Latar Belakang
https://www.infia.co/news/supersemar-sejarah-indonesia-yang-masih-gelap-51npQTYw
Situasi negara dalam keadaan genting dan tak menentu pasca peristiwa
G30S/PKI, Pemerintah tidak punya wibawa di mata rakyat sehingga perlu
adanya tindakan untuk menyelamatkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Situasi ini juga dilaporkan ke Panglima Angkatan Darat, yaitu Mayor Jendral
Soeharto. Mayor Jendral Soeharto menjabat sebagai Panglima Angkatan
Darat menggantikan Letnan Jendral Ahmad Yani yang gugur di peristiwa G
30 S PKI. Konon, Soeharto saat itu tidak menghadiri Sidang Kabinet karena
sakit. Banyak kalangan yang menilai Soeharto tidak menghadiri sidang
kabinet karena menunggu waktu yang pas untuk menjalankan sebuah
skenario.
Surat Perintah itu kemudain di bawa ke Jakarta dan tiba pada 12 Maret 1966
pukul 01.00 WIB. Menurut pengakuan Sudharmono, saat itu ia mendapat
telepon dari Mayor Jendral Sutjipto, Ketua G-5 Koti pada pukul 22.00 WIB.
Sutjipto saat itu meminta supaya konsep soal pembubaran PKI segara
disiapkan dan harus selesai pada malam itu juga. Permintaan itu
diperintahkan langsung oleh Soeharto. Surat itu dibawa oleh Sekretaris
Markas Besar TNI Angkatan Darat Brigadir Jendral Budiono.
ISI SUPERSEMAR
https://www.amongguru.com/sejarah-singkat-supersemar-isi-tujuan-dan-kontroversinya/
Tujuan
Supersemar bertujan mengatasi situasi saat itu. Pada praktiknya, Setelah
mengantongi Supersemar, Soeharto mengambil sejumlah keputusan lewat
SK Presiden No 1/3/1966 tertanggal 12 Maret 1966 atas nama
Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Mandataris MPRS/PBR. Keputusan
tersebut berisi:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/05/220000169/supersemar--latar-
belakang-isi-dan-tujuan?page=all
Kendala
Setelah menerima Supersemar, langkah pertama yang dilakukan Soeharto
adalah membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Surat
Keputusan Presiden No 1/3/1966. Surat itu dibuat dengan
mengatasnamakan Presiden bermodal mandat Supersemar yang ditafsirkan
oleh Soeharto sendiri.
Pada tahun itu pula MPRS menetapkan TAP MPRS No. IX/MPRS/1966 tentang
Supersemar karena kekhawatiran Supersemar akan dicabut oleh Soekarno
Menurut sejarawan Baskara T. Wardaya melalui buku "Membongkar
Supersemar", penetapan Supersemar sebagai ketetapan MPRS telah
mengikis habis kekuasaan Soekarno sekaligus menghilangkan
kemampuannya untuk mencegah tindakan politis yang dilakukan Soeharto
atas nama surat tersebut.
Makna
1. Adanya perintah tugas demi persatuan dan kesatuan bangsa.
"mengambil segala tindakan yang dianggap perlu, untuk terjaminya
ketenangan dan keamanan serta kestabilan dijalnya pemerintahan dan
dijalanya revolusi serta menjamin keselematan pribadi dan kewibawan
pimpinan presiden/panglima tertinggi/pemimpin besar revolusi/
mandataris MPRS , demi untuk keutuhan bangsa dan negara RI dan
melaksanakan dengan pasti segala ajaran pemimpin besar revolusi"
2. Perlunya Koordinasi Tugas Dengan Berbagai Jajaran Pemerintahan
“Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-
Panglima Angkatan-Angkatan lain dengan sebaik-baiknya"
3. Pentingnya Menjalankan Tanggung Jawab Tugas Secara Optimal
“Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkuta-paut
dalam tugas dan tanggung-jawabnya seperti tersebut diatas”
Jika dikaitkan dengan zaman sekarang mungkin akan terjadi demo besar-
besaran yang dilakukan mahasiswa dan rakyat. Rakyat akan terus didorong
untuk terbuka dan mengungkapkan kebenaran tentang apa yang sedang
terjadi dan direncanakan oleh pemerintah.