Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAGIAN I
Anamnesis
1. Nyeri dada
Ciri-ciri Nyeri Dada
Angina Bukan Angina
1
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
2
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Kolesistitis
Emosional Ansietas
Depresi
3
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
4
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
4. Sinkop (pingsan)
Pingsan atau sinkop adalah hilangnya kesadaran untuk
sementara yang disebabkan oleh perfusi serebral yang
inadekuat. Sinkop mungkin berkaitan dengan penyebab
jantung atau pun bukan jantung.
5
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Obat Antidepresan
Obat antihipertensi
Vasovagal Vasodepresi
Batuk Penyakit paru kronis
5. Kelelahan
Kelelahan adalah gejala umum berkurangnya curah
jantung. Pasien dengan gagal jantung kongestif dan
penyakit katup mitral sering kali mengeluh lelah. Tetapi
kelelahan tidak spesifik untuk penyakit jantung.
Penyebab tersering kelelahan adalah ansietas dan depresi.
Keadaan lain yang dapat menyebabkan kelelahan adalah
anemia dan penyakit kronis.
8. Sianonis
6
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
5. Perkusi jantung
6. Palpasi jantung
7. Auskultasi jantung
8. Pemeriksaan edema dependen
Tahap kerja
7
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
8
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
9
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
10
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
11
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
12
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
2. Produksi sputum
Penampilan Sputum Kemungkinan Penyebab
13
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
14
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
5. Wheezing
Wheezing adalah suatu bunyi bernada tinggi
abnormal yang disebabkan oleh obstruksi parsial
pada saluran nafas. Bunyi ini biasanya ada selama
ekspirasi ketika bronkokontriksi ringan terjadi secara
fisiologis. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh
bronkspasme, edema mukosa, hilangnya penyokong
elastic, dan berliku-likunya jalan nafas. Asma
menyebabkan bronkospaseme, yang menyebabkan
15
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
16
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
7. Nyeri dada
Nyeri dada yang berkaitan dengan penyakit paru
biasanya disebabkan oleh terserangnya dinding dada
atau pleura parietal. Serabut saraf banyak terjadi
didaerah ini. Nyeri pleura adalah gejala umum
peradangan pleura parietal. Nyeri ini dilukiskan
sebagai nyeri tajam, seperti di tusuk-tusuk, yang
biasanya terasa pada waktu inspirasi.
17
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
18
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Palpasi
19
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
20
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
21
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
• Trakeal
• Bronkial
• Bronkovesikuler
• Vesikuler
Abnormal suara nafas
• Ronki
22
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
• Whezing
• Gesekan pleura
Bunyi Tambahan
23
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Irama regular
24
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Bradypnea
Tachypnea
Cheyne Stokes
25
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
BAGIAN II
ELECTROCARDIOGRAPHI/EKG
A. ELECTROCARDIOGRAPHI/EKG
Sewaktu impuls jantung melewatai jantung, arus listrik
juga akan menyebar dari jantung ke dalam kejaringan di
dekatnya disekeliling jantung. Sebagian kecil dari arus listrik
ini akan menyebar kesegala arah di seluruh permukaan
tubuh. Bila pada kulit akan berlawanan dengan sisi jantung
ditempatkan dielektroda, maka potensial listrik yang
dicetuskan oleh arus tersebutakan dapat direkam, rekaman
ini dikenal sebagai elektrokardiogram.
Jantung ”dihidupi” oleh aktivitas listriknya. Aktivitas
listrik jantung ada dua: depolarisasi dan repolarisasi.
- Depolarisasi
Perubahan listrik sel jantung akibat dari pergeseran
elektrolit pada membran sel. Perubahan ini menstimulasi
serat otot jatung untuk berkontraksi.
- Repolarisasi
Pompa kimiawi mengembalikan kondisi listrik sel-sel
jantung ke kondisi istirahat.
Depolarisasi-repolarisasi ini dipicu oleh sumber-sumber
listrik dan dhantarkan oleh jalur konduksi. Aktivitas listrik
jantung ini direkam oleh mesin EKG, lalu lahirlah gambaran
EKG.
26
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
27
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
28
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
29
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
30
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
31
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
32
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
33
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
34
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
35
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
36
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
37
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
c. Metode 3
Karena frekuensi adalah jumlah komplek gelombang
yang muncul dalam 60 detik (1 menit), maka dengan
mengetahui jumlah komplek QRS (depolarisasi
ventrikel) dalam 6 detik, frekuensi dapat diketahui.
Rumus : Frekuensi = Jumlah kompleks QRS
dalam 6 detik x 10
2. Menilai ritme
Setelah menghitung frekuensi, langkah kedua dalam
membaca EKG adalah menilai apakah gambaran EKG
terseberu tampak ritmis, iramanya teratur atau tidak.
Bagaimana caranya? Nilailah hal-hal berikut :
Yang Dinilai Karakteristik
Regularitas ▪ Menghitung interval R-R dan P-P
▪ Reguler : interval konsisten
▪ Irreguler-regular : pengulangan pola
irreguler
▪ Irreguler : tak berpola
Interval PR ▪ Konstan : interval-intervalnya sama
▪ Variabel : Interval-intervalnya Berbeda
▪ Normal : 0,12-0,20
Interval QRS ▪ Normalnya : 0,06-0,10 detik
▪ Melebar : > 0,10 detik
▪ Hilang : tidak terdapat
Interval QT ▪ Mulai gelombang R hingga akhir T
▪ Normalnya : kurang dari ½ interval R-R
Dropped Beats ▪ Muncul pada AV block
▪ Muncul Pada sinus Arrest
Grup kompleks ▪ Bigeminy : pengulangan pola komplek
QRS normal diikuti 1 komplek premature
▪ Trigeminy : pengulangan pola 2 komplek
normal diikuti 1 komplek prematur
▪ Couplet : 3 komplek prematur berurutan
Pause (jeda) ▪ Terkompensasi : jeda mengikuti
kontraksi atrium premature, kontraksi
junctional premature, kontraksi
junctional premature, atau kontraksi
ventrikel premature
38
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Irama atrial
Adalah irama denyut jantung
yang pemacu dominannya adalah
sumber impuls atrium
Ciri : gelombang P nya berbeda
dengan P sinus
Contoh : Atrial Flutter
Irama junctional
Adalah irama denyut jantung
yang pemacu dominannya adalah
Nodus Atrioventrikuler
Ciri : P
hilang/inversi/mundur(retrogade)
39
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Irama ventrikular
Adalah irama denyut jantung
yang pemacu dominannya adalah
sumber impuls ventrikel
Ciri : P menghilang. Jika ada,
biasanya tidak berhubungan
dengan QRS secara konstan.
Contoh : Accelerated
Idioventrikular
4. Zona Transisi
Di lead dada. Gelombang QRS mengalami progresi
dari V1-V6 : R bertambah tiggai, S bertambah pendek.
Zona transisi adalah area dimana panjang gelombang
posisitif (R) dan negatif (S) tampak relatif sama.
Normalnya, zona transisi berada antara V3/V4. Zona
transisi menunjukkan posisi septum interventrikular.
Pergeseran zona transisi menunjukkan terjadinya
rotasi jantung, dilihat dari bawah jantung. Ini juga
berguna dalam menduga adanya kelainan/gangguan
seperti: hipertrofi ventrikel kiri, PPOK, Blok Cabang
Berkas Kiri (Left Bundle Branch Block) atau infark
miokard anteroseptal. Pergeseran zona trasisi kekanan
menunjukkan rotasi jantung “searah jarum jam”. Begitu
pula sebaliknya.
40
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
41
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Masalah Yg
Komponen Normal Kelainan Mungkin
Irama junctional
Negative atas
Positif (kecuali (inversi) Kesalahan
di aVR $ V1) Terutama di pemasangan
Lead I elektrode
Runcing Tinggi
Gel P Hipertrofi atrium
Tinggi : < 2,5 (disebut P
kotak kecil Pulmonal atau kanan, emboli paru
Peak P)
Lebar: < 3 kotak Berlekuk/Lebar Hipertrofi atrium
kecil P mitral kiri
Irama Juntional
Tidak ada tengah
Irama ventrikel
Disebut Q patologis
Dominan di V 1
(gelombang Hipertrofi ventrikel
cenderung kanan
Tinggi < 27
Gel R positif)
kotak kecil
Tinggi > 27 kotak Hipertrofi ventrikel
kecil di V5-V6 kiri
42
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Bundle Branch
Block (blok
Rr’ (bertakik) kanan/kiri
tergantung
leadnya)
Gangguan ventrikel
Lebar 1,5-3 Lebar >3 kotak Bundle Branch
kotak kecil kecil Block
Komplek QRS
Fibrilasi Ventrikel,
Tidak ada asistol
Iskemia,
Segmen ST
Depresi pembesaran ruang,
efek digoxin
Hipertrofi ventrikel
Inversi di V5, V6, kiri
I, II, aVL Iskemia
Positif
(terutama Inversi + QT
sangat Hiperkalemia,
Gel T bersama R iskmia miocard akut
tinggi) panjang/sangat
pendek
Inversi di Hipertrofi ventrikel
Inveri di V1+V2 kanan, emboli paru,
III,aVR, V1 (Dan
dan V3 iskemia
V2-V3 pada
orang kulit Gangguan sistem
hitam) Inversi dalam saraf pusat
43
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
44
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
BAGIAN III
MONITOR JANTUNG/CARDIAC MONITOR
45
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
46
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
47
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
48
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Pertimbangan khusus
1. Pastikan semua alat listrik dan outlet telah digrounkan
untuk menghindarai sengatan listrik dan gangguan. Dan
pastikan bahwa pasien dalam keadaan kering dan bersih
untuk menghindari sengatan listrik
2. Hindari membuka bungkus dari electrode sebelum
digunakan untuk menghindari gel agar tidak kering
49
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
50
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
BAB IV
PENGAMBILAN DARAH ARTERI
1. pH
51
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
2. PaCO2
3. PaO2
52
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
4. SO2
5. HCO3 dan BE
53
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
1. Asidosis Respiratorik
2. Alakalosis Respiratorik
54
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
3. Asidosis Metabolik
4. Alkalosis Metabolik
Ketidakseimbangan
pH PaCO2 HCO3 BE
Asam-Basa
Asidosis Respiratorik ↓ ↑ N N
Alkalosis Respiratorik ↑ ↓ N N
Asidosis Metabolik ↓ N ↓ ↓
Alkalosis metabolic ↑ N ↑ ↑
55
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
56
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
57
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
58
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
59
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
BAB V
AKSES INTRAVENA
A. Pemasangan Infus
60
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
61
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
62
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
1. Infus set.
2. IV cateter
3. Cairan infus.
4. Torniquet.
5. Bengkok.
6. Kapas alkohol 70% dalam tempatnya.
7. Bak steril berisi: kasa, sarung tangan, duk dan kom
steril.
8. Betadin plester (hypavic) dan gunting.
9. Perlak dan kain pengalas.
10. Korentang.
11. Standar infuse.
63
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Kerja
4. Identifikasi vena yang dapat
diakses untuk tempat
pemasangan jarum IV Cateter;
a. Hindari daerah penonjolan
tulang
b. Gunakan vena dibagian yang
paling distal terlebih dahulu
c. Hindarkan pemasangan
selang intravena di
pergelangan tangan klien, di
daerah yang mengalami
peradangan, di ruang
antekubital, di ektrimitas
yang sensasinya menurun
atau ditangan yang dominan.
5. Cuci tangan
6. Periksa larutan dengan
menggunakan lima benar
pemberian obat. Pastikan bahwa
larutan telah dicampurkan dengan
64
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
65
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
66
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
67
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
28. Dokumentasikan
68
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
ml/jam
a. = ml/mnt
60 menit
𝑚𝑙⁄
𝑗𝑎𝑚×𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠
b. = 𝑡𝑡𝑠/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
69
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
4000 𝑚𝑙
= 1.667 𝑎𝑡𝑎𝑢 167 𝑚𝑙/𝑗𝑎𝑚
24 𝑗𝑎𝑚
Makrodip :
125𝑚𝑙 × 15𝑡𝑡𝑠/𝑚𝑛𝑡
= 31 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 32 𝑡𝑡𝑠/𝑚𝑛𝑡
60𝑚𝑛𝑡
70
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Infiltrasi
Flebitis
71
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Infeksi
72
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
BAB VI
73
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
74
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
75
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
76
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
77
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
78
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
79
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
80
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
BAGIAN VII
SUCTION PADA OROPHARING, NASOPHARING
Pengertian
Oropharyngeal Nasopharyngeal suction adalah suatu
metode membersihkan sekret atau lendir dengan
menggunakan tekanan negative melalui selang penyedot
pada oropharyng atau nasopharyng atau pada selang
endotracheal atau traceal.
Tujuan :
1. Oral suction bertujuan untuk kebersihan dan
kenyamanan mulut/oral pasien atau untuk
membersihkan darah dan muntahan pada situasi
emergency.
2. Tracheal, endotraceal suction bertujuan untuk
membersihkan/menghilangkan sekret pada paru- paru
pada pasien yang tidak mampu batuk dan membersihkan
sekret secara efektif dan pada pasien tidak sadar atau
penuruanan tingkat kesadaran.
3. Untuk menjaga kepatenan jalan nafas dan untuk
menjaga keadekuatan pertukaran gas.
Indikasi
1. Pada pasien dengan operasi pada leher dan kepala.
2. Pada pasien dengan gangguan tingkat kesadaran.
81
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
82
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
83
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
84
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
85
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
86
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
87
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
88
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
89
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
90
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
91
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
92
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
93
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
BAGIAN VIII
PERAWATAN TRAKEOSTOMY
A. TRACHEOSTOMY CARE
94
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
95
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
96
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
97
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
98
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
99
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
100
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
101
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
BAGIAN IX
TERAPI OKSIGEN
A. Terapi Oksigen
Mekanisme Hipoksia
102
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
103
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
104
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
105
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
106
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Adanya P pulmonal
pada EKG,
hematokrit > 55%
107
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
d. Kontraindikasi
108
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
109
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Keuntungan
Pemberian O2 stabil, klien bebas
bergerak, makan dan berbicara, murah dan
nyaman serta dapat juga dipakai sebagai
kateter penghisap.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2
yang lebih dari 45%, tehnik memasuk kateter
nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat
terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi
selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih
dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus
dan mengeringkan mukosa hidung, kateter
mudah tersumbat.
b) Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang
dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran 1
– 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan
kateter nasal.
Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal
dan laju pernafasan teratur, mudah
memasukkan kanul disbanding kateter, klien
bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah
ditolerir klien dan nyaman.
110
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2
lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien
bernafas lewat mulut, mudah lepas karena
kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput
lendir.
111
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
112
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Kerugian
Kantong O2 bisa terlipat.
113
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Transtrakel
0,5-4L/m 24-40
Mask Oksigen
5-6L/m 40
6-7L/m 50
7-8L/m 60
114
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Nonrebreathing
4-10L/m 60-100
Sistem Aliran Tinggi
Venturi mask
3L/m 24
6L/m 28
9L/m 40
12L/m 40
15L/m 50
115
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
116
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
117
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
BAGIAN X
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN
RADIOLOGI
A. FOTO TORAKS
Tujuan
Tujuan pemeriksan foto toraks :
1. Menilai adanya kelainan jantung, misalnya : kelainan
letak jantung, pembesaran atrium atau ventrikel,
pelebaran dan penyempitan aorta.
2. Menilai kelainan paru, misalnya edema paru, emfisema
paru, tuberkulosis paru.
3. Menilai adanya perubahan pada struktur ekstrakardiak.
a. Gangguan pada dinding toraks
• Fraktur iga
• Fraktur sternum
b. Gangguan rongga pleura
• Pneumotoraks
• Hematotoraks
• Efusi pleura
c. Gangguan pada diafragma
118
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Macam Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Tanpa Kontras
Pemeriksaan ini dipakai rutin dan sebagai pendahuluan
yakni pembuatan radiografi thoraks dengan proyeksi
Postero-Anterior (PA), Antero-Posterior (AP), dan
lateral. Pemeriksaan lainnya yaitu pembuatan radilologi
thoraks proyeksi oblique kanan dan kiri, dengan
esofagus diisi barium, dan pemeriksaan tembus
(fluoroskopi). Pemeriksaan tembus berguna untuk
menilai pulsasi jantung dan gerakan diafragma.
Pemeriksaan ini harus dibatasi penggunaannya karena
besarnya radiasi yang dipancarkan.
2. Pemeriksaan Dengan Kontras
Kontras dimasukkan melalui pembuluh darah ke dalam
jantung diikuti pembuatan serial radiografi.
Pemeriksaan ini berguna untuk melihat kelainan-
kelainan yang terdapat dalam jantung seperti : dinding
jantung sebelah dalam, katub jantung dan pembuluh
darah besar, serta gambaran sirkulasi jantung paru.
Pemeriksaan ini juga berguna untuk memberikan
informasi keadaan jantung dan pembuluh darah sebelum
dilakukan pembedahan.
119
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
120
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
121
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
122
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
b. Posterior-Anterior
Posisi pengambilan ini biasanya dilakukan di bagian
radilogi. Skapula tidak akan menutupi daerah paru. Besar
jantung dapat diperkirakan dengan lebih mudah. Tulang
rusuk anterior tidak tampak jelas, sedang rusuk di bagian
belakang semuanya menuju ke arah tulang punggung.
Pada posisi ini kamera berada di belakang pasien.
123
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
d. Posisi Lateral
Pengambilan posisi lateral tergantung atas indikasi
apakah lateral kiri atau lateral kanan. Posisi ini dipakai
pada pemeriksaan angiografi (untuk melihat kebocoran
septum jantung, aneurisma aorta dan sebagainya).
124
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
LAPANGAN PARU
Paru yang normal merupakan densitas udara sehingga
kelihatan hitam dan densitas air (pembuluh darah) yng
kelihatan lebih terang. Apek paru kelihatan lebih halus dan
bagian basal kelihatan lebih prominent. Vaskuler paru akan
tampak ada peningkatan pada kegagalan ventrikel kiri. Hilus
merupakan daerah pertemuan bronchus utama dengan
pembuluh darah pulmonal. Akan tampak terang karena
merupakan densitas air. Hilus kiri 1-2 cm lebih tinggi dari
hilus kanan diafragma kanan akan tampak lebih tinggi dari
diafragma kiri karena terdorong oleh hati. Sudut
costofrenikus adalah sudut antara kosta/ paru dengan
diafragma. Derajat obliterasi pada sudut ini terlihat nyata, di
daerah ini akan terkumpul cairan pleura. Sudut
cardiofrenikus adalah sudut antara jantung dan diafragma.
125
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
1. trachea
2. apek paru kanan
3. clavicula
4. carina
5. bronkus utama kanan
6. arteri pulmonalis kanan
7. atrium kanan
8. sinus cardiofrenik kanan
9. udara dalam gaster
10. sinus costophrenicus kiri
11. ventrikel kiri
12. aorta thoraxalis descendent
13. arteri pulmonalis kiri
14. hilus kiri
15. vena pulmonalis kiri
16. arkus aorta
Gambaran foto pada saat inspirasi dan ekspirasi terdapat
perbedaan. Sebaiknya foto thorak diambil pada saat inspirasi
karena lebih jelas dan valid untuk dinilai.
126
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Inspirasi :
- Paru-paru terlihat lebih tinggi
- Arteri pulmonari terlihat runcing dan tegas
Ekspirasi :
- Paru-paru terlihat lebih pendek
- Arteri pulmonari terlihat penuh sesak
Inspirasi yang kurang atau jika foto diambil saat ekspirasi akan
menimbulkan hasil:
- Terlihat kardiomegali
- Terlihat ketidaknormalan hilar
- Terlihat ketidaknormalan kontur mediatinal
- Parenkim paru terlihat meningkat densitasnya: ”white lung”
JANTUNG
Merupakan densitas air, tampak cukup padat
Struktur jantung dapat dibedakan dari tepinya/ perbatasan
dengan paru
Besar jantung dapat dinilai dengan mengukur diameter
transfersal jantung dan membandingkan dengan diameter
transfersal rongga thoraks (cardio thoracic ratio/ CTR).
127
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Nilai CTR :
A/B
Dikatakan Kardiomegali
jika CTR lebih dari 0,56.
128
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Batas-Batas Jantung
• Sebelah kanan diatas
diafragma : atrium kanan,
vena kava superior kecuali
bila ada dilatasi aorta yang
sering sampai membentuk
batas sebelah kanan.
• Sebelah kiri: paling atas
berupa knop aorta yang
merupakan bagian dari
aorta, arteri pulmonalis,
paling bawah ventrikel kiri.
• Batas bawah umumnya
merupakan bagian ventrikel
kanan dan kiri.
• Apex cardiac: ventrikel kiri
• Anterior: ventrikel kanan
129
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
(Precardial Fat Pad). Tidak pada semua orang bantalan lemak ini
terlihat nyata. Dimulai dari sinus kardiofrenikus kanan ke arah
kranial, batas jantung di kanan bawah dibentuk oleh atrium
kanan. Batas ini melengkung sedikit ke atas sampai pada suatu
titik lengkungan dan dari titik ini batas jantung kanan atas hampir
merupakan garis lurus ke atas bersambung dengan mediastimum
superior. Batas atas ini dibentuk oleh vena kava superior. Ke
sebelah dalam sedikit terdapat aorta ascendens yang melengkung
ke medial kiri atas dan membentuk arkus aorta.
Pada umumnya ventikel kanan tidak membentuk batas
jantung pada proyeksi PA. Akan tetapi bila terjadi pembesaran
ventrikel kanan yang berat maka ventrikel kanan ini mengambil
bagian dalam pembentukan batas jantung kanan bawah.
Batas jantung di sisi kiri atas dibentuk oleh arkus aorta yang
menonjol ke sebelah kiri kolumna vertebralis. Di bawah arkus
aorta terdapat batas yang melengkung ke dalam (konkaf) disebut
pinggang jantung atau penonjolan dari arteri pulmonalis.
Di bawah penonjolan arteri pulmonalis terdapat aurikel dari
atrium kiri. Aurikel ini agak sulit dilihat karena biasanya tidak
menonjol, kecuali bila terjadi pembesaran atrium kiri, seperti
pada mitral stenosis. Atrium kiri tidak membentuk batas pada
proyeksi PA, kecuali aurikelnya.
Atrium kiri letaknya di belakang, kira-kira di bagian
sepertiga tengah jantung. Di bawah aurikel ini batas kiri jantung
dibentuk oleh ventrikel kiri yang merupakan lengkungan
konveks ke bawah sampai ke sinus kardiorenikus kiri. Puncak
lengkungan dari ventrikel kiri itu desebut sebagai apeks jantung,
yang biasanya tampak beberapa sentimeter di atas diafragma kiri.
Apeks jantung ini kadang-kadang tidak jelas dengan adanya
bantyalan lemak yang lebar pada sinus kardiofrenikus kiri.
Batas jantung tersebut akan tampak sebagai siluet ”bumps”
dalam gambaran rontgen thoraks:
130
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Proyeksi Lateral
Oleh karena sebagian besar dari jantung dan aorta
terdapat di hemitoraks kiri, maka proyeksi ini sering
dibuat dibuat secara lateral dengan menampilkan bahu
kiri pada film dan arah sinar berjalan dari kanan ke kiri.
Gambaran rontgen
thorak normal
(lateral):
1. Aorta ascending
2. sternum
3. ventrikel kanan
4. ventrikel kiri
5. atrium kiri
6. udara dalam
gaster
7. hemidiafragma
kanan
8. hemidiafragma
kiri
9. bronchus kanan
10. bronchus kiri
11. trachea
131
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
132
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Trakhea
- Tampak jelas sebagai garis tengah dengan densitas sedikit
lebih gelap
- Perhatikan letaknya ada ditengah (centering) atau tidak
- Jika ada deviasi letak, kemungkinan:
o Film tidak tepat letaknya
o Ada kelainan paru:
➢ Trakhea tertarik ke sisi yang sakit→ ateletaksis
➢ Trakhea terdorong ke sisi yang sehat → tumor paru
- Percabangan trakhea terletak di thorakal V
Tulang
Letaknya lebih tinggi, lebih atas di bagian belakang di tempat
persambungan dengan tulang belakang
133
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Jaringan Lunak
Bayangan payudara sering menutupi kostofrenik ada orang-
orang yang gemuk
Perhatikan adanya emfisema: adanya udara yang masuk dalam
jaringan bawah kulit, yang apabila diraba akan terasa adanya
krepitasi.
134
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Diafragma
- Ujung atas diafragma tampak nyata karena adanya kontras air
- ujung kiri bawah diafragma mungkin akan tampak karena
umumnya terdapat udara di dalam perut
- jika ujung kanan bawah tampak karena adanya udara bebas
didalamnya, ini patologis kecuali pada pasien post op
abdomen
- pada semua tahap respirasi hemidiafragma kanan umumnya
1-2 cm lebih tinggi dari sebelah kiri. Kedua hemidiafragma
harus tampak jelas.
135
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Paru-Paru
Ada 3 lobus pada paru kanan (upper lobe, middle lobe, lower
lobe) dan 2 lobus di paru kiri (upper lobe dan lower lobe). Paru
kiri terdapat lingula yang secara funsi memisahkan lobus tetapi
secara anatomi merupakan bagian dari upper lobe.
Pleura
Ada 2 lapisan pleura: pleura parietal dan pleura visceral. Pleura
parietal melapisi cavum torax sedangkan pleura visceral yang
mengelilingi paru.There are two layers of pleura: the parietal
pleura and the visceral pleura. Kedua lapisan ini membentuk
cerminan yang memisahkan masing-masing lobus yang disebut
fisura. Di paru kanan terdapat fisura oblique dan horizontal
sedangkan di paru kiri terdapat fisura oblik yang memisahkan
upper lobe dan lower lobe.
136
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
137
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
138
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
139
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
3. Kolaps paru/atelektasis
Etiologi:
- Obstruksi: tumor di bronkus atau dinding bronkial, benda
asing, ruptur bronkial, plug mucus, striktur (inflamasi,
amiloydosis).
140
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
4. Pneumotoraks
Penyebab Pneumothorax :
141
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
142
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
• Nama
• Umur
• Jenis Kelamin
• Tanggal
Melakukan pemeriksaan identitas foto yaitu
• No foto
• Marker dari foto berupa R – L atau D – S
Memasang foto di light – box
143
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
144
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
BAGIAN XI
TERAPI MIND BODY SPIRIT KONSEP ISLAM
PENGERTIAN
145
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
146
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Spirit (Batin)
147
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
TUJUAN TERAPI
148
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
149
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
atas musibah
yang dialaminya
5. Bersikap husnuzh
zhann (berbaik
sangka) kepada
Allâh Ta’ala
dalam semua
musibah dan
cobaan yang
menimpanya.
6. Semua
keadaannya
(membawa)
kebaikan (untuk
dirinya), dan ini
hanya ada pada
seorang Mukmin;
jika dia
mendapatkan
kesenangan dia
akan bersyukur,
maka itu adalah
kebaikan
baginya, dan jika
dia ditimpa
kesusahan dia
akan bersabar,
maka itu adalah
kebaikan baginya
(pahala disisi
Allah)
7. Berusaha/tawakal
dan tidak
berputus asa
terhadap rahmat
dan kesembuhan
dari Allah.
Memberikan
beban hidup
sesuai dengan
kemampuannya
150
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
151
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
152
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
1) Sabar
2) Syukur
3) Tawakal
4) Ridha
153
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
maha agung, maha mulia dan maha sempurna. atas semua itu,
154
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
155
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
156
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
PROSEDUR PELAKSANAAN
T E R A P I MIND BODY SPIRIT KONSEP ISLAM
157
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
158
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
159
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
160
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
161
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
Reference
162
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
163
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
164