PENGOLAHAN DAN
PEMANFAATAN
DALAM INDUSTRI
TELUSURI
cari
KEY WORD
Kesalahan: Twitter tidak merespons. Tunggulah beberapa menit dan perbarui halaman.
setiadiwirabuana@gmail.com
Bergabunglah dengan 260 pengikut lainnya
ikuti
HALAMAN INSPIRASI
bermimpilah INDONESIA
[my Frame]
TEBAR INSPIRASI
Proses Produksi (Manajemen Produksi)
PENILAIAN ACUAN NORMA (PAN) DAN PENILAIAN ACUAN PATOKAN (PAP)
BAHAN TAMBANG NIKEL PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN DALAM INDUSTRI
LIFE-CYCLE ASSESSMENT (LCA)
Pemanasan Global Terhadap Kehidupan Lingkungan Hidup dan Sosial
KATEGORI INSPIRASI
kategori inspirasi
BLOG STATS
BERBAGI INSPIRASI
Berbagi Inspirasi
TRI NINGSIH
KURNIAWA…
pada PENILAIAN
ACUAN NORMA
(PAN) DA…
Nanang Martono
pada Akreditasi
Sekolah/ Madrasah
Susiana
Silaban pada Pengaruh
Penggunaan Model
Pemb…
PENILAIAN ACUAN
NORM… pada PENIL
AIAN ACUAN
NORMA (PAN) DA…
Warusnia pada Proses
Produksi
(Manajemen…
Iklan
REPORT THIS AD
1. Pendahuluan
Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri komponen yang
membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi
dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di
kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel.
Unsur nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut norit. Nikel ditemukan dalam mineral
pentlandit, dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan butiran kecil bersama pyrhotin dan kalkopirit.
Nikel biasanya terdapat dalam tanah yang terletak di atas batuan basa. Nikel yang dijumpai
berhubungan erat dengan batuan peridotit. Logam yang tidak ditemukan dalam peridotit itu sendiri,
melainkan sebagai hasil lapukan dari batuan tersebut. Mineral nikelnya adalah garnerit.
Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan logam berwarna putih keperak-
perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam logam peralihan, sifat tidak berubah bila
terkena udara, tahan terhadapoksidasi dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah
suhu yang ekstrim (Cotton dan Wilkinson, 1989). Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial
dan industri, seperti :pelindung baja (stainless steel), pelindung tembaga, industri baterai, elektronik,
aplikasi industri pesawat terbang, industri tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat
magnet kuat,pembuatan alat-alat laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk
pertanian, dan berbagai fungsi lain (Gerberding J.L., 2005).
Tambang Nikel di Indonesia terdapat di Kalimantan Barat, Maluku, Papua, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Di alam, proses penambangan nikel dimulai dengan
mengupas tanah permukaan (10-20 meter) kemudian dibuang ketempat tertentu atau digunakan
untuk menutup lokasi purnatambang. Lapisan tanah mengandung nikel berkadar tinggi selanjutnya
diambil dengan menggunakan alat mekanis atau non mekanis dan diangkut untuk diolah di pabrik
dan sebagaianditimbun di sekitar wilayah perairan pesisir untuk selanjutnya dalam bentuk mentah di
ekspor keluar negeri. Nikel terbentuk bersama dengan belerang dalam millerite (NiS), dengan
arsenikdalam galian nikolit (NiAs), dan dengan arsenik dan belerang dalam (nikel glance). Nikel juga
terbentuk bersama-sama dengan chrom dan platina dalam batuan ultrabasa. Terdapat dua
jenisendapan nikel, yaitu sebagai hasil konsentrasi residu silika dan pada proses pelapukan batuan
beku ultra basa serta sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan
pirit, pirotit, dan kalko pirit.
Di perairan nikel ditemukan dalam bentuk koloid. Garam-garam nikel misalnya nikelamonium sulfat,
nikel nitrat, dan nikel klorida bersifat larut dalam air. Pada kondisi aerob dan pH< 9, nikel
membentuk senyawa kompleks dengan hidroksida, karbonat, dan sulfat dan selanjutnya mengalami
presipitasi. Demikian juga pada kondisi anaerob, nikel bersifat tidak larut(Moore, 1990dalam Effendi,
2003). Di muara sungai, nikel menunjukan konsentrasi yang semakin meningkat dengan
peningkatan kekeruhan. Peningkatan konsentrasi nikel terlarut pada tingkat kekeruhan yang tinggi
terjadi karena proses desorpsi dari partikel-partikel yang ada dimuara sungai dan proses resuspensi.
Sumber daya (resouces) dan cadangan (reserve) nikel umumnya keterdapatannya di alam terletak
tidak terlalu dalam dari permukaan. Oleh karena itu, sistem penambangan yang yang biasa
digunakan pada penambangan nikel di indonesia adalah dengan sistem tambang terbuka seperti
sistem open cast dan atau sistem open pit. Pada kedua sistem tersebut terdiri beberapa tahapan,
antara lain.
1. Land Clearing
Proses land clearing merupakan proses awal sebelum penggalian mareial bijih nikel dilakukan. Pada
proses ini, vegetasi yang terdapat diatas cadangan nikel dibersihkan terlebih dahulu untuk
memudahkan pembongkaran dan penggalian material tanah penutup dan bijih nikel yang akan
dilakukan kemudian.
1. Top soiling
Top soiling merupakan tahapan selanjutnya yang akan dilakukan setelah tahap land clearing telah
selesai dilakukan. Pada tahap ini, lapisan tanah pucuk (top soil) yang mengandung humus dan
unsur hara yang penting untuk kesuburan tanah dikupas, diangkut lalu ditimbun pada suatu lokasi
khusus (dipisahkan dari mateial tanah penutup/overburden) yang telah dipersiapkan untuk
menimbun tanah pucuk ini (top soil bank).
Hal ini dilakukan dengan harapan kondisi dan komposisi tanak pucuk tersebut tidak berubah dan
dapat digunakan kembali ketika proses reklamasi dan revegetasi dilakukan setelah operrasi
penambangan selesai dilakuakan.
Tahapan ini dilakukan bila tahapan land clearing dan top soiling telah selesai dilakukan. Endapan
cadangan timah (saprolit dan limonit) biasanya terletak dibawah lapisan tanah yang tidak
mengandung atau memiliki kadar nikel yang rendah. Sehingga untuk menambangnya diperlukan
pengupasan dan pengangkutan lapisan tanah penutup (overburden) terlebih dahulu. Proses ini akan
menggunkan kombinasi peralatan tambang berupa back hoe dan dump truk. Tanah penutup yang
telah dikupas tersebut kemudian akan ditimbun pada lokasi penimbunan (disposal area).
Setelah pengupasan lapisan tanah penutup selesai dilakukan, maka penambangan nijih nikel
(saprolit dan limonit) dapat dilakuakn. Tahapan penambangan ini dikakukan dengan dengan
mengunakan kombinasi peralatan back hoe dan dump truk. Bijih nikel yang telah ditambnag
kemudian akan diangkut ke stock pile untuk di timbun sementara pada lokasi tambang, atau
langsung menuju lokasi pabrik pengolahan maupun dikirim ke pelabuhan untuk dikrim ke lokasi
yang telah ditentukan.
1. Penimbunan
Kegiatan penambangan akan menghasilkan perubahan bentuk muka bumi jika yang berupa
cekungan-cekungan pada bekas lokasi penambangan. Oleh karena itu, perusahaan tambnagn
memiliki kewajiban untuk melakukan kegiatan penimbunan pada lokasi bekas tambang sehingga
berubahan bentang alam yang terjadi dapat diminimalisasi. Kegiatan penimbunan menggunakan
kombinasi peralatan back hoe dan bulldozer.
1. Pengangkutan
Setelah ditambang, mateial bijih nikel selanjutnya akan diangkut menuju lokasi pengolahan untuk
diolah untuk menghasilkan bahan olahan nikel maupun pelabuhan untuk dikirm meuju pihak
pembeli. Proses pengangkutan bijih nikel maupun bahan olahan nikel menggunakan kombinasi
peralatan dump truck dan kapal tongkang (tug boat).
Secara umum teknologi pengolahan bijih bikel untuk menjadi bahan olahan nikel dapat dibagi
menjadi dua macam yang terdiri dari Pirometalurgi dan Hidrometalurgi, yang dijelaskan sebagai
berikut :
1. Pirometalurgi
Proses pengolahan bijih nikel dengan menggunakan teknologi pengolahan pirometalurgi yaitu
proses ekstraksi bijih nikel dengan menggunakan suhu tinggi. Biasanya teknologi ini digunakan
untuk kriteria bijih dengan kadar nikel yang tinggi (kadar Ni > 1,5 %). Hasil akhir pengolahan dengan
menggunkan teknologi ini berupa ferronikel dalam bentuk ingot danatau granular nikel matte.
1. Hidrometalurgi
Proses pengolahan bijih nikel dengan penggunkan teknologi hidrometalurgi adalah proses ekstraksi
bijih nikel dengan menggunakan proses pelindian (leaching) dengan menggunakan reagent-
reagent tertentu. Teknologi ini biasanya digunakan untuk pengelohan bijih nikel dengan kadar
rendah. Hasil akhir pengolahan ini berupa nikel (Ni).
REPORT THIS AD
Kondisi Mineralogy
Dua faktor tersebut sangat penting dalam endapan nikel laterit karena kaitannya dengan posisi
water table, stuktur dan drainage. Zona enrichment nikel laterite berada di topografi bagian
atas (upper hill slope,crest, plateau, atau terrace). Kondisi water table pada zona ini dangkal,apalagi
ditambah dengan adanya zona patahan n shear or joint. In consequence, akan mempercepat proses
palarutan kimia (leaching processes) yang pada akhirnya akan terbentuk endapan saprolite
mengandung nikel yang cukup tebal. Kondisi seperti ini dapat dijumpai di beberapa tempat sepeti
Indonesia, New Caledonia, Ural (Russia) dan Columbia. Sebaliknya, pada topografi yang rendah,
water table yang dalam akan menghambat proses pelarutan unsur – unsur dari batuan induk
(baca: enrichment proses).
Pengaruh Iklim
Tempat – tempat yang beriklim tropis seperti Indonesia, Columbia memungkinkan untuk terjadinya
endapan Nikel laterite. Kondisi curah hujan yang tinggi,temperatur yang hangat ditambah dengan
aktivitas biogenic akan mempercepat proses pelapukan kimia, dimana Nikel laterite bisa mudah
terbentuk.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa teknologi pengolahan bijih nikel dapat dibagi menjadi
dua macam teknologi yang mempunyai produk akhir yang berbeda-beda. Produk olahan dari bijih
nikel yang umumnya dihasilkan diindonesia adalah sebagai berikut.
Proses pengolahan biji Nikel dilakukan untuk menghasilkan Nikel matte yaitu produk dengan kadar
Nikel di atas 75 %. Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan adalah sebagai berikut:
Pengeringan di Tanur Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang
dipasok dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran 25 mm.
Kalsinasi dan Reduksi di Tanur untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih,
mereduksi sebagian Nikel oksida menjadi Nikel logam, dan sulfidasi.
Peleburan di Tanur Listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk
fasa lelehan matte dan terak
Pengkayaan di Tanur Pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 %
menjadi di atas 75 %
Granulasi dan Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-
butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.
1. Sifat-Sifat Nikel
1. Sifat Fisik
Nikel merupakan unsur logam dengan fasa padat, memiliki massa jenis sekitar 8,908 g/cm3 serta
massa jenis cair saat melewati titik didihnya 7,81 g/cm3. Titik lebur dari Nikel adalah 1455oC,
sedangkan titik didihnya adalah 2913oC. Kalor peleburan Nikel adalah 14,48 kJ/mol, sedangkan
kalor penguapan Nikel adalah 377,5 kJ/mol, dan kapasitas kalor saat suhu ruang adalah 26,07
J/(molK).
1. Sifat Kimia
Informasi dasar
Nama : Nikel
Simbol : Ni
Nomor Atom : 28
Massa Atom : 58.6934 amu
Titik Leleh : 1453.0 °C (1726.15 K, 2647.4 °F)
Titik Didih : 2732.0 °C (3005.15 K, 4949.6 °F)
Jumlah Protons/Elektron : 28
Jumlah Neutron : 31
Klasifikasi : Transition Metal
Struktur kristal : Cubic
Massa jenis @ 293 K : 8.902 g/cm3
Warna : Putih dasar
Jumlah Tingkat Energi : 4
Energi pertama level : 2
Energi Kedua Level : 8
Energi Ketiga Level : 16
Energi Keempat Level : 2
Isotopes
Ni-56 6.1 days
Ni-57 35.6 hours
Ni-58 Stable
Ni-59 76000.0 years
Ni-60 Stable
Ni-61 Stable
Ni-62 Stable
Ni-63 100.0 years
Ni-64 Stable
Ni-65 2.51 hours
Fakta.
Tanggal Penemuan : 1751
Penemu : Alex Cronstedt
Nama Asal : Dari kata kupfernickel Jerman (Tembaga Palsu)
Kegunaan : Paduan Logam Elektroplating, nikel-kadmium baterai
Di peroleh dari : pentlandit
Keterangan unsur:
Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan industri, seperti : pelindung baja (stainless
steel), pelindung tembaga, industri baterai, elektronik, aplikasi industri pesawat terbang, industri
tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat
laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian, dan berbagai fungsi
lain (Gerberding J.L., 2005)
Paduan Nikel
Nikel (Ni) adalah logam perak-putih yang ditemukan pada tahun 1751 dan unsur paduan utama
yang memberikan kekuatan, ketangguhan, dan ketahanan korosi. Yang biasanya digunakan secara
luas pada baja stainless dan paduan berbasis nikel (yang biasa disebut superalloy). Paduan nikel
digunakan pada aplikasi temperatur tinggi (seperti komponen mesin jet, roket, dan pembangkit listrik
tenaga nuklir), dalam penanganan makanan dan peralatan pengolahan kimia, koin, dan dalam
perangkat kapal laut. Karena nikel mempunyai sifat magnetik, paduan nikel juga digunakan dalam
aplikasi elektromagnetik, seperti solenoida. Penggunaan utama nikel yaitu sebagai logam untuk
electroplating dari part untuk permukaannya dan untuk peningkatan ketahanannya terhadap korosi
dan keausan. Paduan nikel memiliki kekuatan tinggi dan tahan korosi pada temperatur tinggi.
Pemaduan unsur nikel kromium, kobalt, dan molibdenum. Sifat paduan nikel dalam mesin,
pembentuk, casting, dan pengelasan dapat dimodifikasi dengan berbagai unsur paduan lainnya.
Berbagai paduan nikel, memiliki berbagai kekuatan pada temperatur yang berbeda, telah
dikembangkan .Meskipun nama dagang masih digunakan secara umum, paduan nikel sekarang
diidentifikasi dalam sistem UNS dengan huruf N. Jadi, hastelloy G yang sekarang adalah
N06007. Monel adalah paduan nikel-tembaga. Inconel adalah paduan nikel-kromium dengan
tegangan tarik hingga 1400 MPa.
Hastelloy (paduan nikel-kromium) memiliki ketahanan korosi yang baik dan kekuatan tinggi pada
suhu yang tinggi. Nichrome (paduan nikel, kromium, dan besi) memiliki ketahanan listrik tinggi dan
ketahanan yang tinggi terhadap oksidasi dan digunakan untuk elemen pemanas listrik. Invar dan
kovar (paduan besi dan nikel) memiliki sensitivitas yang relatif pada suhu rendah
1. Superalloy
Superalloy sangat penting untuk aplikasi temperatur tinggi, oleh karena itu, mereka juga dikenal
sebagai paduan tahan suhu panas atau tinggi. Superaloy umumnya memiliki ketahanan yang baik
terhadap korosi, kelelahan mekanis dan termal, getaran mekanik dan termal, rambatan, dan erosi
pada temperatur tinggi. Aplikasi utama dari superalloy adalah untuk mesin jet dan turbin gas.
Aplikasi lain mesin torak, mesin roket, alat-alat dan cetakan untuk perlakuan panas logam, nuklir,
kimia, dan industri petrokimia. Secara umum, superalloy diidentifikasi dengan nama dagang atau
sistem penomoran khusus, dan mereka tersedia dalam berbagai bentuk.
Kebanyakan superalloy memiliki ketahanan suhu maksimum sekitar 1000o C dalam aplikasi
struktural. Suhu dapat setinggi 1.200o C untuk komponen bantalan non beban.
REPORT THIS AD
1. Stainless Steel
Stainless Steel (SS) adalah baja dengan sifat ketahanan korosi yang sangat tinggi di berbagai
kondisi lingkungan. Nikel digunakan sebagai unsur penstabil austenit, yang berarti penambahan
nikel pada besi paduan mempromosikan perubahan struktur kristal dari BCC (ferritic) ke fcc
(austenitic). Jadi nikel digunakan untuk menaikkan kekuatan, memperbaiki sifat kelelahan dan
meningkatkan keuletan besi.
Penambahan nikel menunda pembentukan fasa intermetalik yang merusak pada austenitic SS tetapi
nikel kurang efektif dibanding nitrogen pada DSS. Sruktur fcc membuat austenitic stainless
steels memiliki ketangguhan tinggi. Kehadirannya dari sekitar setengah struktur mikro duplex
meningkatkan ketangguhan duplex dibanding Ferritic SS.
1. Copper-Nikel-Silikon Alloys
“Nickel Silicon Bronze Alloys, which is an age-hardening alloy, higher alloyed in comparison with
CuNi1.5Si, for current-carrying formed parts. It has an a-structure with very fine precipitations and
recommends itself both for lead frames which require a high rigidity of the pins and for connector
with high demands on the electrical conductivity, strength and relaxation behavior. In addition, the
CuNi2Si can also be used for current-carrying formed parts and contact springs due to its good
fatigue strength, forming and spring properties.”(ecplaza.com,2010)
Jika Nikel dan Silikon dalam perbandingan 4 : 1, yaitu 4 bagian Nikel dan 1 bagian Silikon dipadukan
di dalam Copper (Tembaga) pada Temperatur tinggi maka akan terbentuk sebuah unsur yang
disebut Nikel Silicide (Ni2Si) dan pada Temperatur rendah paduan ini akan sesuai untuk
pengendapan dalam perlakuan panas, dimana proses pelarutan akan diperoleh dalam
proses Quenching dari Temperatur 7000C dan akan diperoleh sifat paduan Tembaga yang lunak dan
ulet, kemudian dilanjutkan dengan memberikan pemanasan pada Temperatur 4500C maka akan
meningkatkan kekerasan serta tegangan dari paduan Tembaga tersebut. %tase kadar Nikel dan
Silikon ini disesuaikan dengan kebutuhan dari sifat yang dihasilkannya, biasanya diberikan antara 1
% hingga 3 % . Paduan Tembaga Sehingga akan memiliki sifat Thermal dan electrical Conductivity
yang baik dan tahan terhadap pembentukan kulit dan oxidasi serta dapat mempertahankan sifat
mekaniknya pada Temperatur tinggi dalam jangka waktu yang lama.
1. Nikel – Silver
Logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok logam berat dan metaloid
yang densitasnya lebih besar dari 5 g/cm3 (Hutagalung et al., 1992). Logam beratadalah unsur-unsur
kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kananbawah sistem periodik,
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomoratom 22 sampai 92 dari
perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini
menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus
karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan
tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transformasi melalui dinding sel
(Manahan, 1977).
Di perairan, logam berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut dan tidak terlarut. Logamberat
terlarut adalah logam yang membentuk senyawa kompleks dengan senyawa organik dan anorganik,
sedangkan logam berat yang tidak terlarut merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan
senyawa kelompok metal yang teradsorbsi pada partikelpartikel yang tersuspensi.
Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai
jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam beratdapat dibagi dalam dua
jenis.Pertama, logam berat esensial, di mana keberadaannya dalamjumlah tertentu sangat
dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek
racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Ni, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis
kedua, logam berat tidak esensial atau beracun, dimana keberadaannya dalam tubuh masih belum
diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun,seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain (Connel
dan Miller 1995).
Logam berat umumnya ditemukan dalam bentuk %yawaan dengan unsur lain, dan sangat jarang
ditemukan dalam elemen tunggal. Unsur ini dalam kondisi suhu kamar tidak selalu berbentuk padat
melainkan ada yang berbentuk cair. Logam berat di perairan memiliki sifat konserfatif dan
nonkonservatif. Sifat konservatif menunjukan kestabilan konsentrasi suatu komponen, hal ini berarti
bahwa konsentrasi suatu komponen cenderung tetap dan tidakterpengaruh dengan proses-proses
fisik dan biologi yang ada di perairan, ditunjukkan dengan proses pergerakan (removal),
peningkatan konsentrasi (addition), dan pergerakan sekaligus peningkatan konsetrasi (removal dan
addition) (Hutagalung dan Razak, 1992).
Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme air untuk pertumbuhan dan
perkembangan hidupnya, antara lain dalam pembentukan haemosianin dalam sistem darah dan
enzimatik pada biota (Darmono, 1995). Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat
ataudaya racun logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai
berikut merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt
(Co) (Sutamihardja dkk, 1982). Menurut Darmono (1995) daftar urutan toksisitas logam paling tinggi
ke paling rendah terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut Hg2+ >
Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+. Sedangkan menurut Kementrian Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam beratdapat dikelompokkan ke
dalam 3 kelompok, yaitu:
Kadar nikel di perairan tawar alami adalah 0,001 – 0,003 mg/liter (Scoullos dan Hatzianestis,
1989,in Moore,1990 in Effendi 2003); sedangkan pada perairan laut berkisar antara 0,005 – 0,007
mg/liter (Mc Neely et al., 1979).
Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme,
maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitandengan sifat-
sifat logam berat ( PPLH-IPB, 1997; Sutamihardja dkk, 1982) yaitu :
Walaupun terjadi peningkatan sumber logam berat, namun konsentrasinya dalam air dapat berubah
setiap saat. Hal ini terkait dengan berbagai macam proses yang dialami oleh senyawa tersebut
selama dalam kolom air. Parameter yang mempengaruhi konsentrasi logam berat di perairan adalah
suhu, salinitas, arus, pH dan padatan tersuspensi total atau seston.
Nikel dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh, tetapi bila terdapat dalam jumlah yang terlalu tinggi
dapat berbahaya untuk kesehatan manusia, Yaitu : menyebabkan kanker paru-paru, kanker hidung,
kanker pangkal tenggorokan dan kanker prostat, merusak fungsi ginjal,meyebabkan kehilangan
keseimbangan, menyebabkan kegagalan respirasi, kelahiran cacat,menyebabkan penyekit asma
dan bronkitis kronis serta merusak hati.
Gerberding J.L (2005) melaporkan bahwa dalam konsentrasi tinggi nikel di tanah berpasir merusak
tanaman dan di permukaan air dapat mengurangi tingkat pertumbuhan algae. Lebih lanjut dikatakan
bahwa nikel juga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, tetapimereka biasanya
mengembangkan perlawanan terhadap nikel setelah beberapa saat. Ketoksikan nikel pada
kehidupan akuatik bergantung pada spesies, pH, kesadahan dan faktor lingkungan lain (Blaylock
dan Frank, 1979).
Teknologi pengolahan biji nikel menjadi sponge iron content nickel. Cadangan biji nikel Indonesia
mencapai lebih dari 1 milyar ton. Biji nikel tersebut saat ini sebagian besar dijual dalam bentuk raw
material sebanyak lebih dari 6.5 juta ton/tahun dengan harga hanya ± 30 US$/ton. Padahal setelah
menjadi nickel matt harganya lebih dari 24.000 US$/ton. Untuk bisa memproduksi nickel matt
diperlukan investasi yang mencapai milyaran dolar dan didukung Power Plant dengan daya lebih
dari 200 megawatt.
Karena itulah diperlukan inovasi pengolahan biji nikel menjadi sponge iron content nickel dengan
peralatan yang dibuat di dalam negeri dan berbasis bahan bakar batubara. Biji nikel diolah dengan
menggunakan tepung batubara untuk menjadi sponge iron lalu bisa diolah lagi menjadi nickle matt
dengan kopula hot blast batubara.
1. Perspektif:
Dengan pasokan persediaan biji nikel yang sangat besar di Indonesia maka industri pengolahan
barang jadi dari nikel sangat potensial untuk digarap karena bisa mendatangkan added value
sampai ribuan kali
1. Keunggulan Inovasi:
1. Potensi Aplikasi
Inovasi metode pengolahan biji nikel alternatif ini dapat dikembangkan, untuk membangun
kemampuan nasional dalam mengolah hasil-hasil tambang bernilai tinggi, tapi dengan investasi
yang tidak terlalu besar.