Anda di halaman 1dari 16

BAHAN TAMBANG NIKEL

PENGOLAHAN DAN
PEMANFAATAN
DALAM INDUSTRI
TELUSURI

 cari
KEY WORD

'....inspirasi menemukan solusi dan Kita pencipta inspirasi..."

SAPA SETIADI WIRA BUANA


FOLLOW

Kesalahan: Twitter tidak merespons. Tunggulah beberapa menit dan perbarui halaman.

TERANGI LENTERA INI

setiadiwirabuana@gmail.com
Bergabunglah dengan 260 pengikut lainnya

ikuti
HALAMAN INSPIRASI

 #setiadi wira buana

 bermimpilah INDONESIA

 [my Frame]

TEBAR INSPIRASI
 Proses Produksi (Manajemen Produksi)
 PENILAIAN ACUAN NORMA (PAN) DAN PENILAIAN ACUAN PATOKAN (PAP)
 BAHAN TAMBANG NIKEL PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN DALAM INDUSTRI
 LIFE-CYCLE ASSESSMENT (LCA)
 Pemanasan Global Terhadap Kehidupan Lingkungan Hidup dan Sosial

KATEGORI INSPIRASI

kategori inspirasi         
BLOG STATS

 555.545 penata bangsa

BERBAGI INSPIRASI

Berbagi Inspirasi               

KATA PARA PENATA BANGSA

TRI NINGSIH
KURNIAWA…
pada PENILAIAN
ACUAN NORMA
(PAN) DA…
Nanang Martono
pada Akreditasi
Sekolah/ Madrasah
Susiana
Silaban pada Pengaruh
Penggunaan Model
Pemb…
PENILAIAN ACUAN
NORM… pada PENIL
AIAN ACUAN
NORMA (PAN) DA…
Warusnia pada Proses
Produksi
(Manajemen…
Iklan
REPORT THIS AD

1. Pendahuluan

Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri komponen yang
membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi
dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di
kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel.
Unsur nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut norit. Nikel ditemukan dalam mineral
pentlandit, dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan butiran kecil bersama pyrhotin dan kalkopirit.
Nikel biasanya terdapat dalam tanah yang terletak di atas batuan basa. Nikel yang dijumpai
berhubungan erat dengan batuan peridotit. Logam yang tidak ditemukan dalam peridotit itu sendiri,
melainkan sebagai hasil lapukan dari batuan tersebut. Mineral nikelnya adalah garnerit.
Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan logam berwarna putih keperak-
perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam logam peralihan, sifat tidak berubah bila
terkena udara, tahan terhadapoksidasi dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah
suhu yang ekstrim (Cotton dan Wilkinson, 1989). Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial
dan industri, seperti :pelindung baja (stainless steel), pelindung tembaga, industri baterai, elektronik,
aplikasi industri pesawat terbang, industri tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat
magnet kuat,pembuatan alat-alat laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk
pertanian, dan berbagai fungsi lain (Gerberding J.L., 2005).
 

1. Tambang Nikel di Indonesia

Tambang Nikel di Indonesia terdapat di Kalimantan Barat, Maluku, Papua, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Di alam, proses penambangan nikel dimulai dengan
mengupas tanah permukaan (10-20 meter) kemudian dibuang ketempat tertentu atau digunakan
untuk menutup lokasi purnatambang. Lapisan tanah mengandung nikel berkadar tinggi selanjutnya
diambil dengan menggunakan alat mekanis atau non mekanis dan diangkut untuk diolah di pabrik
dan sebagaianditimbun di sekitar wilayah perairan pesisir untuk selanjutnya dalam bentuk mentah di
ekspor keluar negeri. Nikel terbentuk bersama dengan belerang dalam millerite (NiS), dengan
arsenikdalam galian nikolit (NiAs), dan dengan arsenik dan belerang dalam (nikel glance). Nikel juga
terbentuk bersama-sama dengan chrom dan platina dalam batuan ultrabasa. Terdapat dua
jenisendapan nikel, yaitu sebagai hasil konsentrasi residu silika dan pada proses pelapukan batuan
beku ultra basa serta sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan
pirit, pirotit, dan kalko pirit.
Di perairan nikel ditemukan dalam bentuk koloid. Garam-garam nikel misalnya nikelamonium sulfat,
nikel nitrat, dan nikel klorida bersifat larut dalam air. Pada kondisi aerob dan pH< 9, nikel
membentuk senyawa kompleks dengan hidroksida, karbonat, dan sulfat dan selanjutnya mengalami
presipitasi. Demikian juga pada kondisi anaerob, nikel bersifat tidak larut(Moore, 1990dalam Effendi,
2003). Di muara sungai, nikel menunjukan konsentrasi yang semakin meningkat dengan
peningkatan kekeruhan. Peningkatan konsentrasi nikel terlarut pada tingkat kekeruhan yang tinggi
terjadi karena proses desorpsi dari partikel-partikel yang ada dimuara sungai dan proses resuspensi.
 

 Proses Pengolahan dan Sistem Penambangan Nikel

Sumber daya (resouces) dan cadangan (reserve) nikel umumnya keterdapatannya di alam terletak
tidak terlalu dalam dari permukaan. Oleh karena itu, sistem penambangan yang yang biasa
digunakan pada penambangan nikel di indonesia adalah dengan sistem tambang terbuka seperti
sistem open cast dan atau sistem open pit. Pada kedua sistem tersebut terdiri beberapa tahapan,
antara lain.

1. Land Clearing

Proses land clearing merupakan proses awal sebelum penggalian mareial bijih nikel dilakukan. Pada
proses ini, vegetasi yang terdapat diatas cadangan nikel dibersihkan terlebih dahulu untuk
memudahkan pembongkaran dan penggalian material tanah penutup dan bijih nikel yang akan
dilakukan kemudian.
1. Top soiling

Top soiling merupakan tahapan selanjutnya yang akan dilakukan setelah tahap land clearing telah
selesai dilakukan. Pada tahap ini, lapisan tanah pucuk (top soil) yang mengandung humus dan
unsur hara yang penting untuk kesuburan tanah dikupas, diangkut lalu ditimbun pada suatu lokasi
khusus (dipisahkan dari mateial tanah penutup/overburden) yang telah dipersiapkan untuk
menimbun tanah pucuk ini (top soil bank).
Hal ini dilakukan dengan harapan kondisi dan komposisi tanak pucuk tersebut tidak berubah dan
dapat digunakan kembali ketika proses reklamasi dan revegetasi dilakukan setelah operrasi
penambangan selesai dilakuakan.

1. Pengupasan dan pengangkutan tanah penutup (Overburden)

Tahapan ini dilakukan bila tahapan land clearing dan top soiling telah selesai dilakukan. Endapan
cadangan timah (saprolit dan limonit) biasanya terletak dibawah lapisan tanah yang tidak
mengandung atau memiliki kadar nikel yang rendah. Sehingga untuk menambangnya diperlukan
pengupasan dan pengangkutan lapisan tanah penutup (overburden) terlebih dahulu. Proses ini akan
menggunkan kombinasi peralatan tambang berupa back hoe dan dump truk. Tanah penutup yang
telah dikupas tersebut kemudian akan ditimbun pada lokasi penimbunan (disposal area).

1. Pengupasan dan penganguktan bijih nikel

Setelah pengupasan lapisan tanah penutup selesai dilakukan, maka penambangan nijih nikel
(saprolit dan limonit) dapat dilakuakn. Tahapan penambangan ini dikakukan dengan dengan
mengunakan kombinasi peralatan back hoe dan dump truk. Bijih nikel yang telah ditambnag
kemudian akan diangkut ke stock pile untuk di timbun sementara pada lokasi tambang, atau
langsung menuju lokasi pabrik pengolahan maupun dikirim ke pelabuhan untuk dikrim ke lokasi
yang telah ditentukan.

1. Penimbunan

Kegiatan penambangan akan menghasilkan perubahan bentuk muka bumi jika yang berupa
cekungan-cekungan pada bekas lokasi penambangan. Oleh karena itu, perusahaan tambnagn
memiliki kewajiban untuk melakukan kegiatan penimbunan pada lokasi bekas tambang sehingga
berubahan bentang alam yang terjadi dapat diminimalisasi. Kegiatan penimbunan menggunakan
kombinasi peralatan back hoe dan bulldozer.

1. Pengangkutan

Setelah ditambang, mateial bijih nikel selanjutnya akan diangkut menuju lokasi pengolahan untuk
diolah untuk menghasilkan bahan olahan nikel maupun pelabuhan untuk dikirm meuju pihak
pembeli. Proses pengangkutan bijih nikel maupun bahan olahan nikel menggunakan kombinasi
peralatan dump truck dan kapal tongkang (tug boat).
 

1. Teknologi Pengolahan Bijih Nikel

Secara umum teknologi pengolahan bijih bikel untuk menjadi bahan olahan nikel dapat dibagi
menjadi dua macam yang terdiri dari Pirometalurgi dan Hidrometalurgi, yang dijelaskan sebagai
berikut :
1. Pirometalurgi

Proses pengolahan bijih nikel dengan menggunakan teknologi pengolahan pirometalurgi yaitu
proses ekstraksi bijih nikel dengan menggunakan suhu tinggi. Biasanya teknologi ini digunakan
untuk kriteria bijih dengan kadar nikel yang tinggi (kadar Ni > 1,5 %). Hasil akhir pengolahan dengan
menggunkan teknologi ini berupa ferronikel dalam bentuk ingot danatau granular nikel matte.

1. Hidrometalurgi

Proses pengolahan bijih nikel dengan penggunkan teknologi hidrometalurgi adalah proses ekstraksi
bijih nikel dengan menggunakan proses pelindian (leaching) dengan menggunakan reagent-
reagent tertentu. Teknologi ini biasanya digunakan untuk pengelohan bijih nikel dengan kadar
rendah. Hasil akhir pengolahan ini berupa nikel (Ni).
REPORT THIS AD

Diagram Alir Pengolahan Bijih Nikel


Diagram alir pengolahan bijih nikel dengan metode pirometalurgi dapat dilihat pada skema sebagai
berikut ini :

source image : bahan presentasi kuliah program studi t. metalurgi itb


Sedangkan pengolahan bijih nikel dengan menggunakan metode hidrometalurgi dapat dilihaat pada
skema berikut:

source image : bahan presentasi kuliah program studi t. metalurgi itb

1. Proses Kimia Pembentukan Nikel


Nikel terbentuk bersama mineral silikat kaya akan unsur Mg (ex: olivin). Olivin adalah jenis mineral
yang tidak stabil selama pelapukan berlangsung. Saprolite adalah produk pelapukan pertama,
meninggalkan sedikitnya 20% fabric dari batuan aslinya (parent rock). Batas antara batuan
dasar, saprolite dan wathering front tidak jelas dan bahkan perubahannya gradasional. Endapan
nikel laterite dicirikan dengan adanya speroidal weathering sepanjang joints dan fractures ( boulder
saprolite). Selama pelapukan berlangsung, Mg larut dan Silika larut bersama groundwater. Ini
menyebabkan fabric dari batuan induknya is totally change. Sebagai hasilnya, Fe-Oxide
mendominasi dengan membentuk lapisan horizontal diatas saprolite yang sekarang kita kenal
sebagai Limonite. Benar bahwa Nikel berasosiasi dengan Fe-Oxide terutama dari jenis Goethite.
Rata-rata nikel berjumlah 1.2 %.
Proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu,
menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk. Pada pelapukan kimia khususnya,
air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan
mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe,
Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus.
Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk
mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini
selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya bersifat asam,
hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan
batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung
dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan
mengendap pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan
krisopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang
berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai
bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit,
magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Di lapangan
urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang
disebut dengan akar pelapukan (root of weathering)

 Kondisi Mineralogy

Endapan nikel laterite terbentuk baik pada mineral jenis silicate atau oxide. Kemiripan radius ion


Ni2+ dan Mg2+  memungkinkan substitusi ion diantara keduanya. Umumnya, mineral bijih dari jenis
hidrous silicate seperti talc, smectite, sepiolite, dan chlorite terbentuk selama proses
metamorphisme temperature rendah dan selama proses pelapukan dari batuan induk. Umumnya,
mineral – mineral tersebut mempunyai variasi ratio Mg dan Ni. Mineral garnierite dari jenis silicate
mempunyai ciri poor kristalin, texture afanitik, dan berstuktur seperti serpentinite (Brindley,1978).

 Kondisi Topografi dan Morfologi

Dua faktor tersebut sangat penting dalam endapan nikel laterit karena kaitannya dengan posisi
water table, stuktur dan drainage. Zona enrichment nikel laterite berada di topografi bagian
atas (upper hill slope,crest, plateau, atau terrace). Kondisi water table pada zona ini dangkal,apalagi
ditambah dengan adanya zona patahan n shear or joint. In consequence, akan mempercepat proses
palarutan kimia (leaching processes) yang pada akhirnya akan terbentuk endapan saprolite
mengandung nikel yang cukup tebal. Kondisi seperti ini dapat dijumpai di beberapa tempat sepeti
Indonesia, New Caledonia, Ural (Russia) dan Columbia. Sebaliknya, pada topografi yang rendah,
water table yang dalam akan menghambat proses pelarutan unsur – unsur dari batuan induk
(baca: enrichment proses).
 Pengaruh Iklim

Tempat – tempat yang beriklim tropis seperti Indonesia, Columbia memungkinkan untuk terjadinya
endapan Nikel laterite. Kondisi curah hujan yang tinggi,temperatur yang hangat ditambah dengan
aktivitas biogenic akan mempercepat proses pelapukan kimia, dimana Nikel laterite bisa mudah
terbentuk.

1. Produk Olahan Nikel

Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa teknologi pengolahan bijih nikel dapat dibagi menjadi
dua macam teknologi yang mempunyai produk akhir yang berbeda-beda. Produk olahan dari bijih
nikel yang umumnya dihasilkan diindonesia adalah sebagai berikut.

 Ferronikel (menggunakan teknologi pirometalurgi)


 Nikel Matte (menggunakan teknologi pirometalurgi)
 Nikel (menggunakan teknologi hidrometalurgi)

Proses pengolahan biji Nikel dilakukan untuk menghasilkan Nikel matte yaitu produk dengan kadar
Nikel di atas 75 %. Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan adalah sebagai berikut:

 Pengeringan di Tanur Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang
dipasok dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran 25 mm.
 Kalsinasi dan Reduksi di Tanur untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih,
mereduksi sebagian Nikel oksida menjadi Nikel logam, dan sulfidasi.
 Peleburan di Tanur Listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk
fasa lelehan matte dan terak
 Pengkayaan di Tanur Pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 %
menjadi di atas 75 %
 Granulasi dan Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-
butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.

1. Sifat-Sifat Nikel

Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28.


Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika
dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras,
mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas
dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal,  yang dapat menghasilkan alloy yang
sangat berharga.
REPORT THIS AD

1. Sifat Fisik

Nikel merupakan unsur logam dengan fasa padat, memiliki massa jenis sekitar 8,908 g/cm3 serta
massa jenis cair saat melewati titik didihnya 7,81 g/cm3. Titik lebur dari Nikel adalah 1455oC,
sedangkan titik didihnya adalah 2913oC. Kalor peleburan Nikel adalah 14,48 kJ/mol, sedangkan
kalor penguapan Nikel adalah 377,5 kJ/mol, dan kapasitas kalor saat suhu ruang adalah 26,07
J/(molK).
 

1. Sifat Kimia

Informasi dasar
Nama                                               : Nikel
Simbol                                             : Ni
Nomor Atom                                   : 28
Massa Atom                        : 58.6934 amu
Titik Leleh                           : 1453.0 °C (1726.15 K, 2647.4 °F)
Titik Didih                           : 2732.0 °C (3005.15 K, 4949.6 °F)
Jumlah Protons/Elektron     : 28
Jumlah Neutron                   : 31
Klasifikasi                            : Transition Metal
Struktur kristal                     : Cubic
Massa jenis @ 293 K                       : 8.902 g/cm3
Warna                                              : Putih dasar
Jumlah Tingkat Energi         : 4
Energi pertama level                        : 2
Energi Kedua Level            : 8
Energi Ketiga Level            : 16
Energi Keempat Level         : 2
Isotopes

Isotope Half Life

Ni-56 6.1 days

Ni-57 35.6 hours

Ni-58 Stable

Ni-59 76000.0 years

Ni-60 Stable
Ni-61 Stable

Ni-62 Stable

Ni-63 100.0 years

Ni-64 Stable

Ni-65 2.51 hours

 
Fakta.
Tanggal Penemuan      : 1751
Penemu                       : Alex Cronstedt
Nama Asal                  : Dari kata kupfernickel Jerman (Tembaga Palsu)
Kegunaan        : Paduan Logam Elektroplating, nikel-kadmium baterai
Di peroleh dari            : pentlandit
Keterangan unsur:

 Volume Atom : 6.6 cm3/mol


 Struktur Kristal : fcc
 Massa Jenis : 8.9 g/cm3
 Konduktivitas Listrik : 14.6 x 106 ohm-1cm-1
 Elektronegativitas : 1.91
 Konfigurasi Elektron : [Ar]3d8 4s2
 Formasi Entalpi : 17.2 kJ/mol
 Konduktivitas Panas : 90.7 Wm-1K-1
 Potensial Ionisasi : 7.635 V
 Bilangan Oksidasi : 2,3
 Kapasitas Panas : 0.444 Jg-1K-1
 Entalpi Penguapan : 377.5 kJ/mol

 
 
 
 
 
 
 
 
 

 Manfaat dan Penggunaan Nikel

Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan industri, seperti : pelindung baja (stainless
steel), pelindung tembaga, industri baterai, elektronik, aplikasi industri pesawat terbang, industri
tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat
laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian, dan berbagai fungsi
lain (Gerberding J.L., 2005)
 

 Paduan Nikel

Nikel (Ni) adalah logam perak-putih yang ditemukan pada tahun 1751 dan unsur paduan utama
yang memberikan kekuatan, ketangguhan, dan ketahanan korosi. Yang biasanya digunakan secara
luas pada baja stainless dan paduan berbasis nikel (yang biasa disebut superalloy). Paduan nikel
digunakan pada aplikasi temperatur tinggi (seperti komponen mesin jet, roket, dan pembangkit listrik
tenaga nuklir), dalam penanganan makanan dan peralatan pengolahan kimia, koin, dan dalam
perangkat kapal laut. Karena nikel mempunyai sifat magnetik, paduan nikel juga digunakan dalam
aplikasi elektromagnetik, seperti solenoida. Penggunaan utama nikel yaitu sebagai logam untuk
electroplating dari part untuk permukaannya dan untuk peningkatan ketahanannya terhadap korosi
dan keausan. Paduan nikel memiliki kekuatan tinggi dan tahan korosi pada temperatur tinggi.
Pemaduan unsur nikel kromium, kobalt, dan molibdenum. Sifat paduan nikel dalam mesin,
pembentuk, casting, dan pengelasan dapat dimodifikasi dengan berbagai unsur paduan lainnya.
Berbagai paduan nikel, memiliki berbagai kekuatan pada temperatur yang berbeda, telah
dikembangkan .Meskipun nama dagang masih digunakan secara umum, paduan nikel sekarang
diidentifikasi dalam sistem UNS dengan huruf N. Jadi, hastelloy G yang sekarang adalah
N06007. Monel adalah paduan nikel-tembaga. Inconel adalah paduan nikel-kromium dengan
tegangan tarik hingga 1400 MPa.
Hastelloy (paduan nikel-kromium) memiliki ketahanan korosi yang baik dan kekuatan tinggi pada
suhu yang tinggi. Nichrome (paduan nikel, kromium, dan besi) memiliki ketahanan listrik tinggi dan
ketahanan yang tinggi terhadap oksidasi dan digunakan untuk elemen pemanas listrik. Invar dan
kovar (paduan besi dan nikel) memiliki sensitivitas yang relatif pada suhu rendah

1. Superalloy
Superalloy sangat penting untuk aplikasi temperatur tinggi, oleh karena itu, mereka juga dikenal
sebagai paduan tahan suhu panas atau tinggi. Superaloy umumnya memiliki ketahanan yang baik
terhadap korosi, kelelahan mekanis dan termal, getaran mekanik dan termal, rambatan, dan erosi
pada temperatur tinggi. Aplikasi utama dari superalloy adalah untuk mesin jet dan turbin gas.
Aplikasi lain mesin torak, mesin roket, alat-alat dan cetakan untuk perlakuan panas logam, nuklir,
kimia, dan industri petrokimia. Secara umum, superalloy diidentifikasi dengan nama dagang atau
sistem penomoran khusus, dan mereka tersedia dalam berbagai bentuk.
Kebanyakan superalloy memiliki ketahanan suhu maksimum sekitar 1000o C dalam aplikasi
struktural. Suhu dapat setinggi 1.200o C untuk komponen bantalan non beban.
REPORT THIS AD

Superaloy terdiri dari berbasis besi, berbasis kobalt, atau berbasis nikel:


Superalloy berbasis Besi pada umumnya mengandung 32-67% Fe, dari 15 sampai dengan 22% Cr,
dan 9-38% Ni. Paduan umum dalam kelompok ini adalah seri incoloy.
Superalloy berbasis Cobalt pada umumnya mengandung 35-65% Co, dari 19 menjadi 30% Cr, dan
naik 35% Ni. Superalloy ini tidak sekuat superalloy berbasis nikel, tetapi mereka mampu
mempertahankan kekuatan mereka pada suhu yang lebih tinggi.
Superalloy berbasis Nikel adalah yang paling umum dari superalloy, dan mereka tersedia dalam
berbagai macam komposisi (tabel 6.9). komposisi nikel adalah 38-76%. Mereka juga mengandung
27% Cr dan 20% paduan Co. Biasanya paduan dalam kelompok ini adalah Hastelloys, Inconel,
Nimonic, Rene, udimet, astroloy, dan seri waspaloy.

1. Stainless Steel

Stainless Steel (SS) adalah baja dengan sifat ketahanan korosi yang sangat tinggi di berbagai
kondisi lingkungan. Nikel digunakan sebagai unsur penstabil austenit, yang berarti penambahan
nikel pada besi paduan mempromosikan perubahan struktur kristal dari BCC (ferritic) ke fcc
(austenitic). Jadi nikel digunakan untuk menaikkan kekuatan, memperbaiki sifat kelelahan dan
meningkatkan keuletan besi.
Penambahan nikel menunda pembentukan fasa intermetalik yang merusak pada austenitic SS tetapi
nikel kurang efektif dibanding nitrogen pada DSS. Sruktur fcc membuat austenitic stainless
steels memiliki ketangguhan tinggi. Kehadirannya dari sekitar setengah struktur mikro duplex
meningkatkan ketangguhan duplex dibanding Ferritic SS.

1. Copper-Nikel-Silikon Alloys
“Nickel Silicon Bronze Alloys, which is an age-hardening alloy, higher alloyed in comparison with
CuNi1.5Si, for current-carrying formed parts. It has an a-structure with very fine precipitations and
recommends itself both for lead frames which require a high rigidity of the pins and for connector
with high demands on the electrical conductivity, strength and relaxation behavior. In addition, the
CuNi2Si can also be used for current-carrying formed parts and contact springs due to its good
fatigue strength, forming and spring properties.”(ecplaza.com,2010)
Jika Nikel dan Silikon dalam perbandingan 4 : 1, yaitu 4 bagian Nikel dan 1 bagian Silikon dipadukan
di dalam Copper (Tembaga) pada Temperatur tinggi maka akan terbentuk sebuah unsur yang
disebut Nikel Silicide (Ni2Si) dan pada Temperatur rendah paduan ini akan sesuai untuk
pengendapan dalam perlakuan panas, dimana proses pelarutan akan diperoleh dalam
proses Quenching dari Temperatur 7000C dan akan diperoleh sifat paduan Tembaga yang lunak dan
ulet, kemudian dilanjutkan dengan memberikan pemanasan pada Temperatur 4500C maka akan
meningkatkan kekerasan serta tegangan dari paduan Tembaga tersebut. %tase kadar Nikel dan
Silikon ini disesuaikan dengan kebutuhan dari sifat yang dihasilkannya, biasanya diberikan antara 1
% hingga 3 % . Paduan Tembaga Sehingga akan memiliki sifat Thermal dan electrical Conductivity
yang baik dan tahan terhadap pembentukan kulit dan oxidasi serta dapat mempertahankan sifat
mekaniknya pada Temperatur tinggi dalam jangka waktu yang lama.

1. Nikel – Silver

“Nickel silver,also known as German silver, paktong, newsilver or alpacca (or alpaca), is


a copper alloy with nickel and often zinc. The usual formulation is 60% copper, 20% nickel and
20% zinc.” (wikipedia.org,2010).
Nikel – Silver sebenarnya tidak mengandung unsur Silver, penamaan ini dikarenakan    penampilan
dari paduan ini menyerupai  silver. Komposisinya terdiri atas Copper, Nikel dan Seng (Zinc). Semua
paduan dari jenis ini dapat dikerjakan atau dibentuk dengan pengejaan dingin (cold working), akan
tetapi dengan meminimalkan tingkat kemurniannya paduan ini juga memungkinkan untuk
pengerjaan panas (hot working). Nikel Silver mengandung kadar Tembaga antara 55 % sampai 68
% dan paduan dengan kadar Nikel antara 10 % hingga 30 % banyak digunakan dalam pembuatan
sendok dan garpu. Paduan yang dibuat dalam bentuk plat dengan type EPNS sebagai derajat
kesatu dengan kadar Nikel 18 % digunakan sebagai bahan pegas pada kontaktor peralatan listrik.
 

1. Bahaya Toksik Nikel

Logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok logam berat dan metaloid
yang densitasnya lebih besar dari 5 g/cm3 (Hutagalung et al., 1992). Logam beratadalah unsur-unsur
kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kananbawah sistem periodik,
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomoratom 22 sampai 92 dari
perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini
menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus
karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan
tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transformasi melalui dinding sel
(Manahan, 1977).
Di perairan, logam berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut dan tidak terlarut. Logamberat
terlarut adalah logam yang membentuk senyawa kompleks dengan senyawa organik dan anorganik,
sedangkan logam berat yang tidak terlarut merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan
senyawa kelompok metal yang teradsorbsi pada partikelpartikel yang tersuspensi.
Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai
jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam beratdapat dibagi dalam dua
jenis.Pertama, logam berat esensial, di mana keberadaannya dalamjumlah tertentu sangat
dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek
racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Ni, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis
kedua, logam berat tidak esensial atau beracun, dimana keberadaannya dalam tubuh masih belum
diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun,seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain (Connel
dan Miller 1995).
Logam berat umumnya ditemukan dalam bentuk %yawaan dengan unsur lain, dan sangat jarang
ditemukan dalam elemen tunggal. Unsur ini dalam kondisi suhu kamar tidak selalu berbentuk padat
melainkan ada yang berbentuk cair. Logam berat di perairan memiliki sifat konserfatif dan
nonkonservatif. Sifat konservatif menunjukan kestabilan konsentrasi suatu komponen, hal ini berarti
bahwa konsentrasi suatu komponen cenderung tetap dan tidakterpengaruh dengan proses-proses
fisik dan biologi yang ada di perairan, ditunjukkan dengan proses pergerakan (removal),
peningkatan konsentrasi (addition), dan pergerakan sekaligus peningkatan konsetrasi (removal dan
addition) (Hutagalung dan Razak, 1992).
Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme air untuk pertumbuhan dan
perkembangan hidupnya, antara lain dalam pembentukan haemosianin dalam sistem darah dan
enzimatik pada biota (Darmono, 1995). Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat
ataudaya racun logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai
berikut merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt
(Co) (Sutamihardja dkk, 1982). Menurut Darmono (1995) daftar urutan toksisitas logam paling tinggi
ke paling rendah terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut Hg2+ >
Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+. Sedangkan menurut Kementrian Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam beratdapat dikelompokkan ke
dalam 3 kelompok, yaitu:

 Bersifat toksik tinggi (Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn)


 Bersifat toksik sedang (Cr, Ni, dan Co)
 Bersifat tosik rendah (Mn dan Fe).

Kadar nikel di perairan tawar alami adalah 0,001 – 0,003 mg/liter (Scoullos dan Hatzianestis,
1989,in Moore,1990 in Effendi 2003); sedangkan pada perairan laut berkisar antara 0,005 – 0,007
mg/liter (Mc Neely et al., 1979).
Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme,
maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitandengan sifat-
sifat logam berat ( PPLH-IPB, 1997; Sutamihardja dkk, 1982) yaitu :

 Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan  


keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan)
 Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan membahayakan
kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut
 Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi
logam dalam air
 Mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang
dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial
dalamskala waktu tertentu

Walaupun terjadi peningkatan sumber logam berat, namun konsentrasinya dalam air dapat berubah
setiap saat. Hal ini terkait dengan berbagai macam proses yang dialami oleh senyawa tersebut
selama dalam kolom air. Parameter yang mempengaruhi konsentrasi logam berat di perairan adalah
suhu, salinitas, arus, pH dan padatan tersuspensi total atau seston.
Nikel dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh, tetapi bila terdapat dalam jumlah yang terlalu tinggi
dapat berbahaya untuk kesehatan manusia, Yaitu : menyebabkan kanker paru-paru, kanker hidung,
kanker pangkal tenggorokan dan kanker prostat, merusak fungsi ginjal,meyebabkan kehilangan
keseimbangan, menyebabkan kegagalan respirasi, kelahiran cacat,menyebabkan penyekit asma
dan bronkitis kronis serta merusak hati.
Gerberding J.L (2005) melaporkan bahwa dalam konsentrasi tinggi nikel di tanah berpasir merusak
tanaman dan di permukaan air dapat mengurangi tingkat pertumbuhan algae. Lebih lanjut dikatakan
bahwa nikel juga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, tetapimereka biasanya
mengembangkan perlawanan terhadap nikel setelah beberapa saat. Ketoksikan nikel pada
kehidupan akuatik bergantung pada spesies, pH, kesadahan dan faktor lingkungan lain (Blaylock
dan Frank, 1979).
 

1. Inovasi Produk atau Manfaat dari Bahan Dasar Nikel

Teknologi pengolahan biji nikel menjadi sponge iron content nickel. Cadangan biji nikel Indonesia
mencapai lebih dari 1 milyar ton. Biji nikel tersebut saat ini sebagian besar dijual dalam bentuk raw
material sebanyak lebih dari 6.5 juta ton/tahun dengan harga hanya ± 30 US$/ton. Padahal setelah
menjadi nickel matt harganya lebih dari 24.000 US$/ton. Untuk bisa memproduksi nickel matt
diperlukan investasi yang mencapai milyaran dolar dan didukung Power Plant dengan daya lebih
dari 200 megawatt.
Karena itulah diperlukan inovasi pengolahan biji nikel menjadi sponge iron content nickel dengan
peralatan yang dibuat di dalam negeri dan berbasis bahan bakar batubara. Biji nikel diolah dengan
menggunakan tepung batubara untuk menjadi sponge iron lalu bisa diolah lagi menjadi nickle matt
dengan kopula hot blast batubara.

1. Perspektif:

Dengan pasokan persediaan biji nikel yang sangat besar di Indonesia maka industri pengolahan
barang jadi dari nikel sangat potensial untuk digarap karena bisa mendatangkan added value
sampai ribuan kali

1. Keunggulan Inovasi:

 Teknologi kopula hot blast bisa dibuat di dalam negeri.


 Menggunakan batubara yang tersedia banyak di Indonesia.
 Hasil produk memiliki nilai tambah sangat tinggi.

1. Potensi Aplikasi

Inovasi metode pengolahan biji nikel alternatif ini dapat dikembangkan, untuk membangun
kemampuan nasional dalam mengolah hasil-hasil tambang bernilai tinggi, tapi dengan investasi
yang tidak terlalu besar.

1. Ide lain dari bahan Nikel


Bijih nikel dibagi dalam dua tipe, bijih sulfida dan oksida atau laterit. Hingga saat ini, sebagian besar
nikel yang digunakan di dunia bersumber dari pengolahan bijih nikel sulfida. Pengolahan nikel dari
bijih laterit membutuhkan energi yang tinggi dikarenakan kadarnya yang relatif rendah (1-2% Ni), di
mana bijih nikel laterit ini sangat sulit untuk dikonsentrasi sebagaimana bijih sulfida. Kenyataannya,
cadangan bijih nikel terbesar di bumi adalah bijih nikel laterit, termasuk di Indonesia. Secara
konvensional, proses ekstraksi nikel dari bijih nikel laterit dilakukan melalui jalur pirometalurgi dan
hidrometalurgi. Secara umum, pengolahan dengan cara konvensional tersebut membutuhkan biaya
investai yang tinggi dan biaya operasi yang mahal serta dampak lingkungan yang harus
dikendalikan dengan ketat. Hingga saat ini, teknologi yang efektif dan efisien serta ramah
lingkungan masih terus diteliti.
Salah satu alternatif teknologi pengolahan bijih nikel laterit adalah
dengan bioleaching. Bioleaching merupakan proses ekstraksi nikel dengan memanfaatkan aktivitas
bakteri. Dengan metode ini, tidak diperlukan asam sulfat anorganik sehingga tidak diperlukan
pendirian pabrik asam sulfat (acid plant) yang akan dengan sendirinya menurunkan biaya modal dan
biaya operasi pabrik. Selain itu, bakterinya pun mudah untuk dikembangbiakkan dengan
bioteknologi yang ada sekarang. Dari aspek lingkungan, bioleaching juga lebih ramah lingkungan
karena kuantitas limbahnya sedikit dan bersifat organik. Bakteri yang dimanfaatkan untuk pelindian
(leaching) dikembangkan dari daerah asal bijih. Bila teknologi bioleaching berhasil diterapkan pada
ekstraksi nikel dari bijih laterit maka akan memberikan keuntungan berupa reduksi kebutuhan
energi, reduksi biaya dan ramah lingkungan.
Tahap-tahap yang dilakukan untuk implementasi teknologi ini dimulai dengan uji berskala
laboratorium. Dari serangkaian percobaan yang dilakukan, akan didapatkan beberapa parameter
yang terkait dengan proses bioleaching, seperti media dan nutrisi yang paling cocok untuk bakteri, 
ukuran partikel bijih, persen padatan, suhu, dan laju pengadukan yang paling optimal, spesies
bakteri, serta persen ekstraksi nikel. Setelah tahap ini dilalui, maka dilanjutkan dengan pilot
project yang merupakan uji yang berskala lebih besar dari laboratorium (scale up). Teknologi ini
dapat diterapkan di industri setelah dinyatakan layak melalui studi aspek teknis, ekonomi dan
lingkungan

Anda mungkin juga menyukai