PENDAHULUAN
Dari sini akan mendapatkan suatu permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh metode Rain Water Harvesting ini bagi penduduk yang berprofesi
sebagai petani apabila dilihat dari segi ekonomi dan sosial?
2. Seberapa besar kemampuan sistem irigasi dengan pemanenan air hujan melalui media
kendi dan pipa berlubang mampu mengairi sawah pertanian khususnya di wilayah
Ngawen?
3. Pada sistem Irigasi dengan pemanenan air hujan melalui media kendi dan pipa
berlubang, dengan media manakah yang lebih efektif untuk diaplikasikan pada daerah
Ngawen?
3. Bagi Masyarakat
- Memberikan gambaran manfaat yang dapat diperoleh dari metode Rain Water
Harvesting bagi daerah yang karakteristik tanahnya tidak mendukung adanya usaha
prtanian.
- Agar masyarakat mengetahui pengaruh positif dari metode Rain Water Harvesting
dengan metode sistem irigasi berbentuk kendi.
- Memberikan alternatif teknologi untuk mengatasi kelangkaan air khususnya pada
bidang pertanian yang daerahnya dikategorikan sebagai daerah lahan kering.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perinsip atau arti dari kata konservasi itu sendiri banyak diartikan sebagai
memanfaatkan sumber daya yang ada dengan cara jangan membuang – buang sumber daya
alam tersebut. Dalam arti kata konservasi air itu sendiri merupakan memanfaatkan sumber
daya air dengan cara tidak membuang –buang sumber daya air itu sendiri.
Pada awalnya konservasi air diartikan sebagai menyimpan air dan
menggunakannya untuk keperluan yang produktif d kemudian hari. Konsep ini disebut
konservasi segi suplai. Perkembangan selanjutnya konservasi lebih mengarah kepada
pengurangan atau pengefisienan penggunaan air, dan dikenal sebagai konsep konservasi sisi
kebutuhan (Suripin, 2004).
Dari kedua konsep yang telah dijelaskan dapat diambil kesimpulan bahwa lebih
baik apabila menggunakan konsep konservasi segi suplai dan konsep konservasi sisi
kebutuhan, menurut Suripin (2004) di dalam bukunya mengartikan penggabungan kedua
konsep tersebut sebagai konsep atau metode penyimpanan air sebanyak – banyaknya dikala
berlebihan dan menggunakan air tersebut sesedikit mungkin untuk keperluan tertentu yang
produktif.
Dapat dilihat pada gambar diatas proses siklus hidrologi yang dimana air tidak
mengurangi pengurangan atau bisa dikatakan relative tetap namun hanya wujudnya saja yang
berbeda (gas,padat,dan cair). Air hujan turun ke permukaan bumi ada yang diserap oleh
tanah, tumbuh – tumbuhan, dan ada juga yang turun ke kawasan laut dan danau bisa disebut
sebagai peristiwa presipitasi.peristiwa infiltrasi terjadi karena adanya aliran permukaan yang
terbentuk dan sebagian airnya ada yang meresap kedalam tanah, aliran ini yang akan
mengalir menuju lautan. Evaporasi dari laut, danau dan air permukaan terjadi akibat adanya
energy panas matahari yang menyinari bumi sedangkan pada tumbuhan peristiwa ini disebut
dengan transpirasi, penguapan yang terjadi pada siklus ini selanjutnya akan menjadi uap yang
akan akan naik ke atmosfer dan dibawa oleh angin, selanjutnya uap air ini akan mengalami
peristiwa kondensasi membentuk butir – butir air yang bisa disebut sebagai awan, kemudian
uap air ini akan jatuh kembali ke bumi dengan bentuk yang berbeda yaitu dapat berupa hujan
dan salju.
Sistem irigasi merupakan sebuah usaha penyediaan atau teknik pengaturan air yang
dibuat untuk digunakan dalam upaya pengairan pada lahan pertanian. Menurut PP no 20 tahun
2006 irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pengembangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air
bawahtanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
Sehingga dalam pengertian irigasi disini merupakan teknik atau metode yang dibuat oleh
manusia untuk mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia kepada sebidang
lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dalam artian tujuan irigasi disni adalah mengalirkan
air secara teratur sesuai dengan kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak
mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Hal yang mempengaruhi pengairan irigasi
disini adalah kebutuhan air yang dibutuhkan tanaman dan juga teknik penerapan irigasinya.
Pertanian tadah hujan dapat diartikan sebagai sistem irigasi lahan kering. Penerapan
irigasi lahan kering yang akan ditanami tanaman tidak hanya berlaku pada musim penghujan saja
tetapi dapat diaplikasikan pada saat musim kemarau tiba. Metode ini dikembangkan dalam hal
untuk penghematan air dan mengatasi kelangkaan air pada musim kemarau tiba apabila dilihat
dari sistem pertanian di Indonesia sangat bergantung pada iklim. Dalam penelitian Dr. Umi
Haryati disebutkan bahwa irigasi ini diperlukan sebagai pelengkap apabila curah hujan tidak
mencukupi untuk mengkompensasikan kehilangan air tanaman yang disebabkan oleh
evatransiparsi. Tujuannya adalah untuk memberikan air yang dibutuhkan tanaman pada waktu,
volume, dan interval yang tepat. Dengan menghitung neraca air tanah harian di zona perakaran
maka volume dan interval irigasi dapat direncanakan.
Usaha untuk meminialisir kehilangan air yang terjadi maka jumlah irigasi yang diberikan
harus sama atau lebih kecil dari kapasitas tanah menyimpan air di zona perakaran. Indicator yang
dipakai untuk mengetahui apakah tanaman kekurangan air atau tidak adalah dengan mengamati
jumlah hari kering berturut - turut selama musim tanam. Karena apabila selama 7 hari tanaman
tidak mendapatkan cukup air maka tanaman akan terganggu terutama pada tanaman yang baru
saja pada masa awal pertumbuhan yang dimana akar tanaman masih terbatas pada beberapa
sentimeter lapisan permukaan tanah.
Prinsip irigasi diartikan dari hubungan dari saling ketergantungan antara tanah, tanaman,
dan lingkungan iklim atau biasa disebut SPAC (soil – plant – atmosphere – continnum) (James,
1988 dalam Hermantoro), dalam prinsipnya dijelaskan bahwa tanaman membutuhkan air,
sedangkan tanah sebagai media penyimpan air, dan atmosfer sebagai sumber energi bagi
tanaman untuk menyerap air.
Pada sistem irigasi bahan gerabah ini memanfaatkan sifat rembesan air pada dinsing
kendi. Keadaan tanah di sekitar kendi selalu kering, sehingga pada saat rembesan air mengenai
tanah, tanah akan memebentuk seperti bola tanah basah. Kebutuhan air dalam sistem ini dapat
disebut sebagai evapotranspirasi yaitu jumlah air untuk transpirasi dari tanaman dan evaporasi
dari permukaan tanah disekitar tanaman. Sehingga dalam sistem irigasi kendi disini kebutuhan
air untuk tanaman hampir sama dengan transpirasi (Hermantoro, 2011).
Tanaman membutuhkan air dalam pertumbuhannya sehingga dalam pemberian air itu
sendiri harus disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman. Pemberian air yang harus disesuaikan
itu sendiri dimaksudkan agar tanaman tumbuh secara normal dan pengairan yang efisien.
Menurut Dr. Umi Haryati kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang digunakan untuk
memenuhi evapotranspirasi tanaman agar dapat tumbuh normal atau dengan kata lain merupakan
air irigasi yang diperlukan untuk memenuhi evapotranspirasi dikurangi curah hujan efektif.
Besar atau sedikitnya evapotranspirasi terhadap kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
1. Faktor Iklim
2. Jenis tanaman
3. Fase pertumbuhan tanaman
4. Jenis dan sifat tanah
5. Keadaan topografi
6. Luas areal pertanaman
Kebutuhan air yang dibutuhkan setiap tanaman berbeda – beda. Terdapat juga istilah fase
kritis dalam hal penanaman tanaman. Pada fase kritis inilah diperlukan perlakuan khusus
terhadap air yang akan dialirkan pada tanaman. Misalnya tanaman kentang memerlukan air
sebanyak 500 – 700 mm selama masa pertumbuhan dan fase kritisnya terjadi pada saat
pembentukan umbi, tanaman tomat memerlukan 400 – 600 mm air selama pertumbuhan dan fase
kritisnya terjadi saat masa pembentukan bunga, tanaman tembakau memerlukan 400 – 600 mm
selama masa pertumbuhan dan fase kritisnya terjadi pada saat mengalami fase vegetative, dan
tanaman tebu yang berumur 12 bulan membutuhkan air sekitar 1500 – 2500 mm dan sensitive
terhadap kekeringan pada fase pembentukan tunas dan vegetative.
Pada pertanian di Indonesia tanaman yang paling banyak ditanam pada umumnya adalah
padi dan jenis palawija. Palawija merupakan tanaman pertanian semusim yang ditanam pada
lahan pertanian yang digunakan sebagai tanaman hasil panen kedua disamping padi dan dapat
ditanam pada lahan kering atau pada saat musim kemarau. Kebutuhan air tanaman palawija
inipun berbeda – beda, yaitu:
1. Palawija yang membutuhkan banyak air, seperti bawang, kacang tanah, ketela,
dll.
2. Palawija yang membutuhkan sedikit air, seperti cabai, jagung, tembakau, dan
kedelai.
3. Palawija yang membutuhkan sangat sedikit air, seperti ketimun dan lembayung.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Menentukan Tujuan
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Observasi
Gambaran
Umum Lokasi
Analisis Data
b. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dapat berupa data yang sudah
tersedia, hasil penelitian lain tentang pemanfaatan air hujan dan literatur pustaka.
Data yang dimaksud berupa data curah hujan yang didapat dari Dinas Pertanian, data
kebutuhan air tanaman yang didapat dari Dinas Pertanian, dan data tata guna lahan
didapat dari dinas Pertanian.
Bulan
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
1
Literatur
2
Observasi
Pengumpulan
3
data
sekunder
4
Analisis Data
5 Penyususnan
Laporan
3.8 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
DAFTAR PUSTAKA
Brontowiyono, Widodo, et al. 2012. Model dan Strategis Pemanfaatan Lahan Marjinal dengan
Teknologi Irigasi Berbasis Pemanenan Air Hujan di Kabupaten Gunungkidul Provinsi
DIY, Laporan Penelitian Strategis Nasional, UII. YogyakartaHaryati, U., 2011, Irigasi
Suplemen dan Strategi Implementasinya Pada Pertanian Lahan Kering, Badan Litbang
Pertanian, Sinartani.
Gunungkidul dalam angka, 2013. Peta Wilayah Kabupaten Gunungkidul.
http://www.gunungkidulkab.go.id. Diakses pada tanggal 8 Februari 2013.
Hermantoro, 2011, Teknologi Inovatif Irigasi Lahan Kering dan Lahan Basah Studi Kasus Untuk
Tanaman Lada Perdu, Jurnal Agroteknose Vol V No.1, 2011.
Soerono, (2008), “ Kawasan Karst di Gunung Kidul dan Kearifan Lokal”, http://bulletin.
penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=153, Edisi November – Desember
Sumadiyasa, (2012), “ Macam Tanah di Indonesia”, http://x3100.wordpress.com/it-
information/info/macam-tanah/, 4 Maret.
Suripin, 2004, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Yogyakarta , Penerbit Andi
Wandelee, (2012), “Jenis Tanah di Indonesia”, from http://wandylee. wordpress. com /2012
/05/16/jenis-tanah-di-indonesia/, 16 Mai.