Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN HIPERTENSI

Dosen Pembimbing : Siswati S.Kep.,Ns.,M.Kep

SOFIA FACHROZIAH
201204063

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG

PENDIDIKAN PROFESI NERS

TAHUN AJARAN 2020/2021

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus pada keluarga dengan Hipertensi. Sebagai tugas Keperawawatan keluarga
Program Studi Profesi Ners STIKES Pemkab Jombang Tahun Ajaran 2020/2021.

Nama : Sofia Fachroziah

NIM : 201204063

Prodi : Profesi Ners

Telah dikonsulkan dan di revisi sebagai laporan kasus Keperawatan Gerontik.

Profesi Ners STIKES Pemkab Jombang pada :

Hari :

Tanggal :

Jombang, 7 November 2020

Mengetahui :

Pembimbing Akademik Mahasiswa

Siswati S.Kep.,Ns.,M.Kep Agustin Sabdiana


NIK. NIM. 201204007
LAPORAN PENDAHULUAN

1. KONSEP KELUARGA
A. Definisi Keluarga
Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan
sosial masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan pengertian keluarga dalam Harmoko
(2012) :
a. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi
satu sama lain.
b. Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan
sosial dari tiap anggota.
c. Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
d. Menurut Bergess (1962), keluarga terdiri atas kelompok orang yang mempunyai
ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil adopsi, anggota tinggal
bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan komunikasi dalam peran sosial,
serta mempunyai kebiasaan/kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi
mempunyai keunikan tersendiri.
e. Menurut Helvie (1981), keluarga adalah sekelompok manuasia yang tinggal dalam
satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.
f. Menurut Departemen kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu
masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.

B. Tujuan Dasar Keluarga


1) Memujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan
memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran
masyarakat
2) Membentuk anggota keluarga sebagai anggota masyarakat yang
sehat biopsikososial spiritual
3) Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat
4) Memperhatikan secara total segi-segi kehidupan anggotanya
5) Membentuk identitas dan konsep dari individu-individu yang menjadi anggotanya
C. Konsep Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga:
a. Tahap I ( keluarga pasangan baru/ beginning family)
Keluarga baru di mulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami istri
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru.
(Harmoko, hal 52; 2012).
b. Tahap II ( keluarga dengan kelahiran anak pertama/ child bearing family)
Tahap II mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi
berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orangtua adlah salah satu kunci dalam
siklus kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama, keluarga menjadi
kelompok trio, membuat sistem yang permanen pada keluarga untuk pertama kalinya
(yaitu, sistem berlangsung tanpa memerhatikan hasil akhir dari pernikahan). (
McGoldrick, Heiman, & Carter, 1993 dalam Marilyn M. Friedman, hal 108: 2010)
c. Tahap III ( keluarga dengan anak prasekolah/ families with prescholl)
Tahap III siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 21/2
tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari
tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara
laki-laki, dan putri- saudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan
berbeda ( Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman, hal 111: 2010
d. Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah/ families with children)
Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah
anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas sekolah,
masing-masing anak memiliki aktifitas di sekolah, masing-masing akan memiliki
aktifitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas
berbeda dengan anak. (Harmoko, hal 56; 2012)
e. Tahap V ( keluarga dengan anak remaja/ families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh
tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meningglakan keluarga lebih awal atau
lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun.
Anak lainnya yang tinggal di rumah biasanya anak usia sekolah. Tujuan utama
keluarga pada tahap anak remaja adalah
melonggrakan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri
menjadi seorang dewasa muda. (Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman,
hal 115: 2010)
f. Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lama tahap ini
bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga
dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan utama pada tahap ini adalah
mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepaskan anaknya
untuk hidup sendiri. (Harmoko, hal 59; 2012)
g. Tahap VII ( keluarga usia pertengahan/ middle age families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meningglakan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan pada
fase ini akan dirasakan sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan
perasaan gagal sebagai orang tua. Pada tahap ini semua anak meninggallkan rumah,
maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas.
(Harmoko, hal 60; 2012)
h. Tahap VIII ( keluarga usia lanjut)
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu
atau kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan lainnya. (Duvall &
Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman, hal 122: 2010)

D. Keluarga Sebagai Sistem

LINGKUNGAN

MASUKAN PROSES KELUARAN

UMPAN BALIK

gambar: Komponen dalam sistem keluarga


Gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut (Harmoko, hal 15; 2012):
a. Masukan (input) terdiri atas: anggota keluarga, fungsi keluarga, aturan dari keluarga
(masyarakat) sekitar (luas), budaya, agama, dan sebagainya.
b. Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam melaksanakan
fungsi keluarga.
c. Keluaran (output) adalah hsil dari suatu proses yang berbentuk perilaku keluarga
yang terdiri atas perilaku sosial, perilaku kesehatan, perilaku sebagai warga
negara, dan lain-lain
d. Umpan balik (feedback) adalah pengontrol dalam masukan dan proses yang
berasal dari keluaran.

Karakteristik keluarga sebagai sistem


Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakteristik keluarga sebagai suatu sistem
(Harmoko, hal 17; 2012)
a. Pola komunikasi keluarga
Secara umum ada dua pola komunikasi dalam keluarga yaitu sistem terbuka dan sitem
tertutup. Sistem terbuka pola komunikasi dilakukan secara langsung, jelas, spesifik,
tulus, jujur dan tanpa hambatan. Sedangkan pola komunikasi seitem tertutup adalah
tidak langsung, tidak jelas, tidak spesifik, tidak selaras, saling menyalahkan, kacau dan
membingungkan.
b. Aturan keluarga
a) Sistem terbuka: hasil musyawarah, tidak ketinggalan zaman, berubah sesuai
kebutuhan keluarga, dan bebas mengeluarkan pendapat.
b) Sitem tertutup: ditentukan tanpa musyawarah tidak sesuai perkembangan zaman,
mengikat, tidak sesuai kebutuhan dan pendapat terbatas.
c. Perilaku anggota keluarga
a) Sistem terbuka: sesuia dengan kemampuan keluarga memiliki kesiapan,
mampu berkembang sesuai kondisi. Harga diri:percaya diri, mengikat, dan
mampu mengembangkan dirinya.
b) Sistem tertutup: memiliki sikap melawan, kacau, tidak siap (selalu bergantung),
tidak berkembang, harga diri: kurang percaya diri, ragu-ragu, dan kurang dapat
dukungan untuk mengembangkan.
E. Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Friedman dalam (Harmoko, hal 19; 2012) sebagai berikut
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur,
terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi
keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta
meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesn, memberikan
umpan balik, dan valid.
b. Struktur peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada
struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/ status adalah posisi individu
dalam masyarakat misal status sebagai istri/ suami.
c. Struktur kekuatan
Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku
orang lain. Hak (legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper power),
hadiah (reward power_, paksa (coercive power), dan effektif power.
d. Strukur nilai dan norma
a) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak
dapat mempersatukan annggota keluarga.
b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga.
c) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan
dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

F. Tipe – tipe Keluarga


Tipe keluarga (Harmoko, hal 23; 2012) sebagai berikut
a. Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah di
tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/ keduanya
dapat bekerja di laur rumah.
b. Extended Family
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.
c. Reconstitud Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal
dalam pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
d. Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di rumah, anak-
anak sudah meningglakan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
e. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak, keduanya/slah satu
bekerja di rumah.
f. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-anaknya
dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g. Dual Carier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak
h. Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya
saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk
menikah.
j. Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institutional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti.
l. Comunal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya
dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu kesatuan
keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang
tua dari anak-anak.
n. Unmarried paret and child
Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi
o. Cohibing Cauple
Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

G. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis
anggota keluarga (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010)
b. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota
masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota keluarga (Marilyn M.
Friedman, hal 86: 2010)
c. Fungsi reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk
keberlangsungan hidup masyarakat (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010)
d. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya (Marilyn M.
Friedman, hal 86: 2010)
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan
(Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010)

H. Tugas Keluarga
1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing
4) Sosialisasi antara para anggotanya
5) Pemeliharaan antara keterlibatan anggota keluarga
6) Pengaturan jumlah anggota keluarga
7) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
I. Ciri – ciri Keluarga
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara
3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan garis keturunan
4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkannya

2. KONSEP HIPERTENSI
A. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140

mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg (Aspiani, 2015). Hipertensi

pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan

diastolik di atas 90 mmHg (Fatimah, 2010).

B. Jenis Hipertensi
Jenis-jenis hipertensi menurut (Aspiani, 2015), yaitu sebagai berikut:
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
Hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh faktor berikut ini:
a) Faktor keturunaan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
b) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika
umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (pria lebih
tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
c) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
mengonsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30 g), kegemukan atau makan
berlebih, stress, merokok, minum alkohol, minum obat-obatan (efedrin,
prednison, epinefrin).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular renal, yang terjadi akibat stenosis
arteri renalis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga
terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan
pembentukan angiostensin II. Angiostensin II secara langsung meningkatkan
tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis anstenosis, atau
apabila ginjal yang terkena diangkat, tekana darah akan kembali normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain feokromositoma, yaitu
tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan
kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit Cushing, yang
menyebabkan peningkatan CRT karena hipersensitivitas sistem saraf simpatis
aldosteronisme primer (peningkatan aldosterone tanpa diketahui penyebabnya)
dan hipetensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai
kontrasepsi sekunder.

C. Etiologi Hipertensi
Menurut (Aspiani, 2015), menyatakan penyebab hipertensi pada lanjut usia
karena terjadi perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, dan meningkatkan resistensi pembuluh darah pada perifer.
Setelah usia 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun 1% tiap tahun
sehingga menyebabkan menurunya kontraksi dan volume. Elastisitas pembuluh darah
menghilang karena terjadi kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
Menurut (Aspiani, 2015), beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Generik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksrkresi atau transport
Na.
2. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress karena lingkungan
Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.

D. Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan Darah Pada orang Dewasa Sebagai Patokan dan Diagnosis
Hipertensi (mmHg).

Tekanan Darah

Kategori Sistolik Diastolik

Normal <130 mmHg <85 mmHg


Prehipertensi
130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi:
Derajat 1:ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Derajat 2: sedang 160-179 mmHg 100-109
mmHg
Derajat 3: berat 180-209 mmHg
110-119
Derajat 4: sangat ≥210 mmHg mmHg
berat
≥120 mmHg

E. Patofisiologi
Menurut (Aspiani, 2015), mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jarak saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-
ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion
ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstiktor. Klien
dengan hipetensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika sistem
saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal menyekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
darah ke ginjal, yang menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya
merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi (Sudarth & Brunner, 2002).

F. Tanda Dan Gejala Hipertensi


Menurut (Aspiani, 2015), Klien yang menderita hipertensi terkadang tidak
menanmpakkan gejala hingga bertahun-tahun. Gejala jika ada menunjukkan adannya
kerusakan vascular, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal
dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari dan
azetoma (peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin). Pada pemeriksaan fisik
tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula
ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat, penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Menurut (Sutanto, 2010), gejala-gejala yang dirasakan penderita hipertensi antara
lain sebagai berikut:
1) Pusing
2) Mudah marah
3) Telinga berdengung
4) Sukar tidur
5) Sesak napas
6) Rasa berat di tengkuk
7) Mudah lelah
8) Mata berkunang-kunang
9) Mimisan (jarang dilaporkan)
10) Muka pucat
11) Suhu tubuh rendah
Menurut (Aspiani, 2015), Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita
hipertensi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala.
Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
1) Sakit kepala
2) Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3) Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4) Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5) Telinga berdenging

G. Komplikasi
1) Stroke dapat terjadi akibat hemoragik akibat tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
mempedarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah
kearea otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otakyang mengalami
arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma.
2) Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan
hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
dengan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan
resiko pembentukan bekuan.
3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler glomelurus ginjal. Dengan rusaknya glomelurus aliran darah ke nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan
rusaknya membran glomerulus, protrin akan keluar melalui urine sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sring
dijumpai pada hipertensi kronis.
4) Kerusakan otak atau esenfalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yag sangat tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron disekitarnya kolaps dan
terjadi koma serta kematian.
5) Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir mungkin memiliki
berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat
mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum
proses persalinan.

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan hipertensi ada dua (2) yaitu sebagai berikut:
1) Farmakologi
Terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan salah satu obat berikut:
a) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg per hari dengan dosis tunggal pada
pagi hari (pada hipertensi kehamilan, hanya digunakan bila disertai
hemokonsentrasi /edema paru).
b) Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.
c) Propranolol mulai 10 mg dua kali sehari yang dapat dinaikkan 20 mg dua
kali sehari (kontraindikasi untuk penderita asma).
d) Kaptopril 12,5-25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari (kontraindikasi
pada kehamilan selama janin hidup dan penderita asma).
e) Nifedipin mulai dari 5 mg dua kali sehari, bisa dinaikkan 10 mg dua kali
sehari.
2) Nonfarmakologi
Langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola hidup penderita, yakni
denga cara:
a) Menurunkan berat badan sampai batas ideal
b) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar
kolesterol darah tinggi
c) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium, dan kalium yang cukup)
d) Mengurangi konsumsi alkohol
e) Berhenti merokok, dan
f) Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi esensial tidak
perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali).
(Muhamad Ardiansyah, 2012)
I. Pathways
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

1. PENGKAJIAN
a. Data biografi
Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit , nama penanggung
jawab dan catatan kedatangan.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama klien datang ke rumah sakit atau ke fasilitas kesehatan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klien yang dirasakan saat dilakukan pengkajian.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan terdahulu biasanya penyakit hipertensi adalah penyakit
yang sudah lama dialami oleh klien dan biasanya dilakukan pengkajian
tentang riwayat minum obat klien.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga adalah mengkaji riwayat keluarga apakah ada
yang menderita penyakit yang sama.
c. Data dasar pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2) Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung coroner/katup dan
penyakit serebrovaskuler dan episode palpitasi.
Tanda: peningkatan tekanan darah, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, takikardia, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit
pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) dan pengisisan kapiler
mungkin lambat/tertunda.
3) Integritas ego
Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan meledak,
otot muka tegang, menghela napas, peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit ginjal
pada masa lalu.
5) Makanan/cairan
Gejala: makanan yang disukai dan mencakup makanan tinggi garam, serta
lemak kolesterol, mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun).
Tanda: berat badan normal/obesitas, adanya edema, glikosuria.
6) Neurosensory
Gejala: Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital (terjadi
saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam) dan
gangguang penglihatan (diplopia, penglihatan kabur, epistaksis).
Tanda: status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek,
proses piker dan penurunan kekuatan genggaman tangan.
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung), sakit kepala.
8) Pernapasan
Gejala: dispnea yang berkaiatan dari aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea,
dyspnea , batuk dengan/tanpa pembentukan sputum dan riwayat merokok.
Tanda: distress pernapasan/penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas
tambahan (crakles/mengi) dan sianosis.
9) Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
10) Pembelajaran/penyuluhan
Gejala: faktor resiko keluarga: hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung,
diabetes mellitus dan faktor lain, seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alkohol/obat.
2. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE :
a. Kulit kepala
Tujuan : Untuk mengetahui turgor kulit serta tekstur kulit kepala dan untuk
mengetahui adanya lesi atau bekas luka.
Inspeksi : lihat ada atau tidaknya lesi , warna coklat kehitaman, edema, dan
distribusi rambut.
Palpasi : raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur halus, kasar, akral
hangat atau dingin.
b. Rambut
Tujuan : Untuk mengetahui tekstur, warna, dan percabangan rambut serta untuk
mengetahui rontok dan kotor nya.
Inspeksi : pertumbuhan rambut merata atau tidak, kotor atau tidak serta bercabang
atau tidak.
Palpasi : mudah rontok atau tidak, tekstur rambut kasar atau halus.
c. Kuku
Tujuan : Untuk mengetahui warna, keadaan kuku panjang atau tidak, serta
mengetahui kapiler refill.
Inspeksi : catat mengenai warna biru : sianosi, merah peningkatan vesibilitas Hb,
bentuk : clubbing karena hypoxia pada kanker paru.
Palpasi : catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada
pasien hypoxia lambat 5-15 detik).
d. Kepala /wajah
Tujuan : Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala serta mengetahui luka atau
kelainan pada kepala.
Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah apa bila muka kanan dan kiri tidak sama, misal
lebih condong ke kanan atau kiri, hal itu menunjukkan ada nya parase/kelumpuhan.
Palpasi : rasakan apabila adanyaluka, tonjolan patogik, dan respon nyeri dengan
menekan kepala sesuai kebutuhan.
e. Mata
Tujuan : Untuk mengetahui bentuk serta fungsi mata (medan penglihatan dan visus
dan ototo-otot mata), serta mengetahui adanya kelainan pandangan pada mata atau
tidak.
Inspeksi : lihat kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek berkedip baik/tidak,
konjungtiva dan sclera : merah atau konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin,
miosis atau medriasis. Sering ditemukan warna konjungtiva yang pucat/putih,
edema preorbial.
Palpasi : tekan dengan ringan untuk mengetahui adanya TIO (Tekanan Intra
Okuler) jika ada peningkatan akan teraba keras (pasien dengan
glaucoma/kerusakan dikus optikus) adanya nyeri tekan atau tidak.
f. Hidung
Tujuan : Untuk mengetahui bentuk serat fungsi dari hidung dan mengetahui ada
atau tidaknya imflamasi atau sinusitis.
Inspeksi : simetris atau tidaknya hidung, ada atau tidaknya inflamasi, sert ada atau
tidaknya secret.
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak.
g. Telinga
Tujuan : Untuk mengetahui keadaan telinga, kedalaman, telinga luar, saluran
telinga, gendang telinga.
Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, ukuran, warna, bentuk, kebersihan dan
lesi.
h. Mulut dan faring
Tujuan : Untuk mengetahui kelainan dan bentuk pada mulut, dan mengetahui
kebersihan mulut.
Inspeksi : lihat pada bagian bibir apakah ada kelainan congenital (bibir sumbing)
kesimetrisan, warna, pembengkakan, lesi, kelembapan, amati juga jumlah dan
bentuk gigi, berlubang, warna plak dan kebersihan gigi.
Palpasi : pegang dan tekan pelan daerah pipi kemudian rasakan ada masa atau
tumor, oedem atau nyeri.
i. Leher
Tujuan : Untuk menentukan struktur integritas leher, bentuk serta organ yang
berkaitan untuk memeriksa sistem limfatik.
Inspeksi : amati tiroid, dan amati kesimetrisan leher dari depan, belakang dan
samping.
Palpasi : pegang leher klien, anjurkan klien untuk menelan dan rasakan adanya
kelenjar tiroid.
j. Dada
Tujuan : Untuk mengetahui kesimetrisan, irama nafas, frekuensi, ada atau tidaknya
nyeri tekan, dan untuk mendengarkan bunyi paru.
Inspeksi : amati bentuk dada dan pergerakan dada kanan dan kiri, amati adanya
retraksi intercostal, amati pergerakan paru.
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan.
Perkusi : menentukan batas normal suara ketukan normal paru. Bunyi resonan atau
sonor pada seluruh lapang paru, jika disertai efusi pleura akan di dapati suara redup
hingga pekak, jika disertai pneumothoraks akan diserati bunyi hiperesonon.
Auskultasi : Untuk mengetahui ada atau tidaknya suara tambahan nafas, vesikuler,
wheezing/clecles, atau ronkhi.
k. Abdomen
Tujuan : Untuk mengetahui gerakan dan bentuk perut, mendengarkan bunyi
peristaltik usus, dan mengetahui ada atau tidaknya nyeri tekan pada organ dalam
abdomen.
Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, warna, ada tidaknya retraksi, benjolan,
ada tidaknya simetrisan, serta ada atau tidaknya asietas.
Palpasi : ada atau tidaknya massa dan respon nyeri. Aukultasi : mendengarkan
bising usu normal 10-12x/menit.
l. Muskuloskeletal
Tujuan : Untuk mengetahui mobilitas kekuatan dari otot dan gangguan-gangguan
di daerah tertentu.
Inspeksi : mengenali ukuran adanya atrofi dan hiperatrofi, amati kekuatan otot
dengan memberi penahan pada anggota gerak atas dan bawah.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan pola tidur b/d hambatan lingkungan
2) Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
3) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
4. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Luaran Keperawatan (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)


No
Keperawatan Outcome Indikator Intervensi Aktivitas
1. Gangguan pola tidur Pola tidur 1. Keluhan Dukungan Observasi:
tidur
b/d hambatan sulit tidur 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
lingkungan menurun 2. Identifikasi faktor penganggu tidur
2. Kesulitan 3. Identifikasi makanan dan minuman yang menganggu
sering tidur
terjaga 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
menurun Terapeutik :
3. Keluhan
1. Modifikasi lingkungan
tidak puas
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
tidur
3. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
menurun
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
4. Keluhan
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
pola tidur
6. Sesuaikn jadwal pemberian obat dan/tindskan untuk
berubah
menunjang siklus tidur terjaga
menurun
Edukasi :
5. Keluhan
1. Jelaskan pentingnya tidur selama sakit
istirahat
2. Anjurkan menepati kebiasaan tidur
tidak
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
cukup menganggu tidur
menurun 4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadsp tidur REM
5. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara non
farmakologi lainnya

2. Nyeri akut b/d Tingkat nyeri 1. Keluhan nyeri Managemen


menurun Observasi :
agen pencedera nyeri
2. Kesulitan tidur 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
fisik menurun kualitas, intensitas, skala nyeri
3. Ketegangan 2. Identifikasi factor yang memperberat dan
otot menurun memperingan nyeri
4. Tekanan darah
normal Terapeutik :
5. Nafsu makan
meningkat
1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgesic (jika perlu)
Observasi :
3. Toleransi 1. Saturasi oksigen Manajemen 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Aktivitas energi
Intoleransi mambaik mengakibatkan kelelahan
aktivitas b/d 2. Akral dingin 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
kelemahan menurun 3. Monitor pola dan jam tidur
3. Pucat menurun 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
4. Frekuensi napas melakukan aktivitas
membaik Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Edukasi :

1. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

2. Anjurkan tirah baring

3. Anjurkan strategi koping untuk mengurangi


kelelahan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makan.
FORMAT PENGKAJIAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

NamaPuskesmas No. Register


Nama Perawat Tanggal Pengkajian
A. DATA KELUARGA

Nama Kepala Keluarga Tn. K Bahasa sehari-hari Bhs jawa

Alamat Rumah & Telp Dsn. Tanggungan, Ds. Yankesterdekat, Jarak Puskesmas
Bandung
Pekerjaan Petani Alat transportasi Motor

Agama & Suku Islam & jawa Status Kelas Sosial Menengah
DATA ANGGOTA KELUARGA
No Nama Hub Umur JK Suku Pendidika Pekerjaan Status Gizi (TB, TTV Status
dgn n Terakhir Saat Ini BB, BMI) (TD, N, S, P) Imunisasi
KK Dasar
TD : 120/80mmHg
N : 80x/mnt
1 Tn. K Suami 69 L Jawa SD Petani -
S : 36°C
RR : 18x/mnt
TD : 130/70mmHg
N :82x/mnt
2 Ny. S Istri 59 P Jawa SD IRT -
S : 36,3°C
P : 18x/mnt
TD : 110/60mmHg
N : 89x/mnt
3 An. S Anak 20 P Jawa SMA Belum Lengkap
S : 36°C
bekerja P : 19x/mnt
LANJUTAN
Status Kesehatan
No Nama Alat Bantu/ Protesa Saat ini Riwayat Penyakit/ Alergi
1 Tn. K - Sehat -
2 Ny. S - Sehat Klien mengatakan 3 minggu yang lalu
mengalami hipertensi, dengan keluhan pusing
kemudian klien memeriksakan diri pada klinik
didapatkan tekanan darah 160/90 mmHg.
-
3 An. S Sehat -

Analisis MasalahKesehatanINDIVIDU :

B. TAHAP DAN RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA


Tahap Perkembangan Klg Saat Ini Keluarga Dengan Perkembangan Anak Remaja

Tugas Perkembangan Keluarga : √Dapat dijalankan Tdk Dpt Dijalankan


Bila Tdk dijalankan, sebutkan :
. .. ... .. .. .. . .. ... .. .. .. . .. .. . .. .. ... .. ... .. . . ... .. ... .. .. ... .. ... . . .. . .. .. ... .. .. .. . .. . .. .. .. ... .. ... .. . . ...

C. STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi : √ Baik Disfungsional
Peran Dalam Keluarga : √ Tdk Ada Masalah Ada Masalah
Nilai/Norma KLg √: Tdk ada konflik nilai Ada Konflik

Pengambilan keputusan dalam keluarga : Dalam Mengambil Keputusan


Keluarga Selalu Berdiskusi
Genogram

Keterangan

: laki-laki meninggal

: wanita meninggal

: laki-laki

: perempuan
D. FUNGSI KELUARGA √
Fungsi Afektif : Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Sosial : √ Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Ekonomi : √ Baik Kurang Baik

E. POLA KOPING KELUARGA

Mekanisme koping : Efektif Tidak Efektif


Stressor yg dihadapi keluarga : biaya sekolah anak

DATA PENUNJANG KELUARGA


Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga
Kondisi Rumah Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan :
Type rumah : permanen/semi permanen* Ya/ Tidak* ............................................................................
Lantai : tanah/plester/keramik,lainnya…. Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif : Ya/ Tidak*
Kepemilikan rumah : sendiri / sewa* jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :
Ventilasi : Ya/ Tidak* ..............................................................................
Baik (10-15% dari luas lantai): ya/tidak* Menggunakan air bersih untuk makan & minum:
Jendela setiap hari dibuka: ya/tidak* Ya/ Tidak*
………………………………………………… ...........................................................................................
PencahayaanRumah : Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri:
Baik/ Tidak* Ya/ Tidak*
………………………………………………… ...........................................................................................
Saluran Buang Limbah : Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :
Tertutup/terbuka* Ya/ Tidak*
………………………………………………… ...........................................................................................
Air Bersih : Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :
Sumber air bersih: sumur/PAM/sungai/lain-lain*, Ya/ Tidak*
sebutkan..... ..........................................................................................
Kualitas air: bersih Menjaga lingkungan rumah tampak bersih
ya/tidak
Jamban Memenuhi Syarat : (observasi
Kepemilikan jamban : ya/tidak* dan validasi)
Jenis jamban : leher angsa/cemplung* Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari :
Jarak septic tank dengan sumber air : 11m Ya/ Tidak*
...........................................................................................
Menggunakan jamban sehat :
Tempat Sampah: Ya/ Tidak*
Kepemilikan tempat sampah ;Ya/Tidak* ...........................................................................................
Jenis : Tertutup/Terbuka * Memberantas jentik di rumah sekali seminggu :
………………………………………………… Ya/ Tidak* (menguras, mengubur, menutup)
...........................................................................................
Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah Makan buah dan sayur setiap hari : Ya/ Tidak*
2
Anggota Keluarga (8m /orang) Ya/Tidak * ........................................................
………………………………………………… Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya/ Tidak*
.....................................................
Tidak merokok di dalam rumah : Ya/ Tidak*
............................................................
Penggunaan alkohol dan zat adiktif : ya/tidak
...................................................................................

KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA


Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit: AdaTidak karena
............................................................................................................................. .................................................
Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : YaTidak

Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya: Ya Tidak ,
………………………………………………………………..
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya : YaTidak , ………………………………………………………………..

5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat
: Ya Tidak

………………………………………………………………………………………………………………….

6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya: Keluarga Tetangga , ……………………………………………………………
Kader Tenaga kesehatan, yaitu……………………………………………………………

7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota


keluarganya: Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri
biasanya Perlu berobat ke fasilitas
yankes Tidak terpikir

8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : (bagaimana
bentuk tindakan upaya peningkatan kesehatan),
YaTidak,jelaskan ...................................................................................

9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami anggota keluarganya
: Ya Tidak , Jelaskan............................................................................

10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya: Ya Tidak, jelaskan

............................................................................................................................. ....

11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya: Ya Tidak, jelaskan..........................................................................
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan :
YaTidak, jelaskan ........................................................................................... ................. .......................

13) Apakah keluargamampumenggali dan memanfaatkansumber di masyarakatuntukmengatasimasalahkesehatananggotakeluarganya:

Ya Tidak, jelaskan.............................................................................................................. ....................

KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar
Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II

Kemandirian III Kemandirian IV

PENGKAJIAN FISIK INDIVIDU SEBAGAI BERIKUT :


AnggotaKeluarga Tn.W Ny.J An.S An.O
Nyeri spesifik:
Lokasi Gangg.Keseimb
Tipe Sistem pencernaan: Tn.W Ny.J An.S An.O
Durasi Intake cairan kurang
Intensitas Mual/muntah
Status mental: Tn.W Ny.J An.S An.O Nyeri perut
Bingung Muntah darah
Cemas Flatus
Disorientasi Distensi abdomen
Depresi Colostomy
Menarik diri Diare
Sistem integumen: Tn.W Ny.J An.S An.O Konstipasi
Cianosis Bising usus
Akral Dingin Terpasang Sonde
Diaporesis Sistem persyarafan: Tn.W Ny.J An.S An.O
Jaundice Nyeri kepala
Luka Pusing
Mukosa mulut kering Tremor
Kapiler refil time
Reflek pupil anisokor
lebih 2 detik
Sistem Pernafasan Tn.W Ny.U An.E An.S Paralisis : Lengan
Stridor kiri/ Lengan kanan/
Wheezing Kaki kiri/
Ronchi Kaki kanan

Akumulasi sputum Anestesi daerah


Sistem perkemihan: perifer
Tn.W Ny.U An.E An.S
Riwayat Tn.W Ny.J An.S An.O
Disuria
pengobatan
Hematuria Alergi Obat
Frekuensi Jenis obat yang
Retensi Dikonsumsi
Inkontinensia
Sistem
PEMERIKSAAN PENUNJANGTn.W Ny.J An.S An.O
muskuloskeletal
Tonus otot kurang
Paralisis
Pemeriksaan Tn.W Ny.J An.S An.O
Hemiparesis Laboratorium
ROM kurang GDP/2JPP/acak
Asam Urat
Cholesterol
Hb

21
ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1 Ds : Ketidak mampuan Kesiapan meningkatkan
1. Ibu An.O keluarga mengenal komunikasi
mengatakan jarang masalah tentang
berkomunikasi pentingnya komunikasi
dengan An.O karena efektif antara orang tua
An.O berada di kost. dan anak
2. An.O pulang
seminggu sekali pada
hari sabtu
Do :
1. Jika pulang ke rumah
An.O lebih banyak
menghabiskan
waktunya di dalam
kamar

2 Ds : Kesiapan meningkatkan
1. An.O mengatakan konsep diri
bahwa dia percaya
terhadap
kemampuanya
2. An.O mengatakan
ingin membantu
orang tua
3. An.O mengatakan
ingin menjadi pribadi
yang lebih baik
SKORING
MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA: kesiapan meningkatkan komunikasi

Kriteria SKOR Bobot Pembenaran


SIFAT MASALAH 3/3x1=1 An.S lebih sering menghabiskan
waktu di kamar dan jarang
Wellness 3
1 berkumpul dengan keluarga ketika
Aktual 3 pulang dari pesantren
Resiko 2
Potensial 1
KEMUNGKINAN MASALAH 1/2x2=1 Ibu An.S ingin berkomunikasi
dengan baik dengan An.S tetapi
DAPAT DIUBAH
terkendala oleh waktu jika sedang
Mudah 2 menjenguk AnS di pesantren
2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
POTENSIAL MASALAH YANG 2/3x1=2/ Potensial masalah cukup mudah
3 diubah
DAPAT DICEGAH
Tinggi 3
1
Cukup 2
Rendah 1
MENONJOLNYA MASALAH 2/2x1=1 Ibu An.S ingin jika An.S pulang
dari pesantren lebih banyak
Segera 2
1 menghabiskan waktu dengan
Tak perlu 1 keluarga
Tak dirasakan 0

Dilakukan di setiap diagnose keperawatan


(Skore/angka tertinggi)xbobot =3 2/3
SKORING
MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA: kesiapan meningkatkan konsep diri

Kriteria SKOR Bobot Pembenaran


SIFAT MASALAH 3/3x1=1 An.S lebih sering menghabiskan
waktu di kamar dan jarang
Wellness 3
1 berkumpul dengan keluarga ketika
Aktual 3 pulang dari pesantren
Resiko 2
Potensial 1
KEMUNGKINAN MASALAH 2/2x2=2 Ibu An.S ingin berkomunikasi
dengan baik dengan An.S tetapi
DAPAT DIUBAH
terkendala oleh waktu jika sedang
Mudah 2 menjenguk AnS di pesantren
2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
POTENSIAL MASALAH YANG 2/3x1=2/ Potensial masalah cukup mudah
3 diubah
DAPAT DICEGAH
Tinggi 3
1
Cukup 2
Rendah 1
MENONJOLNYA MASALAH 2/2x1=1 Ibu An.S ingin jika An.S pulang
dari pesantren lebih banyak
Segera 2
1 menghabiskan waktu dengan
Tak perlu 1 keluarga
Tak dirasakan 0

total score : 4 2/3


prioritas masalah keperawatan :
1. kesiapan meningkatkan konsep diri b/d ketidak cukupan informasi
2. kesiapan meningkatkan komunikasi b/d mengungkapkan minat meningkatkan
komunikasi
RENCANA /INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA

DIAGNOSIS KEPERAWATAN SLKI/NOCC SIKI/NIC


KODE DIAGNOSIS KODE HASIL KODE INTERVENSI
Kesiapan Keiapankonsep diri yang lebih baik: Kesiapan meningkatkan konsep diri : peningkatan peran
perkembangan anak remaja
Meningkatkan Tindakan :
Kriteria: 1. bantu pasien untuk mengidentifikasi peran dalam siklus
Konsep Diri B/D 1. menghormati orang lain kehidupan
2. mengatur tujuan akademik 2. bantu klien untuk mengidentifikasi peran yang biasanya dalam
Ketidak Cukupan 3. menunjukan kemampuan keluarga
pada tingkat mampu di 3. bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku yang
Informasi diperlukan untuk mengembangkan peran
sekolah
IMPLEMENTASI / TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL/ EVALUASI/
NO Dx.KEP IMPLEMENTASI TTD
JAM RESPON KLIEN
Kesiapan 09-01-21 1. menjelaskan tentang S : klien mengatakan
peran klien dalam akan mencari tahu
Meningkatkan kehidupan peran klien
Konsep Diri 2. menjelaskan tentang sebagai anak
apa saja peran klien remaja dalam
B/D Ketidak dalam keluarga anggota keluarga
3. membantu O : klien tampak
Cukupan menjelaskan perilaku ingin tahu ketika
Informasi yang baik untuk dijelaskan tentang
meningkatkan peran berbagai peran
klien dalam keluarga remaja dalam
keluarga
A : kesiapan
meningkatkan
konsep diri
teratasi sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Kesiapan 1. memberikan S : klien mengatakan
pertanyaan pada klien sudah banyak tahu
Meningkatkan apa saja peran remaja tentang peran
Konsep Diri dalam keluarga remaja dalam
2. memberi pertanyaan keluarga
B/D Ketidak tenntang apa saja O : klien tampak
perilaku yang baik percaya diri
Cukupan bagi peran remaja dengan jawaban
Informasi 3. 3. menjelaskan yang diberikan
kembali peran remaja A : kesiapan konsep
dalam keluarga diri teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Pengendalian Hipertensi Pada Lansia
Topik : Pengendalian Hipertensi pada Lansia
Tempat :-
Sasaran : Lamsia
Sub Pokok Bahasan : Pendidikan kesehatan tentang pengendalian hipertensi pada lansia
1) pengertian hipertensi
2) penyebab hipertensi
3) tanda dan gejala hipertensi
4) akibat lanjut hipertensi
5) penatalaksanaan hipertensi
A.  Latar Belakang
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat atau tenang. Hipertensi berarti tekanan darah di dalam pembuluh pembuluh
darah sangat tinggi, dimana keadaan ini dapat merusak organ-organ vital tubuh
bahkan menyebabkan kematian.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit sistem kardiovaskuler yang banyak
dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun harus
senantiasa diwaspadai. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga
menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah maupun
mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena adanya faktor-
faktor penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi pengertian, tanda
dan gejala, sebab akibat, komplikasi dan juga perawatannya .
B. Tujuan
1.  Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan mengenai hipertensi klien mampu
mengetahui tentang penyakit hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi,
diharapkan masyarakat mampu :
a) Mengetahui pengertian hipertensi
b) Mengetahui penyebab hipertensi
c) Mengetahui tanda dan gejala hipertensi
d) Mengetahui akibat lanjut hipertensi
e) Mengetahui penatalaksanaan hipertensi
C. Materi (Terlampir)
6) pengertian hipertensi
7) penyebab hipertensi
8) tanda dan gejala hipertensi
9) akibat lanjut hipertensi
10) penatalaksanaan hipertensi
D. Pelaksanaan Kegiatan
1) Topik
Penyuluhan kesehatan mengenai hipertensi
2) Sasaran
Lansia yang mengalami hipertensi
3) Metode
a) Ceramah
b) Tanya jawab
c) Diskusi
4) Media dan alat
a)  LCD
b) Laptop
5) Waktu dan tempat
 Hari: 7 November 2020
 Jam: 10.00 – selesai
Tempat : Posyandu lansia
E. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan Kegiatan Audiens/Sasaran Waktu
Pembukaan : 1. Menjawab salam 5 Menit
1. Moderator memberi 2. Mendengarkan
salam danmemperhatikan
2. Moderator 3. Mendengarkan dan
memperkenalkan memperhatikan
anggota penyuluhan 4. Mendengarkan dan
3. Moderator memperhatikan
memperkenalkan 5. Mengemukakan
pembimbing klinik pendapat
dan pembimbing
akademik
4. Moderator
menjelaskan tentang
topik penyuluhan
5. Menjelaskan dan
membuat kontrak
waktu, bahasa,
tujuan, dan tata tertib
penyuluhan
Pelaksana : 1. Mengemukakan 20 menit
1. Mengkaji pendapat
pengetahuan peserta 2. Mendengarkan dan
mengenai pengertian memperhatikan
hipertensi
2. Menjelaskan tentang
pengertian hipertensi
3. Mengkaji
pengetahuan peserta
tentang penyebab
hipertensi
4. Menjelaskan
penyebab
5. Mengkaji
pengetahuan peserta
tentang tanda dan
gejala hipertensi
6. Mengkaji
pengetahuan peserta
tentang akibat
hipertensi
7. Menjelaskan akibat
hipertensi
8. Mengkaji
pengetahuan peserta
tentang
penatalaksanaan
hipertensi
9. Menejelaskan
tentang
penatalaksanaan
hipertensi
Penutup : 1. Mengajukan 10 menit
1. Memberikan pertanyaan
kesempatan audiens 2. Mendengarkan dan
untuk bertanya memperhatikan
2. Menjawab 3. Mengemukakan
pertanyaan pendapat
3. Meminta audiens 4. Mendengarkan
mengulang beberapa 5. Menjawab salam
informasi yang telah
diberikan
4. Bersama peserta
menyimpulkan
materi
5. Menutup dengan
salam

E. Evaluasi
a) Evaluasi struktur
1) 75 % atau lebih peserta menghadiri acara
2) Alat dan media sesuai dengan rencana
3) Peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan yang direncanakan
b) Evaluasi proses
1) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
2) Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Peserta berperan aktif dalam jalannya diskusi
c) Evaluasi hasil
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1) peserta mampu menyebutkan pengertian hipertensi
2) peserta mampu menyebutkan 3 dari 5 penyebab hipertensi
3) peserta mampu menyebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala hipertensi
4) peserta mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat lanjut dari hipertensi
5) peserta mampu menyebutkan 5 dari 7 penatalaksanaan hipertensi
6) peserta mampu menyebutkan pengertian hipertensi

MATERI PENYULUHAN
HIPERTENSI
A. DEFENISI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg.
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah
diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi. Hipertensi
didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai tekanan
yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai
hipertensi maligna.
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau
lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90. 
B. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk menggunakan klasifikasi
WHO sebagai klasifikasi hipertensi yang digunakan di Indonesia.
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO :

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub grup : perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : mengeluh
sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak napas, gelisah, mual muntah, epistaksis,
kesadaran menurun
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :\
1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2) Sakit kepala
3) Pusing
4) Rasa berat ditengkuk
5) Penyempitan pembuluh darah
6) Sukar tidur
7) Lemah dan lelah
8) Nokturia
9) Sulit bernapas saat beraktivitas
D. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1) Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
2) Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3) Stress Lingkungan.
4) Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1) Hipertensi esensial (Primer)
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
 Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi
 Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
4) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
- Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
- Kegemukan atau makan berlebihan
- Kurang olahraga
- Stress
- Merokok
- Minum alcohol
- Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
2) Hipertensi Sekunder:
Penyebab hipertensi sekunder adalah :
- Glomerulonefritis
- Pielonefritis
- Nekrosis tubular akut
- Tumor
- Aterosklerosis
- Trombosis
- Aneurisma
- Emboli kolestrol
- DM
- Hipertiroidisme
- Hipotiroidisme
- Stroke
- Ensepalitis
- Obat – obatan
- Kontrasepsi oral
- Kortikosteroid
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
E. KOMPLIKASI
Kondisi hipertensi yang berkepanjangan menyebabkan gangguan pembuluh
darah di seluruh organ tubuh manusia. Angka kematian yang tinggi pada penderita
darah tinggi terutama disebabkan oleh gangguan jantung.
1. Organ jantung
Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi berupa
penebalan otot jantung kiri. kondisi ini akan memperkecil rongga jantung untuk
memompa, sehingga jantung akan semakin membutuhkan energi yang besar.
Kondisi ini disertai dengan gangguan pembuluh darah jantung sendiri (jantung
koroner ) akan menimbulkan kekurangan oksigen dari otot jantung dan
menyebabkan nyeri. Apabila kondisi dibiarkan terus menerus akan menyebabkan
kegagalan jantung untuk memompa dan menimbulkan kematian ( gagal jantung
kongestif ).
2. Sistem Saraf
Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata bagian dalam) dan
sistem saraf pusat (otak). Di dalam retina terdapat pembuluh – pembuluh darah
yang tipis yang akan melebar saat terjadi hipertensi, dan memungkinkan terjadi
pecah pembuluh darah retina yang akan menyebabkan gangguan penglihatan.
Selain itu pecahnya pembuluh darah dapat terjadi di otak dan dapat menimbulkan
stroke.
3. Ginjal
Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan pembuluh
darah ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang zat-zat racun bagi tubuh
tidak berfungsi dengan baik, akibatnya terjadi penumpukan zat-zat berbahaya bagi
tubuh yang dapat merusak organ tubuh lain terutama otak.
F. PENATALAKSANAAN HIPERTENS
Pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 6 gr/hr (tidak lebih dari ¼
sampai ½ sendok teh/ hari)
Konsumsi garam perhari adalah:
- Hipertensi ringan : ½ sendok teh per hari
- Hipertensi sedang : ¼ sendok teh per hari
- Hipertensi berat : tanpa garam
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
 Penurunan berat badan
 Menghidari minuman mengandung kafein
Tabel Makanan dan Minuman yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan untuk
Penderita Hipertensi :

No. Jenis makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan


1. Karbohidrat Beras, kentang, singkong, terigu, Roti, biskuit dan kue-kue
hankwe, gula, makaroni, mie, bihun, yang dimasak dengan
roti, biskuit, kue kering yang garam dapur dan
dimasak tanpa garam dapur ataubaking powder dan
ataubaking powder dan soda soda

2. Protein hewani Telur maksimal  1 butir / hari, daging Otak, ginjal, lidah sapi,
sapi, ayam dan ikan maksimal 100 sarden, daging ,ikan, susu
gram / hari ( 2 potong kecil ) dan telor yang diolah
dengan garam dapur.
Contohnya : daging asap,
ham, Bachan, dendeng,
abon, keju, ikan asin, ikan
kaleng, kornet, ebi atau
udang kering, telor asin dan
telor pindang.

3. Protein nabati Tempe, tahu,kacang tanah, kacang Selai kacang, keju, kacang
hijau, kacang kedelai, kacang merah, tanah dan semua kacang-
dan kacang-kacangan lain yang kacangan yang dimasak
dimasak tanpa garam dapur,baking dengan garam dapur dan
powder dan soda. baking soda.

4. Lemak Minyak goreng, mentega dan Margarin dan mentega


margarin tanpa garam biasa

5. Sayuran Semua sayuran segar dan sayuran Sayur dalam kaleng, sawi
yang diawetkan tanpa garam dapur asin, asinan dan acar
dan natrium benzoat ( paria, labu
siam, seledri, bawang merah, bawang
putih )

6. Buah-buahan Semua buah-buahan segar dan buah- Buah dalam kaleng, asinan
buahan yang diawetkan tanpa garam buah dan manisan buah.
dapur dan natrium benzoat
( contohnya : alpukat, melon,
semangka dll )

7. Minuman Air putih 8 gelas / hari. Minuman kaleng, kopi, teh,


 1 gelas = 250 ml alkohol

8. Bumbu Semua bumbu yang mengandung Garam dapur ( untuk


garam dapur hipertensi berat ), baking
powder, soda kue, vetcin ,
kecap, terasi, bumbu kaldu,
saos, petis dan tauco

1. Perubahan Pola hidup


a. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
 Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti jalan, lari, joging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
 Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-
87 % dari denyut nadi maksimal ( 220 – umur ) yang disebut zona latihan.
 Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
 Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
 Jangan memulai latihan bila tekanan darah masih diatas 170/ 100 mmhg
b. Menghentikan kebiasaan minum minuman beralkohol
c. Menghentikan kebiasaan merokok
d. Istirahat
Dianjurkan untuk istirahat 6 – 8 jam sehari. Hindari untuk begadang.
e. Mengendalikan stress
Bisa dilakukan dengan teknik relaksasi ( napas dalam ) dan juga meditasi
untuk menstabilkan emosi dan pikiran. Dianjurkan untuk berpikir positif. Teknik
napas dalam dengan cara menarik napas dari hidung secara perlahan dan
menahannya selama 3 detik, kemudian keluarkan melalui mulut secara perlahan
dengan mulut membentuk huruf O. Saat pagi dan sore hari, selama lima menit
tarik nafas secara dalam dan buang secara perlahan. Hal tersebut bisa menurunkan
renin, yaitu enzim pada ginjal yang bisa meningkatkan tekanan darah
f. Kontrol teratur ke puskesmas/ fasilitas kesehatan
G. PENGOBATAN TRADISIONAL
1. Dua buah timun dimakan atau diambil airnya diminum pagi dan sore. Ada sebuah
penelitian yang baru saja dilakukan baru-baru, yang menunjukkan bahwa
makanan tinggi kalium, magnesium dan serat dapat mengurangi tekanan darah.
Dengan dikombinasikan dengan diet yang sehat, makanan tersebut akan mampu
menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 5 poin, serta tekanan darah diastolik
sebesar 3,5 poin. Mentimun tidak hanya mengandung tinggi tiga nutrisi yang
disebutkan diatas, ia juga merupakan sumber Vitamin A dan K, folat, dan silika.
Selain itu juga mengandung vitamin C, yaitu antioksidan kuat yang juga dapat
membantu untuk menurunkan tekanan darah.
a. Rendah sodium
Salah satu alasan lain penggunaan mentimun untuk hipertensi adalah
karena ia hanya sedikit mengandung sodium. Asupan sodium berlebihan dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi, serta menyulitkan untuk diturunkan
kembali. Dengan demikian, membantu menurunkan tekanan darah tinggi
dengan mentimun adalah pilihan yang tepat.
b. Mengandung kalium
Kalium merupakan mineral yang sangat penting untuk mengontrol
tekanan darah. Mentimun adalah sumber terbaik kalium, yaitu menyediakan
sekitar 442 mg kalium. Asupan kalium yang direkomendasikan setidaknya
adalah 4.700 mg per hari. Selain itu, Sayuran lain dan berbagai jenis buah-
buahan, kacang-kacangan , ikan dan yogurt juga merupakan sumber kalium
yang baik.
c. Kontrol berat badan
Mentimun sangat baik untuk membantu mengurangi kelebihan berat
badan atau obesitas, karena faktor darah tinggi Anda mungkin karena akibat
kegemukan. Jika Anda berhasil menurunkan berat badan menjadi normal,
makan kemungkinan besar darah tinggi yang Anda alami juga akan
membaikLebih dari 95 persen dari berat mentimun adalah air, yaitu yang
merupakan nutrisi bebas kalori yang dapat menekan nafsu makan alami.
2. Dua buah belimbing dimakan diambil airnya diminum pagi dan sore Belimbing
manis merupakan buah yang kaya vitamin A dan C yang bersifat antioksidan dan
kalium. Yang patut diperhitungkan juga adalah seratnya, terutama serat pektin
yang berguna bagi kesehatan pembuluh darah.
Beberapa manfaat dari buah belimbing manis untuk kesehatan tubuh manusia:
 Mengatasi Hipertensi
Besar kemungkinan karena buah ini kaya kalium yang membuat
pengonsumsinya sering buang air kecil (diuretik) sehingga tekanan darah pun
terkendali. Selain itu, serat yang terkandung, terutama pektin, mampu
menyerap lemak sehingga ikut membantu menurunkan tekanan darah.
 Menurunkan Kadar Kolesterol
Berkat kandungan pektin yang merupakan serat kasar, kolesterol dan
asam empedu akan diikat oleh serat ini agar tidak masuk ke dalam pembuluh
darah. Alhasil, kadar kolesterol dalam tubuh pun turun.
 Melancarkan Buang Air Kecil
Buah yang banyak airnya dan mengandung kalium ini berkhasiat
memperlancar masalah buang air kecil, serta tidak memberi kesempatan
terbentuknya batu ginjal sekaligus menyehatkan ginjal.
 Menurunkan Berat Badan
Buah yang banyak mengandung air ini kadar kalorinya sangat rendah
sehingga cocok di konsumsi oleh mereka yang sedang berniat menurunkan
berat badan (karena harus mengurangi asupan kalori). Serat yang terkandung
pada belimbing pun berperan besar dalam melancarkan pencernaan sehingga
tidak terjadi sembelit.
3. Sepuluh lembar daun salam direbus dalam 2 gelas air sampai rebusannya tinggal 1
gelas, diminum pagi dan sore hari. Flavonoid dalam daun salam berfungsi sebagai
antioksidan yang mampu mencegah terjadinya oksidasi sel tubuh. Semakin tinggi
oksidasi sel dalam tubuh, maka semakin tinggi kemungkinan seseorang untuk
menderita penyakit degeneratif. Kandungan flavonoidpada daun salam dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya hipertensi, menurunkan kadar kolesterol
tubuh, menurunkan kadar gula darah, dan menurunkan kadar asam urat.
4. Sepuluh lembar daun alpukat direbus dalam 2 gelas air sampai airnya tinggal satu
gelas. Menurut penelitian oleh Dra Azizahwati MS. Apt yang dilakukan di UI
(Universitas Indonesia) pada tahun 2010 tentang khasiat daun alpukat untuk
hipertensi, membuktikan bahwa pada daun alpukat terdapat
senyawa flavonoid yang berperan untuk mengatasi tekanan darah tinggi. Menurut
Beliau sejauh ini dosis yang aman untuk dikonsumsi sebagai obat hipertensi dan
kolesterol adalah 10 mg/kg berat badan dengan melarutkan ekstrak daun
alpukat menggunakan pelarut etanol 70%.
Daun alpukat selain sebagai obat untuk mengatasi hipertensi, juga manjur
sebagai obat antihiperlipidemia. Hiperlipidemiamerupakan kondisi dimana pada
jalur pembuluh darah terjadi penyumbatan. Hal ini terjadi
karena hiperlipidemia merupakan salah satu pemicu serangan jantung yang terjadi
diakibatkan kolesterol mengendap sebagai plak yang kemudian luruh sehingga
terjadi penyumbatan. Hiperlipidemia dan hipertensi adalah penyakit yang
mengakibatkan kematian paling tinggi untuk saat ini.
5. Satu genggam daun seledri ditumbuk dengan sedikit air diperas lalu diminum pagi
dan sore. Daun seledri mempunyai kandungan Apigenin yang dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah yang dapat mengendurkan otot-otot arteri atau
membuat rileks pembuluh darah. Kandungan itulah yang mengatur aliran darah
yang memungkinkan pembuluh darah membesar dan mengurangi tekanan darah.
Selain Apigenin, seledri juga mengandung gizi yang tinggi dengan kandungan
vitamin A, B1, B2, B6 dan vitamin C. Seledri juga kaya akan kalium, kalsium,
magnesium, zat besi, fosfor, sodium dan banyak mengandung asam amino
esensial.

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai