Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ZAKAT, SHODAQOH DAN INFAQ UNTUK KEADILAN SOSIAL DAN


MASYARAKAT MADANI

Disusun Oleh :
Ozynika Divta Roviolga 2020210012
Nabilla Diva Marsanda 2020210031
\Muhammad Royhan Fathur Rachman 2020210325

Kelas : AB

Mata Kuliah : Agama Islam

STIE PERBANAS SURABAYA

PRODI S1 MANAJEMEN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang pakaian
menurut ajaran islam.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 10 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………4


.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………...5
.3 Tujuan Masalah ……………………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN

.1 Nilai – Nilai Mengenai Zakat, Shodaqoh dan Infaq………………………………….5


.2 Bagaimana Zakat Dicanangkan dan Siapa Yang Diuntungkan………………………6
.3 Siapa Yang Mengendalikan Zakat……………………………………………………7
.4 Pengertian Masyarakat Madani……………………………………………………….8
.5 Pengertian Masyarakat Madani Menurut Para Ahli…………………………………..8
.6 Karakteristik Masyarakat Madani…………………………………………………….9
.7 Ciri-Ciri Masyarakat Madani…………………………………………………………10
.8 Sejarah Masyarakat Madani…………………………………………………………..11
.9 Konsep Masyarakat Madani…………………………………………………………..12

BAB III PENUTUP

.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………13
.2 Saran…………………………………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………14
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zakat, Infak, dan Shodaqoh (ZIS) adalah salah satu ibadah yang memiliki posisi yang
sangat penting, strategis dan menentukan, baik dari sisi ubudiyah maupun dari sisi
pembangunan kesejahteraan ekonomi umat. Selain sebagai ibadah, ZIS juga memiliki
keterkaitan sangat signifikan dengan dimensi soal keumatan, karena secara substantif,
pendayagunaan zakat secara substansif, pendayagunaan zakat secara material dan fungsional
memiliki partisipasi aktif dalam memecahkan permasalahan keummatan seperti peningkatan
kualitas hidup kaum dhuafa, peningkatan sumber daya manusia dan pemberdayaan ekonomi.
Dalam hitungan makro, zakat dapat di maksimalkan sebagai institusi distribusi pendapatan di
dalam konsepsi ekonomi Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa nilai – nilai mengenai zakat, shodaqoh dan infaq?

1.2.2 Zakat bagaimana dicanangkan, siapa diuntungkan?

1.2.3 Siapa yang mengendalikan zakat?

1.2.4. Apa itu Masyarakat Madani?

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 Untuk mengetahui nilai – nilai mengenai zakat, shodaqoh, dan infaq

1.3.2 Untuk mengetahui zakat bagaimana dicanangkan dan siapa yang diuntungkan

1.3.3 Untuk mengetahui siapa yang mengendalikan zakat


1.3.4 Untuk mengetahui apa itu masyarakat madani

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nilai – Nilai Mengenai Zakat, Shodaqoh, dan Infaq

shodaqoh itu bersifat umum, karena kullu ma’rufin shodaqoh (muttafaq alaih),semua


kebajikan bisa menjadi sedekah bagi pelakunya. Bahkan memberikan senyuman yang manis
pada temannya itu pun shodaqoh. Dan itu bisa dilakukan kapan saja, baik dikala susah maupun
senang. Karena shodaqoh itu pada prinsipnya memberikan kesenangan dan berbagi kebahagiaan
pada orang lain. Dan pada kenyataan di masyarakat, manusia itu bisa sangat senang dan bahagia
jika mendapatkan harta. Maka memberikan kesenangan berupa uang atau harta lainnya tentu itu
menjadi shodaqoh yang paling baik di tengah-tengah masyarakat yang berkemiskinan.

Adapun infaq lebih bersifat khusus, yaitu mengeluarkan harta/uang di jalan Alloh SWT.
Dan ayat-ayat Al Qur’an yang terkait dengan kalimat infaq selalu dikaitkan dengan shodaqoh
harta/uang. Karena kalimat infaq berasal dari na-fa-qa yang berarti habis atau membelanjakan.
Jadi orang yang berinfaq artinya orang yang menghabiskan atau membelanjakan hartanya di
jalan Allah.

pengeluaran harta (infaq) didalam Al Qur’an ada tiga karakteristik.Pertama,wajib dan


harus dikeluarkan dengan berpagu pada syarat dan ketentuan yang berlaku,inilah yang
disebut zakat. Kedua,sesuatu yang bukan zakat dan hati tidak berat mengeluarkannya karena
memang mudah, yaitu berinfaq dikala senang atau ada kelapangan rizki.Ketiga,infaq yang tidak
wajib tetapi hati berat mengeluarkannya.Inilah infaq yang paling sulit,karena orang yang
berinfaq berada pada kondisi susah dan kesulitan rizki.Namun ganjarannya sangat besar dan
yang melakukannya mendapat pujian.Gambaran dari karakteristik yang ketiga ini diungkap
dalam surat Al Imran 134, sebagai ciri khusus bagi yang bertakwa,yaitu berinfaq dikala senang
maupun susah.
2.2 Zakat bagaimana dicanangkan, siapa diuntungkan

2.2.1 Bagaimana Dicanangkan

Demikianlah, dalam rangaka tujuan moral dan etis zakat (pajak) yang berupa
keadilan dan kesejahteraan bagi semua , dihadapan kita ada pula pencontohan
(uswah hasanah) dari Muhammad saw. Ketika beliau mencanangkan syari’at
perzakatan (perpajakan)-nya 14 abad yang lalu.
Secara spikologis dan fisik, kesenjangan sosial ekonomi pada msyarakat
tradisional-agraris, termasuk pada masyarakat Nabi di Madinah, bukan saja tidak
terlalu mencolok, tapi hampir-hampir tidak terasakan. Oleh sebab itu, bisa di
mengerti apabila zakat (pajak) yang di canangkan Nabi masih dalam batas-batas
yang demikian konservatif.

2.2.2 Siapa Diuntungkan

Tanpa mengurangi makna strategisnya ke enam prinsip tersebut di atas tentang


bagaimana zakat (pajak) mesti di atur, maka yang menyangkut pertanyaan “siapa
mesti diuntungkan” haruslah dikatakan sebagai yang paling penting dari seluruh
pembicaraan tentang zakat (pajak) ini.
Itulah sebabnya, pencanangan seperti tidak di anggap cukup hanya dengan
petunjuk Nabi, melainkan langsung oleh tuhan sendiri: Sungguh,sedekah
(cq:pajak) itu hanya milik orang-orang fakir, miskin, para pengelola, orang-orang
yang tengah di jinakkan hatinya, untuk keperluan orang yang tertindas,,orang-
orang yang trtindih hutang, jalan tuhan (baca:Kebaikan), dan anak jalanan. Itulah
kepastian tuhan. Dan sungguh, tuhan itu maha tahu lagi mahabijaksana (at-
Taubat: 60).

2.3 Siapa yang Mengendalikan Zakat


Dilihat sejarah pencangannya, prinsip penanganan zakat oleh negara ini cukup jelas.
Ketika rasulullah masih berada di makkahn sebagai anggota masyarakat biasa bersama
segelintir pengikutnya, apa yang di anjurkannya tentang sedekah ini hanyalah sekedar
menggugah tanggung jawab moral sosial dari mereka yang mampu. Segi lain yang ikut
memastikan negara/pemerintah sebagai pihak yang paling layak menangani zakat adalah
sasaran sosial dari kewajiban itu sendiri, yakni tegaknya keadilan dan kesejahteraan
masyarakat secara bersama. Keadilan dan kesejahteraan adalah persoalan struktural yang
tidak mungkin terjangkau secara merata tanpa keterlibatan negara. Kualifikasi ini
penting, lebih-lebih dalam tatanan masyarakat modern yang semakin terkait secara
sistematik satu unit sosial dengan unit sosial yang lain. Kemiskinan yang terjadi di desa,
misalnya, dalam banyak hal yang bukan semata-mata di sebabkan oleh faktor yang
melekat pada masyarakat desa itu sendiri, melainkan juga oleh faktor lain yang terpusat
secara struktural di masyarakat kota. Oleh sebab itu, tanpa peranan “negara”, idealisme
zakat untuk menegakkan keadilan akan jauh dari nkenyataan.
Kehidupan nabiyullah isa dan kaumnya adalah kehidupan suatu umat yang, keimanannya
kepada tuhan, sangat mencintai keadilan. Akan tetapi, pada saat yang sama kekuasaan
negara (raja) yang mengatasinya, sngat bernafsu pada kedhaliman. Isa sepenuhnya
menyadari kenyataan itu. Disinilah sunnah rasulullah isa di pertautkan, dalam proses
kesinambungan histori, dengan sunnah Rasulullah Muhammad. Keduanya adalah rasul
pengemban amanat Tuahn bagi tegaknya cita keadilan dalam kehidupan manusia.
Bedanya rasulullah isa hadir dalam tahapan sejarah ketika kekuasaan (negara) masih
terpisah, bahkan secara diametral berhadapan dengan amanat ketuhanan yang di maksud.

2.4 Apa itu Masyarakat Madani?

Masyarakat madani (civil society) dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang beradab
dalam membangun, menjalani, dan mamaknai kehidupannya. Masyarakat madani
merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti atau sering diartikan

dengan makna yang beda-beda.

Petrus sang ahli filsafat menjelaskan masyarakat sipil dapat didefinisikan sebagai
masyarakat yang beradab untuk membangun, memimpin, dan kehidupan mamaknai. Kata
madani itu sendiri berasal dari bahasa Inggris, yang berarti madani atau beradab
(berbudaya).

Istilah masyarakat sipil adalah terjemahan dari masyarakat madani atau beradab, yang
berarti bahwa masyarakat yang beradab. Untuk pertama kalinya masyarakat madani
jangka dibesarkan oleh Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana menteri Malaysia. 
Masyarakat akan berpikir, seni, pelaksanaan aturan hukum.

2.5 Pengertian Masyarakat Madani Menurut Para Ahli

2.5.1 Dawam Rahardjo

Mendefinisikan masyarakat madani sebagai proses menciptakan sebuah


peradaban yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan publik.

2.5.2 Dawam

Menjelaskan bahwa dasar utama masyarakat madani adalah persatuan dan


integrasi sosial berdasarkan aturan hidup, menghindari konflik dan permusuhan
yang menyebabkan perpecahan dan tinggal di persaudaraan.

2.5.3 Anwar Ibrahim

Masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral
yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu untuk stabilitas
masyarakat.

2.5.4 Zbigniew Rew

masyarakat madani merupakan suatu yang berkembang dari sejarah, yang


mengandalkan ruang dimana individu dan perkumpulan tempat mereka bergabung
bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai yang mereka yakini.

2.5.5 Han–Sung

masyarakat madani merupakan sebuah kerangka hukum yang melindungi dan


menjamin hak-hak dasar individu.

2.5.6 Kim Sun Hyuk

masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari kelompok-kelompok


yang secara mandiri menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam msyarakat
yang secara relatif.
2.6 Karakteristik Masyarakat Madani

Ada beberapa karakteristik masyarakat madani,diantaranya :

1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam


masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi


dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.

3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara


dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.

4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena


keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-
masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.

5. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim


totaliter.

6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu


mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.

7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial


dengan berbagai ragam perspektif.

8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama,


yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan
yang mengatur kehidupan sosial.

9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun


secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.

10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat
mengurangi kebebasannya.

11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan
oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas
pihak lain yang berbeda tersebut.

12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.


13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan
terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk
umat manusia.

14. Berakhlak mulia

Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani adalah
sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan
kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-
kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi
kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program pembangunan di
wilayahnya.

2.7 Ciri – Ciri Masyarakat Madani

1. Integrasi individu – individu dan kelompok – kelompok eksklusif ke dalam


masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

2. Penyebaran kekuasaan sehingga kepentingan – kepentingan yang mendominasi di


masyarakat dapat dikurangi dengan kekuatan – kekuatan alternatif.

3. Terjembataninya kepentingan – kepentingan individu dan negara sebagai organisasi


keanggotaan – organisasi sukarela dapat memberikan masukan – masukan untuk
keputusan – keputusan pemerintah.

4. Fidelity lebar (loyalitas) dan kepercayaan (trust) sehingga individu – individu


mengakui hubungannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri
(individualis).

5. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga – lembaga sosial dengan


perspektif yang berbeda.

2.8 Sejarah Masyarakat Madani

Berbagai upaya dilakukan dalam mewujudkan masyarkat madani, baik yang berjangka
pendek maupun yang berjangka panjang. Untuk yang berjangka pendek , dilaksanakn
dengan memilih dan menempatkan pemimpin-pemimpin yang dapat dipercaya (credible),
dapat diterima (acceptable), dan dapat memimpin (capable).
Jika dicari akar sejarahnya, maka dapat dilihat bahwa dalam masyarakat Yunani kuno
masalah ini sudah mengemuka. Rahardjo (1997) menyatakan bahwa istilah civil society
sudah ada sejak zaman sebelum masehi. Orang yang pertama kali yang mencetuskan
istilah civil society ialah Cicero (106-43 SM), sebagai orator Yunani kuno.

Jika dicari akar sejarahnya, maka dapat dilihat bahwa dalam masyarakat Yunani kuno
masalah ini sudah mengemuka. Rahardjo (1997) menyatakan bahwa istilah civil society
sudah ada sejak zaman sebelum masehi. Orang yang pertama kali yang mencetuskan
istilah civil society ialah Cicero (106-43 SM), sebagai orator Yunani kuno.

Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society, juga berdasarkan
pada konsep negara-kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW pada tahun
622M. Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadhun (masyarakat yang
beradaban) yang diperkenalkan oleh Ibn Khaldun, dan konsep Al Madinah al fadhilah
(Madinah sebagai Negara Utama) yang diungkapkan oleh filsuf Al Farabi pada abad
pertengahan (Rahardjoseperti yang dikutip Nurhadi, 1999).

Menurut Dr. Ahmad Hatta, peneliti pada Lembaga Pengembangan Pesantren dan Studi
Islam, Al Haramain, Piagam Madinah adalah dokumen penting yang membuktikan
betapa sangat majunya masyarakat yang dibangun kala itu, di samping juga memberikan
penegasan mengenai kejelasan hukum dan konstitusi sebuah masyarakat.

Bahkan, dengan menyetir pendapat Hamidullah (First Written Constitutions in the World,
Lahore, 1958), Piagam Madinah ini adalah konstitusi tertulis pertama dalam sejarah
manusia. Konstitusi ini secara mencengangkan telah mengatur apa yang sekarang orang
ributkan tentang hak-hak sipil (civil rights), atau lebih dikenal dengan hak asasi manusia
(HAM), jauh sebelum Deklarasi Kemerdekaan Amerika (American Declaration of
Independence, 1997), Revolusi Prancis (1789), dan Deklarasi Universal PBB tentang
HAM (1948) dikumandangkan.

2.9 Konsep Masyarakat Madani

Masyarakat sipil adalah konsep yang berwayuh wajah. Memiliki banyak arti atau sering
diartikan dengan makna yang berbeda – beda. Ketika mengacu pada definisi dalam
bahasa Inggris, ia berasal dari masyarakat madani, sebuah kontraposisi dari masyarakat
militer.

Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep masyarakat madani, juga
didasarkan pada konsep negara-kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad pada
tahun 622 M. dengan masyarakat madani juga mengacu pada tamadhun konsep (beradab)
diperkenalkan oleh Ibn Khaldun, dan konsep Al Madinah al fadhilah (Madinah sebagai
Negara Utama) diungkapkan oleh filsuf Al-Farabi di abad pertengahan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, penulis menarik kesimpulan sebagai
berikut:

1. Shodaqoh bersifat umum yaitu tidak memiliki syarat dan ketentuan, infaq bersifat khusus,
zakat bersifat wajib dan harus mengikuti syarat serta ketentuan.
2. Zakat dicanangkan oleh Nabi Dan dalam batas batas tertentu, pihak yang diuntungkan
adalah pihak yang memenuhi syarat untuk menerima zakat.
3. Yang mengendalikan zakat adalah pihak yang layak dan mampu serta mempunyai cukup
pengetahuan tentang zakat
4. Masyarakat madani adalah suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani
serta memaknai kehidupannya
3.2 Saran

Selain kesimpulan di atas, penulis juga memiliki beberapa saran seperti :

1. Penanaman pentingnya pengetahuan tentang shodaqoh, zakat dan infaq


2. Hendaknya mengetahui tentang siapa yang mencanangkan, mengendalikan dan pihak
yang diuntungkan dalam zakat
3. Hendaknya mengetahui tentang pengertian masyarakat madani melalui berbagai sumber.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/masyarakat-madani/

http://tisnameyandani.blogspot.com/2011/10/resensi-buku-agama.html

http://digilib.uinsby.ac.id/939/4/Bab%201.pdf

https://lazis.uns.ac.id/program-donasi/zakat-infaq-dan-sadaqah/

Anda mungkin juga menyukai