Anda di halaman 1dari 60

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK UNTUK

MENURUNKAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN PSIKOSOSIAL :


KEHILANGAN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

SUCI FITRIYA

A0018045

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI

TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Suci Fitriya (A0018045) dengan judul

“PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK UNTUK

MENURUNKAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN PSIKOSOSIAL :

KEHILANGAN” telah dipriksa dan disetujui untuk diujikan.

Slawi, 14 November 2020

Pembimbing

Ramadhan Putra Satria S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIPY : 1989.04.04.17.113
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “PENGARUH PEMBERIAN

TERAPI MUSIK KLASIK UNTUK MENURUNKAN TINGKAT DEPRESI

PADA PASIEN PSIKOSOSIAL : KEHILANGAN” oleh Suci Fitriya

(A0018045) telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan Pada tanggal 14

November 2020.

Dewan Penguji :

Penguji I Penguji II

Evi Supriatun, S.kep.,Ns.,M.Kep Ramadhan Putra Satria S.Kep.,Ns.,M.Kep

NIPY : 1989.02.10.16.111 NIPY : 1989.04.04.17.113


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat, nikmat

dan karunianya yang telah diberikan karena atas kasih dan berkatnya sehingga

Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “PENGARUH PEMBERIAN

TERAPI MUSIK KLASIK UNTUK MENURUNKAN TINGKAT DEPRESI

PADA PASIEN PSIKOSOSIAL : KEHILANGAN” dapat terselesaikan dengan

baik.

Penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis menyampaikan banyak

terima kasih kepada:

1. Dr.Risnanto, M.Kes., Selaku ketua STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi

2. Ita Nur Itsna, MAN, Selaku ketua Program Studi Diploma III Keperawatan

STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi

3. Ramadhan Putra Satria S.Kep.,Ns.,M.Kep, Selaku Pembimbing yang telah

membimbing dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah.

4. Evi Supriatun, S.kep.,Ns.,M.Kep, Selaku Penguji yang telah memberi

masukan dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah.

5. Kedua orangtua serta kakak tersayang yang sudah memberikan fasilitas,

doa dan dukungan dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah

6. Sahabat-sahabat yang sudah memberikan semangat dan membantu dalam

proses penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah


7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan yang telah

banyak memberikan banyak pelajaran dan berbagai pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, yang telah memberikan banyak dukungan.

Penulis menyadari dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini banyak

kekurangan. maka dari itu, penulis membutuhkan saran dan kritik untuk

perbaikan dalam penelitian selanjutnya. Terimakasih.

Slawi, 14 November 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2

A. Latar Belakang..............................................................................................2

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

D. Manfaat.........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7

A. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Psikososial : Kehilangan........................7

B. Terapi Musik.................................................................................................2

BAB III

METODE PENELITIAN.........................................................................................2

A. Desain Penelitian...........................................................................................2

B. Subyek Studi Kasus......................................................................................2


C. Fokus Studi...................................................................................................2

D. Definisi Operasional Fokus Studi.................................................................2

E. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................2

F. Metode Pengumpulan Data...........................................................................2

G. Analisa Data dan Penyajian Data..................................................................2

H. Etika Penelitian.............................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Gangguan jiwa merupakan perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan

penderitaan atau hambatan sehingga dalam melaksanakan peran sosial dan

aktivitas sehari-harinya ikut terganggu (Barus & Siregar, 2019). Fenomena

gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan,

setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa

bertambah. WHO menyatakan setidaknya ada satu dari empat orang di dunia

mengalami masalah mental, dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada

di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius (Alfiansyah et al.,

2016)

Depresi merupakan gangguan emosional atau gangguan jiwa ringan yang

ditandai dengan kesedihan yang berkepanjangan, putus harapan, perasaan

bersalah dan tidak berarti. Sehingga seluruh proses mental (berpikir,

berperasaan dan berperilaku) tersebut dapat mempengaruhi motivasi untuk

beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari maupun hubungan dengan orang

lain (Dirgayunita, 2016). Depresi juga merupakan reaksi atas kehilangan,

seseorang yang mengalami depresi pada umumnya merasa tidak berdaya dan

kurang memiliki keyakinan sebagai penentu situasi disekelilingnya. Depresi

merupakan masalah yang serius yang perlu segera tertangani sehingga tidak

akan menimbulkan dampak yang merugikan (Suidah & Cahyono, 2016)


Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang

sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.

Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu

selama rentang kehidupan cenderung mengalami kembali walaupun dalam

bentuk berbeda. Kehilangan dibedakan menjadi dua, yaitu Kehilangan aktual

atau nyata. Kehilangan ini sangat mudah dikenal atau diidentifikasi oleh

orang lain, seperti hilangnya anggota tubuh sebagian, amputasi, kematian

orang yang sangat berarti/dicintai. Kehilangan persepsi. Kehilangan jenis ini

hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya

seseorang yang berhenti bekerja/PHK, menyebabkan perasaan kemandirian

dan kebebasannya menjadi menurun. Rentang respon kehilangan yaitu,

Denial —–> Anger —–> Bergaining ——> Depresi —— > Acceptance

(Nurhalimah, 2016).

WHO (2017) memperkirakan jumlah gangguan jiwa di dunia adalah

sekitar 450 juta jiwa. Perhitungan beban penyakit tahun 2017 memprediksi

jenis gangguan jiwa yang dialami penduduk di Indonesia diantaranya

gangguan depresi, cemas, skizofrenia, bipolar, gangguan perilaku, autis, cacat

intelektual dan gangguan perilaku makan. Gangguan depresi merupakan

gangguan yang dapat dialami semua usia (Indrayani & Wahyudi, 2018). Hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 oleh kementerian kesehatan RI

menunjukkan prevalensi depresi total penduduk yang berusia lebih dari 15

tahun di Indonesia mencapai 6,1%. Prevalensi depresi tertinggi terdapat di

Sulawesi Tengah sebesar 12,3% dan Gorontalo sebesar 10,3%. Kemudian di


Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Maluku Utara masing-masing sebesar 9,7%

dan 9,3%. Provinsi yang memiliki prevalensi depresi terendah terdapat di

Jambi sebesar 1,8%. Kelompok usia yang paling tinggi mengalami depresi

berada di usia 75 tahun ke atas, yaitu sebesar 8,9%. Perempuan lebih rentan

terhadap depresi daripada laki-laki. Prevalensi depresi pada perempuan

sebesar 7,4% dan laki-laki sebesar 4,7%. Masyarakat yang tidak bekerja dan

nelayan juga menjadi kontributor depresi tertinggi, yaitu masing-masing

sebesar 8,1 dan 6,9% (Jayani, 2019).

Dampak yang merugikan bagi penderita depresi antara lain seperti

kurangnya fungsi sosial, pekerjaan, dan juga mengalami kesulitan dalam

berkonsentrasi, kemudian tidak berdayanya segala hal yang dipelajari, bahkan

hingga tindakan bunuh diri yang menyebabkan kematian (Purbaningsih,

2019). Penelitian World Health Organization (WHO) pada 2018

menyebutkan, lebih dari 800 ribu orang meninggal setiap tahun karena bunuh

diri. Angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6% hingga 1,8% per 100 ribu

jiwa (Reviani, 2020)

Berbagai macam terapi dapat dilakukan untuk menyembuhkan gangguan

depresi. Umumnya dengan pemberian obat anti depresan yang dapat

menimbulkan efek samping maupun terapi kognitif, dan sebagainya. Namun,

terdapat terapi yang dapat menjadi komplemen atau alternatif yang dapat

diberikan pada penderita depresi yaitu terapi musik. Terapi musik lebih

ekonomis, secara naluriah musik dapat beresonasi masuk ke otak tanpa

melalui jalur kognitif. Musik juga tidak membutuhkan kemampuan


intelektual untuk menginterpretasikan dan tidak ada batasan-batasan siapa

yang dapat mendengarkan. (Tanoni & Christina, 2020)

Perawat ikut berperan dalam pemberian terapi musik klasik yaitu sebagai

pelaksana. Perawat bersama dokter memilih pasien yang tepat dan memenuhi

kriteria sebagai peserta terapi yaitu yang kooperatif, tenang dan menyukai

musik. Perawat memberikan kesempatan kepada pasien untuk memilih jenis

musik. Perawat mendampingi pasien selama melakukan terapi musik, setelah

selesai perawat berdiskusi dengan pasien sehingga menghasilkan evaluasi

dimana pasien dapat mengemukakan pendapatnya dan mengekspresikan

perasaannya secara lisan. Berdasarka uraian ringkas di atas, penulis tertarik

untuk menganalisis bagaimana “Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik

Untuk Menurunkan Tingkat Depresi Pada Pasien Psikososial : Kehilangan”

B. Rumusan Masalah

Depresi merupakan gangguan jiwa yang tidak bisa dianggap biasa, karena

apabila pasien mengalami depresi dan tidak ditangani dengan baik bisa

mengakibatkan pasien melakukan bunuh diri. Penatalaksanaan pada pasien

depresi karena kehilangan bisa dengan farmakologis, pemberian obat anti

depresan dan non farmakologis, pemberian terapi musik klasik. Setelah

dilakukan pemberian musik klasik pada pasien depresi diharapkan pasien

lebih rileks, tenang dan tingkat depresi pasien bisa berkurang. Berdasarkan

masalah di atas penulis tertarik merumuskan masalah bagaimana “Pengaruh

Pemberian Terapi Musik Klasik Untuk Menurunkan Tingkat Depresi Pada

Pasien Psikososial : Kehilangan?”


C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian terapi musik

klasik untuk menurunkan tingkat depresi pada pasien psikososial :

kehilangan

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan proses pemberian terapi musik klasik untuk

menurunkan tingkat depresi pada pasien psikososial : kehilangan

b. Menggambarkan hasil pemberian terapi musik klasik untuk

menurunkan tingkat depresi pada pasien psikososial : kehilangan

c. Membandingkan bagaimana tingkat depresi pasien sebelum dan

sesudah diberikan terapi musik klasik

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis pada studi kasus ini adalah untuk pengembangan ilmu

keperawatan terkait asuhan keperawatan dengan pemberian terapi musik

klasik untuk menurunkan tingkat depresi pada pasien psikososial :

kehilangan

2. Praktisi

a. Bagi Penulis
Dapat dijadikan sebagai pembelajaran dan pengetahuan tentang

pemberian terapi musik klasik untuk menurunkan tingkat depresi pada

pasien psikososial : kehilangan

b. Bagi Perawat

Dapat menjadi pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan

khusunya intervensi terapi musik klasik untuk menurunkan tingkat

depresi pada pasien psikososial : kehilangan

c. Bagi Rumah Sakit

Dapat menjadi rujukan pelayanan pada pasien psikososial : kehilangan

dan dapat dijadikan pedoman untuk diterapkan di pelayanan kesehatan

d. Bagi Pasien

Dapat mengetahui cara menurunkan tingkat depresi dengan pemberian

terapi musik klasik sehingga aktivitas sehari-hari bisa dilakukan

dengan baik

e. Bagi Instusi Pendidikan

Manfaat bagi instusi pendidikan yaitu sebagai tambahan referensi dan

pengembangan penelitian tentang terapi musik klasik untuk

menurunkan tingkat depresi pada pasien psikososial : kehilangan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Psikososial : Kehilangan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan

suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap

pengkajian merupakan dasar utama dalam meberikan asuhan keperawatan

sesai dengan kebutuhan pasien. Oleh karena itu pengkajian yang benar,

akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam

merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan

keperawatan (Khairani, 2019). Hasil pengkajian yang di dapatkan

menurut penelitian (Ayu et al., 2016) yaitu :

a. Identitas Pasien

Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, status pernikahan, dan

lain-lain

b. Faktor predisposisi, merupakan faktor yang mempengaruhi respon

pasien terhadap kehilangan

1) Faktor genetik. Individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam

keluarga dengan riwayat depresi akan sulit menghadapi perasaan

kehilangan.

7
2) Kesehatan fisik. Individu dengan fisik yang sehat akan lebih

mudah mengatasi depresi dibandingkan individu yang mengalami

gangguan kesehatan fisik

3) Kesehatan mental. Individu yang mengalami gangguan mental

terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan

perasaan tidak berdaya dan pesimis selau dibayangi masa depan

dan takut dalam menghadapi situasi kehilangan.

4) Pengalaman kehilangan di masa lalu. Kehilangan atau perpisahan

dengan orang yang dicintai pada masa kanak-kanak akan

memengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi perasaan

kehilangan pada masa dewasa.

5) Struktur kepribadian. Individu dengan konsep diri yang negatif

dan perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang

rendah dan tidak objektif terhadap depresi yang dihadapi.

c. Faktor presipitasi

Adanya stressor perasaan kehilangan. Stressor ini dapat berupa

stressor yang nyata ataupun imajinasi individu itu sendiri. Yang

meliputi :

1) Kehilangan harga diri

2) Kehilangan pekerjaan

3) Kehilangan fungsi seksualitas

4) Kehilangan posisi dalam masyarakat


5) Kehilangan milik pribadi (kehilangan harta benda, orang yang

dicintai)
d. Mekanisme koping yang sering dipakai oleh individu dengan respon

kehilangan antara lain pengingkaran, regresi, intelektualisasi,

disosiasi, supresi, dan proyeksi yang digunakan untuk menghindari

intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan

e. Pengkajian tanda klinis berupa adanya distress somatis seperti

gangguan lambung, rasa sesak, napas pendek, sering mengeluh, dan

merasakan lemah

f. Pengkajian terhadap masalah psikologis adalah tidak ada atau

kurangnya pengetahuan dan pemahaman kondisi yang terjadi,

penghindaran pembicaraan tentang kondisi penyakit, serta

kemampuan pemahaman sepenuhnya terhadap prognosis dan usaha

menghadapinya.

g. Pengkajian yang dilakukan oleh (Nurhalimah, 2016) didapatkan data :

1) Perasaan sedih, menangis

2) Perasaan putus asa, kesepian

3) Mengingkari kehilangan

4) Kesulitan mengekspresikan perasaan

5) Konsentrasi menurun

6) Kemarahan yang berlebihan

7) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain

8) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan

9) Reaksi emosional yang lambat

10) Adanya perubahan dalam makan, pola tidur dan tingakat aktivitas
h. Pohon Masalah

Harga Diri Rendah Efek

Kehilangan
Disfungsional Core Problem

Kematian suami/anak Causa

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien psikososial :

kehilangan menurut buku (NANDA-I, 2018) adalah :

a. Dukacita (00136)

Definisi : suatu proses kompleks yang normal meliputi respons dan

perilaku emosional, fisik, spiritual, sosial dan intelektual ketika

individu, keluarga dan komunitas memasukkan kehilangan yang

aktual, adaptif, atau dipersepsikan ke dalam kehidupan mereka sehari-

hari

Batasan Karakteristik :

1) Perubahan tingkat aktivitas

2) Perubahan pola mimpi


3) Perubahan fungsi imun

4) Gangguan fungsi neuroendokrin

5) Perubahan pola tidur

6) Marah

7) Menyalahkan

8) Putus asa

9) Memisahkan diri

10) Disorganisasi/kacau

11) Distres

12) Menemukan makna dalam kehilangan

13) Rasa bersalah tentang perasaan lega

14) Memilihara hubungan dengan almarhum

15) Terluka

16) Perilaku panik

17) Pertumbuhan personal

18) Distres psikologis

b. Dukacita terganggu (00135)

Definisi : suatu gangguan yang terjadi setelah kematian orang

terdekat, ketika pengalaman distres yang menyertai kehilangan gagal

memenuhi harapan normatif dan bermanifestasi gangguan fungsional

Batasan karakteristik :

1) Marah

2) Ansietas
3) Menghindari berduka

4) Penurunan fungsi dalam peran hidup

5) Depresi

6) Tidak yakin

7) Distres tentang almarhum

8) Stres berlebihan

9) Mengalami gejala yang dialami oleh almarhum

10) Keletihan

11) Merasa linglung

12) Merasa terpisah dari orang lain

13) Merasa hampa

14) Merasa kaget

15) Merasa syok

16) Penurunan rasa kesejahteraan

17) Ingin bersama almarhum

18) Tingkat intimasi/keakraban yang rendah

19) Tidak percaya

20) Tidak menerima kematian

21) Ingatan menyedihkan yang menetap

22) Preokupasi dengan pikiran tentang almarhum

23) Termenung

24) Mencari almarhum

25) Menyalahkan diri sendiri


26) Distres perpisahan

27) Distres traumatik

c. Risiko dukacita terganggu

Definisi : rentan mengalami gangguan yang terjadi setelah kematian

orang terdekat, ketika pengalaman distres yang menyertai kehilangan

gagal memenuhi harapan normatif dan bermanifestasi gangguan

fungsional, yang dapat mengganggu kesehatan

Batasan karakteristik : -

3. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu kategori dari perilaku keperawatan dimana

tujuan berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan untuk

mencapai tujuan tersebut.

a. Tindakan keperawatan pada pasien psikososial : kehilangan bertujuan

agar pasien mampu :

1) Membina hubungan saling percaya dengan perawat

2) Mengenali peristiwa kehilangan yang dialami pasien

3) Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan

keadaan dirinya

4) Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialami

5) Memanfaatkan faktor pendukung

b. Tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien agar tujuan

berhasil :

1) Bina hubungan saling percaya dengan pasien


2) Kenali peristiwa kehilangan yang dialami pasien

3) Pahami hubungan antara kehilangan yang dialami pasien dengan

keadaan dirinya

4) Identifikasi cara-cara mengatasi kehilangan yang dialami pasien

5) Manfaatkan faktor pendukung

6) Strategi pelaksanaan pada pasien psikososial : kehilangan

a) Strategi pelaksanaan 1 : memberikan kesempatan pasien

mengungkapkan perasaanya

b) Strategi pelaksanaan 2 : menganjurkan pasien melakukan

aktivitas yang disukai

c) Strategi pelaksanaan 3 : memberikan obat

c. Tindakan keperawatan terhadap keluarga bertujuan agar keluarga

mampu :

1) Mengenal masalah kehilangan dan berduka

2) Memahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan

3) Mempraktikkan cara merawat pasien berduka disfungsional

4) Memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat

d. Tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga agar tujuan

keperawatan berhasil :

1) Kenali masalah kehilangan dan berduka

2) Pahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan

3) Praktikkan cara merawat pasien berduka disfungsional

4) Manfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat


4. Pelaksanaan

Implementasi atau pelaksanaan adalah proses keperawatan dalam

melakukan tindakan perawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun

pada tahap perencanaan (Hidayat, 2004). Pelaksanaan yang dilakukan

berdasarkan perencanaan yang sudah disusun adalah sebagai berikut :

a. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien

adalah :

1) Membina hubungan saling percaya dengan pasien

2) Berdiskusi mengenai kondisi pasien saat ini (kondisi pikiran,

perasaan, fisik, sosial, dan spiritual sebelum/ sesudah mengalami

peristiwa kehilangan dan hubungan antara kondisi saat ini dengan

peristiwa kehilangan yang terjadi)

3) Berdiskusi cara mengatasi kehilangan yang dialami

a) Cara verbal (mengungkapkan perasaan)

b) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik)

c) Cara sosial (sharing melalui kelompok)

d) Cara spiritual (berdoa, berserah diri)

4) Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang

tersedia untuk saling memberikan pengalaman dengan seksama

5) Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian

6) Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di Puskesmas atau rumah

sakit
7) Melakukan strategi pelaksanaan pada pasien psikososial :

kehilangan

b. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga

adalah :

1) Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan

berduka dan dampaknya pada pasien.

2) Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang

dialami oleh pasien

3) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan

kehilangan

4) Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat

dimanfaatkan oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang

dialami oleh pasien

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang

teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan

(Asmadi, 2008). Tahap evaluasi dapat dilakukan menggunakan SOAP, S :

respon subyektif yang berisi tentang pernyataan pasien setelah dilakukan

terapi musik klasik, O : respon obyektif yang berisi tentang data yang

diobservasi oleh perawat saat melakukan terapi musik klasik, A : analisis

data yang berisi kesimpulan dari subyektif dan obyektif untuk

menuntukan depresi berkurang atau tidak, P : perencanaan atau tindak


lanjut yang akan dilakukan sesuai dengan hasil analisis data pada respon

pasien.

B. Terapi Musik

1. Pengertian

Terapi musik adalah suatu proses yang terencana bersifat preventif, dalam

usaha penyembuhan terhadap penderita yang mengalami kelainan atau

hambatan dalam pertumbuhannya, baik fisik motorik, sosial emosional,

maupun mental intelegensi. Terapi musik menggunakan musik atau

elemen musik oleh seseorang terapis untuk meningkatkan,

mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional

dan spiritual (Suryana, 2012) . Terapi musik dapat membantu

mengekspresikan perasaan dan memberi pengaruh positif terhadap

kondisi suasana hati dan emosi seseorang. Terapi musik dapat

memberikan efek yang menenangkan bagi pasien, dapat mengurangi

kegelisahan, membuat perasaan menjadi rileks, santai, serta dapat

menstabilkan emosional (Savitri et al., 2016)

2. Jenis-jenis

Jenis musik dibedakan menjadi dua yaitu: musik klasik dan musik non

klasik. Musik klasik merupakan sebuah musik yang dibuat dan

ditampilkan oleh orang yang terlatih secara profesional melalui

pendidikan musik. musik non klasik yang biasa diajarkan adalah musik

pop, jazz, rock dan blues. Namun perlu diperhatikan, jenis musik tertentu
seperti jazz membutuhkan kemampuan improvisasi dan penguasaan teori

harmoni. Sementara blues, pop, dan rock biasanya dibawakan dalam

format band (Bernhard, 2007). Musik klasik adalah komposisi musik

yang berasal dan berkembang di negara barat (Eropa) sekitar tahun 1750-

1825. Pada era inilah nama-nama besar seperti Bach, Mozart, Haydn

melahirkan karyanya berupa sonata, simponi, konser solo, string kuarter

hingga opera. Musik klasik dapat diartikan sebagai karya musik yang

berkelas tinggi, bersifat abadi, tidak mudah dilupakan bahkan tetap ada

sampai sekarang dengan tampilan yang menakjubkan. Musik klasik

dipercaya dapat menguatkan pikiran dan emosional sehingga menjadikan

orang lebih kreatif. Musik dapat memberikan energi positif bagi manusia,

diantaranya sangat berperan dalam menunjang perkembangan intelektual

dan sosial serta menjaga keseimbangan antara jiwa dan fisik (Musbikin,

2009)

3. Teknik Prosedur Terapi Musik Klasik

Terapi musik klasik dilakukan selama 5 hari berturut-turut dalam

seminggu, saat akan diberikan terapi musik klasik diharapkan pasien

dalam keadaan tenang dan bersedia diterapi. Sebelum diberikan terapi

musik klasik skor depresi diukur dengan menggunakan instrumen Beck

Depression Inventory (BDI) dan diukur kembali skor depresinya setelah

dilakukan terapi musik klasik dengan menggunakan instrumen yang sama

pada akhir pertemuan (Kurnia, 2017).


Berikut ini tahapan yang akan dilakukan dalam pemberian terapi musik

klasik, sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Amelia & Trisyani,

2015) :

a. Tahap Orientasi

1) Memberikan salam terapeutik dan kenalan

a) Memberi salam

b) Memperkenalkan diri dan menanyakan nama pasien

c) Menyampaikan tujuan interaksi

2) Melakukan evaluasi dan validasi data

a) Menanyakan perasaan pasien hari ini

b) Memvalidasi/mengevaluasi masalah pasien

3) Melakukan kontrak

a) Waktu

b) Tempat

b. Tahap Kerja

1) Berikan kesempatan pasien untuk memilih jenis musik klasik

2) Tempatkan pasien di ruangan yang tenang dengan posisi yang

rileks

3) Sebelum musik didengarkan, pasien akan dilakukan

pengukuran depresi terlebih dahulu

4) Berselang waktu sekitar 5- 10 menit, musik didengarkan oleh

pasien menggunakan music box


5) Selama pasien mendengarkan musik, baik perawat atau tenaga

medis lainnya tidak berada di ruangan yang sama dengan

pasien

6) Musik didengarkan kurang lebih selama 20- 30 menit

c. Tahap Terminasi

1) Mengevaluasi respon pasien terhadap terapi yag sudah

diberikan

2) Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik untuk pertemuan

selanjutnya

4. Kaitan Psikososial : Kehilangan dengan Terapi Musik Klasik

Pasien psikososial : kehilangan cenderung mengalami depresi, untuk

menurunkan tingkat depresi bisa menggunakan obat anti depresan

Penanganan depresi yang lebih mudah adalah dengan menggunakan terapi

musik klasik. Musik klasik memiliki pengaruh besar pada kondisi

psikologi sosial lansia karena musik klasik memiliki efek yang besar

terhadap ketegangan dan kondisi rileks pada diri seseorang. Musik klasik

juga menimbulkan rasa aman dan sejahtera, serta melepaskan rasa

gembira dan sedih (Musbikin, 2009). Selain itu terapi musik dapat

membangkitkan gelombang otak alfa yang menimbulkan rasa relaksasi

sehingga perilaku individu akan menjadi dan bisa menurunkan timbulnya

dampak dari depresi. Terapi musik ini mempunyai fungsi memenangkan

pikiran dan meredakan emosi dapat juga melatih otot-otot serta pikiran
menjadi rileks. Dengan mendengarkan musik, pasien merasakan kondisi

yang rileks dan perasaan yang nyaman (Suidah & Cahyono, 2016)
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian

rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan

penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang

dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan

pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2007).

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian yaitu studi kasus. Studi

kasus merupakan suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara

intensif, terperinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan

aktivitas pada individu, kelompok, lembaga, atau organisasi untuk

memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut. Peristiwa

yang dipilih selanjutnya disebut kasus (Rahardjo, 2017). Studi kasus dalam

karya tulis ini adalah pasien dengan psikososial : kehilangan.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah pasien dengan

psikososial : kehilangan sebanyak 2 orang yang meliputi dua kriteria yaitu :

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien berjenis kelamin perempuan

b. Pasien berusia <50 tahun


c. Pasien keadaan psikososial : kehilangan dengan depresi ringan/sedang

d. Pasien yang kooperatif dan bersedia diberikan terapi musik klasik.

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang memiliki gangguan lain selain depresi karena kehilangan,

misalnya demam, sesak napas

b. Pasien yang sulit diajak berinteraksi

c. Pasien yang memiliki gangguan pendengaran

C. Fokus Studi

Fokus studi merupakan kajian utama dari permasalahan yang akan

dijadikan titik acuan studi kasus. Fokus studi pada penelitian ini adalah

penerapan terapi musik klasik pada pasien psikososial : kehilangan

D. Definisi Operasional Fokus Studi

1. Terapi musik klasik adalah pemberian alunan lagu yang menenangkan

oleh perawat kepada pasien untuk menjadikan pasien lebih rileks. Dalam

penerapan musik klasik pasien di tempatkan pada posisi yang tenang dan

sepi agar hasilnya lebih efektif.

2. Gangguan kehilangan adalah gangguan yang dialami individu karena

kehilangan sesuatu yang sangat dicintai. Seseorang mengekspresikan

kehilangan berbeda-beda. Ada yang merespon hanya secara fisik

(menangis) dan ada juga yang sampai merespon secara psikologis

(emosional) bahkan ada juga seseorang yang merespon keduanya.


3. Tingkat depresi merupakan kondisi psikologis (perasaan) yang dialami

seseorang yang dapat diobservasi dan dapat diukur

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino

Gondohutomo provinsi Jawa Tengah.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2021

F. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara (Anamnesis) yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

memberikan pertanyaan kepada pasien tentang hampir semua hal

termasuk hal-hal yang berhubungan dengan masalah keesehatan pasien.

Dalam wawancara juga dikumpulkan data demografi (identitas pasien)

seperti nama, usia, alamat, status pernikahan, pekerjaan, dan lai-lain (Yeni

& Ukur, 2019). Perlu juga dilakukan pengkajian terhadap riwayat

kesehatan pasien dahulu, pengalaman kehilangan di masa lalu, penyebab

kehilangan, dan riwayat depresi.

2. Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengamati suatu kondisi maupun perilaku

keadaan pasien untuk mendukung dan memperjelas anamnesis (Sumantri,


2015). Aspek yang akan diobservasi adalah ekspresi wajah, gerak tubuh,

tingkah laku saat wawancara , dan proses pikir serta pola komunikasi

yang menunjukkan adanya depresi.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan, mengolah,

menganalisa dan menyajikan data secara sistematis dengan tujuan

memecahkan suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Semua alat

yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian

(Nasution, 2016). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah

lembar observasi yang digunakan untuk mengamati respon non verbal

yang menunjukkan adanya depresi saat wawancara dan Beck Depression

Inventory yang digunakan untuk mengukur tingkat depresi.

4. Dokumentasi

Dokumentasi berisikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan data lain yang

relevan dengan melihat catatan keperawatan pasien

G. Analisa Data dan Penyajian Data

1. Analisa Data

Analisa data merupakan kesimpulan tentang apa yang menjadi masalah

kesehatan pasien, sebagaimana tujuannya adalah menafsirkan data yang

sudah terkumpul untuk menentukan masalah kesehatan sehingga rencana

keperawatan dapat ditetapkan dan dilaksanakan agar kebutuhan pasien

dapat terpenuhi. Analisa data meliputi data subyektif, yaitu data yang

diperoleh dari jawaban pasien ketika dilakukan wawancara, biasanya


pasien dengan psikososial : kehilangan ketika diwawancara mengatakan

tidak bisa melupakan kehilangan anak/suaminya karena sesuatu hal.

Kemudian analisa data juga terdapat data obyektif, yaitu data yang

diperoleh dari suatu observasi atau pemeriksaan untuk mengukur dan

menilai status kesehatan pasien, biasanya pasien dengan psikososial :

kehilangan saat diwawancara terlihat menangis, melamun, bahkan merasa

kesal terhadap dirinya sendiri. Pemeriksaan tanda-tanda vital pasien

psikososial : kehilangan diperoleh tekanan darah : 130/90 mmHg,

respirasi : 20x/menit, dan nadi 90x/menit (Yeni & Ukur, 2019)

2. Penyajian Data

Hasil analisa data akan disajikan dalam bentuk tekstual yaitu penyajian.

Peneliti menggunakan penyajian data dengan deskriptif naratif, tabel dan

grafik. Hasil studi kasus berupa tulisan atau narasi dan dipakai untuk data

yang jumlahnya kecil serta memerlukan kesimpulan yang sederhana.

Untuk perkembangan skor observasi tanda non verbal dan tingkat depresi

disajikan dalam bentuk grafik, sedangkan untuk intervensi dan observasi

disajikan dalam bentuk tabel.

H. Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah sutau pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

(subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Secara garis besar, dalam


melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang

teguh, yaitu :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Menggunakan informed consent untuk bukti kebersediaan menjadi subjek

penelitian dengan cara menjelaskan gambaran dan manfaat dari penelitian

yang akan dilakukan, menjelaskan manfaat bagi subjek penelitian,

menjelaskan kepada subjek penelitian bahwa subjek penelitian dapat

mengundurkan diri sebagai subjek penelitian kapan saja.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

a. Menggunakan inisial terkait identitas subjek penelitian pada saat

penelitian.

b. Tidak membicarakan apa yang terjadi pada subjek penelitian ketika

penelitian kepada orang yang tidak diizinkan oleh subjek penelitian.

c. Merahasiakan wajah subjek penelitian apabila data disajikan dalam

bentuk foto.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an

inclusiveness).

Subjek penelitian mendapatkan perlakuan sesuai dengan perencanaan

penelitian yang dikemukakan dalam karya tulis ilmiah ini.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits).


Peneliti melakukan penelitian sesuai dengan prosedur untuk mendapatkan

hasil yang maksial. Terapi musik klasik yang diberikan dapat memberikan

perubahan depresi pada subjek penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Alfiansyah, G. Y., Rochmawati, D. H., & Purnomo. (2016). Pengaruh terapi


musik terhadap tingkat stres pada pasien isolsi di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Karya Ilmiah, 1–10.
Amelia, D., & Trisyani, M. (2015). Terapi musik terhadap penurunan tingkat
depresi : literature review. ’Afiyah, 2(1).
Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta : EGC.
Ayu, G., Ayu, D., & Agung, A. (2016). Asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan kehilangan dan berduka. Politeknik Kesehatan Denpasar.
Barus, N. S., & Siregar, D. (2019). Kajian Literatur: efektivitas terapi musik
klasik terhadap halusinasi pendengaran pada asien skizofrenia. Jurnal
Nursing Current, 7(2), 48–57.
Bernhard, S. L. (2007). Les musik untuk anak anda : panduan bagi orang tua.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Dirgayunita, A. (2016). Depresi: ciri, penyebab dan penangannya. Journal An-
Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, 1(1), 1–14.
https://doi.org/10.33367/psi.v1i1.235
Hidayat, A. A. (2004). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Indrayani, Y. A., & Wahyudi, T. (2018). Situasi kesehatan jiwa di Indonesia (pp.
1–12). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Jayani, D. H. (2019). Provinsi mana yang memiliki angka depresi tertinggi?
Databoks, 2018.
Khairani, L. (2019). Tujuan dan tahapan pengkajian dalam proses keperawatan.
INA-Rxiv Papers, 1–12. https://doi.org/10.31227/osf.io/59jbz
Kurnia, A. (2017). Pengaruh terapi musik terhadap skor depresi pada pecandu
narkoba rehabilitasi di isma sirih rumah sakit jiwa daerah sungai bangkong
dan rehabilitasi berbasis masyarakat bumi khatulistiwa Kalimantan Barat.
Universitas Tanjungpura Pontianak.
Musbikin, I. (2009). Kehebatan musik untuk kecerdasan anak. Yogjakarta : Power
Book.
NANDA-I. (2018). Nanda-I diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi
2018-2020 (T. H. Herdman & S. Kamitsuru (eds.); 11th ed.). Jakarta : EGC.
Nasution, H. F. (2016). Instrumen penelitian dan urgensinya dalam penelitian
kuantitatif. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Keislaman, 4(1), 59–75.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurhalimah. (2016). Modul bahan ajar cetak keperawatan; Keperawatan jiwa.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Purbaningsih, E. S. (2019). Asuhan Keperawatan pada Padien Depresi dan Resiko
Bunuh Diri. Jurnal Ilmiah Indonesia, 4(8), 1–13.
Rahardjo, M. (2017). Studi kasus dalam penelian kualitatif : konsep dan
prosedurnya. 9(5), 1–14.
Reviani, M. (2020). Depresi mulai terjadi di rentang usia 15-24 tahun.
Validnews.Id.
Savitri, W., Fidayanti, N., & Subiyanto, P. (2016). Terapi musik dan tingkat
kecemasan pasien preoperasi. Media Ilmu Kesehatan, 5(1), 1–6.
https://doi.org/10.30989/mik.v5i1.44
Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Suidah, H., & Cahyono, E. A. (2016). Intervensi terapi musik klasik sebagai
prnangaan depresi pada lansia. Jurnal Keperawatan, 9(2), 9–16.
Sumantri. (2015). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Prenada Media.
Suryana, D. (2012). Terapi musik. Yogyakarta : Wsit.
Tanoni, C. F., & Christina. (2020). Fasilitas rehabilitasi bagi penderita depresi
berbasis terapi suara di Surabaya. Jurnal Edimensi Arsitektur, VII(1), 697–
704.

Yeni, B., & Ukur, S. (2019). Pengkajian keperawatan sebagai penentu kesuksesan
proses keperawatan. INA-Rxiv Papers.
LAMPIRAN
Lampiran 1
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

1. Saya adalah penulis berasal dari program studi Diploma III Keperawatan

dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam studi

kasus yang berjudul “Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Untuk

Menurunkan Tingkat Depresi Pada Pasien Psikososial Kehilangan".

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah menggambarkan proses terapi

musik klasik untuk menurunkan tingkat depresi pada pasien psikososial :

kehilangan
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan

memperhatikan pedoman wawancara yang akan berlangsung kurang lebih 30

menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak

perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan

pelayanan keperawatan.

4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan pada penelitian ini adalah

anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan tindakan yang diberikan.

5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang anda sampaikan akan

tetap dirahasiakan.

6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubung dengan penelitian ini,

silahkan menghubunngi peneliti pada nomor hp.085643684983

Penulis
Suci Fitriya

Lampiran 2
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Responden)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat
penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai studi kasus yang akan
dilakukan oleh Suci Fitriya dengan judul “Pengaruh Pemberian Terapi Musik
Klasik Untuk Menurunkan Tingkat Depresi Pada Pasien Gangguan Kehilangan”.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada studi kasus ini secara
sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa
sanksi apapun
Slawi, Maret 2021

Saksi Yang memberikan persetujuan

-------------------- ------------------------------

Penulis
Suci Fitriya

Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

RESPON NON VERBAL PASIEN PSIKOSOSIAL : KEHILANGAN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Tanggal Pengkajian :
No. Respon Non Verbal Tidak Ada Ada
Melamun
Senyum yang
dipaksakan
Sedih
1 Ekspresi Wajah Menghina
Takut
Menutup diri
Kesal/marah
Gelisah
2 Gerak Tubuh
Menutup Diri
Gelisah
Tingkah Laku
3 Menutup diri
Saat Wawancara
Rasa bosan
Bicara lambat
Proses Pikir dan Cenderung lebih
4
Pola Komunikasi diam
Berpikir lambat
Keterangan :

Data yang diperoleh dari subjek penelitian dijumlah berdasarkan skor jawaban

tidak ada (0) dan ada (1) sesuai dengan pernyataan yang tertera pada lembar

observasi yang telah diisi sesuai kondisi subjek penelitian. Selanjutnya skor

tersebut digolongkan sesuai dengan kriteria penilaian, yaitu:

0 : tidak ada depresi/normal

1 -6 : depresi ringan

7-14 : depresi sedang


>14 : depresi berat

Setelah digolongkan sesuai dengan kriteria penilaian dan disertai penjabaran pada

setiap indikator yang ada dan tidak ada maka akan disimpulkan tingkat gejala

depresi saat observasi selama konseling pada subjek penelitian.

Lampiran 4

INSTRUMEN PENELITIAN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Tanggal Pengkajian :

Tabel Beck Depression Inventory (BDI)

No Dimensi Indikator Skor Jumlah


1 Emosi Keadaan sedih 0-3
Menangis 0-3
Mudah tersinggung 0-3
Perasaan pesimis 0-3
Perasaan tidak puas 0-3
Perasaan bersalah 0-3
2 Kognitif Gagal 0-3
Kebencian terhadap 0-3
diri sendiri
Menyalahkan diri 0-3
sendiri
Bimbang 0-3
Penyimpangan citra 0-3
tubuh
3 Motivasi Keinginan untuk 0-3
bunuh diri
Menarik diri dari 0-3
lingkungan sosial
Tidak mampu 0-3
mengambil
kesimpulan
Kemunduran dalam 0-3
pekerjaan
4 Vegetatif dan Gangguan tidur 0-3
Fisik Kelelahan 0-3
Kehilangan selera 0-3
makan
Penurunan berat 0-3
badan
Gejala psikosomatis 0-3
Kehilangan libido 0-3
Jumlah

Keterangan :
Cara pengisian alat ukur ini yaitu dengan meminta kesediaan responden untuk
menjawab semua item pertanyaan yang diajukan dengan cara memilih atau
menentukan salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia di setiap item
pernyataan yang sesuai dengan dengan individu tersebut. Masing-masing gejala
memiliki tingkat intensitas sebagai berikut :

a = 0 : tidak ada gejala

b = 1 : ada gejala ringan

c = 2 : ada gejala sedang

d = 3 : ada gejala berat

Penilaian jawaban dari responden dilakukan dengan menjumlahkan semua skor


yang diperoleh dari responden. Total jumlah nilai yang diperoleh responden akan
menunjukkan tingkat depresi yang dimiliki oleh responden. Nilai total bekisar dari
0-63. Indikasinya adalah :

a. Jumlah nilai 0-13 : Minimal/Normal


b. Jumlah nilai 14-19 : Depresi Ringan
c. Jumlah nilai 20-28 : Depresi Sedang
d. Jumlah nilai 29-63 : Depresi Berat
Lampiran 5

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) PADA KLIEN DENGAN

KEHILANGAN DAN BERDUKA

A. Strategi pelaksanaan 1

1. Tahap orientasi
a. Salam terapeutik:

“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu..... Saya Suci Fitriya, Ibu bisa

memanggil saya suster Suci. Saya mahasiswa perawat yang dinas pagi

ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat

Ibu. Nama Ibu siapa? Ibu senangnya dipanggil apa?”

b. Evaluasi/ validasi

“Baiklah bu, bagaimana keadaan Ibu ... hari ini?”

c. Kontrak:

1) Topik

“Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar

tentang keadaan ibu? Tujuannya supaya ibu bisa lebih tenang bu

dalam menghadapi keadaan ini, dengan ibu mau berbagi cerita

dengan saya, kesedihan ibu mungkin bisa berkurang”

2) Waktu

“Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang? 30 menit?

Baiklah”

3) Tempat

“Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja?

Baiklah.”

2. Tahap kerja

 “Baiklah Ibu .., bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan
Ibu... saat ini?”

 “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi

kondisi sebenarnya memang suami Ibu telah meninggal. Sabar ya,

Bu ”

 “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu

pikir, jika Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan

suami Ibu karena beliau memang sudah meninggal. Itu sudah

menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima

kenyataan ini.”

 “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan.

Meninggalnya suami Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai

Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat

mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”

 “Ibu sudah bisa memahaminya?

 “Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba

mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya

percaya Ibu mempunyai keahlian yang bisa digunakan. Ibu juga

tidak akan hidup sendiri. Ibu masih punya saudara-saudara, anak-

anak dan orang lain yang sayang dan peduli sama Ibu.”

 “Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik

relaksasi yang saya lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang

dalam, tahan sebentar, kemudian hembuskan perlahanlahan.”

 “Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”


3. Tahap terminasi

a. Evaluasi:

(Subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah

mulai memahami kondisi yang sebenarnya terjadi?”

(Objektif) : “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu

dapatkan dari perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik

relaksasi yang telah kita lakukan.”

b. Tindak Lanjut :

“Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat

melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak

terima dengan kenyataan ini, Ibu dapat mengingat kembali

perbincangan kita hari ini.

 Bu, ini ada buku kegiatan untuk ibu

 Bagaimana kalau kegiatan teknik rileksasi ibu masukkan

kedalam jadwal kegiatan ibu?

 Ibu setuju?

 Nah, Disini ada kolom kegiatan, tanggal, waktu dan keterangan

 Ibu bisa mengisi kegiatan tenik rileksasi pada kolom kegiatan

 Kira-kira jam berapa ibu nanti melakukan teknik rileksasi bu?

 Cara mengisi buku kegiatan ini: jika ibu melakukannya tanpa


dibantu atau diingatkan oleh orang lain ibu tulis “M” disini, jika

ibu di bantu atau diingatkan ibu tulis “B” dan jika ibu tidak

melakukannya ibu tulis “T”

 Ibu paham Bu?”

 Nanti ibu jangan lupa mengisi buku kegiatannya ya

c. Kontrak yang akan datang:

 Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang selama

30 menit dan sekarang sudah 30 menit bu!

 Bu, kapan ibu mau kita melanjutkan perbincangan kita?

 Bagaimana kalau kita besok membicarakan tentang hobi ibu

 Ibu maunya dimana?

 Nah, sekarang ibu istirahat dulu

 Sebelum saya permisi apak ada yang mau ibu tanyakan?

 Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi dulu

ya bu. Assalamu’alaikum.”

B. Strategi pelaksanaan 2

1. Tahap orientasi

a. Salam terapeutik:

“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu M. Masih ingat dengan


saya Bu? Ya, betul sekali. Saya suster diah, Bu. Seperti kemarin,

pagi ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan

merawat Ibu.”

b. Evaluasi/ validasi:

“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari

kemarin? Bagus kalau begitu”

“Nah apa saja yang ibu lakukan kemarin? “ coba saya lihat buku

kegiatan ibu?

“wah bagus bu, ibu sudah melakukan teknik rileksasi secara

mandiri”

“Sekarang coba ibu praktekkan lagi cara teknik rileksasi tersebut”

“ Bagus sekali bu”

c. Kontrak:

1) Topik

“Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini kita

bertemu untuk membicarakan hobi Ibu tujuannya supaya ibu

dapat melakukan aktifitas yang sukai dan ibu dapat

berinteraksi dengan orang-orang disekeliling ibu

2) Waktu

“Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang? 30

menit? Baiklah “

3) Tempat
“Ibu maunya dimana? Bagaimana di taman depan, ibu

setuju?”

2. Tahap Kerja

 “Nah, Bu. Apakah Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu

senangi?”

 “Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang bisa

bermain voli lho, Bu.”

 “Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain lagi?”

 “Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus.

Bisa Ibu menunjukkan sedikit bakat menyanyi Ibu pada saya?”

 “Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara Ibu juga

cukup bagus”.

 “Ngomong-ngomong tentang hobi Ibu bermain voli, berapa sering

Ibu biasanya bermain voli dalam seminggu?”

 “Cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu dalam bermain

voli sudah terlatih.”

 “Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata Ibu hebat

juga ya dalam bermain voli. Buktinya, Ibu pernah memenangi

lomba voli antarwarga di daerah rumah Ibu.”

 “Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak bergabung dengan

yang lain untuk bermain voli? Tampaknya di sana banyak orang


yang juga ingin bermain voli. Ibu bisa melakukan hobi Ibu ini

bersama-sama dengan yang lain.”

 “Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu .... Ibu ... juga akan bermain voli

bersama- sama. Ibu .... ini jago bermain voli, lho.”

 “Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang baik dalam

bermain bola voli?”

 “Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat.”

 “Ibu ..., saat Ibu sedang merasa emosi tapi tidak mampu

meluapkannya, Ibu bisa melakukan kegiatan ini bersama-sama

yang lain. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membuat Ibu

berhubungan lebih baik dengan yang lainnya dan Ibu tidak merasa

kesepian lagi.”

3. Tahap terminasi

a. Evaluasi:

(Subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa sudah lebih

baik dibandingkan kemarin?”

(Objektif): “Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja manfaat yang

dapat Ibu dapatkan dengan melakukan kegiatan yang Ibu

senangi.”

b. Tindak Lanjut :

 “Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat bermain voli saat Ibu
sedang merasa emosi.

 “Bu, ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan?”

 “Bagaimana jika kegiatan bermain voli ini juga dimasukkan

menjadi kegiatan sehari-hari

 “Ibu maunya berapa kali main voli dalam satu minggu?”

 Kira-kira jam berapa ibu nanti mau main voli?

 “Nah nanti kalau ibu melakukan kegiatan ini, ibu jangan lupa

mengisi buku kegiatan”

 “Caranya sama dengan sebelumnya, jika ibu melakukan

sendiri, tanpa diingatkan dan dibantu oleh perawat atau orang

lain ibu tulis “M”, dan jika ibu di bantu dalam melakukan

kegiatan , ibu tulis “B”, dan jika ibu malas atau lupa

mengerjakannya ibu tulis “T”.

 Ibu paham bu?

c. Kontrak yang akan datang:

 Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang

selama 30 menit dan sekarang sudah 30 menit bu!

 “Nah bu bagaimana kalau besok jam 08.00 setelah makan

pagi, saya akan kembali lagi untuk mengajarkan Ibu cara

meminum obat dengan benar.

 Kita ketemu di ruangan Ibu saja, ya?

 Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak, saya
permisi dulu ya, Bu. Assalamu’alaikum

C. Strategi Pelaksanaan 3

1. Tahap orientasi

a. Salam terapeutik:

“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu ...”

b. Evaluasi validasi:

“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa semalam Ibu bisa

tidur dengan nyenyak?”

“Apa boleh saya lihat buku

kegiatan ibu? “Wah bagus bu”

“Nampaknya ibu sudah lebih bersemangat dari yang kemaren”

c. Kontrak:

1) Topik

“Ibu tidak bisa tidur dengan nyenyak ya? Baiklah, sesuai

dengan janji kita yang kemarin, saya akan memberitahu Ibu

obat yang harus Ibu minum untuk mengurangi kecemasan

Ibu dan agar Ibu dapat tidur dengan nyenyak.

2) Waktu

Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?


3) Tempat

Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di kamar ini saja.”

2. Tahap kerja

 “Nah, kita langsung mulai saja ya Bu. Ini ada beberapa macam

obat- obatan yang harus Ibu minum.”

 “Ini obatnya ada dua macam ya Bu. Yang warna putih ini

namanya BDZ. Fungsi dari obat ini agar pikiran Ibu bisa lebih

menjadi tenang. Kalau pikiran Ibu tenang, Ibu bias tidur dengan

nyenyak”

 “Kemudian, yang warna kuning ini adalah HLP. Ini juga harus

Ibu minum agar perasaan Ibu bisa rileks dan Ibu tidak lagi

merasakan cemas yang berlebihan.”

 “Nah Bu, semua obat ini diminum tiga kali sehari ya Bu, jam 7

pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Masing-masing obat satu

butir saja. Obat- obatan ini juga harus diminum setelah Ibu

makan.”

 “Apa Ibu mempunyai keluhan dalam meminum obat?”

 “Ooh, jadi Ibu tidak tahan dengan rasa pahitnya ya? Kalau

begitu, setelah Ibu minum obat Ibu bisa memakan permen agar

rasa pahitnya dapat berkurang.”

 “Jika setelah minum obat ini mulut Ibu menjadi terasa kering
sekali, Ibu bisa minum banyak air untuk mengatasinya agar

mulut Ibu tidak kering.”

 “Tapi jika ada efek samping yang berlebihan seperti gatal-gatal,

pusing, atau mual, Ibu bisa panggil saya atau perawat lain yang

sedang bertugas.”

 “Nah, sebelum ibu meminum obatnya, pastikan dulu ya Bu,

obatnya sesuai atau tidak. Ibu juga jangan lupa perhatikan

waktunya agar obat tersebut dapat diminum tepat waktu.”

3. Tahap terminasi

a. Evaluasi

(Subjektif): “Apa Ibu sudah mengerti apa saja obat yang harus

Ibu minum dan bagaimana prosedur sebelum meminumnya?”

(Objektif): “Bagus. Kalau Ibu sudah mengerti, coba ulangi lagi

apa saja obat yang harus Ibu minum dan apa saja prosedur

meminum obatnya.”

b. Tindak Lanjut

 “Seperti yang sudah saya katakan tadi ya Bu, jika setelah

minum obat mulut Ibu terasa kering, Ibu dapat meminum

air yang banyak. Dan kalau Ibu merasa gatal-gatal, ousing,

atau bahkan muntah, Ibu dapat menghubungi saya atau

perawat lain yang sedang bertugas.”

 “Bu, ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan?”


 “Bagaimana jika kegiatan minum obat ini juga dimasukkan

menjadi kegiatan sehari-hari

 Jangan lupa, ibu juga membuat jam minum obatnya ya bu

 “Caranya mengisi buku kegiatan ini juga sama dengan

sebelumnya, jika ibu melakukan sendiri, tanpa diingatkan

dan dibantu oleh perawat atau orang lain ibu tulis “M”, dan

jika ibu di bantu dalam melakukan kegiatan , ibu tulis “B”,

dan jika ibu malas atau lupa mengerjakannya ibu tulis “T”.

 Ini tujuannya untuk melihat kemandirian ibu, jika ibu sudah

bisa mandiri dalam melakukan sesuatu dan ibu juga sudah

dapat memenuhi kebutuhan ibu sehari-hari, ibu akan dapat

segera di pulangkan.

 Ibu paham Bu?

c. Kontrak yang akan datang

 Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang

selama 30 menit dan sekarang sudah 30 menit bu!

 “Baiklah Bu, nanti jam 14.00 setelah makan siang, saya

akan datang kembali untuk memantau perkembangan Ibu. Kita

bertemu di ruangan ini saja ya Bu.”

 “Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan?

 Baiklah Bu, kalau tidak ada, saya permisi dulu.

Assalamu’alaikum.”

Anda mungkin juga menyukai