Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN DIFTERI

MATAKULIAH KEPERAWATAN ANAK

Dosen Pengampu : Ns. Nur Khalilah, S.ST., S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 9
Kembang Wilujeng P (33411901048)
Ainun Riskiyah (33411901050)
Ikhsan Saputra (33411901057)
Farsyatul Jannah (33411901079)
Laila Saroh (33411901091)

JURUSAN KESEHATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK NEGERI MADURA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Difteri”
ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapatkan pengarahan dan bantuan
dari berbagai pihak, akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Ns.
Nur Khalilah, S.ST., S.Kep., M.Kes selaku dosen pengajar mata kuliah Keperawatan Anak dan
berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan sebagai masukan dalam perbaikan makalah ini,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami khususnya, serta bagi pembaca pada
umumnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB 1 ............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
BAB 2 ............................................................................................................................................. 6
TINJAUAN TEORITIS .................................................................................................................. 6
2.1 Konsep Dasar Medis ........................................................................................................ 6
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan Difteri .............................. 9
BAB 3 ........................................................................................................................................... 14
PENUTUP..................................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 14
3.2 Saran ............................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 15
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease).
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman
yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara
hidung dan faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak
hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh karier atau penderita yang akan
sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan 10 %
kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama
permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian
bayi dan anak - anak muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk
dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting,
karena berperan dalam menunjang kesehatan kita.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa/i dapat memahami asuhan keperawatan
pada klien (anak) dengan gangguan difteri
2. Tujuan Khusus
a) Dapat memahami pengertian difteri
b) Dapat memahami etiologi difteri
c) Dapat memahami patofisiologi difteri
d) Dapat memahami manifestasi klinis dari difteri
e) Dapat memahami pemeriksaan medis dari difteri
f) Dapat memahami penatalaksanaan medis dari difteri
g) Dapat memahami komplikasi dari difteri
h) Dapat memahami dan menerapkan asuhan keperawatan anak dengan gangguan
difteri
1.3 Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi pendidikan bisa menambah referensi
dan pengetahuan, bagi tenaga medis khususnya keperawatan bisa memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan difteri.
1.4 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematika dan dijabarkan dalam 3 BAB, yaitu :
BAB I :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup metode
penulisan dan sistematika penulisan
BAB II :Tinjauan teoritis yang terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi,
klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan
medis, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB III :Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Medis


2.1.1 Definisi
Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil
toksik (racun) Corynebacterium diphteriae. (Iwansain.2008). Difteri adalah
infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae
dengan bentuk basil batang gram positif (Jauhari,nurudin. 2008). Difteri adalah
suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun Corynebacterium
diphteriae. (Fuadi, Hasan. 2008).
Jadi kesimpulannya difteri adalah penyakit infeksi mendadak yang
disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae.
2.1.2 Etiologi
Penyebabnya adalah Corynebacterium diphteriae. Bakteri ini ditularkan
melalui percikan ludah yang berasal dari batuk penderita atau benda maupun
makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Biasanya bakteri ini
berkembangbiak pada atau disekitar selaput lendir mulut atau tenggorokan dan
menyebabkan peradangan. Pewarnaan sediaan langsung dapat dilakukan dengan
biru metilen atau biru toluidin. Basil ini dapat ditemukan dengan sediaan langsung
dari lesi.
2.1.3 Patofisiologi (Ngastiyah, 1997)
Basil hidup dan berkembangbiak pada traktus respiratorius bagian atas
terutama bila terdapat peradangan kronis pada tonsil, sinus, dan lain-lain. Selain
itu dapat juga pada vulva, kulit, mata, walaupun jarang terjadi. Pada tempat-
tempat tersebut basil membentuk pseudomembran dan melepaskan eksotoksin.
Pseudomembran timbul lokal kemudian menjalar kefaring, tonsil, laring, dan
saluran nafas atas. Kelenjar getah bening sekitarnya akan membengkak dan
mengandung toksin. Eksotoksin bila mengenai otot jantung akan menyebabkan
miokarditis toksik atau jika mengenai jaringan saraf perifer sehingga timbul
paralysis terutama otot-otot pernafasan. Toksin juga dapat menimbulkan nekrosis
fokal pada hati dan ginjal, yang dapat menimbulkan nefritis interstitialis.
Kematian pasien difteria pada umumnya disebabkan oleh terjadinya sumbatan
jalan nafas akibat pseudomembran pada laring dan trakea, gagal jantung karena
miokardititis, atau gagal nafas akibat terjadinya bronkopneumonia.
Penularan penyakit difteria adalah melalui udara (droplet infection), tetapi
dapat juga melalui perantaraan alat atau benda yang terkontaminasi oleh kuman
difteria.Penyakit dapat mengenai bayi tapi kebayakan pada anak usia balita.
Penyakit Difteria dapat berat atau ringan bergantung dari virulensi, banyaknya
basil, dan daya tahan tubuh anak. Bila ringan hanya berupa keluhan sakit menelan
dan akan sembuh sendiri serta dapat menimbulkan kekebalan pada anak jika daya
tahan tubuhnya baik.

Menurut Iwansain, 2008 :


Kuman difteri masuk dan berkembang biak pada saluran nafas atas, dan dapat
juga pada vulva, kulit, mata.

Kuman membentuk pseudomembran dan melepaskan eksotoksin.


Pseudomembran timbul lokal dan menjalar dari faring, laring, dan saluran nafas
atas. Kelenjar getah bening akan tampak membengkak dan mengandung toksin.

Bila eksotoksin mengenai otot jantung akan mengakibatkan terjadinya miokarditis


dan timbul paralysis otot-otot pernafasan bila mengenai jaringan saraf.

Sumbatan pada jalan nafas sering terjadi akibat dari pseudomembran pada laring
dan trakea dan dapat menyebabkan kondisi yang fatal

2.1.4 Manifestasi Klinis


1. Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9 derjat Celcius,
2. Batuk dan pilek yang ringan.
3. Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
4. Mual, muntah , sakit kepala.
5. Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu abuan
kotor.
6. Kaku leher
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium: Apusan tenggorok terdapat kuman
Corynebakterium difteri (Buku kuliah ilmu kesehatan anak, 1999).
b. Pada pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar hemoglobin dan
leukositosis polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit, dan kadar
albumin. Pada urin terdapat albuminuria ringan (Ngastiyah, 1997).
c. Pemeriksaan bakteriologis mengambil bahan dari membrane atau bahnan di
bawah membrane, dibiak dalam Loffler, Tellurite dan media blood (
Rampengan, 1993 ).
d. Lekosit dapat meningkat atau normal, kadang terkadi anemia karena
hemolisis sel darah merah (Rampengan, 1993 )
e. Pada neuritis difteri, cairan serebrospinalis menunjukkan sedikit peningkatan
protein (Rampengan, 1993 ).
f. Schick Tes: tes kulit untuk menentukan status imunitas penderita, suatu
pemeriksaan swab untuk mengetahui apakah seseorang telah mengandung
antitoksin.
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan umum dengan perawatan yang baik, isolasi dan pengawasan
EKG yang dilakukan pada permulan dirawat satu minggu kemudian dan minggu
berikutnya sampai keadaan EKG 2 kali berturut-turut normal dan pengobatan
spesifik. Pengobatan spesifik untuk difteri :
1. ADS (Antidifteri serum), 20.000 U/hari selama 2 hari berturut-turut dengan
sebelumnya harus dilakukan uji kulit dan mata.
a. TEST ADS
ADS 0,05 CC murni dioplos dengan aquades 1 CC.
Diberikan 0,05 CC → intracutan Tunggu 15 menit → indurasi dengan garis
tengah 1 cm → (+)
b. CARA PEMBERIAN
Test Positif → BESREDKA
Test Negatif → secara DRIP/IV
c. Drip/IV
200 CC cairan D5% 0,225 salin. Ditambah ADS sesuai kebutuhan.
Diberikan selama 4 sampai 6 jam → observasi gejala cardinal.
2. Antibiotik, diberikan penisillin prokain 5000U/kgBB/hari sampai 3 hari bebas
demam. Pada pasien yang dilakukan trakeostomi ditambahkan kloramfenikol
75mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis.
3. Kortikosteroid, untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat
membahayakan, dengan memberikan predison 2mg/kgBB/hari selama 3-4
minggu. Bila terjadi sumbatan jalan nafas yang berat dipertimbangkan untuk
tindakan trakeostomi. Bila pada pasien difteri terjadi komplikasi paralisis atau
paresis otot, dapat diberikan strikin ¼ mg dan vitamin B1 100 mg tiap hari
selama 10 hari.
2.1.7 Komplikasi
Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal
ataupun organ lainnya:
1. Miokarditis bisa menyebabkan gagal jantung
2. Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi tidak
terkoordinasi dan gejala lainnya (timbul dalam waktu 3-7 minggu.
3. Kerusakan saraf yang berat bisa menyebabkan kelumpuhan
4. Kerusakan ginjal (nefritis).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan Difteri


2.2.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Umur : Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun dan jarang
ditemukan pada bayi berumur dibawah 6 bulan dari pada orang dewasa
diatas 15 tahun
b. Suku bangsa : Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-negara
miskin
c. Tempat tinggal : Biasanya terjadi pada penduduk di tempat-tempat
pemukiman yang rapat-rapat, higine dan sanitasi jelek dan fasilitas
kesehatan yang kurang
2. Keluhan Utama
Klien marasakan demam yang tidak terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit
kepala, anoreksia, lemah
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami demam yang tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, sakit
kepala, anoreksia
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring,
dan saluran nafas atas dan mengalami pilek dengan sekret bercampur darah
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami difteri
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolism
Jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoraksia
b. Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan aktivitas karena malaise dan demam
c. Pola istirahat dan tidur
Klien mengalami sesak nafas sehingga mengganggu istirahat dan tidur
d. Pola eliminasi
Klien mengalami penurunan jumlah urin dan feses karena jumlah asupan
nutrisi kurang disebabkan oleh anoreksia
7. Pemeriksaan fisik
a. Pada diptheria tonsil – faring
1) Malaise
2) Suhu tubuh < 38,9 º c
3) Pseudomembran ( putih kelabu ) melekat dan menutup tonsil dan
4) dinding faring
5) Bulneck
b. Diptheriae laring
1) Stridor
2) Suara parau
3) Batuk kering
4) Pada obstruksi laring yang berat terdpt retraksi suprasternal, sub
costal dan supraclavicular
c. Diptheriae hidung
1) Ringan
2) Sekret hidung serosanguinus → mukopurulen
3) Lecet pada nares dan bibir atas
4) Membran putih pada septum nasi
2.2.2 Diagnosa Keperawatan (Doengoes, E Marylin,2000)
1. Pola nafas napas tidak efektif b/d edema laring.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
3. Nyeri akut b/d proses inflamasi.

2.2.3 Intervensi
Diagnosa Intervensi Rasional
Pola nafas napas
. Mandiri
1. untuk mengetahui
tidak efektif b/d 1. Observasi tanda – tanda
keadaan umum pasien
edema laring. vital.
2. Agar pasien merasa
2. Posisikan pasien semi
lebih nyaman
fowler.
3. Agar sesak tidak
3. Anjurkan pasien agar
bertambah
tidak terlalu banyak
4. Mempertahankan
bergerak.
kebutuhan oksigen
Kolaborasi
yang maksimal bagi
4. Kolaborasi dengan tim
pasien
medis dalam pemberian
terapi Oxygen
Ketidak Mandiri
1. Monitor intake kalori 1. Untuk mengetahui
seimbangan nutrisi
dan kualitas konsumsi pemasukan atau
kurang dari
makanan intake makanan.
kebutuhan tubuh
2. Berikan porsi kecil dan 2. Makanan dalam porsi
b/d anoreksia
makanan lunak/lembek. kecil mudah
3. Berikan makan sesuai dikonsumsi oleh klien
dengan selera. dan mencegah
4. Timbang BB tiap hari terjadinya anoreksia.
3. Meningkatkan intake
makanan.
4. Mengetahui
kurangnya BB dan
efektifitas nutrisi yang
diberikan
Nyeri akut b/d Mandiri
1. Lakukan pengkajian
proses inflamasi 1. untuk mengetahui
nyeri secara menyeluruh
lokasi nyeri dan
meliputi lokasi, durasi,
derajat nyeri,
frekuensi, kualitas,
sehingga dapat
keparahan nyari dan
dilakukan pengobatan
factor pencetus nyeri
yang tepat.
2. Observasi
2. Agar dapat
ketidaknyamanan non
mengetahui tingkat
verbal
nyeri pada pasien.
3. Ajarkan untuk
3. Relaksasi dapat
menggunakan teknik
merelaksasi otot –
non farmakologi misal
otot sehingga nyeri
relaksasi, guided
dapat berkurang dan
imageri, terapi musik
pasien bisa rileks.
dan distraksi 4. Lingkungan yang
4. Kendalikan factor tenang dapat
lingkungan yang dapat menjadikan pasien
mempengaruhi respon dapat istirahat.
pasien terhadap 5. Agar nyeri berkurang
ketidaknyamanan misal dan pasien cepat
suhu, lingkungan, sembuh
cahaya, kegaduhan.
Kolaborasi:
5. pemberian analgetik
sesuai indikasi

2.2.4 Pelaksanaan Keperawatan


Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat
mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan
dimonitor kemajuan kesehatan klien
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
1. Pola napas efektif
2. Nyeri berkurang atau hilang
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Difteri adalah
suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil toksik (racun)
Corynebacterium diphteriae.

3.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa/i
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Bagi petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan
health education untuk mencegah infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Stephen S. tetanus edited by.Behrman, dkk. Dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson Hal.1004-07.
Edisi 15-Jakarta : EGC, 2000
Merdjani, A., dkk. 2003. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.Badan Penerbit IDAI, Jakarta.
Dr. Rusepno Hasan, dkk. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jilid II. Hal 568-72.. Cetakan kesebelas Jakarta: 2005

Anda mungkin juga menyukai