Anda di halaman 1dari 164

Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I

STIKes MADANI Yogyakarta

BAGIAN I

ANAMNESA PEMERIKSAAN FISIK


KARDIORESPIRASI

A. Anamnesa Dan Pemeriksaan Fisik Jantung

Anamnesis

Tujuan utama suatu anamnesis adalah untuk mengumpulkan


semua informasi dasar yang berkaitan dengan penyakit
pasien dan adaptasi pasien terhadap penyakitnya.

Gejala-gejala penting penyakit jantung mencakup berikkut


ini

1. Nyeri dada
Ciri-ciri Nyeri Dada
Angina Bukan Angina

Lokasi Retrosternal, difus Dibawah


payudara kiri,
setempat

Penyebaran Lengan kiri, rahang, Lengan kanan


pungguag
Deskripsi “Nyeri terus “Tajam”, “seperti
menerus”, “ tumpul”, ditusuk-tujuk”,
“tertekan”, “seperti “seperti disayat-
diperas”, “seperti sayat”
dijepit”.
Intensistas Ringan sampai berat Menyiksa

1
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Lamanya Bermenit-menit Beberapa detik,


berjam-jam,
berhari-hari

Dicetuskan Oleh Usaha fisik, emosi, Pernafasan, sikap


makan, dingin tubuh, gerakan

Dihilangkan Istirahat, nitrogliserin Apa saja


oleh
Angina dan nyeri dada lain mungkin timbul dalam berbagai cara. Ciri-ciri yang
tertera disini merupakan cirri-ciri yang lazim ditemukan. Tetapi daftar ini mutlak.
Daftar ini dipakai hanya sebagai petunjuk

Penyebab Lazim Nyeri Dada

System Organ Penyebab


Jantung Penyakit arteri koronaria
Penyakit katup aorta
Hipertensi pulmonal
Prolaps katup mitral
Perikardititis
Stenosis subaorta hipertrofik idiopatik
(IHSS)
Vaskular Diseksi aorta
Pulmonal Emboli paru
Pneumonia
Pleuritis
Pneumotoraks
Muskuloskeletal Kostokondritis
Arthritis
Spasme oto
Tumor tulang
Neural Herpes zoster
Gastrointestinal Penyakit tukak
Penyakit kolon
Hiatus hernia
Pancreatitis

2
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Kolesistitis
Emosional Ansietas
Depresi

2. Ketidakteraturan irama jantung (palpitasi)


Palpitasi adalah sensasi tidak nyaman didada yang
berkaitan dengan berbagai macam aritmia. Pasien
mungkin melukiskan palpitasi sebagai “berdebar-debar”,
“denyut yang melompat”, “mengetuk-ngetuk”,
“meloncat-loncat” atau “tidak teratur”. Penting untuk
ditentukan apakah pasien mengalami episode yang sama
dimasa lalu dan apa yang dilakukan untuk
menghilangkannya. Palpitasi sangat lazim dan tidak perlu
menunjukkan penyakit jantung yang serius.

Penyebab Lazim Palpitasi

Ekstrasistole Denyut premature atrium (APB)


Denyut premature nodal
Denyut premature ventrikel (VPB)
Takiaritmia Takikardi supraventrikel paroksismal
(PSVT)
Flutter atrium (AFI)
Fibrilasi atrium (AF)
Takikardi atrium multifocal (MAT)
Takikardi ventrikel (VT)
Bradiaritmia Block jantung
Henti sinus
Obat-obatan Bronkodilator
Digitalis
Antidepresan
Merokok
Kafein
Tirotoksikosis

3
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

3. Dispnea (sesak nafas)


Keluhan dispnea sangat penting. Pasien akan melukiskan
bahwa ia “sesak nafas” atau bahwa ia “ tidak
mendapatkan udara dalam jumlah yang cukup”. Dispnea
biasanya berhubungan dengan penyakit jantung dan paru-
paru.
Dispnea pada penyakit jantung.

Dispnea nocturnal paroksimal (PND) terjadai dimalam


hari atau bila pasien tidur terlentang. Posisi ini
meningkatkn volume darah intratorakal, dan jantung yang
lemah mungkin tidak dapat mengatasi peningkatan beban
ini sebagai akibatnya dapat timbul gagal jantung
kongestif. Pasien terbangun kira-kira 2 jam setelah
tertidur, sangat sesak, sering kali batuk, dan mengurangi
sesak nafas dengan berlari kecendela untuk
“mendapatkan lebih banyak udara”. Episode PND
relative spesifik untuk gagal jantung kongestif.

Ortopnea adalah keadaan dimana pasien memerlukan


lebih banyak bantal untuk tidur. Untuk membantu
mengukur beratnya ortopnea dapat dinyatakan misalkan
ortopnea 3 bantal selama 4 bulan terakhir ini.
Dispnea aktivitas fisik (DOE) biasanya disebabkan oleh
gagal jantung kongestif kronis atau penyakit paru berat.
Penting untuk mengukur beratnya dispnea dengan
menanyakan,”berapa blok rumah yang dapat anda
tempuh sekarang?,” berapa blok rumah yang anda tempuk
6 bulan yang lalau?

Trepopnea adalah bentuk jarang dispnea posisional


dimana pasien berkurang sesaknya bila berbaring pada

4
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

sisi kiri atau kanan. Patofisiologi trepopnea tidak


diketahui dengan baik.

Sebab-sebab Umum Dispnea

System organ atau keadaan Penyebab


Jantung Gagal ventrikel kiri
Stenosis mitral
Paru-paru Penyakit paru obstruktif
Asma
Penyakit paru restriktif
Emboli paru
Hipertensi pulmonal
Emosional Ansietas
Pemaparan tempat tinggi Berkurangnya tekanan oksigen
Anemia Berkurangnya kapasitas
pengangkutan oksigen

4. Sinkop (pingsan)
Pingsan atau sinkop adalah hilangnya kesadaran untuk
sementara yang disebabkan oleh perfusi serebral yang
inadekuat. Sinkop mungkin berkaitan dengan penyebab
jantung atau pun bukan jantung.

Penyebab Lazim Sinkop

Sistem organ atau keadaan Penyebab


Jantung Berkurangnya perfusi serebral
karena gangguan irama jantung
Obstruksi keluaran ventrikel kiri
Metabolik Hipoglikemia
Hiperventilasi
Hipoksia
Psikiatrik Histeria
Neurologik Epilepsi
Penyakit serebrovaskular
Hipotensti ortostatik Berkurangnya volume darah

5
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Obat Antidepresan
Obat antihipertensi
Vasovagal Vasodepresi
Batuk Penyakit paru kronis

5. Kelelahan
Kelelahan adalah gejala umum berkurangnya curah
jantung. Pasien dengan gagal jantung kongestif dan
penyakit katup mitral sering kali mengeluh lelah. Tetapi
kelelahan tidak spesifik untuk penyakit jantung.
Penyebab tersering kelelahan adalah ansietas dan depresi.
Keadaan lain yang dapat menyebabkan kelelahan adalah
anemia dan penyakit kronis.

6. Edema dependen (pembengkakan tungkai)


Pembengkakan tungkai, suatu bentuk edema dependen,
sangat sering dikeluhkan pasien. Pasien dengan gagal
jantung kongestif mengalami edema simetris pada
tungkai bawah yang memburuk dengan berjalannya hari.

7. Hemoptisis batuk darah


Disamping penyebab pulmonal, stenosis mitral tidak
boleh dilupakan sebagi penyebab penting hemoptisis.
Rupturnya vena bronchial, yang mengalami tekanan
membalik yang tinggi, menimbulkan hemoptisis.

8. Sianonis

Pemeriksaan Fisik Jantung

Pemeriksaan fisik jantung meliputi


1. Inspeksi pasien
2. Pengukuran tekanan darah
3. Pemeriksaan denyut arteri
4. Pemeriksaan denyut vena jugularis

6
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

5. Perkusi jantung
6. Palpasi jantung
7. Auskultasi jantung
8. Pemeriksaan edema dependen

Prosedur Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik Pada


Jantung

Langkah kerja Deskripsi kerja

Pra Interaksi 1. Cek catatan medis pasien


2. Siapkan alat :
a. Lembar dokumentasi
b. Alat tulis
c. Stetoskope
d. Lampu senter kecil/pen light
e. Lidi kapas
f. Spignomanometer

Tahap Orientasi 3. Ucapkan salam


4. Perkenalkan diri pada pasien
5. Tanyakan nama pasien dan panggilan
kesukaan
6. Jelaskan tujuan dilakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik
7. Jelaskan prosedur kerja dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik
8. Beri klien kesempatan untuk bertanya
9. Beri penjelasan tentang privasi klien dan jaga
privasi
10. Cuci tangan

Tahap kerja

Anamnesa 1. Tanyakan kepada klien adanya nyeri dada


dan karakteristik dari nyeri dada

7
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

2. Tanyankan kepada pasien adanya


ketidakteraturan irama jantung (palpitasi)
3. Tanyakan kepada pasien adanya sesak
nafas
4. Tanyakan pada pasien pernah mengalami
pingsan/sinkop
5. Tanyakan kepada pasien apakah
mengalami kelelahan
6. Tanyakan kepada pasien apakah terjadi
edema dependen atau pembengkakan
tungkai
7. Tanyakan kepada pasien apakah
mengalami batuk berdarah
Pemeriksaan
Fisik

Inspeksi 1. Lihat penampilan umum klien (terlihat


sesak nafas dan menggunakan otot
bantuan dada)
2. Lihat kulit apakah terdapat sianosis
3. Lihat wajah (berbentuk bulat seperti bulan,
mata terletak berjauhan mengarah ke
stenosis pulmonal) (Wajah tanpa ekspresi
dengan kelopak mata bengkak dan
hilangnya sepertiga alis dijumpai pada
hipertirodisme)
4. Lihat mulut pada palatum apakah
melengkung tinggi (palatum yang
melengkung tinggi mungkin berkaitan
dengan gangguan jantung congenital
seperti prolabs katup mitral) dan apakah
ada petekie pada palatum (endokarditis
bacterial subakut sering disertai dengan
petekie di palatum)
5. Lihat konfigurasi dada (apakah terdapat
pectus excavatum atau dada cekung
kedalam)

8
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Pengukuran Berdasarkan rekomendasi dari laporan ketujuh


tekanan darah bersama komite nasional pencegahan, deteksi,
evaluasi dan penanganan tekanan darah tinggi
(JNV VII) klasifikasi tekanan darah tinggi dalam
mmHg untuk orang dewasa berusia 18 tahun
atau lebih sebagai berikut :

• Normal, sistolik lebih rendah dari 120,


diastolic lebih rendah dari 80.
• Prehipertensi, sistolik 120-139, diastolic
80-89
• Stage 1, sistolik 140-159, diastolic 80-99
• Stage 2, sistolik sama dengan atau lebih
dari 160, diastolic sama dengan atau
lebih dari 100

Denyut arteri 1. Penentuan kecepatan denyut jantung


Kecepatan denyut jantung secara rutin
ditemukan berdasarkan palpasi denyut
radial. Kecepatan denyut arteri normal
60-100 x/mnt.

2. Penentuan irama jantung


Sewaktu melakkan palpasi denyut arteri
radialis, periksalah dengan cermat
iramanya. Makin lambat kecepatannya,
anda harus mempalpasinya lebih lama.
Irama jantung dapat dibagi menjadi
“teratur”, “tidak teratur secara teratur
(denyut yang tidak teratur dalam pola
tertentu) atau tidak teratur secara tidak
teratur (denyut tidak teratur secara tidak
teratur dan tidak mempunyai pola)

3. Palpasi arteri carotis

9
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

a. Periksalah denyut arteri karotis


dengan berdiri disisi kanan pasien,
dengan pasien dalam posisi
terlentang, letakkanlah jari telunjuk
dan jari tengah anda ke kartilago tiroid
dan geserkanlah kearah lateral
diantara trakea dan muskulus
sternokleidomastoideus.
b. Diperiksa untuk memeriksa kontur
dan amplitudo denyut arteri. Kontur
adalah bentuk gelombang. Kontur
seringkali dilukiskan sebagai
kecepatan gelombang menaik,
gelombang menurun, dan lamanya
gelombang itu. Denyutnya dapat
dilukiskan sebagai normal, berkurang,
meningkat atau berpuncak ganda.
Gelombang denyut arteri normal
adalah halus dengan kaki gelombang
yang menaik lebih curam dan lebih
cepat ketimbang kaki gelombang yang
turun.
Perkusi Perkusi dilakukan pada sela iga ke tiga, keempat,
dan kelima dari garis aksila anterior kiri ke garis
aksila anterior kanan.

Palpasi Palpasi titik impuls maksimum/impuls apikal


1. Posisikan pasien tidur terlentang atau
posisikan pasien duduk (lebih mudah
dalam perabaan)
2. Letakkan ujung-ujung jari yang
diletakkan sela iga ke lima garis
midklavikular sinistra.
3. Jika impuls apical tidak teraba,
pemeriksa harus menggerakkan ujung
jari tangannya didaerah apeks
jantung.Titik impuls maksimum
biasanya dalam jarak 10 cm dari garis

10
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

midsternal dan diameternya tidak lebih


dari 2-3 cm.
4. Jika impuls apek pindah kelateral atau
teraba dalam 2 sela iga selama fase
inspirasi yang sama mengarah kepada
kardiomegali.
Auskultasi 1. Pemeriksa harus berada pada sisi kanan
pasien.
2. Posisikan pasien. Terdapat empat posisi
standart untuk auskultasi.
a. Posisi terlentang dipakai untuk
mendengarkan semua daerah (evaluasi
S1, S2 dan bising atau bunyi sistolik pada
semua daerah)
b. Posisi dekubitus lateral kiri, dipakai
untuk mendengarkan dengan bel
stetoskop di daerah mitral (peristiwa-
peristiwa diastolic pada apeks)
c. Posisi duduk tegak, dipakai untuk
mendengarkan semua daerah. (evaluasi
S1, S2 dan bising atau bunyi sistolik dan
diastolik pada semua daerah)
d. Posisi duduk membungkuk ke depan,
dipakai untuk mendengarkan daerah
basis.(peristiwa diastolic pada basis
jantung memakai diafragma stetoskop)
3. Pemeriksan harus mendengarkan didaerah
aorta, pulmonal, tricuspid dan mitral.
Tetapi pemeriksan tidak boleh membatasi
pada daerah ini saja.

11
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

4. Untuk mengenali S1 dan S2 adalah


menentukan waktu terjadinya bunyi itu
dengan mempalpasi arteri karotis,
sementara tangan kanan pemeriksa
mengubah posisi stetoskop, tangan kiri
diletakkan diatas arteri karotis klien. Bunyi
yang mendahuli denyut karotis adalah S1.
S2 terdengar setelah denyut tersebut.
5. Ketika mendengarkan pada apeks dan
batas sternal bawah kiri dengan bel
stetoskop, pemeriksa harus mendengarkan
apakah ada S3 atau S4.

Pemeriksaan Bila tekanan vena perifer tinggi, seperti pada


edema gagal jantung kongestif , tekanan didalam vena
disebarkan secara retrogard pada pemebuluh-
pembuluh yang lebih kecil. Terjadi trasudasi
cairan, yang mengakibatkan timbulnya edema di
daerah dependen .
Uji adanya edema/pitting edema:
1. Jari ditekankan pada daerah dependen
misalkan pretibial Selama 2-3 detik.
2. Jika ada pitting edema jari-jari akan
terbenam didalam jaringan dan bila jari-
jari itu diangkat bekas tekanan jari akan
tetap ada.

Tahap 1. Kaji perasaan klien selama tindakan


terminasai 2. Berikan reinforcement positif
3. Akhiri tindakan dan salam
4. Cuci tangan

12
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

B. Anamnesa gejala utama penyakit paru


Gejala utama penyakit paru adalah sebagai berikut:
1. Batuk
Deskripsi Batuk Kemungkinan penyebab

a. Kering, pendek a. Infeksi virus, penyakit paru


interstesial, tumor, alergi,
ansietas
b. Produktif Kronis b. Bronkiektasis, bronkitis
kronis, abses, pnemonia
bakterial, tuberkulosis
c. Wheezing c. Bronkospasme, asma,
d. Menggonggong alergi
d. Penyakit epiglotis
e. Stridor (misal:Croup)
f. Pagi hari e. Obstruksi trakea
g. Malam Hari f. Merokok
g. Tetesan post nasal, gagal
h. Berkaitan jantung kongestif
makan/minum h. Penyakit neuromuskuler
i. Tidak memadai pada esofagus atas
i. Debilitas, kelemahan

2. Produksi sputum
Penampilan Sputum Kemungkinan Penyebab

a. Mukoid a. Asma, tumor, tuberkulosis,


emfisema

13
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

b. Mukopurulen b. Asma, tumor, tuberkulosis,


emfisema, pneumonia
c. Bronkiektasis, bronkitis
c. Purulen Kuning kronis
Hijau d. Pneumonia pneumokokus
e. Abses paru
f. Pneumonia karena
d. Purulen streptokokus atau
berkarat stafilokokus
e. Bau busuk g. Edema paru
f. Merah muda
berdarah h. Karsinoma sel alveolus
i. Emboli paru, bronkiektasis,
g. Merah muda abses, TBC, tumor
berbusa
h. Banyak sekali
tak berwarna
i. Berdarah

3. Hemoptisis (Batuk darah)


Ciri-ciri yang membedakan Hemoptisis dengan
Hematemesis

Ciri-ciri Hemoptisis Hematemesis


a. Prodomal a. Batuk a. Nausea dan
Vomites
b. Riwayat b. Kemungkinan b. Kemungkinan
yang lalu riwayat riwayat
penyakit penyakit
c. Penampilan kardiopulmuner saluran cerna
d. Warna c. Berbusa c. Tidak berbusa
d. Merah terang d. Merah tua,
e. Tercampur coklat atau
dengan e. Pus ampas kopi
f. Gejala e. Makanan
terkait f. Dispnea
f. Nausea

14
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

4. Dispnea (sesak nafas)


Dispnea Posisional
Jenis Kemungkinan Penyebab

• Ortopnea • Gagal jantung kongestif, penyakit


katup mitral, asma berat (jarang),
emfisema (jarang), bronkitis kronis
(jarang), penyakit neurologis
• Trepopnea (jarang)
• Platipnea • Gagal jantung kongestif
• Keadaan pasca pneumoektomi,
penyakit neurologis, sirosis
(pintas intrapulmoner),
hipovolemia

5. Wheezing
Wheezing adalah suatu bunyi bernada tinggi
abnormal yang disebabkan oleh obstruksi parsial
pada saluran nafas. Bunyi ini biasanya ada selama
ekspirasi ketika bronkokontriksi ringan terjadi secara
fisiologis. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh
bronkspasme, edema mukosa, hilangnya penyokong
elastic, dan berliku-likunya jalan nafas. Asma
menyebabkan bronkospaseme, yang menyebabkan

15
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

wheezing yang berkaitan dengan keadaan ini (asma


berkaitan dengan wheezing, tetapi tidak semua
wheezing adalah asma). Obstruksi oleh bahan
intralumen, seperti benda asing atau sekresi yang
diaspirasi, merupakan penyebab penting yang
lainnya.
6. Sianosis
Perubahan warna kulit menjadi kebiru-biruan yang
samar mungkin tidak diperhatikan pasien. Sianosis
sentral terjadi karena tidak memadainya pertukaran
gas di dalam paru-paru yang menyebabkan
penuruanan oksigenasi arterial secara bermakna.
Perubahan warna menjadi kebiruan paling baik
dilihat dari membrane mukosa mulut (misalnya
frenulum) dan bibir. Siaonis kuku dan tangan yang
hangat mengarah pada sianosis sentral, sianosis
sentral hanya terjadai bila saturasi oksigen turun
dibawah 80%. Sianosis sentral secara difus mengenai
kulit dan membrane mukosa dan tidak lenyap
dengan menghangatkan daerah itu. Sianosis perifer
disebabkan oleh ekstraksi oksigen yang berlebihan
dibagian perifer. Keadaan ini terbatas pada sianosis
ekstrimitas (misalnya jari tangan, jari kaki, hidung).
Sianosis perifer lenyap bila daerah tersebut
dihangatkan.

16
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

7. Nyeri dada
Nyeri dada yang berkaitan dengan penyakit paru
biasanya disebabkan oleh terserangnya dinding dada
atau pleura parietal. Serabut saraf banyak terjadi
didaerah ini. Nyeri pleura adalah gejala umum
peradangan pleura parietal. Nyeri ini dilukiskan
sebagai nyeri tajam, seperti di tusuk-tusuk, yang
biasanya terasa pada waktu inspirasi.

Pemeriksaan Fisik Dada dan Paru

Pemeriksaan dada anterior dan posterior mencakup:


1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
Alat yang diperlukan : stetoskop

Prosedur Pemeriksaan Fisik Dada dan Paru

Tahap Kerja Pemeriksaan Fisik Dada dan Paru

Pra Interaksi 1. Cek catatan medis pasien


2. Siapkan alat :
a. Lembar dokumentasi
b. Alat tulis
c. Stetoskope
Tahap Orientasi 1. Ucapkan salam
2. Perkenalkan diri pada pasien
3. Tanyakan nama pasien dan panggilan
kesukaan

17
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

4. Jelaskan tujuan dilakukan anamnesa dan


pemeriksaan fisik
5. Jelaskan prosedur kerja dari anamnesa
dan pemeriksaan fisik
6. Beri klien kesempatan untuk bertanya
7. Beri penjelasan tentang privasi klien dan
jaga privasi
8. Cuci tangan
Tahap kerja

Anamnesa 1. Tanyakan kepada klien adanya batuk dan


jenis batuknya
2. Tanyakan kepada klien apakah terdapat
dahak/produksi sputum dan warna dari
dahak tersebut dan purulen atau tidak
3. Tanyakan pada klien apakah terdapat
batuk darah, dan warna dari darah
tersebut
4. Tanyakan pada pasien apakah terdapat
sesak nafas, terjadi saat inspirasi atau
ekspirasi
5. Tanyakan pada klien apakah terdapat
nyeri dada dan bagaimana karakteristik
nyeri tersebut
Inspeksi

Ekspresi wajak klien 1. Lihat apakah terdapat cuping hidung


mengembang selama inhalasi dan
bernafas dengan bibir dikerutkan.
2. Apakah terdapat sianosis pada mukosa
bibir?
3. Apakah terdengar wheezing dan stridor?
Inspeksi leher Lihat apakah pernafasan klien dibantu dengan
otot-otot tambahan bantu pernafasan
(muskulus trapezius dan

18
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

sternokleidomastoideus) salah satu tanda dini


obstruksi saluran pernafasan.

Konfigurasi dada Apakah terdapat :


1. Kifoskoliosis adalah deformitas tulang
punggung dimana terdapat lengkungan
tulang punggung abnormal
anteroposterior dan lateral sehingga
pengembangan dada dan paru-paru
menjadi terbatas.
2. Pectus excavatum atau dada corong
adalah cekungan pada sternum, akan
menimbulkan restriktif pada paru.
3. Pectus carinatum atau dada burung
merpati, suatu deformitas yang lazim
ditemukan tetapi tidak menggangu
ventilasi
4. Dada berbentuk tong, peningkatan
diameter antero posterior , dijumpai pada
COPD tingkat lanjut.
Laju dan pola Apakah pada klien terdapat bradipnea,
inspirasi takipnea, apnea, hiperpnea, dan pernafasan
kussmaul.

Palpasi

19
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Fremitus taktil Fremitus taktil (getaran pada dinding dada


ketika seseorang berbicara)
Memberikan informasi kepadatan jaringan
paru-paru dan rongga dada dibawahnya.
Pemeriksaan fremitus taktil
1. Pemeriksa meletakkan sisi ulnar tangan
kanan pada dinding dada.
2. Minta pasien untuk mengatakan “tujuh
puluh tujuh”
3. Fremitus taktil dinilai dan tangan
pemeriksa digerakkan ke posisi sama pada
sisi yang berlawanan
Keadaan-keadaan yang meningkatkan
kepadatan paru dan membuatnya lebih padat
seperti konsolidasi meningkatkan
pengahantaran fremitus taktil. Jika ada
jaringan lemak yang berlebihan, udara atau
cairan didalam rongga dada atau paru-paru
yang mengembang secara berlebihan fremitus
taktil akan melemah.

Nyeri tekan Semua daerah dada harus diperiksa untuk


mengetahui adanya daerah-daerah nyeri tekan.

Pergerakan dada 1. Derajat semetri pergerakan dada dapat


posterior ditentukan dengan meletakkan tangan
secara mendatar pada punggung pasien

20
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

dengan ibu jari sejajar dengan garis tengah


kira-kira setiggi iga kesepuluh dan menarik
kulit dibawahnya sedikit kearah garis
tengah
2. Pasien diminta menarik nafas dalam
3. Dan pergahatikan kesimetrisan gerakan
tangan.
Perkusi Perkusi adalah mengetuk pada permukaan
untuk menentukkan struktur dibawahnya

• Organ padat (hati) : redup


• Struktur mengandung udara (paru-paru) :
sonor

21
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

• Paru berisi cairan : redup


• Bunyi paru-paru kepdatan berkurang
mendekati bunyi tympani : Hipersonor
(emfisiema)
• Jantung : redup
• Massa otot : pekak
Auskultasi Lokasi auskultasi

Auskultasi area paru akan adanya suara nafas

• Trakeal
• Bronkial
• Bronkovesikuler
• Vesikuler
Abnormal suara nafas

• Ronki

22
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

• Whezing
• Gesekan pleura

Tahap Terminasi 1. Kaji keadan klien dan perasaaan klien


selama tindakan, beri reinforcement.
2. Kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
3. Akhiri tindakan dan Salam
4. Dokumentasi hasil dari pengkajian

Ciri-Ciri Bunyi Pernafasan

Ciri-ciri Trakeal Bronkial Bronkovesikuler Vesikuler


Intensitas Sangat keras Keras Sedang Lemah
Tinggi nada Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah
Rasio I : E 1:1 1:3 1:1 3:1
Deskripsi Kasar Tubular Berdesi tetapi Berdesir
tubuler lemah
Lokasi Trakea Manubrium Diatas bronkus Sebagian
Normal ekstratorakal utama besar
paru
perifer

Bunyi Tambahan

Istilah Mekanisme Etiologi


Ronki Sekresi saluran pernafasan Bronchitis, infeksi
yang berlebihan pernafasan, edema paru,
atelektasis, fibrosis, gagal
jantung kongestif
Wheezing Aliran udara yang cepat Asma, edema paru,
melalui saluran nafas yang bronchitis, gagal jantung
tersumbat kongestif

23
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Gesekan Radang pleura Pnemonia, infark paru


pleura

Pola Pernafasan Abnormal

Pola Ciri Etiologi


Apnea Tidak ada pernafasan Henti jantung
Biot Pernafasan tidak teratur Peningkatan tekanan
dengan apnea yang lama intracranial
Depresi pernafasan karena
obat
Kerusakan otak (biasanya
pada tingkat medulla)
Cheyne-Stokes Peranafasan tidak teratur Depresi pernafasan karena
dengan periode peningkatan obat
dan penurunan laju dan Gagal jantung kongestif
didalamnya pernafasan Kerusakan otak (bisanya
diselingi dengan periode pada tingkat serebral)
apnea

Kussmaul Cepat dan dalam Asidosis metabolic


Bradipnea Frekuensi pernafasan kurang Status perfusi
dari 12 kali permenit
Tachipnea Frekuensi pernafasan yang
terlalu cepat

Irama regular

24
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Bradypnea

Tachypnea

Cheyne Stokes

25
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

BAGIAN II
ELECTROCARDIOGRAPHI/EKG

A. ELECTROCARDIOGRAPHI/EKG
Sewaktu impuls jantung melewatai jantung, arus listrik
juga akan menyebar dari jantung ke dalam kejaringan di
dekatnya disekeliling jantung. Sebagian kecil dari arus listrik
ini akan menyebar kesegala arah di seluruh permukaan
tubuh. Bila pada kulit akan berlawanan dengan sisi jantung
ditempatkan dielektroda, maka potensial listrik yang
dicetuskan oleh arus tersebutakan dapat direkam, rekaman
ini dikenal sebagai elektrokardiogram.
Jantung ”dihidupi” oleh aktivitas listriknya. Aktivitas
listrik jantung ada dua: depolarisasi dan repolarisasi.
- Depolarisasi
Perubahan listrik sel jantung akibat dari pergeseran
elektrolit pada membran sel. Perubahan ini menstimulasi
serat otot jatung untuk berkontraksi.
- Repolarisasi
Pompa kimiawi mengembalikan kondisi listrik sel-sel
jantung ke kondisi istirahat.
Depolarisasi-repolarisasi ini dipicu oleh sumber-sumber
listrik dan dhantarkan oleh jalur konduksi. Aktivitas listrik
jantung ini direkam oleh mesin EKG, lalu lahirlah gambaran
EKG.

26
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Kertas Perekam EKG


Sebuah elektrokardiograf khusus berjalan di atas kertas
dengan kecepatan 25 mm/s, meskipun kecepatan yang di atas
daripada itu sering digunakan. Setiap kotak kecil kertas EKG
berukuran 1 mm². Dengan kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil
kertas EKG sama dengan 0,04 s (40 ms). 5 kotak kecil
menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s (200 ms).
Karena itu, ada 5 kotak besar per detik.
12 sadapan EKG berkualitas diagnostik dikalibrasikan
sebesar 10 mm/mV, jadi 1 mm sama dengan 0,1 mV. Sinyal
"kalibrasi" harus dimasukkan dalam tiap rekaman. Sinyal
standar 1 mV harus menggerakkan jarum 1 cm secara
vertikal, yakni 2 kotak besar di kertas EKG.

27
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Cetakan EKG terdiri dari 12 bagian , 12 bagian tersebut


masing-masing disebut lead dan diberi nama sebagai berikut
:
• Lead I didapatkan dari rekaman listrik yang di sadap
elektrode tangan kanan dan tangan kiri

28
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

• Lead II didapatkan drai rekaman listrik yang disadap


elektrode tangan kanan dan kaki kiri
• Lead III didapatkan dari rekaman listrik yang
disadap elektrode tangan kiri dan kaki kiri
• Lead aVR didapatkan dari rekaman listrik yang
disadap elektrode tangan kanan dan pusat tubuh.
• Lead aVL didapatkan dari rekaman litrik yang
disadap elektrode tangan kiri dan pusat tubuh
• Lead aVF didapatkan dari rekaman listrik yang
disadap dari elektrode kaki dan pusat tubuh
• Lead V1 didapatkan dari rekaman litrik yang
disadap elektrode V1 di linea parasternal dextra,
spatium intercosta 4
• Lead V2 didapatkan dari rekaman litrik yang
disadap elektrode V1 di linea parasternal sinistra,
spatium intercosta 4
• Lead V3 didapatkan dari rekaman litrik yang
disadap elektrode V3 yang terletak antara elektrode
V2 dan V4
• Lead V4 didapatkan dari rekaman litrik yang
disadap elektrode V4 di linea mid clavicuka sinistra,
spatium intercosta 5
• Lead V5 didapatkan dari rekaman litrik yang
disadap elektrode V5 di linea axillaris anterior
sinistra sejajar dengan elektrode V4
• Lead V6 didapatkan dari rekaman litrik yang
disadap elektrode V6 di linea midaxillaris sinistra
sejajar dengan elektrode V5

29
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

B. PROSEDUR REKAM ELEKTROKARDIOGRAM


Indikasi :
Pemeriksaan Elektrokardiografi dilakukan untuk
mengetahui :
1. Adanya kelainan-kelainan irama jantung
2. Adanya kelainan-kelainan miokard seperti infark
3. Adanya pengaruh obat-obat jantung terutama digitalis
4. Gangguan-gangguan elektrolit
5. Adanya perikarditis
6. Pembesaran jantung

30
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Prosedur Pelaksanaan EKG


Tahap Kerja Merekam Kertas Elektrokardiogram

Pra Interaksi 1. Cek catatan medis klien akan


dialkukannya tindakan EKG
2. Melakukan persiapan alat antara
lain:
• Mesin EKG lengkap dengan
elektrodenya
• Jelly
• Tissu
• Bengkok

Orientasi 3. Ucapkan salam


4. Perkenalkan diri pada pasien
5. Tanyakan nama pasien dan
panggilan kesukaan
6. Jelaskan tujuan dilakukan
pemasangan monitor jantung
7. Jelaskan prosedur kerja
pemeriksaan EKG
8. Beri klien kesempatan untuk
bertanya
9. Beri penjelasan tentang privasi
klien dan jaga privasi
Kerja 10. Cuci tangan
11. Intruksikan kepada klien untuk
menanggalkan semua alat pribadi
yang terbuat dari logam dan
mengandung medan magnet
12. Instruksikan pada klien untuk tidur
terlentang
13. Membuka dan melonggarkan
pakaian pasien bagian atas, bila
pasien memakai jam tangan,
gelang, logam lain agar dilepas
14. Membersihkan kotoran dengan
menggunakan tissu pada daerah

31
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

dada, kedua pergelangan tangan


dan kedua tungkai dilokasi manset
elektroda
15. Mengoleskan jelly pada permukaan
elektroda
16. Memasang manset elektroda pada
kedua pergelangan tangan dan
kedua tungkai
17. Memasang arde
18. Menghidupkan monitor EKG
19. Menyambungkan kabel EKG pada
kedua tungkai pergelangan tangan
dan kedua tungkai pergelangan
kaki pasien, untuk rekaman
ekstremitas lead (Lead I, II, III, AVR,
AVL, AVF) dengan cara :
a. Warna merah pada
pergelangan tangan kanan(RA :
Right Arm)
b. Warna hijau pada kaki kiri (LF :
Left Foot)
c. Warna hitam pada kaki kanan
(RF : Right Foot)
d. Warna kuning pada
pergelangan tangan kiri (LA :
Left Arm)
20. Memasang elektroda dada untuk
rekaman precardial lead
o Lead V1 didapatkan dari
rekaman litrik yang disadap
elektrode V1 di linea
parasternal dextra, spatium
intercosta 4
o Lead V2 didapatkan dari
rekaman litrik yang disadap
elektrode V1 di linea
parasternal sinistra, spatium
intercosta 4

32
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

o Lead V3 didapatkan dari


rekaman litrik yang disadap
elektrode V3 yang terletak
antara elektrode V2 dan V4
o Lead V4 didapatkan dari
rekaman litrik yang disadap
elektrode V4 di linea mid
clavicuka sinistra, spatium
intercosta 5
o Lead V5 didapatkan dari
rekaman litrik yang disadap
elektrode V5 di linea axillaris
anterior sinistra sejajar dengan
elektrode V4
o Lead V6 didapatkan dari
rekaman litrik yang disadap
elektrode V6 di linea
midaxillaris sinistra sejajar
dengan elektrode V5
21. Melakukan kalibrasi 10 mm dengan
keadaan 25 mm/volt/detik
22. Membuat rekaman secara
berurutan sesuai dengan pilihan
lead yang terdapat pada mesin EKG
23. Melakukan kalibrasi kembali
setelah perekaman selesai.
24. Memberi identitas pasien hasil
rekaman : nama, umur, tanggal dan
jam rekaman serta nomor lead dan
nama pembuat rekaman EKG
25. Merapikan alat-alat
26. Melakukan cuci tangan kembali

Terminasi 27. Kaji perasaaan klien selama


tindakan EKG, beri reinforcement.
28. Akhiri tindakan dan Salam
29. Dokumentasi

33
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

34
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

C. Membaca Kertas EKG


Karakteristik Elektrokardiogram Normal.
EKG Normal
Gel P • Gelombang yang tampak pertama
• Bentuk melengkung kecil keatas
• Menunjukkan depolariasai atrium
• Kelainan gelombang P = kelainan atrium
Interval PR • Jarak antara gelombang P dan permulaan
QRS
• Untuk mengukur waktu perjalanan
depolarisasi dari atrium ke ventrikel
• Normalnya 0,12-0,22 detik
Interval • Tiga defleksi yang mengikuti gelombang P
QRS • Mengindikasikan depolarisasi (dan
kontriksi) ventrikel
• Gel Q = defleksi negatif pertama setelah P
• Gel R = defleksi positif pertama setalah P
• Gel S = defleksi negatif pertama setelah R
• Normalnya kurang dari 0,12 detik
Segmen ST • Jarak antara gelombang S dan permulaan
gelombang T
• Menunjukkan reporalisasi ventrikel
Gel T • Gelombang lengkungan keatas yang
mengikuti QRS
• Menunjukkan reporalisasi ventrikel
Interval QT • Permulaan QRS hingga akhir T
• Menunjukkan aktivitas ventrikel total
Gel U • Gelombang kecil yang mengikuti T
• Mudah terlihat pada denyut jantung yang
pelan
• Beberapa referensi menyatkan bahwa
gelombang ini menunjukkan repolarisasi
serat purkinje

35
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

10 Ketentuan Yang Harus Dipenuhi Ekg Untuk Disebut


Normal
1. Interval PR harus 0,12-0,22 detik (3-5 kotak)
2. Kompleks QRS tidak boleh lebih dari 0,11 detik (harus
<3 kotak)
3. Komplesk QRS harus dominan “keatas”(positif) di lead
I dan II
4. QRS dan T cenderung memiliki arah yang secara umum
sama di lead ekstrimitas (I,II,III,aVL,aVF)
5. Semua gelombang negatif di lead aVR
6. Gel R di lead dada harus meninggi, minimal dari lead
V1 sampai V4, gelombang S di lead dada harus
memendek minimal dari lead V1 sampai lead V3
7. Segmen ST harus dimulai secara isoelektrik, kecuali di
lead V1 dan V2 yang mungkin bisa terelevasi.
8. Gelombang P harus positif di lead I,II dan V2 sampai
dengan V6
9. Tidak boleh ada Gel Q, atau hanya boleh ada gelombang
q kecil yang lebarnya <0,04 detik (1kotak kecil) di lead
I, II, V2 sampai dengan V6
10. Gelombang T harus keatas dilead I,II, V2 sampai
dengan V6

36
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Normal 12 Lead EKG

Hal Yang Dilihat Dan Dibaca Dalam Ekg


1. Menghitung frekuensi
a. Metode 1
Menghitung kotak kecil, hitung jumlah kotak kecil
antara gelombang R hinggga gelombang R
berikutnya.
Rumus : frekuensi =1500/jumlah kotak kecil
b. Metode 2
Menghitung Kotak Besar, hitung jumlah kotak besar
yang ada diantara gelombang R hingga gelombang
R berikutnya
Rumus: Frekuensi = 300/jumlah kotak besar

37
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

c. Metode 3
Karena frekuensi adalah jumlah komplek gelombang
yang muncul dalam 60 detik (1 menit), maka dengan
mengetahui jumlah komplek QRS (depolarisasi
ventrikel) dalam 6 detik, frekuensi dapat diketahui.
Rumus : Frekuensi = Jumlah kompleks QRS
dalam 6 detik x 10

2. Menilai ritme
Setelah menghitung frekuensi, langkah kedua dalam
membaca EKG adalah menilai apakah gambaran EKG
terseberu tampak ritmis, iramanya teratur atau tidak.
Bagaimana caranya? Nilailah hal-hal berikut :
Yang Dinilai Karakteristik
Regularitas ▪ Menghitung interval R-R dan P-P
▪ Reguler : interval konsisten
▪ Irreguler-regular : pengulangan pola
irreguler
▪ Irreguler : tak berpola
Interval PR ▪ Konstan : interval-intervalnya sama
▪ Variabel : Interval-intervalnya Berbeda
▪ Normal : 0,12-0,20
Interval QRS ▪ Normalnya : 0,06-0,10 detik
▪ Melebar : > 0,10 detik
▪ Hilang : tidak terdapat
Interval QT ▪ Mulai gelombang R hingga akhir T
▪ Normalnya : kurang dari ½ interval R-R
Dropped Beats ▪ Muncul pada AV block
▪ Muncul Pada sinus Arrest
Grup kompleks ▪ Bigeminy : pengulangan pola komplek
QRS normal diikuti 1 komplek premature
▪ Trigeminy : pengulangan pola 2 komplek
normal diikuti 1 komplek prematur
▪ Couplet : 3 komplek prematur berurutan
Pause (jeda) ▪ Terkompensasi : jeda mengikuti
kontraksi atrium premature, kontraksi
junctional premature, kontraksi
junctional premature, atau kontraksi
ventrikel premature

38
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

▪ Tak terkompensasi : jeda tidak lengkap,


mengikuti PAC, PJC atau PVC

3. Mengenal jenis irama Jantung


Denyut jantung dipacu oleh “pemacu” (pacemaker)?
Pemacu denyut yang normal adalah NSA, tetapi jika NSA
”macet” pemicu yang lain akan ambil alih. Mengenal
irama jantung berguna untuk menetukan apakah
gelombang yang terbentuk bersumber dari NSA atau
bukan.

Jenis-jenis irama listrik jantung


Irama sinus
 Adalah irama denyut jantung
yang pemacu dominannya adalah
Nodus Sinoatrial (NSA)
 Ciri utama : adanya P diikuti
QRS

Irama atrial
 Adalah irama denyut jantung
yang pemacu dominannya adalah
sumber impuls atrium
 Ciri : gelombang P nya berbeda
dengan P sinus
 Contoh : Atrial Flutter

Irama junctional
 Adalah irama denyut jantung
yang pemacu dominannya adalah
Nodus Atrioventrikuler
 Ciri : P
hilang/inversi/mundur(retrogade)

39
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Irama ventrikular
 Adalah irama denyut jantung
yang pemacu dominannya adalah
sumber impuls ventrikel
 Ciri : P menghilang. Jika ada,
biasanya tidak berhubungan
dengan QRS secara konstan.
 Contoh : Accelerated
Idioventrikular

4. Zona Transisi
Di lead dada. Gelombang QRS mengalami progresi
dari V1-V6 : R bertambah tiggai, S bertambah pendek.
Zona transisi adalah area dimana panjang gelombang
posisitif (R) dan negatif (S) tampak relatif sama.
Normalnya, zona transisi berada antara V3/V4. Zona
transisi menunjukkan posisi septum interventrikular.
Pergeseran zona transisi menunjukkan terjadinya
rotasi jantung, dilihat dari bawah jantung. Ini juga
berguna dalam menduga adanya kelainan/gangguan
seperti: hipertrofi ventrikel kiri, PPOK, Blok Cabang
Berkas Kiri (Left Bundle Branch Block) atau infark
miokard anteroseptal. Pergeseran zona trasisi kekanan
menunjukkan rotasi jantung “searah jarum jam”. Begitu
pula sebaliknya.

5. Menilai aksis jantung


Aksisl listrik jantung adalah sudut yang dibentuk
oleh vektor listrik. Analisis terhadap aksis dapat
membantu menemukan bentuk dan lokasi kelainan yang
terjadi pada jantung. Misalnya pada hipertrofi, bundel

40
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

branch block dan kelainan posisi jantung. Aksis normal


jantung adalah -30o sampai +90o.
Metode menilai aksis
Melihat arah gelombang di lead I dan AVF, arah dominan
keatas positif atah kebawah negatif
Jika Lead I Dan Lead aVF Maka Arah Aksis
+ - Deviasi kekiri
+ + Normal
- + Deviasi kanan
- - Deviasi kanan ekstrim
(+) artinya gelombang cenderung keatas atau panjang R
>q+s
(-) artinya gelombang cenderung kebawah atau panjang
R <q+s

6. Memahami Morfologi Gelombang EKG


Pemahaman terhadap bentuk gelombang sangat
menentukan tingkat kemampuan seorang membaca EKG.
Dengan memahaminya, pembaca EKG akan mengerti apa
yang terjadi pada jantung yang diperiksa.

41
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Masalah Yg
Komponen Normal Kelainan Mungkin

Irama junctional
Negative atas
Positif (kecuali (inversi) Kesalahan
di aVR $ V1) Terutama di pemasangan
Lead I elektrode

Letak didepan Retrograde Irama junctional


QRS (mundur) bawah

Runcing Tinggi
Gel P Hipertrofi atrium
Tinggi : < 2,5 (disebut P
kotak kecil Pulmonal atau kanan, emboli paru
Peak P)
Lebar: < 3 kotak Berlekuk/Lebar Hipertrofi atrium
kecil P mitral kiri

Irama Juntional
Tidak ada tengah
Irama ventrikel

Lebar 3-5 kotak


Interval PR > 5 kotak kecil AV Block
kecil

Lebar < 1kotak Infark Miokard


>1 kotak kecil
kecil
Dalam < 2 kotak
Gel Q > 2 kotak kecil
kecil

Disebut Q patologis

Dominan di V 1
(gelombang Hipertrofi ventrikel
cenderung kanan
Tinggi < 27
Gel R positif)
kotak kecil
Tinggi > 27 kotak Hipertrofi ventrikel
kecil di V5-V6 kiri

42
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Bundle Branch
Block (blok
Rr’ (bertakik) kanan/kiri
tergantung
leadnya)

Ada di V6 perlu Hipertrofi ventrikel


Tidak ada di V 6 kanan
dicek di V3R
Gel S
Dalam >7 kotk Hipertrofi ventrikel
besar di V1-V2 kiri

Gangguan ventrikel
Lebar 1,5-3 Lebar >3 kotak Bundle Branch
kotak kecil kecil Block
Komplek QRS
Fibrilasi Ventrikel,
Tidak ada asistol

Isolektrik Elevasi Infark, perikarditis

Iskemia,
Segmen ST
Depresi pembesaran ruang,
efek digoxin

Hipertrofi ventrikel
Inversi di V5, V6, kiri
I, II, aVL Iskemia
Positif
(terutama Inversi + QT
sangat Hiperkalemia,
Gel T bersama R iskmia miocard akut
tinggi) panjang/sangat
pendek
Inversi di Hipertrofi ventrikel
Inveri di V1+V2 kanan, emboli paru,
III,aVR, V1 (Dan
dan V3 iskemia
V2-V3 pada
orang kulit Gangguan sistem
hitam) Inversi dalam saraf pusat

Datar dan Hipokalemia


memanjang

43
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Lebar < ½ Bradikardi (HR juga


interval R-R harus dihitung)
Interval QT
Lebar < 2 kotak Hipokalsemia
>2 kotak besar
besar
Sering sekali tak Tampak Bradikardi
Gelombang nampak pada
U gelombang U dominan Hipokalemia
normal

44
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

BAGIAN III
MONITOR JANTUNG/CARDIAC MONITOR

A. MEMASANG MONITOR JANTUNG


Monitor jantung digunakan untuk memantau
konduksi kelistrikan dari jantung secara berkelanjutan,
monitor jantung digunakan untuk memantau pasien dengan
kondisi gangguan konduksi dan aritmia yang dapat
mengancam kehidupan. Sama seperti dengan ECG, monitor
jantung juga menggunakan electrode yang diletakkan pada
dada pasien untuk menyalurkan sinyal listrik yang
digambarkan dalam sebuah irama jantung pada monitor
jantung.
Monitor jantung dapat diseting pada frekuensi dan
irama jantung, cetak hasil irama jantung, suara dan alarm
jika frekuensi jantung lebih atau kurang dari batas yang telah
ditentukan. Monitor jantung juga mengenali keabnormalan
dari kontraksi jantung jika berubah dari normal. Sebagai
contoh monitoring segmen ST yang berfungsi membantu
mendeteksi infark miokard, keseimbangan elektrolit,
spasme arteri koronaria, dan kejadian hipoksia.

45
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Prosedur Pemasangan Monitor Jantung


Tahap Kerja Langkah-langkah kerja

Pra Interaksi 1. Cek kembali catatan medis pasien,


rencanan perawatan dan informasi akan
kebutuhan dari pemasangan monitor
jantung.
2. Kaji status jantung pasien termasuk
frekuensi jantung, tekanan darah, dan
aukultasi suara jantung.
3. Inspeksi area dada pasien, lihat adanya
iritasi,n fraktur kosta, dan bulu dada yang
tebal yang mengganggu pemasangan
electrode.
4. Alat :
• Kabel lead
• Electrode
• Kapas alcohol
• Kassa
• Cardiac monitor

Tahap 1. Ucapkan salam


Orientasi 2. Perkenalkan diri pada pasien
3. Tanyakan nama pasien dan panggilan
kesukaan
4. Jelaskan tujuan dilakukan pemasangan
monitor jantung
5. Jelaskan prosedur kerja
6. Beri klien kesempatan untuk bertanya
7. Beri penjelasan tentang privasi klien dan
jaga privasi
8. Cuci tangan

Tahap Kerja 1. Kumpulkan semua alat dan bawa dekat


samping tempat tidur
a. Sambungkan monitor jantung
kepusat sumber listrik dan nyalakan

46
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

untuk warm up/pemanasan dari


monitor jantung sambil menyiapkan
perlatan pada pasien.
b. Masukkan kabel pada soket yang
dibutuhkan pada monitor jantung.
c. Sambungkan kabel lead, setiap
kaabel lead mengindikasikan lokasi
dari pemasangan pada pasien : right
arm (RA), left arm (LA), right leg (RL),
left leg (LL), ground (C or V). Simbol
ini ada pada kabel lead.
d. Kemudian sambungkan elektroda
pada masing-masing kabel lead
dengan tepat.
2. Buka baju klien, lihat dada klien dan
tentukan letak dari electrode berdasarkan
system dan lead yang digunakan.
3. Bersihkan area pemasangan electrode
dengan menggunakan kapas alcohol dan
keringkan untuk menghilangkan sekresi
dari kulit yang dapat mengganggu fungsi
dari elektroda.
4. Buka electrode dan cek adanya jel untuk
kelembapan. Jika jel kering ganti dengan
sebuah electrode baru.
5. Pasang electrode pada tiap lokasi pada
dada dan tekan dengan lembut pastikan
telah terkunci, ulangi sampai semua
terpasang 3 lead elektrode atau 5 lead
electrode.

47
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

6. Ketika electrode sudah terpasang semua


pada tempatnya, cek gelolombang pada
monitor jantung untuk memastikan posisi
dan ukuran. Untuk memastikan bahwa
monitor telah mendeteksi gelombang tiap
denyutan, bandingkan ukuran frekuensi
denyut jantung pada monitor jantung
dengan melakukan palpsi denyut jantung
atau auskultasi dari jumlah frekuensi
denytu jantung.
7. Atur batas atas dan bawah dari frekuensi
denyut jantung, sebagai tanda peringatan
dan nyalakan alarm.
8. Untuk mencetak gambaran irama pada
kertas strip, tekan tombol cetak/record
pada monitor jantung. Berikan label pada
kertas strip yang telah dicetak dengan

48
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

nama pasien, ruang pasien, tanggal dan


waktu serta identifikasi dari iramanya.
9. Letakkan kertas strip irama pada rekam
medis/cart pasien. Analisa irama pada
kertas strip jika diperlukan.

Tahap 1. Kaji respon klien selama tindakan


Terminasi 2. Berikan reinforcement positif pada
klien
3. Kontrak waktu untuk tindakan
keperawatan selanjutnya
4. Akhiri tindakan dan salam
5. Cuci tangan

Dokumenta Catat tanggal dan waktuk dimulainya


si dilakukan monitor jantung dan lead
digunakan. Cetak dan dokumentasikan
irama kertas strip dan setiap perubahan
kondisi pasien tiap 8 jam atau sesuai dengan
kebijakan rumah sakit. Beri label irama
kertas strip dengan nama klien, nomer
ruang, tanggal dan waktu.

Pertimbangan khusus
1. Pastikan semua alat listrik dan outlet telah digrounkan
untuk menghindarai sengatan listrik dan gangguan. Dan
pastikan bahwa pasien dalam keadaan kering dan bersih
untuk menghindari sengatan listrik
2. Hindari membuka bungkus dari electrode sebelum
digunakan untuk menghindari gel agar tidak kering

49
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

3. Hindari meletakkan electrode pada tulang yang


menonjol, lokasi berambut, tempat pad defibrillator,
atau pada area kompresi dada
4. Jika kulit pasien berminyak, bersisik, dan berkeringat
bersihkan dengan kasa sebelum meletakkan electrode
untuk menghindari gangguan hantaran
pelacakan/perekaman. Pastikan pasien bernafas dengan
normal, jika terdapat gangguan pada pernafasan klien,
minta pasien untuk menahan nafas untuk mengurangi
gangguan pelacakan/perekaman
5. Kaji integritas kulit dan reposisi electrode setiap 24 jam
jika diperlukan

50
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

BAB IV
PENGAMBILAN DARAH ARTERI

A. GAS DARAH ARTERI

Klien yang menderita gangguan asam basa biasanya


membutuhkan analisa gas darah arteri yang berulang.
Prosedur ini dilakukan dengan mengambil darah arteri untuk
menentukan status asam basa dan keadekuatan ventilasi
serta oksigenasi. Sampel darah gas darah arteri diambil dari
arteri perifer, seperti arteri radialis, atau dari jalur arteri.

Pengujian gas darah arteri (GDA) biasanya dilakukan


untuk mengkaji gangguan keseimbangan yang disebabkan
oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolic.
Komponen dasar GDA mencakup pH, PaO2, SO2, HCO3,dan
BE.

1. pH

pH merupakan logaritma negative pada konsentrasi ion


hydrogen yang dipakai untuk menentukan asiditas atau
alkalinitas cairan tubuh. Nilai pH dipakai untuk
menetukan asiditas atau alkanitas cairan tubuh. Nilai pH
kurang dari 7,35 menunjukkan terjadinya asidosis, baik
asidosis respiratorik maupun asidosis metabolic. Nilai pH

51
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

lebih dari 7,45 menandakan terjadinya alkalosis, baik


alkalosis respiratorik maupun metabolic.

2. PaCO2

Tekanan parsial karbondiaoksida (PaCO2) menunjukkan


keadekuatan ventilasi alveolar. Jika terjadi kerusakan
alveoli, karbondioksida (CO2) tidak dapat dikeluarkan.
Karbondioksida akan berikatan dengan air untuk
membentuk asam karbonat (H2O + CO2 = H2CO2), yang
menyebabkan kondisi asidosis. Jika klien menderita
hipoventilasi alveolar kadar PaCO2 akan meningkat dan
mengakibatkan asidosis respiratorik. Jika klien
mengalami hiperventilasi alveolar (menghembuskan CO2
melalui nafas yang berkarakteristik dalam dan cepat),
kadar CO2 akan berkurang dan mengalami alkalosis
respiratorik.

3. PaO2

Tekanan parsial oksigen (PaO2) menentukan kadar


oksigen yang tersedia untuk berikatan dengan
hemoglobin. pH dapat mempengaruhi daya ikat oksigen
dan hemoglobin, dan pada pH yang rendah, oksigen yang
tersedia dalam hemoglobin hanya sedikit. Kadar PaO2
juka berkurang pada penyakit pernafasan, misalnya
emfisema, pneumonia, edema paru, juga pada keadaan

52
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

hemoglobin abnormal (CO Hb, Meth Hb, Sulf Hb) dan


pada polisitemia.

4. SO2

Saturasi oksigen (SO2) merupakan persentase oksigen


dalam darah yang berkaitan dengan hemoglobin.
Pengukuran dilakukan secara tidak langsung dengan
menghitung kadar PaO2 dan pH atau diukur secara
langsung melalui ko-oksimetri. Gabungan antara saturasi
oksigen, tekanan parsial oksigen, dan hemoglobin
menandakan jaringan teroksigenasi.

5. HCO3 dan BE

Ion bikarbonat merupakan subtansi (HCO3) merupakan


substansi alkalinya yang jumlahnya mencapai lebih dari
separuh jumlah basa dapat total di dalam darah. Jika
kekurangan bikarbonat dan basa lainnya atau jika terjadi
peningkatan asam nonvolatile seperti asam laktat, hal ini
akan menyebabkan asidosis metabolic. Jika kadar
bikarbonat berlebih, hal ini juga dapat menyebabkan
alkalosis metabolic. Bikarbonat sangat penting untuk
mempertahankan rentang pH antara 7,35-7,45.

Nilai kelebihan (BE) sering dikaji dengan menggunakan


nilai HCO3. Nilai BE kurang dari -2 menandakan

53
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

terjadinya asidosis, sementara nilai BE +2 menandakan


alkalosis.

Ketidakseimbangan Asam dan Basa

Untuk menentukan jenis ketidakseimbangan asam dan basa,


pantau nilai PH, kadar PaCO2, HCO3, dan BE kemudian
dibandingkan dengan nilai pH. Jika pH kurang dari 7,35,
terjadi asidosis dan jika lebih dari 7,45 terjadi alkalosis.

1. Asidosis Respiratorik

Jika pH <7,35, PaCO2>45 mmHg, dan HCO3 serta BE


normal, dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan
asam dan basa mengarah pada keadaan asidosis
repiratorik. Dapat terjadi pada penyakit obstruksi paru
(emfisema, bronchitis kronis, asma parah), sindrom
gawat pernafasan akut (acute repiratory distress
syndrome, ARDS), anestesi , pneumonia, pengaruh obat
(narkotik, sedative).

2. Alakalosis Respiratorik

Jika pH >7,35, PaCO2 <45 mmHg, dan HCO3 serta BE


normal, dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan
asam dan basa mengarah pada keadaan asidosis
repiratorik. Dapat terjadi pada toksisitas salisilat (fase
awal), kecemasan, hysteria, tetani, olahraga active
(berenang, berlari), demam, hipertiroidisme, emboli paru.

54
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

3. Asidosis Metabolik

Jika pH <7,35, PaCO2 normal dan HCO3 <24 mEq/l serta


BE <-2, dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan
asam dan basa mengarah pada keadaan asidosis
metabolik. Dapat terjadi pada ketoasidosis diabetic, diare
berat, kelaparan/malnutrisi, syok, luka bakar, gagal
ginjal, infark miokardial akut.

4. Alkalosis Metabolik

Jika pH >7,35, PaCO2 normal dan HCO3 >28 mEq/l serta


BE >+2, dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan
asam dan basa mengarah pada keadaan alkalosis
metabolik. Dapat terjadi pada muntah-muntah berat,
pengisapan lambung, ulkus peptikum, pengeluaran
kalium, pemberian bikarbonat yang berlebih, gagal hepar,
kistik fibrosis, pengaruh obat (natrium bikarbonat,
natrium oksalat, kalium oksalat)

Ketidakseimbangan
pH PaCO2 HCO3 BE
Asam-Basa

Asidosis Respiratorik ↓ ↑ N N

Alkalosis Respiratorik ↑ ↓ N N

Asidosis Metabolik ↓ N ↓ ↓

Alkalosis metabolic ↑ N ↑ ↑

55
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Prosedur Pungsi Arteri

No Tahap Kerja Pungsi Arteri

1 Pra Interaksi 1. Cek catatan medis klien akan


dilakukannya prosedur
pengambilan darah arteri
2. Persiapan alat
a. Heparin dalam spuit
berukuran 5 ml
b. Jarum berukuran 20 dengan
panjang 1,5 cm
c. Es yang sudah dihancurkan
untuk sampel darah arteri
d. Obat anasteri local (xilocain
2%)
e. Sarung tangan sekali pakai
f. Kapas alcohol
g. Kassa
h. Yodium Povidin
i. Plester
j. Perlak

2 Orientasi 3. Ucapkan salam


4. Perkenalkan diri pada pasien
5. Tanyakan nama pasien dan
panggilan kesukaan
6. Jelaskan tujuan dilakukan pungsi
arteri
7. Jelaskan prosedur kerja pungsi
arteri
8. Beri klien kesempatan untuk
bertanya
9. Beri penjelasan tentang privasi
klien dan jaga privasi

56
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

3 Kerja 10. Palpasi radialis


11. Lakukan pemeriksaan Allen
a. Minta klien mengepalkan
tangan dengan kuat
b. Berikan tekanan langsung
pada arteri radialis dan ulnaris
c. Minta klien untuk membuka
tangannya
d. Lepaskan tekanan dari arteri
ulnaris, obervasi warna jari-
jari, ibu jari dan tangan. Jari –
jari harus memerah dalam 15
detik. Warna kemerahan
merupakan tanda bahwa
pemeriksaan allen positif.
Apabila pemeriksaan negative
(tidak ada kemerahan) arteri
radialis harus dihindarkan.
Periksan tangan yang lain
12. Hiperekstensikan pergelangan
tangan klien diatas gulungan
handuk
13. Cuci tangan. Kenakan sarung
tangan sekali pakai.
14. Bilas spuit berukuran 3 ml dengan
sedikit hepatin 1000 unit/ml dan
kemduian kosongkan spuit,
biarkan heparin berdada di dalam
jarum dan bagian dalam spuit
15. Bersihkan tempat pungsi dengan
gerakan melingkar menggunakan
yodium-povidin kemudian diusap
dengan menggunakan kapas
alcohol
16. Berikan anastesi local. Xilokain 2%
biasanya disuntikkan secara
subkutan
17. Sementara mempalpasi arteri
masukkan jarum dengan sudut 45

57
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

derajat sambil menstabilkan arteri


klien degan tangan anda yang lain
18. Observasi adanya denyutan
(pulsasi) aliran darah masuk
kedalam spuit
19. Ambil 2 ml darah
20. Lepaskan jarum dan spuit dari
arteri. Buang setiap udara yang
berada didalam spuit. Sumbat
spuit dengan penyumbat udara
21. Putar-putar spuit sehingga darah
bercampur dengan heparin
22. Tempatkan spuit diantara es yang
sudah dipecah
23. Beri label pada specimen yang
berisi nama, suhu tubuh dan
konsentrasi oksigen yang di
inspirasi klien (jika diberi terapi
oksigen)
24. Minta supaya specimen dibawa ke
laboratorium dengan segera
25. Beri tekanan pada tempat pungsi
dengn menempatkan kasa diatas
tempat pungsi dan tahan selama 5
menit. Lama waktu tersebut dapat
meningkat pada klien yang
mendapatkan antikoagulan
26. Beri plester diatas kassa jika
perdarahan berhenti
27. Buang peralatan di wadah yang
telah disediakan, lepas dan buang
sarung tangan

4 Terminasi 30. Kaji keadan klien dan perasaaan


klien selama tindakan, beri
reinforcement.
31. Akhiri tindakan dan Salam

58
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

32. Dokumentasi (catat waktu


pemeriksaan gas darah arteri dan
dari ektrimitas mana specimen
darah itu diambil)

59
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

BAB V
AKSES INTRAVENA

A. Pemasangan Infus

Cairan dan elektrolit diganti melalui cairan infuse


yang diberikan secara langsung ke dalam darah bukan
asupan melalui system cerna. Penggantian parenteral
meliputi pemberian nutrisi parenteral total (NPT), terapi
cairan dan elektrolit intravena serta penggantian darah.

Tujuan pemberian terapi cairan intravena ialah


untuk mengoreksi atau mencegah gangguan cairan dan
elektrolit. Misalkan seseorang yang menderita luka bakar
derajat tiga yang mengenai 40% permukaan tubuhnya,
berada dalam kondisi sakit yang kritis dan membutuhkan
pengaturan terapi IV yang teliti karena adanya perubahan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang terus menerus.
Seorang klien yang tidak diijikan mengonsumsi apapun
melalui mulut selama dua hari setelah apendektomi,
menerima penggatian cairan melalui IV untuk mencegah
terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Infuse
dihentikan ketika dimulai asupan normal.

Apabila pemberian cairan IV dibutuhkan dan


diprogramkan oleh dokter, perawat harus mengidentifikasi
larutan yang benar, peralatan, dan prosedur yang dibutuhkan
untuk memulai, mengatur dan mempertahankan system.
Perawat juga harus mengidentifikasi dan mengoreksi
masalah serta menghentikan infuse.

Peralatan, seleksi dan penyimpanan peralatan


yang benar memungkinkan pemasangan selang intravena

60
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

menjadi aman dan cepat. Karena cairan dimasukkan kealiran


darah maka membutuhkan teknik steril.

Daerah tempat infus intravena yang memungkinkan

61
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

62
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Prosedur Pemasangan Infus

Alat dan bahan :

1. Infus set.
2. IV cateter
3. Cairan infus.
4. Torniquet.
5. Bengkok.
6. Kapas alkohol 70% dalam tempatnya.
7. Bak steril berisi: kasa, sarung tangan, duk dan kom
steril.
8. Betadin plester (hypavic) dan gunting.
9. Perlak dan kain pengalas.
10. Korentang.
11. Standar infuse.

No Tahapan Kerja PEMASANGAN INFUS

1 Anamnesa Observasi tanda dan gejala yang


mengindikasikan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit : mata cekung,
peningkatan atau penurunan berat
badan tubuh lebih dari 2%, membran
mukosa kering, vena leher distensi atau
datar, hipotensi, takikardi, nadi teratur,
krekels di paru-paru, turgor kulit tidak
elastis, bising usus menurun atau
meningkat, haluran urin menurun,
perubahan perilaku, kebingungan.

2 Diagnosa 1. Kurang volume cairan


Keperawatan 2. Resiko kurang volume cairan
3. Kelebihan volume cairan
4. Resiko ketidakseimbanangan
volume cairan

63
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

5. Kesiapan dalam peningkatan


kesimbangan volume cairan
6. Diare
3 Tujuan (Kriteria Fluid Balance
Hasil NOC)
Hidration

4 Intervensi (NIC) 1. Intravenus therapy


2. Fluid management
5 Prainteraksi 1. Kaji/analisa keadaan/kebutuhan
klien akan pemenuhan cairan
secara parenteral
2. Persiapkan alat

3. Jelaskan tujuan dan prosedur


Orientasi
dilakukan tindakan suction pada
pasien

Kerja
4. Identifikasi vena yang dapat
diakses untuk tempat
pemasangan jarum IV Cateter;
a. Hindari daerah penonjolan
tulang
b. Gunakan vena dibagian yang
paling distal terlebih dahulu
c. Hindarkan pemasangan
selang intravena di
pergelangan tangan klien, di
daerah yang mengalami
peradangan, di ruang
antekubital, di ektrimitas
yang sensasinya menurun
atau ditangan yang dominan.
5. Cuci tangan
6. Periksa larutan dengan
menggunakan lima benar
pemberian obat. Pastikan bahwa
larutan telah dicampurkan dengan

64
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

zat tambahan yang di resepkan


seperti kalium dan vitamin yang
diprogramkan
7. Buka set infus pertahankan
sterilitas di kedua ujungnya
8. Tempatkan klem yang bisa digeser
tepat dibawah bilik tetesan dan
gerakkan klem penggeser keposisi
penghentian aliran infus.
9. Masukkan set infus kedalam
kantung cairan:
a. Lepaskan penutup pelindung
dari kantung cairan IV tanpa
menyentuh ujung tempat
masuknya alat set infus
b. Lepaskan tutup pelingung
dari ujung insersi selang,
dengan tidak menyentuh
ujung insersi tersebut,
kemudian masukkan ujung
selang tersebut kedalam
ujung botol intravena yang
terbuat dari karet.
10. Isi selang infus
a. Tekan bilik tetesan kemudian
lepaskan
b. Buka pelindung jarum dan
geser klem penggeser sehingga
aliran infus dapat mengalir dari
bilik tetesan melalui selang ke
adapter jarum. Gerakkan
kembali klem penggeser ke
posisi penghentian aliran cairan
setelah selang terisi.
c. Pastikan selang bebas udara
dari udara dan gelembung
udara
11. Pilih vena distal untuk digunakan

65
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

12. Apabila tempat insersi jarum


terdapat bulu badan, gunting
bulu-bulu tersebut.
13. Apabila memungkinkan letakkan
ekstrimitas pada posisi dependen
(dalam keadaan ditopang sesuatu)
14. Pasang turniket 10-12 cm diatas
tempat tempat insersi. Turniket
harus menghambat aliran vena
bukan aliran arteri. Periksa denyut
distal.
15. Pilih vena yang berdilatasi dengan
baik. Metode untuk membuat
vena berdilatasi adalah dngan
memukul-mukul vena dari arah
proksimal ke distal atau minta
pasien mengepalkan dan
membuka tangan atau dengan
melakukan ketukan ringan diatas
vena.
16. Gunakan sarung tangan sekali
pakai.
17. Bersihkan tempat insersi dengan
kuat, terkonsentrasi dengan
gerakan sirkular dari tempat
insersi kedaerah luar dengan
menggunakan larutan yodium
povidon. Biarkan sampai kering.
Apabila klien alergi terhadap
yodium povidon gunakan alkohol
70% selama 30 detik.
18. Lakukan pungsi vena. Fiksasi vena
dengan menempatkan ibu jari
diatas vena dan dengan
meregangkan kulit berlawanan
arah insersi 5-7 cm, dari arah
distal ke tempat pungsi vena.
19. Insersi vena dengan membentuk
sudut 20-30 derajat searah

66
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

dengan arah aliran balik darah


vena distal terhadap tempat
pungsi vena sebenarnya.
20. Lihat aliran balik melalui selang
jarum, yang mengindikasikan
bahwa jarum telah masuk vena.
Rendahkan jarum sampai hampir
menyentuk kulit. Masukkan lagi
kateter sekitar seperempat inci
kedalam vena dan kemudian
longgarkan stylet (bagian panggkal
jarum yang di masukkan kevena).
Lanjutkan memasukkan kateter
yang fleksibel sampai hubungan
berada ditempat pungsi vena.
21. Stabilkan kateter dengan salah
satu tangan, lepaskan turniket dan
lepaskan jarum/stylet dari kateter.
22. Hubungkan set infus dengan
cateter jarum.
23. Lepaskan klem penggeser untu
memulai aliran infus dengan
kecepatan tertentu untuk
mempertahankan kepatenan
selang intravena.
24. Fiksasi kateter IV
a. Tempelkan plester dibawah
hubungan selang insersi.
b. Berikan sedikit larutan atau
salep yodium povidin pada
tempat pungsi vena. Letakkan
sedikit kasa diatasnya.
c. Tempelkan plester/Hipafik
diatas kasa.
d. Fiksasi selang infus di samping
iv cateter dengan plester
Terminasi 25. Atur tetesan infus sesuai program
26. Beri reiforcement pada klien
27. Bereskan alat

67
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

28. Dokumentasikan

6 Evaluasi Sebelum, proses dan sesudah


pemasangan infus

68
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

MENGATUR KECEPATAN INFUS

1. Obeservasi kapatenan selang dan jarum IV


a. Buka pengatur tetesan dan obserbasi kecepatan aliran
cairan dan larutan IV kedalam bilik tetesan dan
kemudian tutup pengatur tetesan apabila kecepatan
tetesan telah sesuai dengan yang diprogramkan.
b. Apabila cairan tidak mengalir rendahkan botol atau
kantong cairan IV sampai lebih rendah dan tempat
masuknya infus dan observasi adanya aliran balik
vena.
2. Periksa catatan medis untuk pemberian larutan. Program
yang biasa diresepkan adalah pemberian larutan selama 24
jam bisasany dibagi 2 sampai 3 liter. Kadang kala program
iV hanya berisi 1 L untuk mempertahankan vena tetap
terbuka.
3. Kenali faktor tetesan dalam bentuk banyaknya tetesan/ml
(tts/ml) dari sebuah set infus, misalkan
Mikrodip (tetes mikro) : 60 tts/ml
Makrodip (tetes makro) :
Abbot lab :15 tss/ml
Travenol lab : 10 tts/ml
McGaw : 15 tts/ml
Baxter : 10 tts/ml
4. Pilih salah satu formula berikut untuk menghitung
kecepatan aliran (tts/mnt) setelah menghitung jumlah
ml/jam jika dibutuhkan:

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚𝑙)


= ml/jam
𝐽𝑎𝑚 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑓𝑢𝑠

ml/jam
a. = ml/mnt
60 menit
𝑚𝑙⁄
𝑗𝑎𝑚×𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠
b. = 𝑡𝑡𝑠/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

69
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

5. Tentukan kecepatan per jam dengan membagi volume


dengan jam misalkan :
1000𝑚𝑙
= 125/𝑗𝑎𝑚
8
Atau jika 4 Liter diprogramkan untuk 24 jam :

4000 𝑚𝑙
= 1.667 𝑎𝑡𝑎𝑢 167 𝑚𝑙/𝑗𝑎𝑚
24 𝑗𝑎𝑚

6. Tempelkan label volume secara vertikal pada botol atau


plester berdasarkan kecepatan aliran per jam. Misalnya
jika seluruh volume cairan akan diinfuskan dalam 8,10,
atau 12 jam masing-masing ukuran tersebut akan ditandai
pada kantong cairan/flabot.
7. Setelah kecepatan per jam di tetapkan, hitung kecepatan
per menit berdasarkan faktor tetes di dalam set infus. Set
infus minidrip memiliki faktor tetes 60 tts/ml. Tetesan
umum yang digunakan atau makrodip ini memiliki faktor
tetes 15 tetes/ml. Dengan menggunakan rumus, hitung
kecepatan aliran per menit:
Botol 1 : mengalirkan 125ml/jam
Mikrodip :
125𝑚𝑙 × 60𝑡𝑡𝑠/𝑚𝑛𝑡 7500
= = 125𝑡𝑡𝑠/𝑚𝑛𝑡
60 60

Makrodip :
125𝑚𝑙 × 15𝑡𝑡𝑠/𝑚𝑛𝑡
= 31 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 32 𝑡𝑡𝑠/𝑚𝑛𝑡
60𝑚𝑛𝑡

8. Hitung kecepatan aliran dengan menghitung jumlah


tetesan didalam bilik tetesan selama satu menit dengan
menggunakan jam tangan dan kemudin atur kelm

70
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

pengeser untuk meningkatkan atau menutunkan kecepatan


infus. Ulangi sampai kecepatan aliran akurat.

Komplikasi terapi intravena

Komplikasi utama terapi intravena ialah infiltrasi,


flebitis, beban cairan berlebih, perdarahan, dan infeksi

Infiltrasi

Terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan


di sekeliling tempat pungsi vena. Hal ini dimanifestasikan
dalam bentuk pembengkakan (akibat peningkatan cairan
dijaringan). Dan palor (akibat sirkulasi yang menurun)
disekitar tempat pungsi vena. Carian dapat tetap mengalir
melalui selang IV dengan penuruan kecepatan atau mungkin
berhenti sama sekali. Nyeri juga dapat timbul biasnya akibat
edema dan peningkatan jumlah proporsi jumlah infiltrasi.

Apabila terjadi infiltrasi, infus harus dihentikan dan


jika perlu jarum harus di insersi kembali ketempat yang lain.
Untuk mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh
infiltrasi, perawat meninggikan ekstrimitas kllien yang akan
meningkatkan darinase vena dan membantu mengurangi
edema dan bungkurs ekstrimitas di dalam handuk hangat
selama 20 menit yang akan meningkatkan sirkulasi dan
mengurangi nyeri serta edema.

Flebitis

Peradangan vena yang diesebabkan oleh kateter


atau iritasi kimiawi zat aditif dan obat-obatan yang diberikan
secara intravena. Tanda dan gejala meliputi nyeri,
peningkatan temperatur kulit diatas vena dan pada beberapa

71
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

kasus timbul kemerahan di tempat insersi atau di sepanjang


jalur vena. Pemberian IV harus di hentikan dan pasang
selang IV baru kedalam vena lain. Kompres hangat, lembab
dan panas pada tempat flebitis dapat meredakan rasa nyeri
klien. Flebitis berpotensial membahayakan karena bekuan
darah (tromboflebitis) dapat terjadi dan beberapa kasus dapat
menyebabkan pembentukan emboli.

Infeksi

Yang terkait dengan pemberian infus di sebabkan


oleh kontaminasi sistem IV , tempat pungsi vena atau
larutan itu sendiri. Manifestasi klinis infeksi ini meliputi
tromboflebitis purulen, selulitis, dan infeksi ditempat insersi
yang dapat dilihat dengan adanya eritema, pembengkakan
nyeri di tempat pungsi vena.

72
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

BAB VI

WATER SEAL DRAINAGE

A. Water Seal Drainage

Selang dada di insersi untuk mengeluarkan udara da


cairan dari ruang pleura, mencegah udara atau cairan supaya
tidak masuk ruang pleura dan membentuk kembali tekanan
yang normal pada intrapleura dan intrapulmonal.

Slang dada adalah sebuah kateter yang diinsersi


melalui thorak untuk mengeluarkan udara dan cairan. Selan
dada digunakan setelah pembedahan dada dan trauma dada
dan untuk pneumothoraks atau hemothoraks, yakni untuk
meningkatkan kembali pengembangan paru.
Pneumothoraks adalah pengumpulan udara atau gas
lain didalam ruang pleura. Gas menyebabkan paru menjadi
kolaps karena gas tersebut menghilangkan tekanan negatif
intrapleura dan suatu tekanan (counterpresure) yang
diberikan untuk melawan, yang kemudian tidak mampu
untuk mengembang.

Hemothoraks merupakan akumulasi darah dan cairan


di dalam rongga pleura diantara pleura parietal dan pleura
viseral, biasanya merupakan akibat truma. Hemothorak

73
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

menghasilkan tekanan (counterpreseure) dan mencegah paru


berekspansi penuh. Hemothorak juga disebabkan oleh ruptur
pembuluh darah kecil akibat proses inflamasi, seperti
pneumonia atau tuberkulosis.

1. Jenis Sistem Drainage


a) Sistem Water Seal Botol Tunggal

Ujung selang drainase dari dada pasien


dicelupkan dalam air, yang memungkinkan
drainase udara dan cairan untuk dari ruang pleural
tetapi tidak menungkinkan udara untuk mengalir
lagi kedalam rongga dada. Secara fungsional,
drainase tergantung pada gravitasi dan pada
mekanis pernafasan. Sistem botol tunggal
merupakan sistem drainage yang paling sederhana
karena botol tunggal berfungsi sebagai
pengumpul dan segel air. Selama pernafasan
normal, cairan harus naik seiring inspirasi dan
turun seiring ekspirasi.

b) Sistem Water Seal dua Botol

Sistem dua botol terdiri atas bilik water seal


yang sama ditambah dengan botol pengumpul
bilik cairan. Drainase mirip dengan unit tunggal,
kecuali bahwa ketika cairan pleura terkumpul,
sistem seal dibawah air tidak terpengaruh oleh

74
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

volume drainage. Sistem dua botol


memnungkinkan cairan mengalir kedalam botol
pengumpul dan udara mengalir kedalam botol
segel air. Fluktuasi dalam selang segel air masih
diantisipasi. Sistem dua botol memungkinkan
pengukuran drainase dada yang lebih akurat dan
digunakan saat jumlah drainage yang diharapkan
lebih banyak.

c) Sistem Water Seal Tiga Botol

Sistem tiga botol adalah serupa dalam


semua aspek dengan sistem 2 botol, kecuali untuk
tambahan botol ketiga untuk mengontrol jumlah
isapan yang diberikan. Jumlah isapan ditentukan
oleh kedalaman sampai mana ujung tabung kaca
vent dicelupkan.( sebagai contoh pencelelupan
sampai 10 cm dibawah permukaan air akan sama
dengan 10 cm isapan air yang diterapkan pada
pasien).

Pada sistem tiga botol (seperti juga pada sistem 2 botol


lainnya) drainase tergantung pada gravitasi atau pada jumlah
isapan yang diberikan. Botol ketiga mengatur jumlah vakum
dalam sistem. Hal ini tergantung pada kedalaman sampai mana
selang dicelupkan, kedalaman yang lazim adalah 20 cm.

75
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Prosedur Perawatan Water Seal Drainage

No Tahap Kerja Perawatan Water Seal Drainage (WSD)


1 Pra interaksi 1. Cek catatan kesehatan klien
2. Siap alat
a. Sistem drainase/botol dengan
cairan steril/saline
b. 2 klem padded kelly
c. Plester
d. 1 set perwatan luka
e. Sarung tangan disposibel
f. Gunting plester
g. Suction (jika diperlukan)
h. Tensimeter, termometer, stetoskop

2 Orientasi 1. Ucapkan salam


2. Perkenalkan diri pada pasien
3. Tanyakan nama pasien dan panggilan
kesukaan
4. Jelaskan tujuan dilakukan perawatan
WSD
5. Jelaskan prosedur kerja perawatan WSD
6. Beri klien kesempatan untuk bertanya
7. Beri penjelasan tentang privasi klien dan
jaga privasi
3 Kerja 1. Cuci tangan
2. Kaji klien untuk melihat distres
pernafasan dan nyeri dada , bunyi nafas
diatas daerah paru yang terkena dan
tanda tanda vital stabil
3. Obeservasi adanya distres pernafasan
4. Observasi
a. Pembalut selang dada (ganti
balutan jika diperlukan, dengan
set rawat luka)
b. Selang, lihat adanya lekukan,
lekukan yang menggantung atau
bekuan darah.

76
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

c. Sistem drainase dada, yang


seharusnya tegak dan berada di
bawah dan dibawah insersi
selang
d. Segel air untuk melihat fluktuasi
inspirasi dan ekspirasi klien
e. Gelembung udara di botol air
bersegel atau diruang.
f. Tipe dan jumlah drainase cairan
: perawat harus mencatat warna
dan jumlah drainase, tanda-
tanda vital klien dan warna kulit.
g. Kurang dari 50-200 ml/jam pada
selang dada mendiastinal
(johanson dkk,1988) kira-kira
500 dalam 24 jam pertama,
seluruh drainase akan berupa
darah selama beberapa jam
pertama setelah pembedahan
dan kemudian berubah menjadi
serosa.
h. Pastikan botol dengan air steril
atau cairan saline selalu berada
di samping tempat tidur setiap
waktu
5. Posisikan klien
a. Posisi semifowler sampai posisi
fowler tinggi untuk
mengeluarkan udara
(pneumothoraks)
b. Posisi fowler untuk
mengeluarkan cairan
(hemothoraks)
6. Mengganti balutan dada pada
selang dada, lakukan seperti
prosedur rawat luka. Pertahankan
posisi selang dada tidak berubah
posisi, jangan mendorong selang
dada.

77
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

7. Mengganti system drainage


a. Siapkan : 2 pasang klem kelly,
sistem drainase baru, botol
dengan air steril.
b. Klem selang dada 1,5”-2,5” dari
tempat insersi di dada dan 1”
dari klem pertama.
c. Siapkan sistem drainage yang
baru. Gunakan sarung tangan.
d. Lepaskan suction dari sistem
drainage. Lepaskan sambungan
plester atau gunting sambungan
plester antara system drainase
dengan selang dada. Putar
sedikit dan lepaskan sistem
drainase. Jangan mendorong
pada selang dada.
e. Jaga kesterilan unjung dari
selang dada, sambungkan
sistem drainage baru pada
selang dada. Sambungkan
kembali suction jika di
indikasikan atau diorderkan.
Plester pada selang sambungan
antar selang dada dengan
selang sistem drainage baru,
lepaskan klem.
f. Pertahankan hubungan slang
antara dada dan slang drainase
utuh dan menyatu.
1) Lubang segel air harus
tanpa oklusi
2) Lubang ruang pengontrol
pengisapan harus tanpa
oklusi saat menggunakan
pengisap
8. Sesuaikan selang supaya
menggantung pada garis lurus dari

78
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

puncak matras sampai ruang


drainase.
9. Ukur dan catat jumlah cairan
drainage pada akhir shift dengan
menyertai waktu tanggal dan volume
cairan drainge, dan jumlahkan. Jika
system drainage penuh, ganti dengan
sistem drainase yang baru
10. Cuci tangan

4 Terminasi 1. Kaji keadan klien dan perasaaan klien


selama tindakan, beri reinforcement.
2. Kontrak waktu untuk tindakan
selanjutnya
3. Akhiri tindakan dan Salam
4. Dokumentasi (catat jumlah cairan
drainage pada akhir shift dengan
menyertai waktu tanggal dan volume
cairan drainge, dan jumlahkan,
kepatenan selang dada, drainase,
fluktuasi, tanda-tanda vital klien, dan
tingkat kenyamanan)

79
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

80
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

BAGIAN VII
SUCTION PADA OROPHARING, NASOPHARING

A. Suction pada Oropharing, Nasopharing

Pengertian
Oropharyngeal Nasopharyngeal suction adalah suatu
metode membersihkan sekret atau lendir dengan
menggunakan tekanan negative melalui selang penyedot
pada oropharyng atau nasopharyng atau pada selang
endotracheal atau traceal.

Tujuan :
1. Oral suction bertujuan untuk kebersihan dan
kenyamanan mulut/oral pasien atau untuk
membersihkan darah dan muntahan pada situasi
emergency.
2. Tracheal, endotraceal suction bertujuan untuk
membersihkan/menghilangkan sekret pada paru- paru
pada pasien yang tidak mampu batuk dan membersihkan
sekret secara efektif dan pada pasien tidak sadar atau
penuruanan tingkat kesadaran.
3. Untuk menjaga kepatenan jalan nafas dan untuk
menjaga keadekuatan pertukaran gas.
Indikasi
1. Pada pasien dengan operasi pada leher dan kepala.
2. Pada pasien dengan gangguan tingkat kesadaran.

81
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

3. Pada pasien yang kehilangan reflex menelan


4. Pada pasien yang tidak mampu membersihkan sekret
sendiri dan pada pasien yang terpasang alat bantu jalan
nafas (traceostomy dan endotracheal tube)

Prosedur Suction pada Oropharing, Nasopharing:


Tahapan Kerja Suction Pada Oropharing, Nasopharing

Pra Interaksi 1. Periksa catatan medis klien


2. Persipan alat :
a. Portabel suction unit dengan selang
b. Selang kateter Steril
c. Air steril atau saline
d. Sarung tangan steril
e. Handuk atau Tissu
f. Com steril
g. Kacamata/masker jika diperlukan
h. Bengkok

Orientasi 1. Ucapkan salam


2. Perkenalkan diri pada pasien
3. Tanyakan nama pasien dan panggilan
kesukaan
4. Jelaskan tujuan dilakukan suction
5. Jelaskan prosedur kerja suction
6. Beri klien kesempatan untuk bertanya
7. Beri penjelasan tentang privasi klien dan
jaga privasi
Kerja

Anamnesa 1. Cuci tangan


2. Auskultasi suara paru. Pasien yang
membutuhkan suction biasanya
mempunnyai suara nafas ronchi atau

82
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

terdengar terdapata lendir pada paru


parunya.
3. Periksa tingkat saturasi oksgiennya,
dimana biasanya menurun ketika
proses suctioning.
4. Periksa status pernafasnnya, pasien
kemungkinan bisa terjadi tachipnea
ketika aktivitas suction.
5. Periksa tanda distress pernafasan,
misalkan nafas dengan cuping hidung
dan retraksi dada

6. Pastikan poisi tempat tidur nyaman


untuk bekerja. Jika pasien sadar
posisikan semifowler. Jika pasien tidak
sadar posisikan lateral menghadap
anda.
7. Letakkan handuk diatas dada klien
8. Nyalakan suction dan sesuaikan
tekanan. Unit suction pada dinding
untuk dewasa dengan tekanan 100-120
mmHg dan pada unit suction portabel
15-20 cm Hg
9. Siapkan air steril atau saline
10. Untuk tangan yang dominan
memegang selang cateter pastikan
steril dan untuk tangan yang tidak
dominan gunakan prinsip bersih/tidak
steril.
11. Ambil selang cateter dengan tangan
terapasan sarung tangan steril. Dan
Sambungkan dengan selang suction
dengan menggunakan tangan dengan
sarung tangan tidak steril.
12. Masukkan selang cateter kedalam
carian salien untuk memberi
kelembapan dan check suction dengan
menutup valve.

83
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

13. Perkirakan jarak/panjang masuknya


selang cateter dengan mengukur jarak
telinga ke lubang hidung.
14. Masukkan selang dengan gentel dengan
kondisi valve dalam kondisi terbuka.
15. Lakukan suction dengan perlahan-lahan
dan tutup valve dengan jempol anda.
Rotasikan cateter jika ada tarikan
terhadap sekret. Tidak boleh melakukan
suction lebih dari 10 detik pada satu kali
suction.
16. Bersikan Cateter dengan cairan salin
17. Ulangi suction jika dibutuhkan dan
sesuai dengan toleransi pasien
18. Berikan interval 20-30 detik untuk
suction berikutnya. Ajarkan pasien
batuk effektif dan tarik nafas dalam
diantar waktu suction.
19. Lakukan suction pada oropharink
20. Jika telah selesai lepaskan cateter dan
sarung tangan, cuci tangan.
21. Auskultasi dada untuk memastikan
suaru paru dan keefektifan suction.
22. Tawarkan pada pasien untuk oral higyen
setelah suction.
Terminasi 1. Kaji keadan klien dan perasaaan klien
selama tindakan, beri reinforcement.
2. Kontrak waktu untuk tindakan
selanjutnya
3. Akhiri tindakan dan Salam
4. Dokumentasi (catat warna lendir,
bersihan jalan nafas, respon klien
setelah tindakan suction, saturasi
oksigen, suara nafas)

84
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

85
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

86
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

B. Prosedure Suction Pada Traceostomi

Tahapan Suctioning The Traceostomy


Kerja

Pra Interaksi 1. Kaji/analisa keadaan/kebutuhan klien


akan suction/verikasiorder
2. Siapkan Alat
o Suction portable atau dinding
o Steril selang cateter ukuran 12 F
sampai 16 F
o Com kecil steril
o Air steril atau salien
o Sarung tangan steril dan disposble
o Handuk atau waterproof pad
o Kaca mata dan masker
o Bagging resusitasi di hubungkan
dengan oksigen 100%

87
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Orientasi 1. Ucapkan salam


2. Perkenalkan diri pada pasien
3. Tanyakan nama pasien dan panggilan
kesukaan
4. Jelaskan tujuan dilakukan suction
5. Jelaskan prosedur kerja suction
6. Beri klien kesempatan untuk bertanya
7. Beri penjelasan tentang privasi klien dan
jaga privasi

Kerja 1. Cuci tangan


2. Auskultasi suara paru. Pasien yang
membutuhkan suction biasanya
mempunnYai suara nafas ronchi atau
terdengar terdapata lendir pada paru
parunya.
3. Periksa tingkat saturasi oksgiennya,
dimana biasanya menurun ketika proses
suctioning.
4. Periksa status pernafasnnya, pasien
kemungkinan bisa terjadi tachipnea ketika
aktivitas suction.
5. Periksa tanda distress pernafasan,
misalkan nafas dengan cuping hidung dan
retraksi dada
6. Posisikan pasien semifowler atau fowler
jika kondisi klien sadar. Jika pasien tidak
sadar posisikan lateral menghadap Anda.
7. Letakkan handuk diatas dada klien dan
gunakan kacamata, masker jika di
perlukan (perawat)
8. Nyalakan suction dan sesuaikan tekanan.
Unit suction pada dinding untuk dewasa
dengan tekanan 100-120 mmHg dan pada
unit suction portabel 15-20 cm Hg.

88
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

9. Buka set alat untuk persiapan suction


10. Buka selang cateter steril.
11. Isi Com steril dengan air steril/saline.
12. Hiperoksigenasi pasien dengan
menggunakan manual resusitasi bagging.
13. Gunakan sarung tangan steril
14. Untuk tangan steril yang dominan
memegang selang cateter pastikan steril
dan untuk tangan yang tidak dominan
gunakan prinsip bersih/tidak steril.
15. Ambil selang cateter dengan tangan
terapasang sarung tangan steril. Dan
Sambungkan dengan selang suction
dengan menggunakan tangan dengan
sarung tangan tidak steril.
16. Pegang selang dengan menggunakan
tangan steril, masukkan selang cateter
kedalam carian salien untuk memberi
kelembapan dan check suction dengan
menutup valve.
17. Lepaskan oksigen jika pasien masih
terpasang oksigen dengan tangan dengan
sarung tangan tidak steril.
18. Masukkan selang kateter dengan tangan
steril dengan gentle dan cepat kedalam
trachea dengan kedalaman selang kateter
10- 12,5 cm atau sampai klien terdapat
respon batuk. Jangan menutup valve
ketika memasukan selang kateter.
19. Masukkan selang dengan gentel dengan
kondisi selang valve dalam kondisi
terbuka.
20. Lakukan suction dengan perlahan-lahan
dan tutup valve dengan jempol anda.
Rotasikan cateter jika ada tarikan terhadap
sekret. Tidak boleh melakukan suction
lebih dari 10 detik pada satu kali suction.

89
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

21. Hiperventilasi klien 3-5 kali dan ajarkan


teknik nafas dalam diantara proses
suction.
22. Bersikan Cateter dengan cairan salin
23. Ulangi suction jika dibutuhkan dan sesuai
dengan toleransi pasien
24. Berikan interval 1 menit untuk suction
berikutnya dan berikan oksigen kembali.
Ajarkan pasien dan tarik nafas dalam
diantara waktu suction. Jumlah batas
melakukan suction 3 kali.
25. Ketika prosedur suction telah selesai
matikan suction, lepaskan sambungan
cateter dengan suction portable dan sarung
tangan, selanjutnya cuci tangan.
26. Posisikan pasien kembali dengan nyaman.
Berikan oksigen kembali jika
diindikasikan. Auskultasi dada untuk
mengevaluasi suara nafas.
27. Tawarkan pada pasien untuk oral higyen
setelah suction.
28. Cuci tangan

Terminasi 1. Kaji keadan klien dan perasaaan klien


selama tindakan, beri reinforcement.
2. Kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
3. Akhiri tindakan dan Salam
4. Dokumentasi (catat warna lendir, bersihan
jalan nafas, respon klien setelah tindakan
suction, saturasi oksigen, suara nafas)
5. Dokumentasikan hasll sebelum dan
setelah prosedure suction, waktu, warna
sputum, status pernafasan klien dan
respon klien selama tindakan.

90
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

91
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

92
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

93
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

BAGIAN VIII
PERAWATAN TRAKEOSTOMY

A. TRACHEOSTOMY CARE

Trakeostomy adalah prosedur dimana dibuat lubang


kedalam trakea. Ketika selang indweling dimasukkan
kedalam trakea, maka istilah trakeostomi digunakan.
Trakeostomi dapat menetap atau permanen.
Trakeostomi dilakukan untuk memintas suatu
obstruksi jalan nafas, untuk membuang obstruksi
trakeobronkial, untuk memungkinkan penggunaan ventilasi
mekanis jangka panjang, untuk mencegah aspirasi sekresi
oral atau lambung pada pasien tidak sadar atau paralise
(dengan menutup trakea dari esofagus), dan untuk
mengganti selang endotrakeal.
Prosedur trakeostomi biasanya dilakukan di ruang
operasi atau di unit perawatan intensif, dimana ventilasi
pasien dapat dikontrol dengan baik dan teknik aseptik yang
optimal dapat dipertahankan. Suatu lubang dibuat pada
cincin trakea kedua dan ketiga. Setelah trakea terpajan,
selang trakeostomi balon dengan ukuran yang sesuai
dimasukkan. Cuff trakeostomi adalah perlekatan yang dapat
mengembang pada trakeostomi yang dirancang untuk
menyumbat rauang antara dinding trakea dan selang untuk
memungkinkan ventilasi mekanis yang efektif.

94
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Selang trakeostomi dipasang di tempatnya dengan


plester pengencang mengelilingi leher pasien. Biasnya kasa
segi empat steril diletakkan diantara selang dan kulit untuk
menyerap drainase dan mencegah infeksi kulit.
Tujuan perawatan trakeostomi adalah untuk menjaga
patensi jalan napas, mencegah kerusakan pada kulit di
sekitarnya site insersi, dan mencegah infeksi. Teknik steril
harus digunakan selama prosedur.
Sebuah selang trakeostomy digunakan untuk menjaga
patensi dari trakeostomi tersebut. Hal ini dapat terbuat dari
logam (untuk penggunaan jangka panjang) atau plastik
sekali pakai. Tabung dapat difiksasi (balon mengembang
untuk menjaga tabung/selang di tempat) atau uncuffed
(udara dibiarkan mengalir secara bebas di sekitar tabung).

Prosedur Perawatan Trakeostomi


Tahap Kerja PROSEDUR PERAWATAN TRAKEOSTOMI
Pra Interaksi 1. Kaji betuhan klien akan perawatan
trakeostomi,
▪ Kaji site insersi selang adanya
kemerahan dan lendir yang purulen,
jika ada mungkin terjadi infeksi.
▪ Kaji adanya nyeri, jika trakeostomi
baru perlu diberikan analgesik
sebelum melakukan perawatan
trakeostomi cek order dari dokter akan
perawatan trakeostomi.
▪ Kaji suara nafas klien dan tingkat
saturasi oksigen klien, suara nafas akan
sama di semua lobus apabila saturasi
oksigen > 93%.

95
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

▪ Periksa kondisi kulit dibelakang leher


akan adanya iritasi kulit.
2. Siapkan alat
a. Sarung tangan disposibel
b. Sarung tangan steril
c. Googles dan masker jika diperlukan
d. Bak instrumen steril
• Com steril ukuran sedang 2
• Pipet atau sikat pembersih steril
• Lidi kapas/cotton bud steril
• Gunting
e. Larutan pembersih steril
• Hidrogen peroksida
• Normal saline
f. Set Suction cateter dan sarung tangan
steril
g. Kasa steril ukuran 4x4
h. Tali pengikat trakeostomi
i. Gunting
j. Bengkok
k. Kantong plastik disposibel

Orientasi 1. Ucapkan salam


2. Perkenalkan diri pada pasien
3. Tanyakan nama pasien dan panggilan
kesukaan
4. Jelaskan tujuan dilakukan perawatan
tracheostomi
5. Jelaskan prosedur kerja perawatan
traceheostomi
6. Beri klien kesempatan untuk bertanya
7. Beri penjelasan tentang privasi klien dan
jaga privasi
Kerja 1. Lakukan cuci tangan
2. Lepaskan kasa yang terdapat pada sekitar
selang trakeostomy dan gunakan sarang
tangan untuk perllindungan ketika
melepaskan kasa.
3. Buka alat-alat yang diperlukan

96
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

a. Membersihkan sebuah inner cannula


nondisaposable
1) Siapkan alat sebelum
membersikan inner cannula
a) Buka bak instrumen
b) Keluarkan 2 com sedang
c) Isi com ukuran sedang
dengan larutan hidrogen
peroksida
d) Isi com ukuran sedang
dengan larutan normal salin
e) Siapkan sikat atau pipet
pembersih steril
2) Lepasakan sumber oksigen jika
klien terpasang oksigen
3) Rotasikan inner cannula untuk
melepaskan innercanula dengan
gerakan counter balik untuk
membukanya.
4) Dengan hati-hati lepasknan inner
cannull dan masukkan kedalam
kom yang berisi hidrogen
peroksida.
5) Membersihkan inner cannula
6) Lepasakan sarung tangan dan
gunakan sarung tangan steril.
7) Angkat inner cannula dari kom
berisi hidrogen peroksida.
Lembabkan sikat atau pipet
pembersih dengan normal saline,
masukkan kedalam selang inner
cannula dengan gerakan dorong
dan memutar.
8) Bilas inner cannula dengan
larutan normal salin
9) Tiriskan jaga kelembapan dan
letakkan diatas kassa steril

97
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

10) Lakukan suction pada outer


cannula jika diperlukan dengan
teknik steril
11) Masukkan inner cannula kedalam
outer cannula, kunci dan pastikan
telah aman.
12) Pasang kembali sumber oksigen
jika diperlukan
b. Memasang sebuah inner cannula
disaposable
Buka pengunci, lepaskan inner cannual
dan buang pada kantong platik.
Gunakan sarung tangan steril dan
masukkan kanula baru sesuai dengan
ukurannya. Kunci inner cannula dan
pastikan aman.
c. Mengganti kassa
1) Basahi lidi kapas atau cotton bur
steril kedalam cairan normal
saline dan bersihkan stoma
dibawah flaceplate. Gunakan lidi
kapas hanya sekali pakai.
2) Jika sekret sulit dihilangkan
gunakan hidrogen peroksida
encerkan dengan normal saline
0,5 dari kekuatan hidrogen
peroksida dan mulai bersihkan
pada area stoma, flaceplat, dan
outer inner cannula
3) Pasang kasa ukuran 4x4 dibawah
flaceplat
d. Memasang/mengganti pita pengikat
1) Jangan lepaskan pita pengikat
yang lama sampai pita pengikat
yang baru terpasang.
2) Potong ujung pita
3) Masukkan ujung pita kedalam
lubang tepi flacepate kanan dan
ikat dua kali.

98
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

4) Masukakan ujung pita yang lain


melingkar melalui belakang leher
dan masukkan ujung pita pada
lubang flaceplate sebelah kiri ikat
dua kali. Jaga ketegangan pita dan
kenyamanan leher pasien.
5) Kemudian lepaskan pita yang
lama dengan hati-hati. Pasang
oksigen kembali jika diperlukan.
4. Lepaskan sarung tangan dan lakukan cuci
tangan

Terminasi 1. Kaji keadan klien dan perasaaan klien


selama tindakan, beri reinforcement.
2. Kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
3. Akhiri tindakan dan Salam
4. Dokumentasi (catat warna lendir, bersihan
jalan nafas, respon klien setelah tindakan,
saturasi oksigen, suara nafas, kondisi
stoma, keadaan kulit leher)

99
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

100
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

101
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

BAGIAN IX

TERAPI OKSIGEN

A. Terapi Oksigen

Agar pemberian oksigen aman dan efektif diperlukan


pemahaman mengenai mekanisme hipoksia, indikasi, efek
terapi, dan jenis pemberian oksigen serta evaluasi
penggunaan oksigen tersebut.

Mekanisme Hipoksia

Pada saat istirahat rata-rata laki-laki dewasa


membutuhkan kira-kira 225-250 ml oksigen permenit dan
meningkat sampai 10 kali saat beraktivitas. Jaringan akan
mengalami hipoksia apabila aliran oksigen tidak adekuat
dalam memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan, hal
ini dapat terjado kira-kira 4-6 menit setelah ventilasi
spontan berhenti.

Pemeliharaan oksigenasi jaringan tergantung pada


3 sistem orgam yaitu sistem kardiovaskular, hematologi,
dan respirasi.

102
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

a. Gejala dan tanda Hipoksia Akut

Sistem Gejala dan Tanda-Tanda Hipoksia Akut

Respirasi Sesak Nafas, Sianosis

Kardiovaskuler Curah jantung meningkat, palpitasi,


takikardi, aritmia, hipotensi, angina,
vasodilatasi, syok

Sistem Saraf Sakit kepala, perilaku yang tidak sesuai,


bingung, eforia, delirium, edema papil,
koma.

Neuromuskular Lemah, tremor, hiperrefleks,


inkoordination

Metabolik Retensi cairan dan kalium, asidosis laktat

Untuk mengukur hipoksia dapat digunakan alat


oksimetri (pulse Oksimetry) dan analisis gas darah. Bila
nilai saturasi kurang dari 90 % diperkirakan hipoksia dan
membutuhkan oksigen.

b. Manfaat terapi oksigen


1. Mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan
meminimalkan asidosis respiratorik.
2. Terapi oksigen pada pasien PPOK dengan
konsentrasi oksigen yang tepat dapat mengurangi

103
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

sesak nafas saat beraktivitas, dapat meningkatkan


kemampuan beraktivitas dan dapat memperbaiki
kualitas hidup.
3. Memperbaiki hemodinamik paru, kapasistas
latihan, kor pulmonal, menurunkan cardiac
output, meningkatkan fungsi jantung,
memperbaiki neuropsikiatrik, mengurangi
hipertensi pulmonal, memperbaiki metabolisme
otot dan diperkirakan dapat memperbaiki
impotensi

c. Indikasi terapi oksigen

Dalam pemberian oksigen harus dipertimbangkan


apaka pasien benar-benar membutuhkan oksigen,
apakah dibutuhkan terapi oksigen jangka pendek
(short term oxygen therapy) atau terapi oksigen jangka
panjang.

1) Terapi Oksigen Jangka Pendek

Terapi oksigen jangka pendek merupakan


terapi yang dibutuhkan pada pasien-pasien dengan
keadaan hipoksemia akut diantaranya pneumonia,
PPOK dengan ekserbasi akut, asam bronkial,
gangguan kardiovaskular, emboli paru. Pada
keadaan tersebut, oksigen harus segera diberikan

104
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

dengan adekuat, pemberian oksigen yang tidak


adekuat akan menimbulkan kecacatan dan
kematian. Untuk pedoman indikasi terapi oksigen
jangka pendek telah ada rekomendasi dari the
american college of chest physicians dan the
national heart, lung and blood institude.

Indikasi Terapi Oksigen Akut Jangka Pendek

Indikasi yang sudah direkomendasi:

▪ Hipoksia Akut (PaO2 < 60 mmHg, SaO2 <90%)


▪ Henti jantung dan henti nafas
▪ Hipotensi (tekanan darah sistolik 100 mmhg)
▪ Curah jantung yang rendah dan asidosis
metabolik (bikarbonat <18 mmol/L)
▪ Respiratory distress (frekuensi pernafasan
>24/min)
Indikasi yang masih dipertanyakan

▪ Infark Miokard tanpa komplikasi


▪ Sesak nafas tanpa hipoksemia
▪ Krisis sel sabit
▪ Angina

105
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

2) Terapi Oksigen Jangka Panjang

Banyak pasien dengan hipoksemia


membutuhkan terapi oksigen jangka panjang.
Pasien dengan PPOK merupakan kelompok yang
paling banyak menggunakan terapi oksigen
jangka panjang. Studi awal pada pasien PPOK
memperlihatkan bahwa pemberian oksigen secara
kontinyu selama 4-8 minggu menurunkan
hematokrit, memperbaiki toleransi latihan, dan
menurunkan tekanan vaskular pulmoner.

Indikasi Terapi Oksigen Jangka Panjang

Pemberian oksigen secara kontinyu

▪ PaO2 istirahat ≤ 55 mmHg atau saturasi


oksigen ≤88%
▪ PaO2 istirahat 56-59 mmHg atau saturasi
oksigen 89% pada salah satu keadaan :
▪ Edema yang disebabkan oleh CHF
▪ P pulmonal pada pemeriksaan EKG
(gelombang P>3mm pada lead II, III, aVF)
▪ Eritrosemia (Hematokrit >56%)
▪ PaO2 >59 mmHG atau saturasi >89%
Pemberian oksigen tidak kontinyu

106
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

▪ Selama latihan : PaO2 ≤55 mmHg atau


saturasi oksigen ≤ 88%
▪ Selama tidur : PaO2 ≤ 55 mmHg atau
saturasi oksigen ≤88% dengan komplikasi
seperti hipertensi pulmoner, somnolen da
aritmia

Indikasi terapi oksigen jangka panjang pada


pasien PPOK

Indikasi Pencapaian terapi

PaO2 ≤ 55mmHg or PaO2 60 ≥ mmHg atau


SaO2 ≤ 88% SaO2 ≥ 90 %, dosis
oksigen sebaiknya
disesuaikan saat tidur
dan latihan

Pasien dangan kor PaO2 60 ≥ mmHg atau


pulmonal SaO2 ≥ 90 %,

PaO2 33-59 mmHg Dosis oksigen


atau SaO2 ≥ 89 % sebaiknya disesuaikan
saat tidur dan latihan

Adanya P pulmonal
pada EKG,
hematokrit > 55%

107
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

dan gagal jantung


kongestif

Indikasi khusus Dosis oksigen


Nocturnal sebaiknya disesuaikan
Hypoxemia saat tidur dan latihan

Tidak ada Dosis oksigen


hipoksemia saat sebaiknya disesuaikan
istirahat, tetapi saat tidur dan latihan
saturasi menurun
selama latihan atau
tidur

d. Kontraindikasi

1. Suplemen oksigen tidak direkomendasikan pada :


2. Pasien dengan keterbatasan jalan nafas yang berat
dengan keluhan utama dispnea, tetapi dengan PaO2
lebih atau sama dengan 60 mmHg dan tidak
mempunyai hipoksia kronik.
3. Pasien yang meneruskan merokok karena
kemungkinan prognosis yang buruk dan dapat
meningkatkan resiko kebakaran
4. Pasien yang tidak bisa menerima terapi adekuat.

108
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

e. Teknik pemberian oksigen

Cara pemberian oksigen dibagi 2 jenis yaitu


sistem arus rendah dan sistem arus tinggi, keduanya
masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian.

1. Sistem arus rendah

Alat oksigen arus rendah diantaranya kanul


nasal, topeng oksigen, reservois mask, kateter
trantraceal, dan simple mask.

Kateter nasal dan kanul nasal merupakan alat


dengan sistem arus rendah yang di gunakan secara
luas. Kanul nasal arus rendah menghasilkan
oksigen ke nasofaring dengan aliran 1-6 liter/m,
dengan FiO2 antara 0,24-0,44 (24%-44%). Aliran
yang lebih tinggi tidak meningkatkan FiO2 secara
bermakna diatas 44% dan dapat menyebabkan
mukosa membran menjadi kering.

Keuntungan dan kerugian dari masing-masing


system :
a) Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat
memberikan O2 secara kontinu dengan aliran 1
– 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.

109
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Keuntungan
Pemberian O2 stabil, klien bebas
bergerak, makan dan berbicara, murah dan
nyaman serta dapat juga dipakai sebagai
kateter penghisap.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2
yang lebih dari 45%, tehnik memasuk kateter
nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat
terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi
selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih
dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus
dan mengeringkan mukosa hidung, kateter
mudah tersumbat.

b) Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang
dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran 1
– 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan
kateter nasal.
Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal
dan laju pernafasan teratur, mudah
memasukkan kanul disbanding kateter, klien
bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah
ditolerir klien dan nyaman.

110
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2
lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien
bernafas lewat mulut, mudah lepas karena
kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput
lendir.

c) Sungkup muka sederhana


Merupakan alat pemberian O2 kontinu
atau selang seling 5 – 8 L/mnt dengan
konsentrasi O2 40 – 60%.
Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan lebih
tinggi dari kateter atau kanula nasal, system
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui
pemilihan sungkup berlobang besar, dapat
digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2
kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah.

111
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

d) Sungkup muka dengan kantong rebreathing :


Suatu tehinik pemberian O2 dengan
konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran
8 – 12 L/mnt
Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari
sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan
selaput lendir
Kerugian
Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi
rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2
bisa terlipat.

e) Sungkup muka dengan kantong non


rebreathing
Merupakan tehinik pemberian O2
dengan Konsentrasi O2 mencapai 99% dengan
aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi
tidak bercampur dengan udara ekspirasi
Keuntungan :
Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat
mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput
lendir.

112
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Kerugian
Kantong O2 bisa terlipat.

2. Sistem Arus Tinggi

Alat oksigen arus tinggi diantaranya venturi


mask dan reservoir nebulizer blender. Alat venturi
mask menggunakan prinsip jet mixing (efek
bernoulli). Jet mixing masks, mask dengan arus
tinggi bermanfaat untuk mengirimkan secara akurat
oksigen rendah (24-35%). Pada pasien PPOK dan
gagal nafas tipe II, bernafas dengan mask ini
mengurangi risiko retensi CO2, dan memperbaiki
hipoksemia. Alat tersebut terasa lebih nyaman
dipakai dan masalah rebreathing diatasi melalui
proses pendorongan dengan arus tinggi tersebut.
Sistem arus tinggi ini dapat mengirimkan
sampai 40L/mnt oksigen melalui mask, yang
umumnya cukup untuk total kebutuhan respirasi.
Dengan penggunaan mask ini tidak mempengaruhi
FiO2.
Dua indikasi klinis untuk penggunaan
oksigen dengan arus tinggi adalah pasien dengan
hipoksia yang memerlukan pengendalian FiO2 dan
pasien hipoksia dengan ventilasi abnormal.

113
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

f. Fraksi Oksigen Pada Inspirasi Dengan Alat


Oksigen Arus Rendah Dan Arus Tinggi

Aliran O2 100% FiO2 (%)


Sistem Aliran Rendah
Kanul nasal
1L/m 24
2L/m 28
3L/m 32
4L/m 36
5L/m 40
6L/m 44

Transtrakel
0,5-4L/m 24-40

Mask Oksigen
5-6L/m 40
6-7L/m 50
7-8L/m 60

Mask dengan kantong reservoir


6L/m 60
7L/m 70
8L/m 80
9L/m 90
10L/m >99

114
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Nonrebreathing
4-10L/m 60-100
Sistem Aliran Tinggi
Venturi mask
3L/m 24
6L/m 28
9L/m 40
12L/m 40
15L/m 50

Prosedur Memasang Nasal Kanula Dan Masker Oksigen


Tahap Kerja Memasang Nasal Kanula Dan Masker Oksigen
Pra Interaksi 1. Inspeksi tanda dan gejala pada klien yang
berhubungan dengan hipoksia dan adanya
sekresi pada jalan nafas.
2. Siapkan peralatan yang dibutuhkan
a. Kanula nasal
b. Masker oksigen/ masker sederhana
c. Selang oksigen
d. Alat pelembab (humidifier)
e. Air steril hasil penyaringan
f. Stetoskop
g. Sumber oksigen degan alat pengukur
aliran flowmeter

Orientasi 1. Ucapkan salam


2. Perkenalkan diri pada pasien
3. Tanyakan nama pasien dan panggilan
kesukaan
4. Jelaskan tujuan dilakukan terapi oksigen

115
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

5. Jelaskan prosedur kerja pemberian terapi


oksigen
6. Beri klien kesempatan untuk bertanya
Beri penjelasan tentang privasi klien dan jaga
privasi
Kerja 1. Cuci tangan
2. Memasang kanula nasal
a. Pasang nasal kanula dan selang oksigen
dan hubungkan dengan oksigen yang
dilembabkan dan diatur seseuai dengan
kecepatan aliran yang diprogramkan.
b. Letakkan ujung kanula kedalam lubang
hidung dan pastikan benar-benar pas
menempati hidung dan nyaman bagi
klien.
c. Kaitkan selang oksigen dibelakang
kedua telinga dan atur kekencangan,
kenyamanan pada klien.
d. Ajarkan kepada klien untuk bernafas
melalui hidung dengan mulut tertutup.
e. Kaji respon klien terhadap terapi
oksigen yang telah diberikan.
f. Lepas dan bersihkan kanula nasal
kurang lebih setiap 8 jam atau sesuai
dengan rekomendasi tiap institusi
3. Memasang masker oksigen
a. Pasang masker oksigen ke selang
oksigen dan hubungkan dengan oksigen
yang dilembabkan dan diatur seseuai
dengan kecepatan aliran yang
diprogramkan. Untuk masker dengan
sebuah reservoir, isi kantong dengan
oksigen sebelum masker di pasang ke
hidung dan mulut pasien.
b. Posisikan masker oksigen pada mulut
dan hidung pasien. Fikasasi dengan
karet yang ada pada masker kebelakang
kepala klien.

116
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

c. Lepas masker dan keringkan kulit setiap


2-3 jam jika pemberian oksigen secara
kontinyu. Jangan menggunakan bedak
sekitar masker.
d. Kaji dan catat respon klien terhadap
terapy oksigen
4. Lakukan cuci tangan
Terminasi 1. Kaji keadan klien dan perasaaan klien selama
tindakan, beri reinforcement.
2. Kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
3. Akhiri tindakan dan Salam
4. Dokumentasikan hasil proses pelaksanaan
prosedur, jumlah oksigen yang diberikan,
frekuensi nafas klien, saturasi oksigen dan
suara nafas.

117
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

BAGIAN X
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN
RADIOLOGI

A. FOTO TORAKS

Foto thorax adalah foto X-ray pada thorax yang


dibuat untuk membantu melihat kelainan-kelainan yang ada
pada rongga thorax. Pemeriksaan radiologi toraks
merupakan upaya pengkajian klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular dan respirasi. Pengenalan kelainan yang
penting pada foto thoraks sangat bermanfaat bagi perawat
terutama dalam menghadapi keadaan akut sehingga perawat
mampu untuk memberikan intervensi yang benar maupun
tindakan yang tepat. Sarana radiologis adalah semua alat
yang menggunakan sinar-X atau pengion lainnya sebagai
sarana diagnostik, misalnya pesawat sinar-X dan isotop.

Tujuan
Tujuan pemeriksan foto toraks :
1. Menilai adanya kelainan jantung, misalnya : kelainan
letak jantung, pembesaran atrium atau ventrikel,
pelebaran dan penyempitan aorta.
2. Menilai kelainan paru, misalnya edema paru, emfisema
paru, tuberkulosis paru.
3. Menilai adanya perubahan pada struktur ekstrakardiak.
a. Gangguan pada dinding toraks
• Fraktur iga
• Fraktur sternum
b. Gangguan rongga pleura
• Pneumotoraks
• Hematotoraks
• Efusi pleura
c. Gangguan pada diafragma

118
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

• Paralisis saraf frenikus


d. Menilai letak alat-alat yang dimasukkan ke dalam
organ di rongga toraks misalnya: EET, CVP, NGT,
dan lain-lain.

Macam Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Tanpa Kontras
Pemeriksaan ini dipakai rutin dan sebagai pendahuluan
yakni pembuatan radiografi thoraks dengan proyeksi
Postero-Anterior (PA), Antero-Posterior (AP), dan
lateral. Pemeriksaan lainnya yaitu pembuatan radilologi
thoraks proyeksi oblique kanan dan kiri, dengan
esofagus diisi barium, dan pemeriksaan tembus
(fluoroskopi). Pemeriksaan tembus berguna untuk
menilai pulsasi jantung dan gerakan diafragma.
Pemeriksaan ini harus dibatasi penggunaannya karena
besarnya radiasi yang dipancarkan.
2. Pemeriksaan Dengan Kontras
Kontras dimasukkan melalui pembuluh darah ke dalam
jantung diikuti pembuatan serial radiografi.
Pemeriksaan ini berguna untuk melihat kelainan-
kelainan yang terdapat dalam jantung seperti : dinding
jantung sebelah dalam, katub jantung dan pembuluh
darah besar, serta gambaran sirkulasi jantung paru.
Pemeriksaan ini juga berguna untuk memberikan
informasi keadaan jantung dan pembuluh darah sebelum
dilakukan pembedahan.

INTERPRETASI DASAR FOTO


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
interprestasi foto thoraks yaitu:
1. Identitas: nama, nomor RM, tangal dan jam pembuatan
foto, tindakan selanjutnya

119
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

2. Ketajaman sinar, apabila terlalu radiopaque (terlalu


terang) atau terlalu gelap (radiolusen), maka foto harus
diulang karena akan terjadi salah interprestasi
Pengambilan foto yang baik:
a. Bagian anterior terlihat sampai dengan iga 6-8
b. Bagian posterior terlihat sampai dengan iga 8-10

Efek eksposure yang bervariasi terhadap kualitas gambar

3. Dalam membaca foto rontgen, hal pertama yang perlu


diperhatikan adalah densitas atau derajat tebalnya
bayangan hitam pada film.
DENSITAS: adalah derajat ketebalan bayangan hitam
pada film atau daya absorpsi terhadap sinar. Para radiolog
menggolongkan adanya empat densitas yaitu: gas atau
udara, air, lemak dan logam.
Gas adalah substansi yang densitasnya paling
rendah dan karena itu paling sedikit menyerap sinar.
Dengan demikian struktur yang berisi udara seperti paru
tampak sebagai bagian yang paling hitam (radio lusen).
Benda cair dan padat: bayangan putih (radio-opaque)
daya absorpsi sinar tinggi
Densitas air tampak bersama jaringan lunak, otot,
dan darah. Jantung akan tampak sebagai densitas air yang

120
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

lebih terang dari densitas gas. Yang lebih terang tampak


dalam foto adalah densitas lemak, dan yang paling terang
tampak dalam foto adalah logam. Yang akan tampak pada
struktur tulang: adalah tulang rusuk, karena tulang rusuk
paling menyerap banyak sinar x.

Gambar 1. Derajat Densitas yang muncul di Film


Derajat Densitas
GAS AIR LEMAK LOGAM
• Paru • Jantung • Tampak • Tulang
• Trakea • Otot bercak rusuk
• Bronki • Darah lemak di • Skapula
• Alveoli • Aorta daerah • Klavikula
• Diafragma hilar • Tulang
• Pembuluh • kurang belakang
darah putih drpd
logam

121
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Sebuah foto torak biasanya diambil pada saat inspirasi.


Foto yang diambil saat ekspirasi akan tampak kabur,
sedangkan bayangan jantung akan tampak lebih besar dan
ini akan menyebabkan intrepretasi yang salah.

4. Proyeksi foto thoraks


Macam –macam proyeksi foto toraks
a. Anterior-Posterior
Pengambilan foto ini yang paling sering dilakukan pada
pasien gawat, misalnya di ruang rawat darurat atau rawat
intensif. Biasanya hasil foto ”portable” akan sedikit lebih
buruk dibanding foto yang diambil di radiologi. Pada foto
dapat dilihat tulang rusuk melandai ke bawah, jantung
akan lebih besar dan semakin membesar apabila jarak
fokus terhadap pasien lebih dekat. Skapula tampak di atas

122
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

daerah paru. Cara mengambil pasien berbaring dengan


film diletakkan di punggung pasien dan kamera berada
kira-kira 1,5 meter di depan pasien. Akan lebih baik jika
psien ditidurkan dalam posisi 450 dan pemotretan
dilakukan saat inspirasi.

b. Posterior-Anterior
Posisi pengambilan ini biasanya dilakukan di bagian
radilogi. Skapula tidak akan menutupi daerah paru. Besar
jantung dapat diperkirakan dengan lebih mudah. Tulang
rusuk anterior tidak tampak jelas, sedang rusuk di bagian
belakang semuanya menuju ke arah tulang punggung.
Pada posisi ini kamera berada di belakang pasien.

123
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

c. Posisi Berbaring (Supine)


Hal ini perlu dikakukan apabila pasien tidak dapat duduk.
Pasien akan lebih sulit menarik nafas dalam, sehingga
diafragma akan lebih tinggi. Jika ada cairan di paru atau
di rongga pleura, maka hal ini tidak begitu jelas terlihat
karena cairan cenderung hanya melapisi permukaan
posterior paru.

d. Posisi Lateral
Pengambilan posisi lateral tergantung atas indikasi
apakah lateral kiri atau lateral kanan. Posisi ini dipakai
pada pemeriksaan angiografi (untuk melihat kebocoran
septum jantung, aneurisma aorta dan sebagainya).

124
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Kriteria gambaran posisi lateral:

• Tampak gambaran thorax proyeksi lateral


• Bagian Anterior mencakup gambaran sternum
• Bagian Posterior mencakup Col.Vert. Thoracalis
• Batas atas apex paru
• Batas bawah sinus coctoprhenicus dan paru posterior
• Gambaran iga-iga kiri dan kanan superposisi
• Gambaran bahu tidak menutupi apex paru

LAPANGAN PARU
Paru yang normal merupakan densitas udara sehingga
kelihatan hitam dan densitas air (pembuluh darah) yng
kelihatan lebih terang. Apek paru kelihatan lebih halus dan
bagian basal kelihatan lebih prominent. Vaskuler paru akan
tampak ada peningkatan pada kegagalan ventrikel kiri. Hilus
merupakan daerah pertemuan bronchus utama dengan
pembuluh darah pulmonal. Akan tampak terang karena
merupakan densitas air. Hilus kiri 1-2 cm lebih tinggi dari
hilus kanan diafragma kanan akan tampak lebih tinggi dari
diafragma kiri karena terdorong oleh hati. Sudut
costofrenikus adalah sudut antara kosta/ paru dengan
diafragma. Derajat obliterasi pada sudut ini terlihat nyata, di
daerah ini akan terkumpul cairan pleura. Sudut
cardiofrenikus adalah sudut antara jantung dan diafragma.

125
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Gambaran normal rontgen


thoraks secara frontal:

1. trachea
2. apek paru kanan
3. clavicula
4. carina
5. bronkus utama kanan
6. arteri pulmonalis kanan
7. atrium kanan
8. sinus cardiofrenik kanan
9. udara dalam gaster
10. sinus costophrenicus kiri
11. ventrikel kiri
12. aorta thoraxalis descendent
13. arteri pulmonalis kiri
14. hilus kiri
15. vena pulmonalis kiri
16. arkus aorta
Gambaran foto pada saat inspirasi dan ekspirasi terdapat
perbedaan. Sebaiknya foto thorak diambil pada saat inspirasi
karena lebih jelas dan valid untuk dinilai.

Gambar saat inspirasi Gambar saat ekspirasi

126
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Inspirasi :
- Paru-paru terlihat lebih tinggi
- Arteri pulmonari terlihat runcing dan tegas
Ekspirasi :
- Paru-paru terlihat lebih pendek
- Arteri pulmonari terlihat penuh sesak
Inspirasi yang kurang atau jika foto diambil saat ekspirasi akan
menimbulkan hasil:
- Terlihat kardiomegali
- Terlihat ketidaknormalan hilar
- Terlihat ketidaknormalan kontur mediatinal
- Parenkim paru terlihat meningkat densitasnya: ”white lung”

Untuk mengetahui apakah seseorang


bernapas dengan adekuat atau tidak,
dapat dilihat dari pengembangan paru-
parunya. Jika dilihat dari arah
posterior, maka pengembangan paru
yang baik dapat mencapai 6 tulang iga,
sedangkan dari arah posterior dapat
mencapai 10 tulang iga. Jika kurang
dari itu, maka dikatakan bahwa usaha
nafas pasien kurang, jika lebih maka
dikatakan hiperekspansi paru-paru.

JANTUNG
Merupakan densitas air, tampak cukup padat
Struktur jantung dapat dibedakan dari tepinya/ perbatasan
dengan paru
Besar jantung dapat dinilai dengan mengukur diameter
transfersal jantung dan membandingkan dengan diameter
transfersal rongga thoraks (cardio thoracic ratio/ CTR).

127
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Cara mengukur CTR :

Nilai CTR :

A/B

Nilai normal jika CTR


kurang atau sama dengan
0,56.

Dikatakan Kardiomegali
jika CTR lebih dari 0,56.

Cara pengukuran lainnya adalah sebagai berikut:


Ditarik garis M yang berjalan di tengah-tengah kolumna
vertebralis torakalis. Garis A adalah jarak antara M dengan batas
jantung sisi kanan yang terjauh. Garis B adalah jarak antara M
dengan batas kiri jantung yang terjauh. Garis transversal C ditarik
dari dinding toraks sisi kanan ke dinding toraks sisi kiri. Garis ini
melalui sinus kardiofrenikus kanan. Bila sinus-sinus
kardiofrenikus ini tidak sama tingginya, maka garis C ditarik
melalui pertengahan antara kedua sinus itu.
Cara lain yaitu: menarik garis C ini dari sinus kardiofrenikus
kanan ke sinus kardiofrenikus kiri. Perbedaan pengukuran ini
tidak terlalu besar sehingga dapat dipakai semuanya.

Rasio kardio-toraks = a + b x 100%


c

Pada orang dewasa dengan bentuk tubuh yang normal, rasio


kardio-toraks berkisar 45-50%. Faktor-faktor lain yang perlu
dipertimbangkan pada pengukuran ini adalah: orang gemuk dan

128
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

pendek, usia, bentuk toraks, letak diafragma dan kelainan pada


paru-paru yang mungkin mempengaruhi letak jantung.
Pembesaran pada bayangan jantung dapat disebabkan oleh :
a. Kelainan perikardium (efusi perikardial)
b. Kelainan pada miokard
c. Hipertofi dan dilatasi ventrikel atau atrium karena
kelainan katup atau kebocoran septum jantung.

Batas-Batas Jantung
• Sebelah kanan diatas
diafragma : atrium kanan,
vena kava superior kecuali
bila ada dilatasi aorta yang
sering sampai membentuk
batas sebelah kanan.
• Sebelah kiri: paling atas
berupa knop aorta yang
merupakan bagian dari
aorta, arteri pulmonalis,
paling bawah ventrikel kiri.
• Batas bawah umumnya
merupakan bagian ventrikel
kanan dan kiri.
• Apex cardiac: ventrikel kiri
• Anterior: ventrikel kanan

Pada Foto Lateral Jantung


• Depan/ anterior : atrium kanan dan ventrikel kanan
• Belakang/ posterior : bawah →ventrikel kiri, atas →
atrium kiri
• Atas: arkus aorta kemudian ke bawah menjadi aorta
desenden yang akan terlihat di depan tulang belakang.

Sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan bayangan


jantung disebut sinus kardiofrenikus. Sinus kardiofrenikus kiri
sering tampak suram oleh karena adanya bantalan lemak

129
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

(Precardial Fat Pad). Tidak pada semua orang bantalan lemak ini
terlihat nyata. Dimulai dari sinus kardiofrenikus kanan ke arah
kranial, batas jantung di kanan bawah dibentuk oleh atrium
kanan. Batas ini melengkung sedikit ke atas sampai pada suatu
titik lengkungan dan dari titik ini batas jantung kanan atas hampir
merupakan garis lurus ke atas bersambung dengan mediastimum
superior. Batas atas ini dibentuk oleh vena kava superior. Ke
sebelah dalam sedikit terdapat aorta ascendens yang melengkung
ke medial kiri atas dan membentuk arkus aorta.
Pada umumnya ventikel kanan tidak membentuk batas
jantung pada proyeksi PA. Akan tetapi bila terjadi pembesaran
ventrikel kanan yang berat maka ventrikel kanan ini mengambil
bagian dalam pembentukan batas jantung kanan bawah.
Batas jantung di sisi kiri atas dibentuk oleh arkus aorta yang
menonjol ke sebelah kiri kolumna vertebralis. Di bawah arkus
aorta terdapat batas yang melengkung ke dalam (konkaf) disebut
pinggang jantung atau penonjolan dari arteri pulmonalis.
Di bawah penonjolan arteri pulmonalis terdapat aurikel dari
atrium kiri. Aurikel ini agak sulit dilihat karena biasanya tidak
menonjol, kecuali bila terjadi pembesaran atrium kiri, seperti
pada mitral stenosis. Atrium kiri tidak membentuk batas pada
proyeksi PA, kecuali aurikelnya.
Atrium kiri letaknya di belakang, kira-kira di bagian
sepertiga tengah jantung. Di bawah aurikel ini batas kiri jantung
dibentuk oleh ventrikel kiri yang merupakan lengkungan
konveks ke bawah sampai ke sinus kardiorenikus kiri. Puncak
lengkungan dari ventrikel kiri itu desebut sebagai apeks jantung,
yang biasanya tampak beberapa sentimeter di atas diafragma kiri.
Apeks jantung ini kadang-kadang tidak jelas dengan adanya
bantyalan lemak yang lebar pada sinus kardiofrenikus kiri.
Batas jantung tersebut akan tampak sebagai siluet ”bumps”
dalam gambaran rontgen thoraks:

130
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Proyeksi Lateral
Oleh karena sebagian besar dari jantung dan aorta
terdapat di hemitoraks kiri, maka proyeksi ini sering
dibuat dibuat secara lateral dengan menampilkan bahu
kiri pada film dan arah sinar berjalan dari kanan ke kiri.

Gambaran rontgen
thorak normal
(lateral):
1. Aorta ascending
2. sternum
3. ventrikel kanan
4. ventrikel kiri
5. atrium kiri
6. udara dalam
gaster
7. hemidiafragma
kanan
8. hemidiafragma
kiri
9. bronchus kanan
10. bronchus kiri
11. trachea

Di belakang sternum,batas depan jantung dibentuk


oleh ventrikel kanan yang merupakan lengkungan dari
sudut diafragma depan ke arah kranial. Ke belakang,

131
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

lengkungan ini menjadi


lengkungan aorta. Batas
dari aurikel kanan tidak
begitu jelas, dan hampir
segaris dengan
lengkungan ventrikel
kanan.
Pada umumnya,
bila bentuk dada dan
sternum itu normal,
ventrikel kanan akan
menempel di bagian bawah dari sternum. Daerah di atas
lengkungan ventrikel kanan adalah mediastinum anterior-
superior.
Bagian belakang dibentuk oleh atrium kiri, di
bawah atrium kiri terdapat ventrikel kiri yang merupakan
batas belakang bawah jantung (di depan kolumna
vertebralis). Aorta ventrikel kiri hampir berhimpit dengan
vena kava inferior.

Lokasi Alat-Alat Invasif


- Pipa endotrakeal
Ditengah arkus aorta, tidak lebih dari titik terendah aorta.
Terlalu rendah mungkin masuk ke bronchus kanan, kalau
terlalu tinggi akan merusak pita suara.
- CVP
Di vena cava superior sela iga 2-3 kanan
- Swangunz
Di arteri pulmonalis sela iga 5-6 kanan atau kiri 2-3 jari
dari vertebra.

132
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Trakhea
- Tampak jelas sebagai garis tengah dengan densitas sedikit
lebih gelap
- Perhatikan letaknya ada ditengah (centering) atau tidak
- Jika ada deviasi letak, kemungkinan:
o Film tidak tepat letaknya
o Ada kelainan paru:
➢ Trakhea tertarik ke sisi yang sakit→ ateletaksis
➢ Trakhea terdorong ke sisi yang sehat → tumor paru
- Percabangan trakhea terletak di thorakal V

Tulang
Letaknya lebih tinggi, lebih atas di bagian belakang di tempat
persambungan dengan tulang belakang

133
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Penilaian Pembuluh Darah Paru


- Hilus adalah tempat arteri pulmonalis, vena pulmonalis,
bronkus dan saluran limfe
masuk ke dalam paru.
- Kedua hilus harus konkaf.
Sebagai hasil dari
persilangan antara vena
pulmonal superior dengan
arteri pulmonal lobus
bawah. Titik pertemuan ini
disebut ”Hilar Point”
- Hilus kanan letaknya kira-
kira di pertengahan dari
jarak apeks paru ke
diafragma kanan.
- Hilus kiri letaknya lebih
tinggi sedikit 1 cm.
- Dari hilus ini dapat diikuti cabang-cabang dari arteri
pulmonalis di dalam paru-paru yang makin kecil ke arah
perifer.
- Vena pulmonalis tidak selalu terlihat pada radiografi polos,
kecuali pada mitral stenosis. Pembuluh darah paru di lapangan
bawah tampak lebih banyak dari pada lapangan paru atas.
Trakea tampak jelas sebagai garis tengah dengan densitas film
yang lebih sedikit. Percabangan trakea terdapat pada torakal
ke-5.

Jaringan Lunak
Bayangan payudara sering menutupi kostofrenik ada orang-
orang yang gemuk
Perhatikan adanya emfisema: adanya udara yang masuk dalam
jaringan bawah kulit, yang apabila diraba akan terasa adanya
krepitasi.

134
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Diafragma
- Ujung atas diafragma tampak nyata karena adanya kontras air
- ujung kiri bawah diafragma mungkin akan tampak karena
umumnya terdapat udara di dalam perut
- jika ujung kanan bawah tampak karena adanya udara bebas
didalamnya, ini patologis kecuali pada pasien post op
abdomen
- pada semua tahap respirasi hemidiafragma kanan umumnya
1-2 cm lebih tinggi dari sebelah kiri. Kedua hemidiafragma
harus tampak jelas.

- ”curvature” dari kedua hemidiafragma harus dikaji untuk


menentukan pendataran diafragma. Titik tertinggi diafragma
minimal 1.5 cm di atas garis antara cardiofrenikus dan
costofrenikus.

135
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Assess for diaphragmatic flattening. The distance between A


and B should be at least 1.5 cm

Paru-Paru

Ada 3 lobus pada paru kanan (upper lobe, middle lobe, lower
lobe) dan 2 lobus di paru kiri (upper lobe dan lower lobe). Paru
kiri terdapat lingula yang secara funsi memisahkan lobus tetapi
secara anatomi merupakan bagian dari upper lobe.

Pleura
Ada 2 lapisan pleura: pleura parietal dan pleura visceral. Pleura
parietal melapisi cavum torax sedangkan pleura visceral yang
mengelilingi paru.There are two layers of pleura: the parietal
pleura and the visceral pleura. Kedua lapisan ini membentuk
cerminan yang memisahkan masing-masing lobus yang disebut
fisura. Di paru kanan terdapat fisura oblique dan horizontal
sedangkan di paru kiri terdapat fisura oblik yang memisahkan
upper lobe dan lower lobe.

136
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

GAMBARAN ABNORMAL PADA FOTO THORAX

Pembesaran Atrium dan Ventrikel pada Radiografi polos


a. Pembesaran atrium kanan
Pada proyeksi PA bagian
bawah jantung pada sisi
kanan lebih banyak
menonjol ke lateral
kanan. Garis A menjadi
lebih besar dari 1/3 C1.
Sudut kardiofrenikus
menjadi lebih besar.
Contoh: ASD.

b. Pembesaran atrium kiri

Pada proyeksi PA,


terlihat batas kembar
(double countour) pada
sisi kanan bawah. Batas
ini dibentuk oleh batas
atrium kiri dilihat
sebagai penonjolan di
bawah segmen
pulmonal. Ventrikel
kanan tampak membesar
Perubahan letak esofagus
ke sisi posterior .
Contoh: insufisiensi/
stenosis katup mitral.

137
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

c. Pembesaran ventrikel kanan


Pada proyeksi PA, apeks bergeser ke lateral atas. Contoh:
Pulmonal atresi/ stenosis.
d. Pembesaran ventrikel kiri
Pada proyeksi PA,
jantung membesar ke
kiri dengan apeks
menurun berada di
bawah diafragma kiri.
Bila aorta membesar
maka pinggang
jantung tampak lebih
dalam dari biasa.
Contoh : stenosis
katup aorta.

Perubahan pada Paru-paru


1. Edema Paru
Edema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan
dari darah ke ruang intersisial paru yang selanjutnya ke
alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah atau
melalui saluran limfatik.
Edema paru dibedakan
oleh karena sebab
Kardiogenik
dan NonKardiogenik. Hal
ini penting diketahui oleh
karena pengobatannya
sangat berbeda. Edema
Paru Kardiogenik
disebabkan oleh adanya
Payah Jantung Kiri
apapun sebabnya. Edema
Paru Kardiogenik yang
akut disebabkan oleh

138
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

adanya Payah Jantung Kiri Akut. Tetapi dengan adanya


faktor presipitasi, dapat terjadi pula pada penderita Payah
Jantung Kiri Khronik.
Edema paru (penumpukan cairan di jaringan paru) dapat terjadi
karena beberapa sebab yaitu:

- Tekanan kapiler meningkat


- permeabilitas pembuluh darah meningkat,
- perubahan tekanan onkotik darah,
- Edema interstitial menyebabkan bercak-bercak tipis di
paru, sehingga gambaran radiolusensi paru berubah
menjadi suram.

Di daerah hilus, bercak-bercak ini sering terjadi perkabutan tipis,


sehingga batas-batas pembuluh darah menjadi kabur.
Vaskularisasi tampak meningkat dan menyebar melebihi 2/3
lapang paru ke arah luar.

Edema paru alveolar menyebabkan perselubungan yang lebih


tebal. Perselubungan ini seringkali terjadi di lapangan paru
perihilar kanan dan kiri, bentuknya menyerupai sayap kupu-
kupu.

Gambaran Radiologi yang ditemukan :


1. Pelebaran atau penebalan hilus (dilatasi vaskular di hilus)
2. Corakan paru meningkat (lebih dari 1/3 lateral)
3. Kranialisasi vaskuler
4. Hilus suram (batas tidak jelas)
5. Interstitial fibrosis (gambaran seperti granuloma-granuloma
kecil atau nodul milier)

2. Cairan dalam kavum pleura (Efusi Pleura)


Merupakan akumulasi cairan dalam kavum pleura. Dibagi
menjadi transudat dan eksudat menurut kadar protein.
- Transudat (protein <3 g/dl), seringkali bilateral karena
meningkatnya tekanan hidrostatik (gagal jantung/ginjal)

139
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

atau menurunnya tekanan onkotik koloid (sindrom


nefrotik/sirosis)
- Eksudat (protein>3 g/dl), karena meningkatnya
permeabilitas kapiler abnormal (infeksi/empiema,
keganasan, darah,
gangguan vascular
kolagen, pancreatitis)
Ciri-ciri pada foto toraks:
• Bayangan opaque pada
paru bagian bawah karena
adanya penumpukan
cairan pada rongga pleura
• Tidak terlihat sudut
kostofrenikus, sudut
kostofrenikus tumpul.
• Densitas radio-opak dari
dasar paru dengan bentuk
meniscus dengan permukaan ke atas.
• Pengambilan gambar lateral dekubitus dapat melihat efusi
yang sangat kecil

3. Kolaps paru/atelektasis

Etiologi:
- Obstruksi: tumor di bronkus atau dinding bronkial, benda
asing, ruptur bronkial, plug mucus, striktur (inflamasi,
amiloydosis).

140
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

- Non-obstruksi: efusi pleura dan fibrosis pulmonal


Ciri-ciri pada foto toraks:
• Bayangan opaque karena paru tidak mendapat udara.
Batas tegas
• Peningkatan densitas dan menggerombolnya pembuluh
darah paru.
• Perubahan letak hilus atau fisura (ke atas atau ke
bawah). Pada keadaan normal hilus kanan lebih rendah
daripada kiri.
• Trakea, mediastinum atau fisura interlobaris tertarik ke
sisi yang sakit
• Rusuk pada sisi sakit lebih dekat
• Tidak ada sudut costofrenik

4. Pneumotoraks
Penyebab Pneumothorax :

- Spontanitas (tiba-tiba saja terjadi)


- Iatrogenic/Trauma misalnya benturan pada pleura, biopsi
pada transbronchialis, pemasukan garis vena pusat,
ventilasi mekanis.
- Penyakit paru obstruktif misalnya asma, COPD
- Infeksi misalnya pneumonia, tuberculosis
- Cystic fibrosis
- Connective tissue disorders misalnya Marfan’s , Ehler-
Danlas

Ciri-ciri pada foto toraks:


• Bayangan radiolusen
• Trakea terdorong ke arah yang sehat
• Mempunyai batas tegas
• Vaskularisasi tidak terlihat.
• Akumulasi udara dalam cavum pleura
• Ujung paru tidak normal, udara terakumulasi di bagian atas
• Thoraks terlihat lebih besar pada saat ekspirasi

141
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

TANGGUNG JAWAB PERAWAT DALAM


PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Jika ada seseorang pasien akan dilakukan pemeriksaan foto
toraks, maka tanggung jawab perawat adalah :
1. Jelaskan apa yang akan dilakukan pada pasien dan mengapa
hal ini dilakukan.
2. Coba menenangkan pasien sementara mendudukkannya
untuk mengambil foto pada posisi tegak.
3. Perawat harus selalu mendampingi guna membantu
radigrafer, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
(ETT lepas, dll).
4. Perhatikan agar tidak terjadi tegangan pada salah satu kabel
dan tidak ada salah satu kabelpun yang terlepas.
5. Usahakan tidak ada yang menghalangi lempeng foto agar
dapat diambil foto dengan jelas.
6. Pertimbangkan apakah perlu mendudukkan seseorang pasien
yang mengalami hipotensi, mungkin dapat dibuat foto pada
posisi berbaring.
7. Jika pasien lumpuh, ia harus selalu dibantu karena pada
pasien tidak ada reflek. Perhatikan posisi kepala dan leher
untuk mencegah terjadinya fraktur.

142
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Teknik Penilaian Foto Thorax Untuk Sistem Respirasi Langkah Klinik


Tahap Kerja FOTO THORAX UNTUK SISTEM RESPIRASI

Persiapan Cek catatan medis klien


Melakukan persiapan alat antara
lain:___________________
Foto Rontgen
light – box

Kerja Melalukan pemeriksaan identitas pasien sesuai


nomor register foto :

• Nama
• Umur
• Jenis Kelamin
• Tanggal
Melakukan pemeriksaan identitas foto yaitu

• No foto
• Marker dari foto 􀃎 berupa R – L atau D – S
Memasang foto di light – box

Menentukan posisi foto apakah PA, AP, Lateral (R/L)

Menentukan foto thorak memenuhi syarat atau


tidak, dengan menilai :

• Inspirasi cukup atau tidak


• Posisi simetris
• Film meliputi seluruh cavum thorax mulai dari
puncak cavum thorax sampai sinus phrenico-
costalis kanan kiri dapat terlihat pada film
tersebut.
Melakukan penilaian terhadap foto thorax, urutan
membaca foto dari luar ke dalam adalah:

143
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

a. Soft tissue (jaringan lunak), yaitu kulit, subcutan


fat, pada wanita dapat terlihat mamae dan
nipplenya.
Tulang (articulatio humeri, scapula, clavicula,
costae) → menemukan kemungkinan adanya
fraktur, hipoplasia, dll. Parenkim paru, hal-hal yang
perlu dievaluasi adalah:
- Batas-batasnya. Paru kiri dan kanan isinya sama
sehingga gambarannya mesti simetris.
- Pembuluh darah pulmonal tidak melebihi 2/3
dari paru.
b. Jantung, evaluasi normal pinggang jantung tampak
dan tidak melebihi setengah dari cavum thorax.
Yang dievaluasi dari jantung adalah bentuk dan
besar jantung. Besar jantung normal: tidak
melebihi mid-clavicular line (tarik garis secara
kasar) dan CTR <0.5.yang
c. Sinus phrenico-costalis harus tampak. Dalam
keadaan normal, sinus ini tampak tajam. Kalau
tampak tumpul, berarti ada suatu proses di cavum
pleura.
d. Hemidiafragma kanan dan kiri. 94%
hemidiafragma kanan sediit lebih tinggi dari yang
kiri.
e. Trachea. Perhatikan procceccus spinosus
vertebrae.
Terminasi - Matikan light book
- Lepas foto rontgen dan simpan pada tampatnya
semula
- Tuliskan hasil dan kesimpulan dari pembacaan
foto thorak

144
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

BAGIAN XI
TERAPI MIND BODY SPIRIT KONSEP ISLAM

PENGERTIAN

Seorang individu dapat mengalami kedamaian dan kesehatan batin


dengan menjaga keseimbangan ke pikiran, tubuh dan jiwa (Chan, et
al.,2006; Hearns, 2009; Krieger, 2009; Sperry, 2009). Kesehatan batin
berasal dari kemampuan hidup yang sesuai dengan nilai, keinginan
dan kepercayaan seseorang (Pisarik & Larson, 2011).

Ini berarti individu dapat terhubung dengan bagian psikologis, fisik,


dan spiritual dirinya sendiri. Untuk memiliki keterkaitan, individu
harus terhubung dengan bagian ini dan memahami bagaimana
dampaknya satu sama lain untuk menjaga keseimbangan di antara
keduanya.

Mind (Pikiran/Kesehatan Mental)

Pikiran adalah dunia batin yang dirasakan bertanggung jawab untuk


memproses dan berkomunikasi berinteraksi dengan dunia luar. Dunia
luar termasuk tempat berinteraksi dengan masyarakat; keluarga kerja
(supir, 2005; Sperry, 1999). Dunia batin, adalah bagaimana seseorang
berpikir dan memproses interaksinya dengan dunia luar.

Para peneliti menyarankan bahwa bagaimana seseorang merasakan


lingkungannya didasarkan pada kesimpulan yang dia tarik dengan
pikiran mereka tentang lingkungannya. Persepsi didasarkan pada
kesimpulan mental. Ini menyiratkan bahwa pikiran bukan hanya apa

145
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

yang dipikirkan seseorang, tapi juga melibatkan interaksi dengan


lingkungan individu.

Pikiran nampak menjadi pusat keberadaan seseorang. Tindakan


seseorang mewakili pikiran mereka dalam bekerja. Kesehatan mental
berkaitan dengan kesejahteraan kognitif/pikiran dan emosional
seseorang (Leseho & Maxwell, 2010; Pan, 2003; Satori et al., 2012).
Kesejahteraan adalah kemampuan untuk memanfaatkan fungsi
emosional dan kognitif di masyarakat untuk memenuhi tuntutan
kehidupan biasa dan merasa nyaman dengan hal tersebut (Satori et
al., 2012).

Body (Kesehatan Tubuh/Fisik)

Kesehatan fisik adalah keseluruhan kondisi tubuh internal dan


eksternal. Internal sistem, seperti neuroendokrin dan sistem saraf
pusat serta organ, berfungsi tanpa kesadaran sadar (Sperry, 1999).
Misalnya, seseorang tidak perlu memikirkan pernapasan untuk
bernafas, atau apakah sistem kekebalan tubuh akan melepaskan sel
darah putih untuk membunuh penyakit. Penelitian menunjukkan
bahwa walaupun kita tidak harus secara sadar membuat tubuh
bekerja, kita harus memiliki kesadaran tubuh (Canales, 2004).
Kesadaran tubuh memiliki korelasi kuat dengan kesadaran atau intuisi
batin yang membantu dalam keputusan perawatan kesehatan yang
tepat (Canales, 2004; Chan et al., 2006). Ini menunjukkan bahwa
walaupun tubuh tidak perlu secara sadar berkehendak untuk
mengaktifkan sistem kekebalannya, kesadaran sadar akan bagaimana
fungsinya dapat berkontribusi terhadap keseluruhan kesehatan
secara keseluruhan.

146
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Spirit (Batin)

Spiritualitas adalah suatu keyakinan dalam hubungannya dengan yang


Maha Kuasa, Maha Pencipta (Hamid, 1999). Keyakinan spiritual akan
berupaya mempertahankan keharmonisan, keselarasan dengan dunia
luar. Berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika
sedang menghadapi penyakit fisik, stres emosional, keterasingan
sosial, bahkan ketakutan menghadapi ancaman kematian. Semua ini
merupakan kekutan yang timbul diluar kekuatan manusia. Keyakinan
spiritual sangat penting bagi pasien karena dapat mempengaruhi
tingkat kesehatan dan perilaku pada aspek psikologis, sosial, kultural
dan spiritual klien.

Beberapa indikator terpenuhi kebutuhan spiritualnya seseorang


adalah apabila ia mampu:

1. Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan


keberadaan kehidupan di dunia.
2. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari
suatu kejadian atau penderitaan.
3. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan,
rasa percaya dan cinta kasih yang tinggi.
4. Membina integritas personal dan merasa diri berharga.
5. Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan.
6. Mengembangkan hubungan antar manusia dengan positif.

147
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Indikator terpenuhi kebutuhan spiritual yang lain adalah adanya rasa


keharmonisan, saling kedekatan antara diri sendiri, orang lain, alam
dan hubungan dengan yang Maha Kuasa. Spiritual Islam memberikan
gambaran terpenuhinya kebutuhan spiritual apabila seseorang
mampu mengembangkan rasa syukur, sabar dan ihlas. Spiritualitas
bukan agama, tetapi agama dapat merupakan salah satu jalan untuk
mencapai spiritualitas.

TERAPI MIND BODY SPIRIT pendekatan


Konsep Islam

Pengobatan dengan memperkuat hati serta bersandar dan tawakal


kepada Allah, mencari perlindungan, bersikap rendah hati dan
memperlihatkan kelembutan hati di hadapanNya, memohon
kepadaNya, dan berdoa kepada Allah untuk memperoleh
kesembuhan yang dilakukan dengan cara memahami aspek hikmah
dan faidah adanya sakit, doa, dzikir kesembuhan dan meminum air
zam-zam yang dilakukan kurang lebih selama 20-30 menit.

TUJUAN TERAPI

1. Mendatangkan keridhaan Allah


2. Menumbuhkan rasa takut kepada Allah dan memuliakanNya
3. Turunnya ketenangan , datangnya rahmat.
4. Membuat hati menjadi hidup.
5. Menghilangkan kesedihan dan kemuraman didalam hati.
6. Mendatangkan kegembiraan dan ketentraman didalam hati.

148
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

7. Menguatkan hati dan badan.


8. Menimbulkan kharisma dan percaya diri.
9. Penyembuh dan obat penyakit hati.
10. Menumbuhkan rasa sabar dan syukur.

TERAPI MIND BODY SPIRIT


KONSEP ISLAM

Tujuan Hidup Manusia Untuk Beribadah


Allah Ta’ala

Orieantasi Hidup utama seorang


Muslim kehidupan Akhirat(Surga
Allah)
Dunia Sebagai Ladang untuk
Mencari Pahala di Akhirat
(Kenikamatan hidup ataupun
Musibah Hidup)

MIND/POLA BODY SPIRIT


PIKIR

1. Kebahagiaan 1. Terkabulnya do’a, amalan Allâh Ta’ala menjadikan musibah


Hidup Dengan sholehnya dan kesehatan dan cobaan tersebut untuk :
Bertakwa Kepada dirinya bisa dipengaruhi 1. Menghabiskan dosa dan
dari makanan yang ia
Allah Ta’ala kesalahan.
konsumsi setiap harinya
2. Apapun (Halal atau Baik) 2. Ditulis atau dicatat
ketetapan yang 2. “Perbaikilah makananmu, berbagai kebaikan dan
Allâh Ta’ala maka do’amu akan derajat ditinggikan.
berlakukan untuk mustajab.” 3. Jalan menuju surga.
dirinya maka 3. Dengan sikap waro’ (hati- 4. Membawa keselamatan
itulah yang hati) terhadap larangan dari api neraka.
Allah, Dia akan mudah
terbaik baginya 5. Mengembalikan hamba
mengabulkan do’a dan
3. Meyakini bahwa memperkanankan tasbih kepada Rabbnya dan
musibah tersebut (dzikir subhanallah) mengingatkan
merupakan 4. Air zam-zam adalah obat kelalaiannya.
ketentuan dan dari rasa sakit (obat 6. Mengingatkan nikmat Allah
takdir Allâh Ta’ala penyakit). ta’ala yang lalu dan yang
4. Bersabar dan ada.
mengharapkan 7. Mensucikan hati dari
(balasan pahala berbagai macam penyakit
dari Allâh Ta’ala)

149
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta
atas musibah
yang dialaminya
5. Bersikap husnuzh
zhann (berbaik
sangka) kepada
Allâh Ta’ala
dalam semua
musibah dan
cobaan yang
menimpanya.
6. Semua
keadaannya
(membawa)
kebaikan (untuk
dirinya), dan ini
hanya ada pada
seorang Mukmin;
jika dia
mendapatkan
kesenangan dia
akan bersyukur,
maka itu adalah
kebaikan
baginya, dan jika
dia ditimpa
kesusahan dia
akan bersabar,
maka itu adalah
kebaikan baginya
(pahala disisi
Allah)
7. Berusaha/tawakal
dan tidak
berputus asa
terhadap rahmat
dan kesembuhan
dari Allah.
Memberikan
beban hidup
sesuai dengan
kemampuannya

150
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Dampak Terapi Mind Body Spirit Konsep Islam

Dampak status psikologi


1. Menimbulkan Ketenangan
2. Menurunkan perasaan kegelisahan
3. Menurunkan perasaan kekhawatiran
4. Menurunkan perasaan kesedihan
5. Menibulkan Kesabaran
6. Penyerahan diri (Allah)
7. Perasaan senang
8. Lebih Berfikir positif
9. Kedekatan dengan Allah
10. Peningkatan kegiatan ibadah dan keyakinan
11. Penurunan pandangan negatife pada fisik

Dampak status fisik


1. Perasaan fisik ringan
2. Perubahan tekanan darah
3. Peningkatan nafsu makan
4. Kualitas tidur meningkat
5. Peningkatan semangat beraktivitas

Dampak status hubungan sosial


1. Peningkatan interaksi sosial

151
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

HIKMAH &FAIDAH–FAIDAH SAKIT/


MUSIBAH

Berbagai macam penyakit itu adalah bagian dari cobaan-cobaan


Allah ta’ala yang diberikan kepada hambanya. Bahwasanya cobaan
merupakan sunatullah yang telah ditetapkan berdasarkan rahmat
dan hikmahnya. Allah ta’ala tidak menetapkan sesuatu, baik itu
takdir kauni atau shar’i, melainkan di dalamnya terkandung
kebaikan dan rahmat bagi hambanya. Di dalamnya terkandung
hikmah yang amat besar yang tidak mungkin bisa dinalar oleh akal
manusia.

Berbagai cobaan ujian, penderitaan, penyakit, kesulitan dan


kesengsaraan mempunyai manfaat dan hikmah yang sangat besar.
Berikut ini manfaat penyakit serta hikmahnya :

1. Menghabiskan dosa dan kesalahan.


2. Ditulis atau dicatat berbagai kebaikan dan derajat ditinggikan.
3. Jalan menuju surga.
4. Membawa keselamatan dari api neraka.
5. Mengembalikan hamba kepada Rabbnya dan mengingatkan
kelalaiannya.
6. Mengingatkan nikmat Allah ta’ala yang lalu dan yang ada.
7. Mensucikan hati dari berbagai macam penyakit.

KOMPONEN KETENANGAN JIWA YANG HARUS DIMILIKI SETIAP


MUSLIM

152
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

1) Sabar

Tegar dalam menghadapi cobaan dengan perilaku yang baik dan

berlapang dada ketika ditimpa musibah tanpa berkeluh kesah.

2) Syukur

Memuji sang pemberi nikmat atas kebaikan yang telah ia

kuasakan kepada hambanya, syukur terdiri dari tiga rukun dan

tiga-tiganya harus ada yaitu secara batin mengakui nikmat,

secara lahir membicarakanyan dan menjadikannya sebagai

sarana untuk taat kepada Allah Subhanahu Wata’ala jadi syukur

itu berkaitan dengan hati, lisan dan anggota badan untuk

memuji, mentaati dan mencegah bermaksiat kepadanya.

3) Tawakal

Kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah Subhanahu

Wata’ala untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah

kemudhoratan, menyangkut urusan dunia maupun akhirat.

4) Ridha

Dapat menghayati hikmah dan kebaikan Dzat yang

mendatangkan ujian. Mereka tidak berburuk sangka kepadaNya.

Disaat yang lain menghayati betapa Allah Subhanahu Wata’ala

153
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

maha agung, maha mulia dan maha sempurna. atas semua itu,

sehingga ia tidak lagi merasakan derita.

LARANGAN BERPUTUS ASA

Untuk menghadapi musibah dan ujian itu PANTANG BAGI SEORANG


MUSLIM BERPUTUS ASA, hal ini dikarenakan beberapa hal:
1. Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam melarang
berputus asa

Artinya: “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.


Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir". QS. Yusuf: 87.

Artinya: “Mereka menjawab: "Kami menyampaikan kabar


gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu
termasuk orang-orang yang berputus asa.” QS. Al Hijr: 55.

Dan telah terdapat larangan untuk berputus asa dalam perihal


mencari rezeki dan penghasilan untuk hidup di dunia serta

154
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

disebabkan kemiskinan dan kebutuhan serta datangnya


musibah yang menimpa.

2. Allah Ta’ala tidak membebani kecuali sesuai dengan


kesanggupan hamba

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai


dengan kesanggupannya.” QS. Al Baqarah: 286.

SABAR DALAM MENGHADAPI MUSIBAH

Seorang Mukmin dengan ketakwaannya kepada Allâh Ta'âla,


memiliki kebahagiaan yang hakiki dalam hatinya, sehingga masalah
apapun yang dihadapinya di dunia ini tidak akan membuatnya
mengeluh atau stres, apalagi berputus asa. Hal ini disebabkan
keimanannya yang kuat kepada Allâh Ta'âla membuat dia yakin bahwa
apapun ketetapan yang Allâh Ta'âla berlakukan untuk dirinya maka
itulah yang terbaik baginya.

Dengan keyakinannya ini pula Allâh Ta'âla akan memberikan


balasan kebaikan baginya berupa ketenangan dan ketabahan dalam
jiwanya. Inilah yang dinyatakan oleh Allâh Ta'âla dalam firman-Nya:

155
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali


denga izin Allâh; barang siapa yang beriman kepada Allâh, niscaya Dia
akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allâh Maha
Mengetahui segala sesuatu” (Qs at-Taghâbun/64:11)
Imam Ibnu Katsîr rahimahullâh berkata:
“Seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah
tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allâh Ta'âla, kemudian dia
bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allâh Ta'âla),
disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allâh
Ta'âla tersebut, maka Allâh Ta'âla akan memberikan petunjuk ke
(dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya
dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan
bisa jadi Allâh Ta'âla akan menggantikan apa yang hilang darinya
dengan sesuatu yang lebih baik baginya.”

156
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

PROSEDUR PELAKSANAAN
T E R A P I MIND BODY SPIRIT KONSEP ISLAM

Petunjuk pelaksanaan terapi :

1. Dalam pelaksasaan terapi dapat dilkukan dengan membaca buku


panduan
2. Dalam pelaksaanaan terapi dapat dipandu oleh orang lain
berdasarkan dari buku panduan buku terapi
3. Dalam pelaksanaan terapi posisi tubuh menyesuaikan
kemampuan pasien bisa duduk dan berbaring, tetap tangan
diatas ginjal pasien dan diperboleh bergantian
4. Tausiyah dapat dilakukan dengan membaca buku panduan atau
dijelaskan oleh orang lain berdasarkan buku panduan sampai
pasien dapat mandiri
5. Pelaksanaan doa-doa dalam buku panduan tidak harus dilakukan
secara berurutan tetapi bisa dimulai dari doa mana saja yang ada
dibuku panduan

Tahap I (posisi tubuh dalam pelaksanaan terapi)

1. Posisi tubuh dapat dilakukan dengan posisi berbaring


ataupun dengan duduk.
2. Tangan diletakkan diatas dari ginjal atau area yang sakit
3. Posisikan tubuh hingga pada posisi rileks

157
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Posisi Tubuh Saat Terapi Mind Body Spirit

Posisi Tubuh Saat Terapi Mind Body Spirit

Tahap II (memulai terapi)

1. Meberikan arahan bahwa saat ini dalam kondisi beribadah


dan berkomunikasi dengan Allah.
2. Memberikan arahan bahwa hanya kepada Allah kita
beribadah dan meminta pertolongan.
3. Menunjukkan posisi Allah berada diatas langit/Ars.

158
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

4. Menunjukkan bahwa Allah maha melihat, mendengar,


merasakan segala sesuatu apa yang di komunikasikan dalam
hati oleh klien.
5. Menunjukkan bahwa Allah maha pengampun, maha
menerima taubat, maha pengasih dan penyanyang, maha
menyembuhkan.

Mulai terapi doa perlindungan terahadap sakit/penyakit

Memandu klien dan intruksikan klien mengikutinya

1. Membaca surat al-fatihah


2. Membaca dzikir, membaca ucapan dzikir berikut dengan penuh
penghayatan akan makna dan kandungannya.

3. Berdoa dengan Asmaa’-ul Husna yaitu kita tawassul dengan


nama-nama Allah
Ya Allah engkaulah :
❖ Yaa Rahiim (maha penyayang) sayangilah aku ya
Allah

159
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

❖ Yaa Ghafuur (maha pengampung) ampunilah aku


ya Allah
❖ Yaa Tawwab (maha penerima taubat) ampunilah
aku ya Allah
❖ Yaa Mawla (yang mahapelindung, berlindung
segala mahluk) lindungilah aku ya Allah
❖ Yaa Syaafi (yang maha menyembuhkan)
sembuhkanlah penyakitku ini
4. Berdoa memohon kesembuhan dengan doa berikut:

160
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

5. Membaca doa berikut ketika merasakan sakit

6. Memberikan minum air zam-zam


Menginstruksikan kepada klien berdoa untuk kesembuhan dirinya
kepada Allah sebelum minum air zam-zam dapat berdoa apa saja
yang kita inginkan.
Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhuma,
beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
“Air zam-zam sesuai dengan (keinginan) orang yang
meminumnya “ (H.R Ibnu Majah, shahih)
Ibnul ‘Arabi rahimahullah berkata, “ Efek penyembuhan dengan
air zam-zam tetap ada sampai hari kiamat, bagi orang yang benar
niatnya, dan tidak mendustakannya, serta tidak minum hanya untuk
mencoba-coba. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang
bertawakal ”

161
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Reference

Al-Jauziyah, Ibnu Qoyyim (2012) Thibbun Nabawi ;alih bahasa,


Abu Firly; editor, Dzul Bakir.—Jogjakarta : Hikam
Pustaka.
Diagnosis Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2009-
2011/editor, T.Heather Herdmen ; alih bahasa, Made
Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar ; editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester.—Jakarta : EGC, 2010
EMT Basic - Airway Management module http://www.ceu-
emt.com/airway-ceu.php

Gunderman, Richard B. 2006. Essential Radiology : Clinical


Presentation, Pathophysiology, Imaging. Thieme : New
York
Guyton, Arthur C, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran/Arthur
C. Guyton, John E. Hall; alih bahasa, Irawati...(et al.);
editor edisi bahasa Indonesia, Luqman Yanuar
Rachman...(et.al).
Hartono, L. 1995. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter
Umum: Sistem radiologi Dasar Organisasi Kesehatan
Sedunia. Jakarta: EGC
Hawari, D. (2011). Menejemen stres,cemas dan depresi. Jakarta
: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
Instalasi Rawat Intensif. 2010. Materi Pelatihan Keperawatan
Intensif:Defibrilasi. Yogyakarta: Instalasi Rawat Intensif
RSUP Dr.Sardjito.
Jawas, Yasid bin Abdul Qadir (2005) Do’a & Wirid : mengobati
guna-guna dan sihir menurut al-Quran dan as-Sunnah /
Yazid bin Abdul Qadir Jawas.—Jakarta : Pustaka Imam
asy-Syafi’i

162
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Johnson, M., & Maas,M (eds).(2004) Nursing Outcomes


Classification (NOC) (4nd ed.). St. Louis: Mosby
Kee, Joyce LeFever. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium &
Diagnostik/ Joyce LeFever Kee, alih bahasa, Sari
Kurnianingsih…(et.al);editor edisi bahasa Indonesia,
Ramona P. Kapoh—Ed.6.—Jakarta EGC 2007
Luqman Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Luqman (2013), Bila
sakit menyapa, hiburan, hikmah, dan fiqih ibadah praktis
bagi yang sedang sakit. Gresik : Pustaka Al Furqon.
McCloskey, J.C., & Bulechek, M.C (Eds.).(2004). Nursing
Intervention Classification (NIC) (4nd ed.). St. Louis:
Mosby
Muttaqin Ahmad, 2008. Pocket ECG How to learn ECG from
zero, Yogyakarta: Intan Cendekia
Palmer. 1992. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum.
Jakarta: EGC
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonsia, 2009
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.5 Jakarta : Internal
Publishing
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. 1996 .Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid III, edisi keempat. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI.
Potter, Patricia A, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
konsep, proses, dan praktik/Patricia A. Potter, Anne Griffin
Perry, alih bahasa, Yasmin Asih...(et al); editor edisi bahasa
indonesia, Devi Yulianti. Monica.---Ed.4—Jakarta : EGC
Price Sylvia Anderson, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit : alih bahasa, Brahm U.
Pendit...(et.al.); editor edisi bahasa Indonesia Huriawati
Hartanto...(et al)__Ed.__Jakarta : EGC

163
Petunjuk Praktikum Keperawatan Medikal Bedah I
STIKes MADANI Yogyakarta

Shirley A. Jones, MS Ed, MHA, EMT-P 2005, ECG Note


Interpretation and Management Guide F. A. Davis
Company 1915 Arch Street Philadelphia, PA 19103
www.fadavis.com

Swartz, Mark H, 1995 Textbook Of Physical Diagnosis (Buku


Ajar Diagnostik Fisik), Jakarta EGC
Taylor, Calor. Et al. Fundamentals of Nursing ; The Art and
Science of Nursing Care, Lipincott, Philadelphia, 1997
The Basis of ECG Diagnosis http://www.bem.fi/book/18/18.htm

Ujianti, Wajan Juni. Keperawatan Kardiovaskuler/Wajan Juni


Udjianti, Jakarta : Salemba Medika, 2010
www.cambridge.org/9780521691482. online at 12 November
2009 (A-Z of Chest Radiology)
Yusuh AH, Nihayati HE, Iswari MF & Okviasanti F (2016)
Kebutuhan Spiritual dan Konsep Dalam Asuhan
Keperawatan, Mitra Wacana Media : Jakarta

164

Anda mungkin juga menyukai