Anda di halaman 1dari 7

UJME 4 (2) (2015)

Unnes Journal of Mathematics Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme

PENGEMBANGAN KARAKTER MANDIRI DAN PEMECAHAN


MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MMP PENDEKATAN
ATONG MATERI GEOMETRI

Masriah Sukestiyarno, B.E. Susilo


Jurusan Matematika FMIPA UNNES
Gedung D7 Lt.1 Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini adalah (1) menghasilkan pembelajaran yang efektif; (2)
Diterima Juni 2015 mengetahui deskripsi karakter mandiri siswa; (3) mengetahui deskripsi
Disetujui Juli 2015 keterampilan pemecahan masalah siswa. Penelitian ini merupakan penelitian
Dipublikasikan Agustus mixed methods dengan populasi siswa kelas VIII SMP 1 Karanganyar Demak
2015 tahun pelajaran 2014/2015, sampel siswa kelas VIII B dan dipilih 5 subjek
penelitian dari kelas tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara dan tes. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis uji ketuntasan, uji
pengaruh, uji gain dan kualitatif deskriptif. Simpulan yang diperoleh adalah (1)
Kata Kunci: pembelajaran matematika dengan model MMP pendekatan ATONG pada materi
Karakter mandiri; geometri kelas VIII efektif terhadap karakter mandiri dan kemampuan
Keterampilan pemecahan pemecahan masalah siswa; (2) deskripsi karakter mandiri siswa adalah S-1
masalah; mempunyai karakter mandiri yang baik, S-2 dan S-3 mempunyai karakter mandiri
Kemampuan pemecahan yang cukup baik, S-4 dan S-5 mempunyai karakter mandiri yang kurang; (3)
masalah; deskripsi keterampilan pemecahan masalah siswa adalah S-1, S-2, S-3, S-4 dan S-
Model MMP pendekatan 5 dalam mengerjakan soal menjadi terbiasa dengan langkah-langkah pemecahan
ATONG. masalah.

Abstract
The aim of this study was (1) produce a productive learning; (2) description of the
independent character of the students; (3) the description of the problem solving skills the
students. This research was a mixed method with population was students of grade VIII
SMP 1 Karanganyar Demak academic year of 2014/2015, students VIII B as sample and
selected 5 research subjects from that class. The data collection made by observation,
interview, and test. The data which have been collected were continued to be analyze by
completeness test, regresion test, gain test, and qualitative descriptive. In conclusion,(1) the
learning of mathematics with MMP model with ATONG approach in the eighth grade
geometry material was effective toward problem solving skills and independent character of
the students; (2) the descriptions of the character of independent students were S­1 has the
character of a good self, S­2 and S­3 has a self­contained character pretty well, S­4 and S­5
has a less independent character; (3) the descriptions of students' problem solving skills of
students were S­1, S­2, S­3, S­4 and S­5 in doing the task become accustomed to solving
problems with step­by­step problem solving.

 Alamat Korespondensi © 2015 Universitas Negeri Semarang


Email: masriah2903@gmail.com p. ISSN 2252-6927
e. ISSN 2460-5840
Masriah et al / Journal of Mathematics Education 4 (2) 2015
PENDAHULUAN kemampuan pemecahan masalah matematika
Pendidikan merupakan hal yang (Perels, 2005). Menurut Kuswana (2012)
penting bagi proses pembangunan bangsa dan pentingnya seni atau keterampilan dan
negara. Namun, karakter bangsa juga kemampuan digambarkan oleh adanya
merupakan aspek yang penting dalam pengakuan terhadap kemampuan individu
menentukan kemajuan suatu bangsa. Menurut untuk mandiri dalam menyelesaikan berbagai
Asmani (2011) karakter yang kuat akan masalah sebagai tanda kematangan berpikir
membentuk mental yang kuat. Salah satu sesuai yang diinginkan. Jadi, kemampuan dan
karakter yang disebutkan dalam UU Sisdiknas keterampilan pemecahan masalah merupakan
adalah karakter mandiri. Mandiri didefinisikan hal yang penting bagi siswa.
sikap dan perilaku yang tidak mudah Salah satu bidang matematika adalah
tergantung pada orang lain dalam geometri. Pada tingkat pendidikan SMP kelas
menyelesaikan tugas-tugas (Kemendiknas, VIII, materi geometri yang dipelajari salah
2010). Implementasi pendidikan karakter satunya adalah kubus dan balok. Berdasarkan
mandiri dapat diintegrasikan dalam hasil wawancara salah satu SMP di Indonesia
pembelajaran setiap mata pelajaran salah diperoleh informasi bahwa siswa masih
satunya matematika. Hargis (2000) kesulitan dalam mempelajari materi geometri
mengemukakan dengan kemandirian, siswa yaitu kubus dan balok dan hasil Ujian Nasional
cenderung belajar lebih baik, mampu (UN) SMP pada mata pelajaran matematika
memantau, mengevaluasi, dan mengatur tahun pelajaran 2012/2013 berdasarkan
belajarnya secara efektif, menghemat waktu presentase daya serap matematika untuk
secara efisien dan memperoleh skor yang tinggi kemampuan memahami sifat dan unsur bangun
dalam sains. Menurut Sharon et.al, (2011) ruang, dan menggunakannya dalam pemecahan
kemandirian belajar adalah proses yang masalah masih rendah yaitu sebesar 52,32 %
membantu siswa dalam mengatur pikiran, (Balitbang, 2013). Dari hasil wawancara dengan
tingkah laku, dan perasaan mereka agar guru matematika juga menyebutkan bahwa
membuat mereka berhasil dalam melayari masih ada sebagian siswa yang mencontoh
pengalaman belajar mereka. Song & Hill (2007) jawaban tugas dari temannya dan mencontek
menyebutkan bahwa kemandirian terdiri dari saat ujian. Hal ini menunjukkan sebagian
tiga aspek yaitu personal attribute, processes, siswanya masih kurang dalam hal karakter
learning context. Hidayati & Listyani (2010) mandiri. Kenyataan diatas mendorong peneliti
merumuskan enam indikator kemandirian untuk melakukan penelitian yang dapat
belajar siswa yaitu (1) ketidaktergantungan mengarahkan anak membentuk aspek afektif
terhadap orang lain; (2) memiliki kepercayaan berupa karakter mandiri dan aspek
diri; (3) berperilaku disiplin; (4) memiliki rasa psikomotorik melalui keterampilan pemecahan
tanggungjawab; (5) berperilaku berdasarkan masalah dengan harapan hal tersebut dapat
inisiatif sendiri; dan (6) melakukan kontrol diri. meningkatkan aspek kognitif kemampuan
Menurut NCTM (2000) salah satu pemecahan masalah. Indikator keterampilan
standar pokok pembelajaran matematika adalah pemecahan masalah dan kemampuan
belajar untuk memecahkan masalah. Ifamuya & pemecahan masalah disesuaikan dengan
Ajilogba (2012) mengemukakan bahwa pemecahan masalah IDEAL.
pemecahan masalah berhubungan dengan Dalam hal ini akan diteliti dengan
usaha yang dibutuhkan dalam mencapai sebuah menerapkan suatu model pembelajaran yang
tujuan atau mencari penyelesaian ketika tidak tepat. Salah satu alternatif yang dapat
ada penyelesaian langsung yang ada. Salah satu diterapkan untuk menciptakan pembelajaran
model pemecahan masalah umum adalah yang yang tepat dan inovatif adalah model
dikembangkan oleh Bransford yaitu pemecahan pembelajaran Missouri Mathematics Project
masalah IDEAL. Menurut Wena (2009) (MMP) pendekatan ATONG. Pendekatan
langkah-langkah strategi pembelajaran ATONG tidak terpisah menjadi langkah
pemecahan masalah IDEAL itu adalah: (1) tersendiri, melainkan terintegrasi dalam langkah
identifikasi masalah; (2) mendefinisikan model pembelajaran MMP. Good & Grouws
masalah; (3) mencari solusi; (4) melaksanakan (1979) mengemukakan bahwa Missouri
strategi; (5) mengkaji kembali dan mengevaluasi Mathematics Project difokuskan pada bagaimana
pengaruh. Pemecahan masalah dan perilaku guru berdampak pada prestasi belajar
kemandirian sangat penting untuk mencapai siswa, sehingga mengikuti paradigma proses-

158
Masriah et al / Journal of Mathematics Education 4 (2 ) (2014)

produk. Menurut Krismanto (2003) model masalah, pedoman wawancara, dan tes
pembelajaran Missouri Mathematics Project kemampuan pemecahan masalah. Untuk
(MMP) terdiri dari lima langkah kegiatan yaitu: analisis data kuantitatif, menggunakan hasil tes
(1) review, (2) pengembangan, (3) latihan dan observasi, kemudian dilakukan uji
terkontrol, (4) kerja mandiri, dan (5) penugasan. ketuntasan Y, dan uji pengaruh X1, X2, terhadap
Sedangkan pendekatan ATONG adalah Y pada software SPSS. Sedangkan untuk
pembelajaran yang dipolakan dengan analisis data kualitatif menggunakan uji gain
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Siswa juga dan kualitatif deskriptif. Karakter mandiri
selalu dibawa pada suasana A(amati) terhadap menggunakan triangulasi dari observasi dan
semua situasi belajar, lalu T(tanya) pada setiap wawancara sedangkan keterampilan pemecahan
masalah muncul, supaya mereka melakukan masalah menggunakan triangulasi dari
O(olah) atas jawaban dari pertanyaan, observasi, wawancara, dan hasil kuis.
kemudian N(nalar) untuk seterusnya sampai
HASIL DAN PEMBAHASAN
pada G(gagas) suatu ide atau inovasi baru
Berdasarkan nilai tes kemampuan
(Sukestiyarno, 2013). Pembelajaran MMP
pemecahan masalah siswa, dilakukan uji
pendekatan ATONG terdiri dari langkah review,
ketuntasan, diperoleh ketuntasan klasikal 95%.
pengembangan, latihan terkontrol, seatwork, dan
Siswa tuntas secara individual maupun klasikal
penugasan. Kemudian dipolakan dengan
menunjukkan keberhasilan pembelajaran
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi juga siswa
melalui model pembelajaran MMP pendekatan
selalu dibawa pada suasana A(amati), T(tanya),
ATONG. Salah satu faktor yang mempengaruhi
O(olah), N(nalar), dan G (gagas).
ketuntasan adalah langkah model pembelajaran
Berdasarkan uraian di atas maka MMP pendekatan ATONG yang
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: menitikberatkan kepada penemuan konsep dan
(1) apakah pembelajaran matematika dengan pemberian banyak latihan-latihan soal kepada
model MMP pendekatan ATONG pada materi siswa untuk dipecahkan. Sehingga kemampuan
geometri kelas VIII efektif terhadap siswa dalam menjawab permasalahan
kemampuan pemecahan masalah dan karakter matematika akan terasah dengan baik dan siswa
mandiri siswa? (2) bagaimana deskripsi karakter dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
mandiri siswa yang diajar dengan model MMP masalah yang dimilikinya. Hal tersebut sesuai
pendekatan ATONG pada materi geometri dengan teori belajar Law of Exercise yang
kelas VIII? (3) bagaimana deskripsi dinyatakan oleh Thorndike, yaitu hasil belajar
keterampilan pemecahan masalah siswa yang akan meningkat dengan banyak berlatih
diajar dengan model MMP pendekatan mengerjakan soal.
ATONG pada materi geometri kelas VIII?
Uji pengaruh menggunakan SPSS uji
METODE regresi linear ganda diperoleh persamaan
Jenis penelitian yang digunakan adalah regresi: Y^ = 33,679 + 8,080X1 + 8,769X2.
mixed methods atau metode penelitian Sedangkan besar pengaruh X1 dan X2 terhadap
kombinasi. Desain penelitian yang digunakan Y sebesar R square 0,641 = 64,1%. Ini berarti X1
adalah desain concurrent triangulation. Populasi dan X2 berpengaruh 64,1 % terhadap Y dan
dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas 35,9% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Uji
VIII SMP 1 Karanganyar Demak tahun pengaruh menunjukkan bahwa karakter mandiri
pelajaran 2014/2015. Pengambilan sampel dan keterampilan pemecahan masalah bersama-
dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster sama mempengaruhi kemampuan pemecahan
sampling terpilih siswa kelas VIII B dan dengan masalah secara positif. Sedangkan uji regresi
teknik purposive sampling dipilih lima orang sederhana menunjukkan karakter mandiri
siswa sebagai subjek penelitian yaitu siswa kelas mempengaruhi kemampuan pemecahan
VIII B yang dalam tes awal mendapatkan masalah secara positif dan keterampilan
peringkat pertama, kuartil pertama, kuartil pemecahan masalah juga mempengaruhi
kedua, kuartil ketiga dan peringkat terakhir. kemampuan pemecahan masalah secara positif.
Variabel dalam penelitian ini adalah Dengan pembelajaran model MMP pendekatan
karakter mandiri (X1), keterampilan pemecahan ATONG yang dilakukan secara berulang pada
masalah (X2), dan kemampuan pemecahan setiap pertemuan maka berpengaruh pada
masalah (Y). Instrumen penelitian ini adalah peningkatan karakter mandiri dan keterampilan
peneliti, lembar observasi karakter mandiri, pemecahan masalah siswa pada materi geometri
lembar observasi keterampilan pemecahan kelas VIII. Kemampuan pemecahan masalah
159
Masriah et al / Journal of Mathematics Education 4 (2 ) 2015
dapat mencapai ketuntasan apabila siswa Berikut disajikan salah satu contoh
mempunyai keterampilan pemecahan masalah analisis hasil observasi karakter mandiri subjek
yang baik. Keterampilan pemecahan masalah penelitian yaitu karakter mandiri S-1. Hasil
dapat dimiliki dengan pemahaman konsep yang observasi karakter mandiri S-1 dapat dilihat
baik dan cukup latihan pemecahan masalah. pada Tabel 2.
Dilengkapi dengan karakter mandiri yang baik, Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat pada
kemampuan pemecahan masalah dapat indikator 3 adalah siswa berani mengemukakan
dioptimalkan. Dengan peningkatan pendapatnya. Pada pertemuan pertama, S-1
keterampilan pemecahan masalah dan karakter tidak diminta mengemukakan pendapat
mandiri, siswa dapat mencapai kriteria sehingga tidak mengemukakan pendapatnya.
ketuntasan yang ditentukan pada tes Pada pertemuan kedua dan ketiga, S-1
kemampuan pemecahan masalah. mengemukakan pendapat karena diminta guru.
Fokus kegiatan observasi adalah proses Pada pertemuan keempat dan kelima, S-1
pengembangan karakter mandiri dan beinisiatif mengemukakan pendapatnya tanpa
keterampilan pemecahan masalah subjek diminta. Pada indikator 5 dan 7 S-1 selalu
penelitian. Selain kegiatan observasi juga mendapat skor 4 yang artinya siswa
dilakukan wawancara terhadap subjek mengumpulkan tugas tepat waktu dan
penelitian tersebut untuk melengkapi informasi mengerjakan tugas yang menjadi
kualitatif mengenai perilaku-perilaku belajar tanggungjawabnya. Sikap S-1 tersebut didukung
menuju pencapaian indikator-indikator hasil wawancara berikut.
peningkatan karakter mandiri dan keterampilan P : “apakah kamu mengerjakan tugas yang
pemecahan masalah mereka. Peneliti diberikan oleh guru? Mengapa?”
menggunakan triangulasi observasi dan S-1 : “Iya bu, kan kalo tugas wajib dikerjakan.”
wawancara untuk menganalisis karakter P : “Apakah kamu senantiasa mengumpulkan
mandiri yang dimiliki masing-masing subjek tugas-tugas tepat waktu?”
penelitian. Sedangkan untuk keterampilan S-1 : “Kalau mudah dan udah selesai langsung
pemecahan masalah menggunakan triangulasi dikumpulkan bu tapi kalau sulit dan belum
observasi, wawancara dan hasil kuis. Observasi ya tidak.”
dilakukan saat pembelajaran, yaitu selama lima P : “Apakah kamu berani menyampaikan
pendapat yang berbeda dari pendapat orang
pertemuan. lain? Mengapa?”
Karakter mandiri pada setiap S-1 : “Berani bu, kita kan harus berani bu.”
pertemuan mengalami peningkatan hal ini
Dari triangulasi observasi dan
didukung oleh uji gain awal-akhir karakter
wawancara dapat dikatakan bahwa data S-1
mandiri diperoleh 0,81 termasuk dalam kategori
valid. Jadi, S-1 merupakan anak yang rajin,
tinggi, lihat Tabel 1.
mengerjakan tugas sesuai kemampuannya
Tabel 1 Uji Gain antar Pertemuan Karakter Mandiri
sendiri. Selanjutnya, jika masih mengalami
Subjek Penelitian
kesulitan ia baru bertanya kepada orang lain
dan akan mengumpulkan tugasnya jika tugas
tersebut sudah selesai. S-1 berani
mengemukakan pendapat yang berbeda dari
orang lain.
Tabel 3 Uji Gain antar Pertemuan Keterampilan
Pemecahan Masalah Subjek Penelitian

Keterampilan pemecahan masalah pada


setiap pertemuan mengalami peningkatan. Hal
ini didukung oleh uji gain karakter mandiri dan
160
Masriah et al / Journal of Mathematics Education 4 (2 ) (2015)
didukung pula oleh uji gain awal-akhir selain pertemuan ketiga S-1 menyimpulkan
keterampilan pemecahan masalah diperoleh solusi dari persoalan yang diberikan padanya
0,86 termasuk kategori tinggi, dapat dilihat pada dengan benar dan lengkap. Hasil kuis S-1 dapat
Tabel 3. dilihat pada Gambar 1.
Berikut disajikan salah satu contoh analisis
hasil observasi karakter mandiri subjek penelitian
yaitu karakter mandiri S-1. Hasil observasi
keterampilan pemecahan masalah S-1 dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil Observasi Keterampilan Pemecahan Masalah
S-1

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat pada


indikator 1 dan 3, S-1 selalu mendapat skor 4
yang artinya S-1 dapat menuliskan semua yang
ditanyakan dan diketahui dari permasalahan.
Indikator 2 dan 5 adalah mencoba memahami
permasalahan yang diberikan dan terampil
mendiskusikan alternatif pemecahan masalah,
S-1 selalu mendapat skor 4 artinya S-1 mencoba
memahami permasalahan yang diberikan tanpa
mengeluh dan aktif mendiskusikan alternatif
pemecahan masalah dengan teman
sekelompoknya. Sikap S-1 tersebut didukung Berdasarkan hasil kuis pertemuan
hasil wawancara berikut. ketiga, S-1 tidak memberikan kesimpulan
P : “Biasanya dalam pembelajaran matematika jawaban dan setelah dikonfirmasi ternyata ia
di sekolah, kamu mengerjakan soal dengan lupa untuk menuliskan kesimpulan tersebut.
jawaban yang runtut atau tidak?” Setelah dikonfirmasi melalui wawancara
S-1 : “Runtut bu, kan disuruhnya gitu bu.” ternyata S-1 lupa menuliskan kesimpulannya.
P : “Jika menemui soal pemecahan masalah apa Hasil wawancaranya adalah sebagai berikut.
yang kamu lakukan pertama?”
P : “Kenapa kamu tidak menuliskan
S-1 : “Menulis yang diketahui.” kesimpulannya?”
P : “Setelah memahami soal apa yang kamu S-1 : “Oh iya itu lupa bu ternyata bu, padahal
lakukan setelahnya?” biasanya nggak lupa bu.”
S-1 : “Menulis yang ditanya.” Dari triangulasi observasi, wawancara
Indikator 6 adalah terampil menyusun dan hasil kuis dapat dikatakan bahwa data S-1
langkah-langkah menyelesaikan masalah. Pada valid. Jadi, S-1 yang sebelumnya sudah terbiasa
indikator ini S-1 pada pertemuan pertama S-1 mengerjakan soal dengan langkah yang runtut
sudah menyusun langkah-langkah namun masih belum membuat kesimpulan
menyelesaikan masalah tetapi belum lengkap menjadi terbiasa menyelesaikan soal dengan
dan runtut. Untuk pertemuan yang lain S-1 langkah-langkah pemecahan masalah.
sudah menyusun langkah-langkah Peneliti mengamati sikap dan perilaku
menyelesaikan masalah dengan runtut tetapi yang mewakili masing-masing indikator
belum lengkap. Selanjutnya indikator 10 adalah karakter mandiri. Dengan mengetahui sikap dan
siswa terampil menyimpulkan solusi dari perilaku tersebut, seperti yang diungkapkan
persoalan yang diberikan padanya. Pada Agustian sebagaimana dikutip dalam Lepiyanto
indikator ini S-1 mendapat skor 4 kecuali (2011) guru dapat melakukan pengulangan-
pertemuan ketiga yang artinya pada pertemuan pengulangan sehingga terjadi internalisasi

161
Masriah et al / Journal of Mathematics Education 4 (2 ) 2015
karakter mandiri. Secara umum kelima subjek Hasil Temuan Penelitian
penelitian mengalami perubahan perilaku Berdasarkan analisis data hasil
walaupun dengan peningkatan yang berbeda- penelitian yang telah dilakukan, diketahui
beda. Dengan meningkatnya kecenderungan bahwa setelah terbentuknya aspek afektif
perubahan perilaku subjek penelitian menjadi (karakter mandiri) dan aspek psikomotorik
lebih baik sehingga dapat dikatakan bahwa (keterampilan pemecahan masalah), maka
pembelajaran matematika dengan model aspek kognitif (kemampuan pemecahan
pembelajaran MMP pendekatan ATONG pada masalah) akan terbentuk pula. Siswa yang
materi geometri yaitu kubus dan balok dapat unggul dalam kedua aspek, yaitu aspek afektif
membentuk karakter mandiri siswa. Hal ini (karakter mandiri) dan aspek psikomotorik
ditunjukkan dengan perubahan sikap dan (keterampilan pemecahan masalah) akan
tingkah laku kelima subjek penelitian yang unggul dalam aspek kognitif (kemampuan
semakin meningkat dari setiap pertemuan. pemecahan masalah). Hal ini dikarenakan
Model MMP pendekatan ATONG yang aspek afektif dan aspek psikomotorik
diterapkan memiliki proses-proses yang diusahakan terbentuk melalui model
memungkinkan siswa merubah perilaku dan pembelajaran MMP pendekatan ATONG.
sikapnya sehingga mencerminkan karakter Usaha yang dilakukan dalam pengembangan
mandiri. karakter mandiri dan pemecahan masalah
Penilaian keterampilan tidak hanya melalui tiga tahap yaitu pengulangan, dorongan
berdasarkan hasil akhir pekerjaan subjek dan pembiasaan.
penelitian melainkan dilakukan dari kegiatan Tahap pertama yaitu pengulangan,
observasi terhadap proses yang dilakukan subjek pengulangan yang dimaksud disini adalah
penelitian dalam pemecahan masalahnya. melakukan pembelajaran dengan langkah yang
Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara sama secara terus-menerus dalam penelitian ini
terhadap keterampilan mereka dalam dilakukan lima kali. Meskipun siswa yang
menunjukkan langkah-langkah pemecahan masih belum memiliki karakter mandiri dan
masalahnya. Menurut Lencher sebagaimana keterampilan pemecahan masalah akan merasa
dikutip Wardhani (2010) kemampuan terpaksa melakukan sesuatu yang belum pernah
pemecahan masalah tidak dapat berkembang ia lakukan. Namun ketika hal tersebut
secara otomatis dari penguasaan keterampilan dilakukan secara berulang maka siswa akan
berhitung, pemecahan masalah merupakan mencoba melakukannya walaupun pada
suatu keterampilan yang perlu diajarkan dan awalnya masih asal-asalan.
guru harus membuat usaha itu. Usaha dapat Tahap kedua yaitu dorongan, peneliti
dilakukan dengan pembelajaran keterampilan yang bertindak sebagai guru memberikan
memecahkan masalah yang komprehensif dorongan kepada siswa yang masih belum
mencakup langkah strategi memecahkan terbiasa melakukan sesuatu yang belum pernah
masalah. Dalam penelitian ini, guru ia lakukan. Dorongan yang diberikan berbeda
memberikan pembelajaran keterampilan pada setiap siswa, siswa yang memiliki
pemecahan masalah mencakup lima langkah kemampuan kognitif tinggi biasanya lebih cepat
strategi pemecahan masalah. Selain itu dengan untuk mencapai indikator pemecahan masalah
pembelajaran MMP pendekatan ATONG, siswa yang ditetapkan peneliti sehingga tidak
dapat berdiskusi, berinteraksi dan berinovasi. memerlukan dorongan yang lebih mendalam.
Keterampilan pemecahan masalah subjek Untuk siswa yang memiliki kemampuan
penelitian dari pertemuan pertama hingga kognitif sedang akan membutuhkan dorongan
pertemuan kelima mengalami peningkatan. yang lebih daripada siwa yang memiliki
Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan kemampuan kognitif tinggi. Sedangkan untuk
bahwa pembelajaran matematika dengan model siswa yang memiliki kemampuan kognitif
pembelajaran MMP pendekatan ATONG dapat rendah akan membutuhkan dorongan yang
membentuk keterampilan pemecahan masalah lebih mendalam lagi untuk mencapai indikator
siswa. Penerapan model pembelajaran MMP pemecahan masalah yang ditetapkan peneliti.
pendekatan ATONG ini dirancang sedemikian
Tahap ketiga adalah pembiasaan yaitu,
rupa sehingga kegiatannya dapat meningkatkan
pengulangan melakukan pembelajaran dengan
keterampilan siswa dalam memecahkan
langkah yang sama bertujuan untuk
masalah.
membiasakan siswa membentuk karakter
mandiri dan pemecahan masalahnya. Karena
162
Masriah et al / Journal of Mathematics Education 4 (2 ) (2015)

lama kelamaan siswa yang melakukan hal yang Classrooms. Journal of Educational Psychology,
sama akan terbiasa dalam melakukannya 71(3): 355-362.
sehingga terjadi pengembangan karakter Hargis, J. The Self­Regulated Learner Advantage:
mandiri dan pengembangan karakter mandiri Learning Science on the Internet. Online.
Tersedia di
dan pemecahan masalah siswa. http://wolfweb.unr.edu/homepage/crowthe
SIMPULAN r/ejse/hargis.html [diakses 30-01-2015]
Berdasarkan hasil penelitian dan Hidayati, K. & E. Listiyani. 2010. Pengembangan
Instrumen Kemandirian Belajar Mahasiswa.
pembahasan diperoleh simpulan adalah (1)
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.
pembelajaran matematika dengan model MMP 14(1): 84-99.
pendekatan ATONG pada materi geometri Ifamuya, A.S. & Ajilogba, S. (2012) A Problem
kelas VIII efektif terhadap kemampuan Solving Model as a Strategy for Improving
pemecahan masalah dan karakter mandiri siswa Secondary School Students achievement and
yang ditandai dengan kemampuan pemecahan Retention in Further Mathematics. ARPN
masalah matematika siswa mencapai Journal of Science and Technology. 2(2): 122-
130 ISSN 2225-7217.
ketuntasan baik secara individual maupun
Kemendiknas, 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya
secara klasikal, terdapat pengaruh signifikan
dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.
karakter mandiri dan keterampilan pemecahan
Krismanto, A. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan
masalah terhadap kemampuan pemecahan Strategi dalam Pembelajaran Matematika.
masalah sebesar 64,1% dan dapat meningkatkan Yogyakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan
karakter mandiri dan keterampilan pemecahan Dasar dan Menengah PPPG Matematika.
masalah pada subjek penelitian, (2) deskripsi Lepiyanto, A. 2011. Membangun Karakter Siswa
karakter mandiri siswa yang diajar dengan dalam Pembelajaran Biologi. Jurnal
model MMP pendekatan ATONG pada materi Bioedukasi Volume 2, Nomor 1 Mei 2011.
Online. Tersedia di
geometri kelas VIII adalah S-1 mempunyai
http://www.ummetro.ac.id/file_jurnal/8.Ag
karakter mandiri yang baik, S-2 dan S-3 il Lepiyanto UM.pdf [diakses 20-04-2015].
mempunyai karakter mandiri yang cukup baik, NCTM. 2000. Principles and Standards for School
S-4 dan S-5 mempunyai karakter mandiri yang Mathematics. Reston, VA: National Council
kurang, (3) deskripsi keterampilan pemecahan of Teachers of Mathematics.
masalah siswa siswa yang diajar dengan model Perels et al. 2005. Training of self-regulatory and
MMP pendekatan ATONG pada materi problem-solving competence. Journal
geometri kelas VIII adalah S-1 dari awal sudah Learning and Instruction. 15(2005): 123-139.
terbiasa mengerjakan soal dengan langkah yang Sharon et al. Encouraging Self-Regulated Learning in
runtut namun masih belum membuat the Classroom. A review of literature. Virginia
Commonwealth University. October 2011.
kesimpulan, S-2 dan S-3 pada awalnya tidak
Song, L. & J.R. Hill. 2007. A Conceptual Model for
mengerjakan dengan cara runtut, S-4 pada
Under Standing Self-Directed Learning in
awalnya sudah terbiasa mengerjakan soal Online Environments. Journal of Interactive
dengan langkah yang runtut namun terkadang Online Learning, 6(1). University of Georgia.
kurang memahami soal lebih bisa dalam Sukestiyarno. 2012. Olah Data Penelitian Berbantuan
memahami soal, S-5 sebelumnya tidak bisa SPSS. Semarang: Unnes.
menyelesaikan soal dengan langkah-langkah Sukestiyarno. 2013. Pembelajaran Matematika dengan
pemecahan masalah tetapi terkadang masih Pendekatan ATONG Berbasis Pendidikan
kurang teliti. S-1, S-2, S-3, S-4 dan S-5 dalam Karakter Materi Operasi Bilangan Kelas IV.
Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
mengerjakan menjadi terbiasa menyelesaikan
dengan Tema: Pendampingan Implementasi
soal dengan langkah-langkah pemecahan Kurikulum 2013, Sabtu 26 Oktober 2013.
masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
DAFTAR PUSTAKA Sistem Pendidikan Nasional
Asmani, J.M. (2013). Buku Panduan Internalisasi Wardhani, et al. 2010. Pembelajaran Kemampuan
Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Pemecahan Masalah Matematika di SMP.
Diva Press. Modul disajikan dalam Program Bermutu
Balitbang. 2013. Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran Better Education through Reformed
2012/2013 untuk Perbaikan Mutu Pendidikan. Management and Universal Teacher
Jakarta: Badan Penelitian dan Upgrading. Jakarta: Kementrian Pendidikan
Pengembangan Pendidikan. Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Good, T.L. & D.A. Grouws. 1979. The Missouri
Mathematics Effectiveness Project: An Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif
Experimental Study in Fourth-Grade Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

163

Anda mungkin juga menyukai