuat desa tersebut mulai terkikis
akan lingkungannya.
2. Tingkat pendidikan di desa X mayoritas dengan persen tingkat pendidikan
SMA sebanyak 65%, dan SMP sebanyak 52%, sedangkan sarjana 43%.
3. Keamanan dan Keselamatan di lingkungan atau di Kelurahan X terbilang
cukup aman karena memiliki keamanan dari pemerintah desa X tersebut.
4. Dalam desa tersebut terdapat lebih dari 10 keluarga yang menderita penyakit
TB dan sebagian besar sudah pernah berobat, namun telah putus obat selama
lebih dari 6 bulan.

16
5. Pemerintah di desa X belum terlalu memperhatikan kesehatan desa dan
masyarakat sekitar dikarenakan dalam desa tersebut terdapat home industry.
Home industry tersebut menyebabkan polusi udara yang sangat mengganggu.
Transportasi terbilang cukup baik dengan batas waktu sampai 19:00 malam,
dengan keadaan jalan yang bagus
6. Di daerah X terdapat puskesmas M yang merupakan wilayah kerja mereka,
tetapi belum bekerja semaksimal mungkin dengan program kesehatan yang
belum berjalan dengan baik dikarenakan keterbatasan tenaga kesehatan yang
mempunyai 2 Nurse dan D3 Keperawatan 5 orang.
7. Kelurahan X terbilang cukup baik dalam system komunikasi karena masing –
masing di desa tersebut memiliki vasilitas seperti televisi dan radio serta dalam
keluarga masing – masing memiliki telephone.
8. Berdasarkan pekerjaan terdiri dari PNS, Buruh, pedagang, IRT dengan
royalitas paling banyak buruh pabrik 46% pedagang sebesar 34% dan lainnya
10% pendapatan masyarakat di desa X berkisar pada Rp. 800.000 sampai
dengan Rp. 1.500.000
9. Program dari puskesmas serta tenaga kesehatan di wilayah X terbilang cukup
terstruktur mulai dari sarana transportasi yaitu Ambulance, kemudian
pelaksanaan kerja bakti atau Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS). Biaya
terbilang dapat dijangkau walaupun pendapatan dalam kategori rendah sampai
sedang . kegiatan tersebut dapat membuat kesadaran bagi masyarakat dan dapat
mengurangi tingkat stress dari masyarakat.

ANALISA DATA

17
Tanda dan Gejala Masalah

1. Di desa tersebut terdapat lebih


dari 10 keluarga yang menderita
penyakit TBC.
2. Terjadi perhentian pengobatan di
masing-masing keluarga yang
menderita penyakit TBC.
3. Dalam observasi ditemukan
pelayan puskesmas dan
programnya belum terlaksana
dengan baik
4. Tenaga kesehatan yang terlalu
minim di puskesmas M wilayah
X
5. Masyarakat desa X tidak
mengetahui tekhnik menjaga
personal hygiene yang baik dan
benar.
1. Masyarakat desa X memiliki
tingkat pendidikan SMA
sebanyak 65%, SMP sebanyak
52% sarjana 43%, Resiko Kontaminasi
2. Presentase masyarakat mengenai
pekerjaan yaitu PNS, buruh,
pedagang, IRT dengan presentase
paling banyak yaitu buruh pabrik
64%, pedagang 34% dan lain
sebanyak 10%
3. Desa X memiliki pabrik home
industry yang menyebabkan
polusi udara
4. Observasi juga dilakukan

18
terhadap keluarga-keluarga yang
mungkin akan terjangkit penyakit
TBC
5. Beberapa rumah di desa X
memiliki pencahayaan yang
kurang

SKORING DIAGNOSIS KEPERAWATAN KOMUNITAS

NO KRITERIA BOBOT
1 Kesadaran masyarakat terhadap masalah 2
2 kesehatan 4
3 Motivasi masyarakat untuk menyelesaikan 3
masalah
4 Kemampuan perawat mempengaruhi 1
penyelesaian masalah kesehatan
5 Ketersediaan Tenaga Ahli yang relevan 5
dalam penyelesaian masalah
6 Keparahan hasil jika masalah tersebut tidak 6
diselesaikan
Kecepatan penyelesaian masalah yang bisa
dicapai

Keterangan
1 = tidak dirasakan
2= sangat rendah
3= rendah
4= cukup
5= baik
6= sangat baik

19

Anda mungkin juga menyukai