OLEH :
ADIRA BINTANG PERMANA
KELAS XI
BAB 1
Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat
1) Barentz, pada tahun 1594 mencari daerah Timur (Asia) melalui jalur lain yaitu ke Utara.
2) Cornelis de Houtman, pada tahun 1596 berhasil mendarat di Banten.
3) Jacob van Neck, berhasil mendarat di Banten pada 28 November 1598 dan berhasil
mendapatkan rempah-rempah yang banyak. Sehingga banyak pedagang Belanda yang datang
ke Indonesia. Atas usulan Johan van Oldenbarnevelt dibentuklah kongsi dagang Belanda
pada 20 Maret 1602 yang bernama Vereenigde Oost IndischeCompagnie (VOC). VOC
dipimpin oleh Gubernur Jenderal, sebagai Gubernur Jenderal yang pertama yaitu Gubernur
Jenderal Pieter Both pada tahun 1609. Kemudian diganti oleh Gubernur Jenderal
Jan Pieter Zoon Coen tahun 1617.
Tujuan dari pembentukan kongsi dagang ini adalah menghindarkan persaingan yang
tidak sehat antarpedagang Belanda sendiri, memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi
persaingan dengan pedagang-pedagang Eropa lain misalnya East India Company (EIC),
membantu pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol yang
menguasainya, melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah.
Dalam menjalankan tugasnya, VOC memiliki hak khusus yaitu hak oktroi (hak untuk
dapat bertindak sebagai negara sendiri). Hak tersebut meliputi memonopoli perdagangan,
memiliki tentara sendiri dan mendirikan benteng-benteng, mencetak dan mengedarkan mata
uang sendiri, mengangkat pegawai dari kalangan Belanda atau pribumi, membuat peradilan
sendiri, memerintah di negeri jajahan.
Setelah berkuasa ± 200 tahun, VOC mengalami kebangkrutan dan dibubarkan pada
tanggal 31 Desember 1799. Hal ini disebabkan kas VOC kosong, pegawai VOC yang
korupsi, banyaknya biaya untuk perang, tidak mampu bersaing dengan kongsi dagang lain,
adanya perdagangan gelap.
4) Abel Tasman, berhasil berlayar mencapai perairan di sebelah Tenggara Australia dan
menemukan Pulau Tasmania pada tahun 1642.
c. Politik etis
Politik ini dikemukakan oleh van Deventer dan disebut politik balas budi karena Belanda
memiliki banyak utang budi kepada rakyat Indonesia yang dianggap telah membantu
kemakmuran Belanda. Dalam politik ini berisi tentang tiga hal yang sering disebut Trilogi
van Deventer. Isi dari trilogi van Deventer yaitu: Irigasi (pengairan); Edukasi (pendidikan);
Migrasi (perpindahan penduduk).
C. Munculnya Berbagai Perlawanan
c. Maluku Bergolak
Pada tahun 1529 terjadilah perang antara Portugis dengan Kerajaan Tidore. Portugis dibantu
oleh Kerajaan Ternate dan Bacan sedangkan Kerajaan Tidore di bantu oleh Spanyol. Sultan
Hairun dikhianati dan lalu dihukum mati. Itulah yang menyebabkan rakyat Tidore marah dan
menyerang Portugis habis habisan
c.Perlawanan Trunajaya
Kerajaan Mataram mengadakan perjanjian perdamaian dengana VOC. Isi perjanjian tersebut
yaitu :
a. Mataram mengakui kekuasaan VOC di Batavia
b. Mataram boleh berdagang di seluruh Indonesia kecuali Maluku
c. VOC mengirim duta setiap tahun ke Kerajaan Mataram
d. Diadakan tukar menukar tawanan perang
karena Raja Amangkurat bertindak sewenang wenang terhapat rakyat terjadilah
pemberontakan Trunajaya yang dipimpin oleh Pangeran Adipati Anom yang mendapat
bantuan dari Makassar yang dipimpin oleh Karaeng Galesung.
a.Perlawanan di Maluku
Perlawanan terjadi karena Belanda memaksa masyarakat menyerahkan berbagai macam hasil
bumi. Pada malam hari tanggal 15 Mei 1817 para pemuda Saparua di bawah pimpinan
Pattimura mereka mambakar kapal kapal di pelabuhan Belanda. Namun pada tanggal 16
Desember 1817 Pattimura dihukum gantung oleh Belanda.
b.Perang Padri (1815 – 1837)
Perang ini tidak lepas dari pertentangan kaum adat dan kaum padri. Pertempuran terjadi
karena Belanda menyuruh kaum adat dan padri untuk kerja rodi. Peperangan ini dipimpin
oleh Tuanku Imam Bonjol dan mendapat bantuan dari Sentot Alibasah. Namun Tuanku Imam
Bonjol diasingkan ke Cianjur.
2. Faktor Ekstern
a. Kemenangan Jepang atas Rusia
b. Partai Kongres di India
c. Filipina dibawah Jose Rizal
d. Gerakan Nasionalisme Cina
e. Gerakan Turki Muda.
Terpilihnya R.T. Tirtokusumo yang seorang bupati sebagai ketua rupanya dimaksudkan agar
lebih memberikan kekuatan pada Budi Utomo. Kedudukan bupati memberi dampak positif
dalam rangka menggalang dana dan keanggotaan dari Budi Utomo. Untuk usaha
memantapkan keberadaan Budi Utomo diusahakan untuk segera mendapatkan badan hukum
dari pemerintah Belanda. Hal ini terealisasi pada tanggal 28 Desember 1909, anggaran dasar
Budi Utomo disahkan. Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua
aliran berikut.
a. Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak
bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah
gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto
Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi
Utomo semakin lamban. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin
lambannya Budi Utomo.
a. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada penduduk
umumnya.
b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda dari pada kepentingan rakyat Indonesia.
c. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum
terpelajar tersisih.
Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang politik.
Berikut ini beberapa bentuk peran politik Budi Utomo.
a. Melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain.
b. Menyokong gagasan wajib militer pribumi.
c. Mengirimkan komite Indie Weerbaar ke Belanda untuk pertahanan Hindia.
d. Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
e. Membentuk Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota volksraad.
Budi Utomo mampu menerbitkan majalah bulanan Goeroe Desa yang memiliki kiprah masih
terbatas di kalangan penduduk pribumi. Sejalan dengan kemerosotan aktivitas dan dukungan
pribumi pada Budi Utomo, maka pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam
Partai Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur
dari arena politik.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur
Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg pada
tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak diberi badan
hukum. Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah kolonial Belanda (Gubernur
Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik pemerintah
kolonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan perpecahan muncul dari
pandangan yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan Semaun mengenai kapitalisme.
Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah
haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai
rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain
terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI
Merah.
a. SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S.
Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang
berpusat di Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI).
Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang
merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kegiatan Indische Vereeniging semakin tegas dan radikal, dan telah berkembang ke arah
politik. Sejalan dengan semakin meluasnya pemakaian nama Indonesische, dirasa perlu untuk
mengubah nama organisasi menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1924. Majalah
Hindia Poetra pun ikut berubah nama menjadi Indonesia Merdeka. Melalui rapat pada tanggal
3 Februari 1925 akhirnya Indonesische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia
(PI). Semboyan “Indonesia Merdeka” sudah menjadi slogan meskipun mengatakannya
dengan Bahasa Belanda. Melalui media “Indonesia Merdeka” dan kegiatan internasional,
dunia internasional mengetahui aktivitas perjuangan para pemuda Indonesia. Berikut ini
kegiatan-kegiatan internasional yang diikuti oleh PI.
a. Mengikuti Kongres ke-6 Liga Demokrasi Internasional untuk Perdamaian di Paris pada
tahun 1926. Delegasi Perhimpunan Indonesia dipimpin oleh Mohammad Hatta.
b. Mengikuti Kongres I Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Berlin pada
tahun 1927, mengirimkan Mohammad Hatta, Nasir Pamuncak, Batot, dan Achmad Subardjo.
Dalam perjalanannya Perhimpunan Indonesia mengalami banyak tekanan dari pemerintah
Belanda, lebih-lebih setelah terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia pada tahun
1926. Pengawasan dilakukan semakin ketat. Meskipun demikian, pada tanggal 25 Desember
1926 Semaun bersama Mohammad Hatta menandatangani suatu kesepakatan yang dikenal
dengan Konvensi Hatta-Semaun. Dalam kesepakatan itu ditekankan pada upaya Perhimpunan
Indonesia tetap pada garis perjuangan kebangsaan dan diharapkan PKI dengan ormas-
ormasnya tidak menghalang-halangi Perhimpunan Indonesia dalam mewujudkan citacitanya.
Cita-cita Perhimpunan Indonesia tertuang dalam 4 pokok ideologi dengan memerhatikan
masalah sosial, ekonomi dengan menempatkan kemerdekaan sebagai tujuan politik yang
dikembangkan sejak tahun 1925. Keempat pokok ideologi tersebut adalah kesatuan nasional,
solidaritas, non-kooperasi, dan swadaya.
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Berdirinya
PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama teman-
temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan Indische Social
Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh
Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain.
PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Salah satu upaya yang
ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam. Infiltrasi dapat dengan
mudah dilakukan karena ada beberapa faktor berikut.
a. Adanya kemelut dalam tubuh SI, di mana pemerintah Belanda lebih memberi pengakuan
kepada cabang Sarekat Islam lokal.
b. Adanya disiplin partai dalam SI, di mana anggota SI yang merangkap anggota ISDV harus
keluar dari SI. Akibatnya SI terpecah menjadi SI Merah dan SI Putih.
Setelah berhasil menyusup dalam tubuh SI, jumlah anggota PKI semakin besar. PKI
berkembang pesat. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan PKI berkembang
pesat.
a. Propagandanya yang sangat menarik.
b. Memiliki pemimpin yang berjiwa kerakyatan.
c. Pandai merebut massa rakyat yang tergabung dalam partai lain.
d. Sikapnya yang tegas terhadap pemerintah kolonial dan kapitalis.
e. Di kalangan rakyat terdapat harapan bahwa PKI bisa menggantikan Ratu Adil.
Organisasi PKI makin kuat ketika pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow.
Ditambah dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin luas.
Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan ini sangat sia-sia karena
massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih kacau. PKI telah mengorbankan
ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta dalam pemberontakan. Dampak buruk
lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan di tanah air adalah berupa pengekangan dan
penindasan yang luar biasa dari pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang
gerak. Walaupun PKI dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih
melakukan kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk
tetap memperjuangkan aksi revolusioner di Indonesia.
Peranan PNI dalam pergerakan nasional Indonesia sangat besar. Menyadari perlunya
pernyataan segala potensi rakyat, PNI memelopori berdirinya Permufakatan Perhimpunan-
Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). PPPKI diikuti oleh PSII (Partai Sarekat
Islam Indonesia), Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische
Studi Club, dan Algemeene Studie Club. Berikut ini ada dua jenis tindakan yang
dilaksanakan untuk memperkokoh diri dan berpengaruh di masyarakat.
1. Ke dalam, mengadakan usaha-usaha dari dan untuk lingkungan sendiri seperti mengadakan
kursus-kursus, mendirikan sekolah, bank dan sebagainya.
2. Keluar, dengan memperkuat opini publik terhadap tujuan PNI antara lain melalui rapat-
rapat umum dan penerbitan surat kabar Banteng Priangan di Bandung, dan Persatuan
Indonesia di Jakarta.
Kegiatan PNI ini cepat menarik massa dan hal ini sangat mencemaskan pemerintah kolonial
Belanda. Pengawasan terhadap kegiatan politik dilakukan semakin ketat bahkan dengan
tindakantindakan penggeledahan dan penangkapan. Dengan berkembangnya desas desus
bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan, maka empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, R.
Gatot Mangkuprojo, Markun Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman
oleh pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan itu, Ir. Soekarno dengan kepiawaiannya
melakukan pembelaan yang diberi judul “Indonesia Menggugat”. Penangkapan terhadap para
tokoh pemimpin PNI merupakan pukulan berat dan menggoyahkan keberlangsungan partai.
Dalam suatu kongres luar biasa yang diadakan di Jakarta pada tanggal 25 April 1931, diambil
keputusan untuk membubarkan PNI. Pembubaran ini menimbulkan pro dan kontra. Mr.
Sartono kemudian mendirikan Partindo. Mereka yang tidak setuju dengan pembubaran masuk
dalam Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) yang didirikan oleh Drs. Mohammad Hatta
dan Sutan Syahrir. Baik Partindo maupun PNI Baru, masih memakai asas PNI yang lama
yaitu self help dan nonkooperasi. Namun di antara keduanya terdapat perbedaan dalam hal
strategi perjuangan. PNI Baru lebih mengutaman pendidikan politik dan sosial, sedangkan
Partindo mengutamakan aksi massa sebagai senjata yang tepat untuk mencapai kemerdekaan.
7. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
Pembentukan organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal mengandung benih-benih
kelemahan dan keretakan. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan keretakan
tersebut.
a. Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing kelompoknya.
b. Kurangnya kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
c. Perbedaan gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.
Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929, maka PNI
pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan oleh Sartono pada tahun
1929. Sejak awal berdirinya Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam aksi-aksi
politik menuju Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu nasional.
Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama yaitu self help dan
nonkooperasi. Partindo semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya pada tahun
1932, setelah dibebaskan dari penjara. Namun, karena kegiatan-kegiatannya yang sangat
radikal menyebabkan pemerintah melakukan pengawasan yang cukup ketat. Karena tidak
bisa berkembang, maka tahun 1936 Partindo bubar.
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh
orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane, dan Moh.
Yamin. Dasar dan tujuannya adalah nasional dan mencapai Indonesia Merdeka. Gerindo juga
menganut asas insidental yang sama dengan Parindra. Tujuan Gerindo antara lain:
a. mencapai Indonesia Merdeka,
b. memperkokoh ekonomi Indonesia,
c. mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan
d. memberi bantuan bagi kaum pengangguran.
Pada tanggal 15 Juli 1936, partai-partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo
Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya diselenggarakan
suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan negara Belanda di mana anggotanya
mempunyai hak yang sama. Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana pemberian
kepada Indonesia suatu pemerintah yang berdiri sendiri. Namun usul tersebut ditolak oleh
pemerintah kolonial Belanda. Adanya kekecewaan terhadap keputusan pemerintah Belanda
tersebut, atas prakarsa Moh. Husni Thamrin pada tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah
Gabungan Politik Indonesia (Gapi). Berikut ini ada beberapa alasan yang mendorong
terbentuknya Gapi.
a. Kegagalan petisi Sutarjo. Petisi ini berisi permohonan agar diadakan musyawarah antara
wakil-wakil Indonesia dan Belanda. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia diberi
pemerintahan yang berdiri sendiri.
b. Kepentingan internasional akibat timbulnya fasisme.
c. Sikap pemerintah yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
Tujuan Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai parlemen
sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan Indonesia Berparlemen. Tuntutan Indonesia
Berparlemen terus diperjuangkan dengan gigih. Akhirnya pemerintah Belanda membentuk
komisi yang dikenal dengan nama Komisi Visman karena diketuai oleh Dr. F.H.Visman.
Tugas komisi ini adalah menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan.
Namun, setelah melakukan penelitian, Komisi Visman mengeluarkan kesimpulan yang
mengecewakan bangsa Indonesia. Menurut komisi tersebut, sebagian besar rakyat Indonesia
berkeinginan hidup dalam ikatan Kerajaan Belanda. Gapi menolak keputusan tersebut, sebab
dianggap hanya rekayasa Belanda dan bertentangan dengan keinginan rakyat Indonesia.
Dalam rangka mencapai tujuan itu, Muhammadiyah melakukan beberapa upaya berikut.
a. Mendirikan sekolah-sekolah (bukan pondok pesantren) dengan pengajaran agama dan
kurikulum yang modern.
b. Mendirikan rumah sakit dengan nama Pusat Kesengsaraan Umum (PKU).
c. Mendirikan rumah yatim piatu.
d. Mendirikan perkumpulan kepanduan Hisbul Wathan.
Di samping Muhammadiyah, gerakan keagamaan lain yang memiliki andil bagi kemajuan
bangsa antara lain, berikut ini.
a. Jong Islamienten Bond, berdiri tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta.
b. Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur.
c. Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1932 di Pacor, Lombok Timur.
Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo. Organisasi ini berdiri
pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr. Satiman
Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan organisasi
kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di Jawa dan Madura.
Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (sakti, budhi,
bakti). Dalam perkembangannya, Tri Koro Dharmo membuka cabang di Surabaya. Dalam
rangka mengefektifkan perjuangan, diterbitkan sebuah majalah yang juga diberi nama Tri
Koro Dharmo. Berikut ini tujuan Tri Koro Dharmo secara nyata dalam anggaran dasarnya.
a. Ingin menghidupkan persatuan dan kesatuan, di antara pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali,
dan Lombok.
b. Kerja sama dengan semua organisasi pemuda guna membentuk ke-Indonesiaan.
Keanggotannya terbatas pada para pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok.
Tujuan Kongres Pemuda I adalah membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan
kebangsaan, dan mempererat hubungan di antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan.
Hal yang menjadi agenda pembicaraan adalah tentang usulan bahasa Indonesia yaitu bahasa
Melayu sebagai bahasa persatuan. Mengenai usulan fusi untuk semua perkumpulan pemuda,
tidak ada keputusan. Setelah berlangsungnya kongres pertama, para pemuda semakin tergerak
untuk menindaklanjuti dengan melakukan kongres berikutnya. Oleh karena itu, setelah
diawali pertemuan pendahuluan terbentuklah susunan panitia seperti berikut.
Ketua : Sugondo Joyopuspito
Wakil ketua : Djoko Marsaid
Sekretaris : Mohammad Yamin
Bendahara : Amir Syarifudin
Pembantu : Djohan Tjain, Kotjo Sungkono, Senduk, J. Leimena, Rohjani.
Kongres Pemuda II berlangsung sejak tanggal 27 Oktober 1928 dan berakhir tanggal 28
Oktober 1928. Kongres Pemuda II diadakan sebanyak tiga kali rapat.
a. Rapat pertama, di gedung Katolik Jonglingen Bond di Waterloopein.
b. Rapat kedua, tanggal 28 Oktober pagi, di gedung Oost Java Bioscoop, di Koningsplein
Noord.
c. Rapat ketiga, tanggal 28 Oktober malam, di gedung Indonesische Clubhuis di Jl. Kramat
Raya 106 Jakarta.
MATERI PELAJARAN SEMESTER 2
BAB 1
Tirani Matahari Terbit
2.Organisasi Militer
a.Heiho
Heiho(pasukan pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam
organisasi militer Jepang,baik angkatan darat maupun laut. Syarat-syarat untuk menjadi
tentara Heiho antara lain: (1) Umur 18-25 tahun,(2) Berbadan sehat,(3) Berkelakuan baik,dan
(4) Berpendidikan minimal sekolah dasar. Tujuan pembentukan Heiho adalah membantu
tentara Jepang. Kegiatannya antara lain,membangun kubu-kubu pertahanan,menjaga kamp
tahanan,dan membantu perang tantara Jepang sebagai contoh,banyak anggota Heiho yang
ikut perang melawan tantara serikat di Kalimantan,Irian,bahkan ada yang sampai ke Birma.
b.Peta
Jepang berencana membentuk pasuakn untuk mempertahankan tanah air Indonesia yang
disebut pasukan pembelah tanah air (Peta) Jepang berupaya mempertahankan Indonesia dari
serangan sekutu secara sungguh-sungguh. Hal ini bisa saja didasari oleh rasa was-was yang
makin meningkat karena situasi di medan perang yang bertambah sulit sehingga disamping
Heiho,Jepang juga membentuk organisasi Peta(Pembela Tanah Air). Peta adalah organisasi
militer karena itu,para anggota peta mendapatkan latihan kemiliteran. Mula-mula yang
ditugasi untuk melatih anggota pera adalah seksi khusu dari bagian intelijen yang disebut
Tokubetsu Han.
Latihan tugas intelijen dipimpin oleh Yanagawa. Latihan ini kemudian berkembang secara
sistematis dan terprogram. Penyelenggannya berada di dalam Seinen Dojo(panti latihan
pemuda) yang terletak di Tangerang. Mula-mula anggota yang dilatih hanya 40 orang dari
seluruh Jawa.Akhirnya,pada tanggal 3 oktober 1943 secara resmi berdirilah peta. Berdirinya
peta ini berdasarkan peraturan dari pemerintah Jepang yang disebut Osamu Sainendan,nomor
44. Banyak di antara berbagai lapisan masyarakat yang tertarik menjadi anggota peta sampai
akhir pendudukan Jepang,anggota peta ada sekitar 37000 orang di Jawa dan sekitar 20000
orang di Sumatra. Di Sumatra namanya lenih terkenal dengan Giyugun(prajurit-prajurit
sukarela). Orang-orang peta inilah yang akan banyak berperang dibidang ketentaraan di masa
berikutnya. Beberapa tokoh terkenal di dalm peta,antara lain Supriadi dan Sudirman
3.Organisasi-organisasi militer dan semimiliter
a.Pengerahan tenaga pemuda
Sebelum resmi membentuk organisasi-organisasi semimiliter,jepang telah melatih pemuda
untuk menjadi pemuda yang disiplin,memiliki semangat yang tinggi(seishin),dan berjiwa
kesartia (bushido) yang tinggi.salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai tersebut kepada
kaum muda adalah dengan pendidikan,baik pendidikan umum maupun pendidikan
khusus.pendidikan umum berupa seperti sekolah dasar dan sekolah menengah.sedangkan
pendidikan khusus berupa latihan-latihan yang diadakan oleh jepang,seperti BPAR(Barisan
Pemuda Asia Raya),yang berpusat di jakarta.
Barisan Pemuda Asia Raya diresmikan pada tanggal 11 juni 1942 dengan pimpinan dr.slamet
sudibyo dan S.A Soleh.Program latihan ini diadakan dalam jangka waktu 3 bulan dan jumlah
peserta tidak di batasi.selain,BPAR jepang juga membentuk wadah latihan yang disebut San
A Seinen Kutensho yang diprakarsai oleh H.Shimuzu Dan Wakabayashi.Latihan ini diadakan
selama satu setengah bulan.Pada tahap pertama pelatihan,telah dilantik sebanyak 250 orang.
b.Organisasi Semimiliter
Seinendan
Seinendan (korps pemuda) adalah organisasi para pemuda yang berusia 14-22 tahun.Pada
awalnya, seinendan beranggota 3.500 orang pemuda dari jawa.Tujuan dibentuknya seinendan
adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan
tanah airnya dengan kekuatan sendirinya.Untuk memperbanyak jumlah seinndan ,jepang juga
menggerakan seinendan bagi putri yang disebut josyi seinendan.Sampai pada akhirnya
seinendan berjumlah sekitar 500.000 Pemuda.Tokoh-tokoh indonesia yang pernah menjadi
anggota seinendan adalah Sukarni dan Latif Hendraningrat
Keibodan
Organisasi keibodan (krops kewaspadaan) merupakan organisasi semimiliter yang
anggotanya para pemuda yang berusia antara 25-35 tahun.Ketentuan utama dari organisasi
keibon adalah mereka yang berbadan sehat dan berkelakuan baik.Pembina Keibodan adalah
Depatermen Kepolisian(keimubu) dan di daerah syu(shu) dibina oleh bagian
kepolisian(keisatsubu).Dikalangan orang-orang cina juga di bentuk keibodan yang
dinamakan kakyo keibotai.
Organisasi Seinendan dan keibodan dibentuk di daerah-daerah seluruh indonesia,meskipun
namanya berbeda-beda.Misalnya di sumatera disebut Bogodan dan di kalimantan disebut
konan kokokudan.dengan jumlah anggota Dua juta orang.Pada bulan Agustus 1943 dibentuk
Funjikai(Perkumpulan wanita) yang anggotanya minimal berusia 15 tahun.Dan pada tahun
1944 dibentuk “Pasukan Srikandi” dan juga dibentuk organisasi untuk anak SD yang disebut
seinentai(Barisan murid sekolah dasar),kemudian dibentuk Gakukotai(Barisan murid sekolah
dasar).
Barisan Pelopor
Pada tanggal 1 November 1944 dibentuk organisasi yang bernama barisan pelopor.Barisan
pelopor ini berada dibawah naungan jawa Hokokai.Anggotanya mencapai 60.000
orang.Dimana dipimpim oleh seorang nasionalis ,yakni ir.Soekarno yang di bantu oleh R.P
suroso,Otto Iskandardinata,dan Buntara Martoatmojo.Anggota barisan pelopor istimewa ada
100 orang dengan ketuanya adalah Sudiro.
Hizbullah
Pada tanggal 7 september 1944,PM jepang,Kaiso mengeluarkan janji mengeluarkan
kemerdekaan untuk indonesia.Jepang merencanakan untuk membentuk pasukan cadangan
khusus dan pemuda-pemuda sebanyak 40.000 orang.Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri
pasukan sukarelawan islami yang bernama hizbullah(Tentara Allah).
BAB 3
Revolusi Menegakkan Panji-Panji NKRI
Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia untuk
menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7 Oktober 1946
bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan Indonesia-Belanda
dengan dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan
senjata (14 Oktober) serta meratakan jalan ke arah perundingan di Linggarjati yang dimulai
tanggal 11 November 1946.
Linggarjati merupakan kota kecil yang berda dikurang lebih 21 km sebelah barat Cirebon.
Perundingan Linggarjati dilaksanakan pada tanggal 10-15 November 1946. dalam
perundingan Linggarjati delegasi Indonesia dipimpin perdana Menteri Sutan Syahrir,
sedangkan delegasi Belanda diwakili oleh Prof. S. Schemerhorn serta Dr. H,J. Van. Mook.
Penengah serta pemimpin perundingan dari pihak Inggris, yaitu Lord Killeam. Hasil
perundingan diumumkan pada tanggal 15 November 1946 serta sudah tersusun sebagai
naskah persetujuan yang terdiri atas 17 pasal, antara lain berisi sebagai berikut:
Belanda mengakui dengan cara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang
meliputi Sumatra, Jawa serta Madura. Belanda wajib meninggalkan wilayah de facto paling
lambat 1 Januari 1949.
Republik Indonesia serta Belanda bakal bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia
Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu tahapnya merupakan
Republik Indonesia
Republik Indonesia Serikat serta Belanda bakal membentuk Uni Indonesia - Belanda dengan
Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Hasil perundingan Linggarjati menimulkan beberapa pendapat pro serta kontra di kalngan
partai politik di Indonesia. Perundingan Linggarjati memenyesalkan pihak Reopublik
Indonesia krena wilayahnya terus sempit, yaitu hanya meliputi Jawa, Madura serta Sumatera.
Faktor ini menyebababkan terjadinya pergolakan di Bali Novmber 1946 dibawah ceo Letnan
Kolonel Gusti Ngurah Rai, dengan perang puputan/ perang habis-habisan (puputan
Margarana ) serta pertempuran Manado dipimpin Letkol Taulu yang dibantu oleh Residen
Lapian melawan tentara KNIL (Belanda).
2.Agresi Militer Belanda I
Direncanakan oleh Van Mook, dia merencanakan negara-negara boneka dan ingin
mengembalikan kekuasaan Belanda atas Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut pihak
Belanda melanggar perundingan linggarjati yang telah disepakati sebelumnya, bahkan
mereka menyobek kertas perjanjian tersebut. Kemudian pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda
melancarkan aksi militer pertama dengan target utama kota-kota besar di pulau Jawa dan
Sumatra. Agresi Militer Belanda 1 ternyata menimbulkan reaksi yang hebat dari dunia
internasional. Pada tanggal 30 Juli 1947, pemerintah India dan Australia mengajukan
permintaan resmi agar masalah Indonesia segera dimasukkan dalam daftar acara Dewan
Keamanan PBB. Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB memerintahkan
penghentian dari kedua belah pihak yang mulai berlaku tanggal 4 Agustus 1947. Untuk
mengawasi pelaksanaan perjanjian gencatan senjata tersebut, maka dibentuk suatu Komisi
Konsuler yang anggotanya adalah konsul jenderal yang berada di Indonesia.
3.Komisi Tiga Negara
KTN merupakan sebuahkomite yang dibentik oleh Dewan Keamanan PBB yg bakal menjadi
penengah konflik antara Indonesia serta Belanda. Komite ini di kenal sebagai Committee of
Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Untuk Indonesia), Komisi Tiga Negara
(KTN), disebut begitu sebab beranggotakan tiga negara, yaitu :
1. Australia yang dipilih oleh Indonesia diwakili oleh Richard C. Kirby
2. Belgia yang dipilih oleh Belanda diwakili oleh Paul van Zeeland
3. Amerika Serikat sebagai pihak yang netral menunjuk Dr. Frank Graham.
Tugas KTN
1. Menguasai dengan cara langsung penghentian tembak menembak sesuai dengan resolusi
PBB
2. Menjadi penengah konflik antara Indonesia serta Belanda.
3. Memasang patok-patok wilayah status quo yang dibantu oleh TNI
4. Mempertemukan kembali Indonesia serta Belanda dalam Perundingan Renville. Tetapi,
Perundingan Renville ini mengdampakkan wilayah RI makin sempit.
4.Perjanjian Renville
Isi dari Perjanjian Renville adalah :
a. Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).
b. Republik Indonesia sejajar kedudukannya dalam Uni Indonesiaa Belanda.
c. Sebelum Republik Indonesia Serikat terbentuk, Belanda dapat menyerahkan
kekuasaannya kepada pemerintah federal sementara.
d. Republik Indonesia menjadi negara bagian dari Republik Indonesia Serikat.
e. Antara enam bulan sampai satu tahun akan diselenggarakan pemilihan umum untuk
membentuk Konstituante RIS.
f. Tentara Indonesia di daerah pendudukan Belanda (daerah kantong) harus dipindahkan
ke daerah Republik Indonesia.
5.Agresi Militer II
Agresi Militer Belanda 2 dimulai ketika pihak Belanda yang tetap bersikukuh menguasai
Indonesia mencari dalih untuk dapat melanggar perjanjian yang telah disepakati. Bahkan
pihak Belanda menuduh jika pihak Indonesia tidak menjalankan isi perundinganRenville.
Oleh karena itu pihak TNI dan pemerintah Indonesia sudah memperhitungkan bahwa
sewaktu-waktu Belanda akan melakukan aksi militernva untuk menghancurkan republik
dengan kekuatan senjata. Untuk menghadapi kekuatan Belanda itu, didirikan Markas Besar
Komando Djawa (NIBKD) vang dipimpin oleh Kolonel Abdul Haris Nasution dan Markas
Resar Komando Sumatra (MBKS) yang dipimpin oleh Kolonel Hidayat.
Serangan dibuka tanggal 19 Desember 1948. Dengan taktik perang kilat (blitkrieg), Belanda
melancarkan serangan di semua front di daerah Republik Indonesia. Serangan diawali dengan
penerjunan pasukan payung di Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Adi Sucipto) dan dengan
gerak cepat berhasil menduduki kota Yogyakarta. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden
Moh. Hatta memutuskan untuk tetap tinggal di ibukota, walaupun mereka tahu bahwa dengan
demikian mereka akan ditawan oleh musuh. Alasannya, agar mereka dapat melakukan
kegiatan diplomasi dengan pihak Belanda.
Di samping itu, Belanda tidak mungkin menjalankan serangan secara terus-menerus karena
presiden Panglima Tertinggi Angkatan Perang Indonesia dan wakil presiden menteri
pertahanan sudah berada di tangan mereka. Sementara itu, beberapa bulan sebelum Belanda
melakukan serangan terhadap kota Yogyakarta, Jenderal Sudirman (Panglima Besar
Angkatan Perang) menderita sakit paru-paru yang sangat parah sehingga harus dirawat di
rumah sakit dan kemudian dirawat di rumah. Ia berpesan jika Belanda menyerang kembali,
maka ia akan memegang kembali pimpinan Angkatan Perang dan memimpin prajurit-
prajuritnya melakukan perlawanan gerilya.
Dalam waktu satu bulan, pasukan TNI telah berhasil melakukan konsolidasi dan mulai
memberikan pukulan secara teratur kepada musuh. Seluruh Jawa dan Sumatra menjadi satu
daerah gerilya yang menyeluruh. Tekanan terhadap pasukan Belanda ditingkatkan.
Penghadangan terhadap konvoi perbekalan tentara Belanda berhasil dilakukan. Serangan
umum yang dilaksanakan terhadap kota-kota yang diduduki Belanda mulai dilaksanakan oleh
pasukan TNI. Serangan yang paling terkenal adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap
kota Yogyakarta di bawah pimpinan Komandan Brigade X Letnan Kolonel Soeharto.
Pasukan I N I berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Sementara itu, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX menolak kerja sama dari Belanda. Sultan mendukung segala tindakan
para pemimpin gerilya. Di samping itu, perjuangan dalam rangka menegakkan kedaulatan
Republik Indonesia juga dilakukan di luar negeri. Dengan modal sumbangan pesawat rakyat
Aceh, W. Supomo membentuk armada udara komersial vang berpangkalan di Myanmar
(Burma). Hasil penerbangan komersial itu dijadikan modal untuk membiayai pemakilan
Republik Indonesia di luar negeri. Selain itu, dibuka komunikasi radio antara Wonosari,
Bukittinggi, Rangoon (sekarang Yangoon), dan New Delhi.
6.Peranan PDRI sebagai Penjaga Eksistensi RI
PDRI didirikan oleh Syafruddin Prawiranegara atas perintah Presiden Soekarno yang pada
saat itu ditawan oleh Belanda.PDRI ini berhasil mempertahankan eksistensi RI dan
menunjukkan kepada dunia internasional bahwa RI masih tetap berdiri.
7.Terus Memimpin Gerilya
8.Peranan Serangan Umum 1 Maret 1949 untuk menunjukkan eksistensi TNI
Tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949.
a. Ke dalam
1) Mendukung perjuangan yang dilakukan secara diplomasi.
2) Meninggikan moral rakyat dan TNI yang sedang bergerilya.
b. Ke luar
1) Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk
mengadakan ofensif.
2) Mematahkan moral pasukan Belanda.
9.Belanda semakin terjepit dalam persetujuan Roem-Royen
Dalam perundingan Roem Royen, pihak Republik Indonesia tetap berpendirian bahwa
pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta merupakan kunci pembuka
untuk perundingan selanjutnya. Sebaliknya, pihak Belanda menuntut penghentian perang
gerilya oleh Republik Indonesia. Akhirnya, pada tanggal 7 Mei 1949 berhasil dicapai
persetujuan antara pihak Belanda dengan pihak Indonesia. Kemudian disepakati kesanggupan
kedua belah pihak untuk melaksanakan Resolusi Dewan Keamanan PBB tertanggal 28
Januari 1949 dan persetujuan pada tanggal 23 Maret 1949. Pernyataan pemerintah Republik
Indonesia dibacakan oleh Ketua Delegasi Indonesia Mr. Mohammad Roem yang berisi antara
lain sebagai berikut.
Pemerintah Republik Indonesia akan mengeluarkan perintah penghentian perang gerilya.
Kedua belah pihak bekerja sama dalam hai mengembalikan perdamaian dan menjaga
keamanan serta ketertiban.
Belanda turut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) yang bertujuan mempercepat
penyerahan kedaulatan lengkap dan tidak bersyarat kepada negara Republik Indonesia
Serikat.
Pernyataan Delegasi Belanda dibacakan oleh Dr. J.H. van Royen, yang berisi antara lain
sebagai berikut.
Pemerintah Belanda menyetujui bahwa pemerintah Republik Indonesia harus bebas dan
leluasa melakukan kewajiban dalam satu daerah yang meliputi Karesidenan Yogyakarta.
Pemerintah Belanda membebaskan secara tidak bersyarat para pemimpin Republik Indonesia
dan tahanan politik yang ditawan sejak tanggal 19 Desember 1948.
Pemerintah Belanda menyetujui bahwa Republik Indo-nesia akan menjadi bagian dari
Republik Indonesia Serikat (RIS).
Konferensi Meja Bundar (KMB) akan diadakan secepatnya di Den Haag sesudah pemerintah
Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta.