DENGAN HIPERTENSI
SOFIA FACHROZIAH
201204063
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus pada keluarga dengan Hipertensi. Sebagai tugas Keperawawatan keluarga
Program Studi Profesi Ners STIKES Pemkab Jombang Tahun Ajaran 2020/2021.
NIM : 201204063
Hari :
Tanggal :
Mengetahui :
1. KONSEP KELUARGA
A. Definisi Keluarga
Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan
sosial masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan pengertian keluarga dalam Harmoko
(2012) :
a. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi
satu sama lain.
b. Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan
sosial dari tiap anggota.
c. Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
d. Menurut Bergess (1962), keluarga terdiri atas kelompok orang yang mempunyai
ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil adopsi, anggota tinggal
bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan komunikasi dalam peran sosial,
serta mempunyai kebiasaan/kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi
mempunyai keunikan tersendiri.
e. Menurut Helvie (1981), keluarga adalah sekelompok manuasia yang tinggal dalam
satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.
f. Menurut Departemen kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu
masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
LINGKUNGAN
UMPAN BALIK
G. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis
anggota keluarga (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010)
b. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota
masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota keluarga (Marilyn M.
Friedman, hal 86: 2010)
c. Fungsi reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk
keberlangsungan hidup masyarakat (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010)
d. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya (Marilyn M.
Friedman, hal 86: 2010)
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan
(Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010)
H. Tugas Keluarga
1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing
4) Sosialisasi antara para anggotanya
5) Pemeliharaan antara keterlibatan anggota keluarga
6) Pengaturan jumlah anggota keluarga
7) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
I. Ciri – ciri Keluarga
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara
3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan garis keturunan
4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkannya
2. KONSEP HIPERTENSI
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140
mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg (Aspiani, 2015). Hipertensi
pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan
B. Jenis Hipertensi
Jenis-jenis hipertensi menurut (Aspiani, 2015), yaitu sebagai berikut:
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
Hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh faktor berikut ini:
a) Faktor keturunaan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
b) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika
umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (pria lebih
tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
c) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
mengonsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30 g), kegemukan atau makan
berlebih, stress, merokok, minum alkohol, minum obat-obatan (efedrin,
prednison, epinefrin).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular renal, yang terjadi akibat stenosis
arteri renalis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga
terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan
pembentukan angiostensin II. Angiostensin II secara langsung meningkatkan
tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis anstenosis, atau
apabila ginjal yang terkena diangkat, tekana darah akan kembali normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain feokromositoma, yaitu
tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan
kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit Cushing, yang
menyebabkan peningkatan CRT karena hipersensitivitas sistem saraf simpatis
aldosteronisme primer (peningkatan aldosterone tanpa diketahui penyebabnya)
dan hipetensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai
kontrasepsi sekunder.
C. Etiologi Hipertensi
Menurut (Aspiani, 2015), menyatakan penyebab hipertensi pada lanjut usia
karena terjadi perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, dan meningkatkan resistensi pembuluh darah pada perifer.
Setelah usia 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun 1% tiap tahun
sehingga menyebabkan menurunya kontraksi dan volume. Elastisitas pembuluh darah
menghilang karena terjadi kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
Menurut (Aspiani, 2015), beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Generik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksrkresi atau transport
Na.
2. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress karena lingkungan
Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
D. Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan Darah Pada orang Dewasa Sebagai Patokan dan Diagnosis
Hipertensi (mmHg).
Tekanan Darah
E. Patofisiologi
Menurut (Aspiani, 2015), mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jarak saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-
ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion
ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstiktor. Klien
dengan hipetensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika sistem
saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal menyekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
darah ke ginjal, yang menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya
merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi (Sudarth & Brunner, 2002).
G. Komplikasi
1) Stroke dapat terjadi akibat hemoragik akibat tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
mempedarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah
kearea otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otakyang mengalami
arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma.
2) Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan
hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
dengan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan
resiko pembentukan bekuan.
3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler glomelurus ginjal. Dengan rusaknya glomelurus aliran darah ke nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan
rusaknya membran glomerulus, protrin akan keluar melalui urine sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sring
dijumpai pada hipertensi kronis.
4) Kerusakan otak atau esenfalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yag sangat tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron disekitarnya kolaps dan
terjadi koma serta kematian.
5) Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir mungkin memiliki
berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat
mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum
proses persalinan.
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan hipertensi ada dua (2) yaitu sebagai berikut:
1) Farmakologi
Terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan salah satu obat berikut:
a) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg per hari dengan dosis tunggal pada
pagi hari (pada hipertensi kehamilan, hanya digunakan bila disertai
hemokonsentrasi /edema paru).
b) Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.
c) Propranolol mulai 10 mg dua kali sehari yang dapat dinaikkan 20 mg dua
kali sehari (kontraindikasi untuk penderita asma).
d) Kaptopril 12,5-25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari (kontraindikasi
pada kehamilan selama janin hidup dan penderita asma).
e) Nifedipin mulai dari 5 mg dua kali sehari, bisa dinaikkan 10 mg dua kali
sehari.
2) Nonfarmakologi
Langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola hidup penderita, yakni
denga cara:
a) Menurunkan berat badan sampai batas ideal
b) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar
kolesterol darah tinggi
c) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium, dan kalium yang cukup)
d) Mengurangi konsumsi alkohol
e) Berhenti merokok, dan
f) Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi esensial tidak
perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali).
(Muhamad Ardiansyah, 2012)
I. Pathways
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI
1. PENGKAJIAN
a. Data biografi
Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit , nama penanggung
jawab dan catatan kedatangan.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama klien datang ke rumah sakit atau ke fasilitas kesehatan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klien yang dirasakan saat dilakukan pengkajian.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan terdahulu biasanya penyakit hipertensi adalah penyakit
yang sudah lama dialami oleh klien dan biasanya dilakukan pengkajian
tentang riwayat minum obat klien.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga adalah mengkaji riwayat keluarga apakah ada
yang menderita penyakit yang sama.
c. Data dasar pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2) Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung coroner/katup dan
penyakit serebrovaskuler dan episode palpitasi.
Tanda: peningkatan tekanan darah, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, takikardia, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit
pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) dan pengisisan kapiler
mungkin lambat/tertunda.
3) Integritas ego
Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan meledak,
otot muka tegang, menghela napas, peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit ginjal
pada masa lalu.
5) Makanan/cairan
Gejala: makanan yang disukai dan mencakup makanan tinggi garam, serta
lemak kolesterol, mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun).
Tanda: berat badan normal/obesitas, adanya edema, glikosuria.
6) Neurosensory
Gejala: Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital (terjadi
saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam) dan
gangguang penglihatan (diplopia, penglihatan kabur, epistaksis).
Tanda: status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek,
proses piker dan penurunan kekuatan genggaman tangan.
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung), sakit kepala.
8) Pernapasan
Gejala: dispnea yang berkaiatan dari aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea,
dyspnea , batuk dengan/tanpa pembentukan sputum dan riwayat merokok.
Tanda: distress pernapasan/penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas
tambahan (crakles/mengi) dan sianosis.
9) Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
10) Pembelajaran/penyuluhan
Gejala: faktor resiko keluarga: hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung,
diabetes mellitus dan faktor lain, seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alkohol/obat.
2. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE :
a. Kulit kepala
Tujuan : Untuk mengetahui turgor kulit serta tekstur kulit kepala dan untuk
mengetahui adanya lesi atau bekas luka.
Inspeksi : lihat ada atau tidaknya lesi , warna coklat kehitaman, edema, dan
distribusi rambut.
Palpasi : raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur halus, kasar, akral
hangat atau dingin.
b. Rambut
Tujuan : Untuk mengetahui tekstur, warna, dan percabangan rambut serta untuk
mengetahui rontok dan kotor nya.
Inspeksi : pertumbuhan rambut merata atau tidak, kotor atau tidak serta bercabang
atau tidak.
Palpasi : mudah rontok atau tidak, tekstur rambut kasar atau halus.
c. Kuku
Tujuan : Untuk mengetahui warna, keadaan kuku panjang atau tidak, serta
mengetahui kapiler refill.
Inspeksi : catat mengenai warna biru : sianosi, merah peningkatan vesibilitas Hb,
bentuk : clubbing karena hypoxia pada kanker paru.
Palpasi : catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada
pasien hypoxia lambat 5-15 detik).
d. Kepala /wajah
Tujuan : Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala serta mengetahui luka atau
kelainan pada kepala.
Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah apa bila muka kanan dan kiri tidak sama, misal
lebih condong ke kanan atau kiri, hal itu menunjukkan ada nya parase/kelumpuhan.
Palpasi : rasakan apabila adanyaluka, tonjolan patogik, dan respon nyeri dengan
menekan kepala sesuai kebutuhan.
e. Mata
Tujuan : Untuk mengetahui bentuk serta fungsi mata (medan penglihatan dan visus
dan ototo-otot mata), serta mengetahui adanya kelainan pandangan pada mata atau
tidak.
Inspeksi : lihat kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek berkedip baik/tidak,
konjungtiva dan sclera : merah atau konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin,
miosis atau medriasis. Sering ditemukan warna konjungtiva yang pucat/putih,
edema preorbial.
Palpasi : tekan dengan ringan untuk mengetahui adanya TIO (Tekanan Intra
Okuler) jika ada peningkatan akan teraba keras (pasien dengan
glaucoma/kerusakan dikus optikus) adanya nyeri tekan atau tidak.
f. Hidung
Tujuan : Untuk mengetahui bentuk serat fungsi dari hidung dan mengetahui ada
atau tidaknya imflamasi atau sinusitis.
Inspeksi : simetris atau tidaknya hidung, ada atau tidaknya inflamasi, sert ada atau
tidaknya secret.
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak.
g. Telinga
Tujuan : Untuk mengetahui keadaan telinga, kedalaman, telinga luar, saluran
telinga, gendang telinga.
Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, ukuran, warna, bentuk, kebersihan dan
lesi.
h. Mulut dan faring
Tujuan : Untuk mengetahui kelainan dan bentuk pada mulut, dan mengetahui
kebersihan mulut.
Inspeksi : lihat pada bagian bibir apakah ada kelainan congenital (bibir sumbing)
kesimetrisan, warna, pembengkakan, lesi, kelembapan, amati juga jumlah dan
bentuk gigi, berlubang, warna plak dan kebersihan gigi.
Palpasi : pegang dan tekan pelan daerah pipi kemudian rasakan ada masa atau
tumor, oedem atau nyeri.
i. Leher
Tujuan : Untuk menentukan struktur integritas leher, bentuk serta organ yang
berkaitan untuk memeriksa sistem limfatik.
Inspeksi : amati tiroid, dan amati kesimetrisan leher dari depan, belakang dan
samping.
Palpasi : pegang leher klien, anjurkan klien untuk menelan dan rasakan adanya
kelenjar tiroid.
j. Dada
Tujuan : Untuk mengetahui kesimetrisan, irama nafas, frekuensi, ada atau tidaknya
nyeri tekan, dan untuk mendengarkan bunyi paru.
Inspeksi : amati bentuk dada dan pergerakan dada kanan dan kiri, amati adanya
retraksi intercostal, amati pergerakan paru.
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan.
Perkusi : menentukan batas normal suara ketukan normal paru. Bunyi resonan atau
sonor pada seluruh lapang paru, jika disertai efusi pleura akan di dapati suara redup
hingga pekak, jika disertai pneumothoraks akan diserati bunyi hiperesonon.
Auskultasi : Untuk mengetahui ada atau tidaknya suara tambahan nafas, vesikuler,
wheezing/clecles, atau ronkhi.
k. Abdomen
Tujuan : Untuk mengetahui gerakan dan bentuk perut, mendengarkan bunyi
peristaltik usus, dan mengetahui ada atau tidaknya nyeri tekan pada organ dalam
abdomen.
Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, warna, ada tidaknya retraksi, benjolan,
ada tidaknya simetrisan, serta ada atau tidaknya asietas.
Palpasi : ada atau tidaknya massa dan respon nyeri. Aukultasi : mendengarkan
bising usu normal 10-12x/menit.
l. Muskuloskeletal
Tujuan : Untuk mengetahui mobilitas kekuatan dari otot dan gangguan-gangguan
di daerah tertentu.
Inspeksi : mengenali ukuran adanya atrofi dan hiperatrofi, amati kekuatan otot
dengan memberi penahan pada anggota gerak atas dan bawah.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan pola tidur b/d hambatan lingkungan
2) Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
3) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Edukasi :
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgesic (jika perlu)
Observasi :
3. Toleransi 1. Saturasi oksigen Manajemen 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Aktivitas energi
Intoleransi mambaik mengakibatkan kelelahan
aktivitas b/d 2. Akral dingin 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
kelemahan menurun 3. Monitor pola dan jam tidur
3. Pucat menurun 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
4. Frekuensi napas melakukan aktivitas
membaik Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Edukasi :
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makan.
FORMAT PENGKAJIAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA
Alamat Rumah & Telp Dsn. Tanggungan, Ds. Yankesterdekat, Jarak Puskesmas
Bandung
Pekerjaan Petani Alat transportasi Motor
Agama & Suku Islam & jawa Status Kelas Sosial Menengah
DATA ANGGOTA KELUARGA
No Nama Hub Umur JK Suku Pendidika Pekerjaan Status Gizi (TB, TTV Status
dgn n Terakhir Saat Ini BB, BMI) (TD, N, S, P) Imunisasi
KK Dasar
TD : 120/80mmHg
N : 80x/mnt
1 Tn. K Suami 69 L Jawa SD Petani -
S : 36°C
RR : 18x/mnt
TD : 130/70mmHg
N :82x/mnt
2 Ny. S Istri 59 P Jawa SD IRT -
S : 36,3°C
P : 18x/mnt
TD : 110/60mmHg
N : 89x/mnt
3 An. S Anak 20 P Jawa SMA Belum Lengkap
S : 36°C
bekerja P : 19x/mnt
LANJUTAN
Status Kesehatan
No Nama Alat Bantu/ Protesa Saat ini Riwayat Penyakit/ Alergi
1 Tn. K - Sehat -
2 Ny. S - Sehat Klien mengatakan 3 minggu yang lalu
mengalami hipertensi, dengan keluhan pusing
kemudian klien memeriksakan diri pada klinik
didapatkan tekanan darah 160/90 mmHg.
-
3 An. S Sehat -
Analisis MasalahKesehatanINDIVIDU :
C. STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi : √ Baik Disfungsional
Peran Dalam Keluarga : √ Tdk Ada Masalah Ada Masalah
Nilai/Norma KLg √: Tdk ada konflik nilai Ada Konflik
Keterangan
: laki-laki meninggal
: wanita meninggal
: laki-laki
: perempuan
D. FUNGSI KELUARGA √
Fungsi Afektif : Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Sosial : √ Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Ekonomi : √ Baik Kurang Baik
Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya: Ya Tidak ,
………………………………………………………………..
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya : YaTidak , ………………………………………………………………..
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat
: Ya Tidak
………………………………………………………………………………………………………………….
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya: Keluarga Tetangga , ……………………………………………………………
Kader Tenaga kesehatan, yaitu……………………………………………………………
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : (bagaimana
bentuk tindakan upaya peningkatan kesehatan),
YaTidak,jelaskan ...................................................................................
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami anggota keluarganya
: Ya Tidak , Jelaskan............................................................................
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya: Ya Tidak, jelaskan
............................................................................................................................. ....
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya: Ya Tidak, jelaskan..........................................................................
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan :
YaTidak, jelaskan ........................................................................................... ................. .......................
KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar
Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II
21
ANALISA DATA
2 Ds : Kesiapan meningkatkan
1. An.O mengatakan konsep diri
bahwa dia percaya
terhadap
kemampuanya
2. An.O mengatakan
ingin membantu
orang tua
3. An.O mengatakan
ingin menjadi pribadi
yang lebih baik
SKORING
MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA: kesiapan meningkatkan komunikasi
TGL/ EVALUASI/
NO Dx.KEP IMPLEMENTASI TTD
JAM RESPON KLIEN
Kesiapan 09-01-21 1. menjelaskan tentang S : klien mengatakan
peran klien dalam akan mencari tahu
Meningkatkan kehidupan peran klien
Konsep Diri 2. menjelaskan tentang sebagai anak
apa saja peran klien remaja dalam
B/D Ketidak dalam keluarga anggota keluarga
3. membantu O : klien tampak
Cukupan menjelaskan perilaku ingin tahu ketika
Informasi yang baik untuk dijelaskan tentang
meningkatkan peran berbagai peran
klien dalam keluarga remaja dalam
keluarga
A : kesiapan
meningkatkan
konsep diri
teratasi sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Kesiapan 1. memberikan S : klien mengatakan
pertanyaan pada klien sudah banyak tahu
Meningkatkan apa saja peran remaja tentang peran
Konsep Diri dalam keluarga remaja dalam
2. memberi pertanyaan keluarga
B/D Ketidak tenntang apa saja O : klien tampak
perilaku yang baik percaya diri
Cukupan bagi peran remaja dengan jawaban
Informasi 3. 3. menjelaskan yang diberikan
kembali peran remaja A : kesiapan konsep
dalam keluarga diri teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Pengendalian Hipertensi Pada Lansia
Topik : Pengendalian Hipertensi pada Lansia
Tempat :-
Sasaran : Lamsia
Sub Pokok Bahasan : Pendidikan kesehatan tentang pengendalian hipertensi pada lansia
1) pengertian hipertensi
2) penyebab hipertensi
3) tanda dan gejala hipertensi
4) akibat lanjut hipertensi
5) penatalaksanaan hipertensi
A. Latar Belakang
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat atau tenang. Hipertensi berarti tekanan darah di dalam pembuluh pembuluh
darah sangat tinggi, dimana keadaan ini dapat merusak organ-organ vital tubuh
bahkan menyebabkan kematian.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit sistem kardiovaskuler yang banyak
dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun harus
senantiasa diwaspadai. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga
menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah maupun
mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena adanya faktor-
faktor penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi pengertian, tanda
dan gejala, sebab akibat, komplikasi dan juga perawatannya .
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan mengenai hipertensi klien mampu
mengetahui tentang penyakit hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi,
diharapkan masyarakat mampu :
a) Mengetahui pengertian hipertensi
b) Mengetahui penyebab hipertensi
c) Mengetahui tanda dan gejala hipertensi
d) Mengetahui akibat lanjut hipertensi
e) Mengetahui penatalaksanaan hipertensi
C. Materi (Terlampir)
6) pengertian hipertensi
7) penyebab hipertensi
8) tanda dan gejala hipertensi
9) akibat lanjut hipertensi
10) penatalaksanaan hipertensi
D. Pelaksanaan Kegiatan
1) Topik
Penyuluhan kesehatan mengenai hipertensi
2) Sasaran
Lansia yang mengalami hipertensi
3) Metode
a) Ceramah
b) Tanya jawab
c) Diskusi
4) Media dan alat
a) LCD
b) Laptop
5) Waktu dan tempat
Hari: 7 November 2020
Jam: 10.00 – selesai
Tempat : Posyandu lansia
E. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan Kegiatan Audiens/Sasaran Waktu
Pembukaan : 1. Menjawab salam 5 Menit
1. Moderator memberi 2. Mendengarkan
salam danmemperhatikan
2. Moderator 3. Mendengarkan dan
memperkenalkan memperhatikan
anggota penyuluhan 4. Mendengarkan dan
3. Moderator memperhatikan
memperkenalkan 5. Mengemukakan
pembimbing klinik pendapat
dan pembimbing
akademik
4. Moderator
menjelaskan tentang
topik penyuluhan
5. Menjelaskan dan
membuat kontrak
waktu, bahasa,
tujuan, dan tata tertib
penyuluhan
Pelaksana : 1. Mengemukakan 20 menit
1. Mengkaji pendapat
pengetahuan peserta 2. Mendengarkan dan
mengenai pengertian memperhatikan
hipertensi
2. Menjelaskan tentang
pengertian hipertensi
3. Mengkaji
pengetahuan peserta
tentang penyebab
hipertensi
4. Menjelaskan
penyebab
5. Mengkaji
pengetahuan peserta
tentang tanda dan
gejala hipertensi
6. Mengkaji
pengetahuan peserta
tentang akibat
hipertensi
7. Menjelaskan akibat
hipertensi
8. Mengkaji
pengetahuan peserta
tentang
penatalaksanaan
hipertensi
9. Menejelaskan
tentang
penatalaksanaan
hipertensi
Penutup : 1. Mengajukan 10 menit
1. Memberikan pertanyaan
kesempatan audiens 2. Mendengarkan dan
untuk bertanya memperhatikan
2. Menjawab 3. Mengemukakan
pertanyaan pendapat
3. Meminta audiens 4. Mendengarkan
mengulang beberapa 5. Menjawab salam
informasi yang telah
diberikan
4. Bersama peserta
menyimpulkan
materi
5. Menutup dengan
salam
E. Evaluasi
a) Evaluasi struktur
1) 75 % atau lebih peserta menghadiri acara
2) Alat dan media sesuai dengan rencana
3) Peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan yang direncanakan
b) Evaluasi proses
1) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
2) Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Peserta berperan aktif dalam jalannya diskusi
c) Evaluasi hasil
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1) peserta mampu menyebutkan pengertian hipertensi
2) peserta mampu menyebutkan 3 dari 5 penyebab hipertensi
3) peserta mampu menyebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala hipertensi
4) peserta mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat lanjut dari hipertensi
5) peserta mampu menyebutkan 5 dari 7 penatalaksanaan hipertensi
6) peserta mampu menyebutkan pengertian hipertensi
MATERI PENYULUHAN
HIPERTENSI
A. DEFENISI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg.
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah
diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi. Hipertensi
didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai tekanan
yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai
hipertensi maligna.
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau
lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90.
B. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk menggunakan klasifikasi
WHO sebagai klasifikasi hipertensi yang digunakan di Indonesia.
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO :
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : mengeluh
sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak napas, gelisah, mual muntah, epistaksis,
kesadaran menurun
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :\
1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2) Sakit kepala
3) Pusing
4) Rasa berat ditengkuk
5) Penyempitan pembuluh darah
6) Sukar tidur
7) Lemah dan lelah
8) Nokturia
9) Sulit bernapas saat beraktivitas
D. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1) Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
2) Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3) Stress Lingkungan.
4) Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1) Hipertensi esensial (Primer)
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi
Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
4) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
- Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
- Kegemukan atau makan berlebihan
- Kurang olahraga
- Stress
- Merokok
- Minum alcohol
- Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
2) Hipertensi Sekunder:
Penyebab hipertensi sekunder adalah :
- Glomerulonefritis
- Pielonefritis
- Nekrosis tubular akut
- Tumor
- Aterosklerosis
- Trombosis
- Aneurisma
- Emboli kolestrol
- DM
- Hipertiroidisme
- Hipotiroidisme
- Stroke
- Ensepalitis
- Obat – obatan
- Kontrasepsi oral
- Kortikosteroid
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
E. KOMPLIKASI
Kondisi hipertensi yang berkepanjangan menyebabkan gangguan pembuluh
darah di seluruh organ tubuh manusia. Angka kematian yang tinggi pada penderita
darah tinggi terutama disebabkan oleh gangguan jantung.
1. Organ jantung
Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi berupa
penebalan otot jantung kiri. kondisi ini akan memperkecil rongga jantung untuk
memompa, sehingga jantung akan semakin membutuhkan energi yang besar.
Kondisi ini disertai dengan gangguan pembuluh darah jantung sendiri (jantung
koroner ) akan menimbulkan kekurangan oksigen dari otot jantung dan
menyebabkan nyeri. Apabila kondisi dibiarkan terus menerus akan menyebabkan
kegagalan jantung untuk memompa dan menimbulkan kematian ( gagal jantung
kongestif ).
2. Sistem Saraf
Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata bagian dalam) dan
sistem saraf pusat (otak). Di dalam retina terdapat pembuluh – pembuluh darah
yang tipis yang akan melebar saat terjadi hipertensi, dan memungkinkan terjadi
pecah pembuluh darah retina yang akan menyebabkan gangguan penglihatan.
Selain itu pecahnya pembuluh darah dapat terjadi di otak dan dapat menimbulkan
stroke.
3. Ginjal
Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan pembuluh
darah ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang zat-zat racun bagi tubuh
tidak berfungsi dengan baik, akibatnya terjadi penumpukan zat-zat berbahaya bagi
tubuh yang dapat merusak organ tubuh lain terutama otak.
F. PENATALAKSANAAN HIPERTENS
Pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 6 gr/hr (tidak lebih dari ¼
sampai ½ sendok teh/ hari)
Konsumsi garam perhari adalah:
- Hipertensi ringan : ½ sendok teh per hari
- Hipertensi sedang : ¼ sendok teh per hari
- Hipertensi berat : tanpa garam
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Menghidari minuman mengandung kafein
Tabel Makanan dan Minuman yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan untuk
Penderita Hipertensi :
2. Protein hewani Telur maksimal 1 butir / hari, daging Otak, ginjal, lidah sapi,
sapi, ayam dan ikan maksimal 100 sarden, daging ,ikan, susu
gram / hari ( 2 potong kecil ) dan telor yang diolah
dengan garam dapur.
Contohnya : daging asap,
ham, Bachan, dendeng,
abon, keju, ikan asin, ikan
kaleng, kornet, ebi atau
udang kering, telor asin dan
telor pindang.
3. Protein nabati Tempe, tahu,kacang tanah, kacang Selai kacang, keju, kacang
hijau, kacang kedelai, kacang merah, tanah dan semua kacang-
dan kacang-kacangan lain yang kacangan yang dimasak
dimasak tanpa garam dapur,baking dengan garam dapur dan
powder dan soda. baking soda.
5. Sayuran Semua sayuran segar dan sayuran Sayur dalam kaleng, sawi
yang diawetkan tanpa garam dapur asin, asinan dan acar
dan natrium benzoat ( paria, labu
siam, seledri, bawang merah, bawang
putih )
6. Buah-buahan Semua buah-buahan segar dan buah- Buah dalam kaleng, asinan
buahan yang diawetkan tanpa garam buah dan manisan buah.
dapur dan natrium benzoat
( contohnya : alpukat, melon,
semangka dll )
DOKUMENTASI