Anda di halaman 1dari 14

KEPUTIHAN

1.JENIS-JENIS KEPUTIHAN

PENGERTIAN

Penyakit Keputihan adalah suatu penyakit yang diderita wanita karena


keluarnya cairan dari vagina secara berlebihan, cairan berwarna putih kekuningan
atau putih kekelabuan baik encer maupun kental, berbau tidak sedap dan bisa
menyebabkan rasa gatal. Keputihan atau Leukorea (fluor albus)  yang juga sering
disebut paktay. Keputihan yang termasuk dalam keadaan normal, cairan yang
keluar cenderung jernih atau sedikit kekuningan dan kental seperti lendir serta
tidak disertai bau atau rasa gatal. Biasanya terjadi pada masa subur, sebelum dan
sesudah mensturasi, saat hamil, saat mendapat rangsangan seksual, atau saat
banyak melakukan aktivitas fisik yang kesemuanya tidak menimbulkan keluhan
tambahan seperti bau, gatal, dan perubahan warna.
Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal pada wanita.
Keputihan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

1. Keputihan normal (fisiologis)

Keputihan fisiologis adalah keputihan yang biasanya terjadi setiap bulannya,


biasanya muncul menjelang menstruasi atau sesudah menstruasi ataupun masa
subur

Ciri-ciri cairan keputihan fisiologis :

1. Encer
2. Berwarna krem atau bening
3. Tidak berbau
4. Tidak menyebabkan gatal
5. Jumlah cairan yang keluar terbilang sedikit

2. Keputihan abnormal (patologis)

Keputihan patologis dapat disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa


gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering
menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur atau juga parasit.
Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran kencing,
sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil.

Ciri-ciri cairan keputihan patologis :

1. Kental
2. Berwarna putih seperti susu, atau berwarna kuning atau juga hijau
3. Terasa gatal
4. Berbau yang tidak sedap
5. Biasanya menyisakan bercak-bercak yang telihat pada celana dalam
wanita
6. Jumlah cairan yang keluar sangat banyak.

Asal keputihan

Leukorea berasal dari:

1. Vulva.
2. Vagina.
3. Servik uteri.
4. Korpus uteri.
5. Tuba.

2.ETIOLOGI/FAKTOR RESIKO TERJADINYA KEPUTIHAN

1. Ketidakseimbangan hormon
2. Gejala suatu penyakit tertentu
3. Rusaknya keseimbangan biologis dan keasaman (ph) lingkungan vagina.
4. Sering memakai tissue saat membasuh bagian kewanitaan, sehabis buang
air kecil maupun buang air besar
5. Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis (bukan katun),
sehingga berkeringat dan memudahkan timbulnya jamur
6. Sering menggunakan WC Umum yg kotor
7. Tidak mengganti panty liner
8. Membilas vagina dari arah yang salah, yaitu dari arah anus ke arah depan
vagina
9. Sering bertukar celana dalam/handuk dengan orang lain
10. Kurang menjaga kebersihan vagina
11. Kelelahan yang amat sangat
12. Stress
13. Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi
14. Sering membasuh vagina, yang harus dibasuh adalah vulva (bagian yang
menggembung) dan bukan vaginanya
15. Tidak mejalani pola hidup sehat (makan tidak teratur, tidak pernah olah
raga, tidur kurang)
16. Lingkungan sanitasi yang kotor.
17. Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas. Jamur yang
menyebabkan keputihan lebih mungkin tumbuh di kondisi hangat.
18. Sering berganti pasangan dalam berhubungan sex
19. Kadar gula darah tinggi
20. Sering menggaruk vagina
21. Sedangkan dengan memperhatikan cairan yang keluar, kadang-kadang
dapat diketahui penyebab keputihan.
22. Infeksi kencing nanah, misalnya, menghasilkan cairan kental, bernanah
dan berwarna kuning kehijauan.
23. Keputihan yang disertai bau busuk dapat disebabkan oleh kanker.
24. Keputihan akibat jamur Candida albicans, Keputihan jenis ini memiliki
ciri-ciri warna putih seperti susu,cairan kental,  bau tak sedap dan sangat
gatal, terkadang dapat menimbulkan radang pada vagina sehingga
kelihatan kemerahan.
25. Keputihan akibat bakteri Vaginosis atau Gardnerella, Keputihan jenis ini
memiliki ciri-ciri warna abu-abu, tidak terlalu kental,  cairan berbuih,
mengeluarkan bau yang amis, dan gatal yang mengganggu.
26. Keputihan akibat parasit Trichomonas vaginalis, Keputihan jenis ini
memiliki ciri-ciri warna kehijauan atau kuning,  cairan berbuih dan bau
amis, tidak menimbulkan gatal, tetapi saat ditekan, vagina akan terasa
sakit. keputihan ini dapat ditularkan melalu hubungan seks yang tidak
sehat, perlengkapan kamar mandi atau kloset.
27. Keputihan akibat virus, Keputihan jenis ini dapat diakibatkan oleh virus,
HIV, Herpes atau Candyloma. keputihan yang diakibatkan oleh jenis ini
dapat memicu kanker rahim, pada keputihan herpes biasanya disertai
tanda-tanda herpes seperti luka yang melepuh, sedangkan pada keputihan
candyloma disertai tanda-tanda candyloma berupa kutil-kutil yang tumbuh
di vagina atau rahim. Penyakit herpes atau candyloma terkadang tidak
terdeteksi secara dini, karena umumnya tanda-tandanya tidak mudah
terlihat, karena muncul di dalam vagina.
3.MANIFESTASI KLINIS DARI KEPUTIHAN

Gejala keputihan

1. Keputihan normal (fisiologis), sebenarnya tidak berwarna putih dan tidak


cocok disebut keputihan, banyak dipengaruhi oleh sistem hormonal,
sehingga banyak sedikitnya sekret/cairan vagina sangat bergantung pada
siklus bulanan dan stress yang juga dapat mempengaruhi siklus bulanan itu
sendiri.
2. Cairan sekresi berwarna bening, tidak lengket dan encer.
3. Tidak mengeluarkan bau yang menyengat.
4. Gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid dan tanda
masa subur pada wanita tertentu.
5. Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga sepuluh
hari, dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormon yang
dihasilkan oleh plasenta atau uri.
6. Gadis muda kadang-kadang juga mengalami keputihan sesaat sebelum
masa pubertas, biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya.
7. Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal.
Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang
daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari
leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi, atau
alat kelamin luar.
8. Pada wanita hamil keputihan lebih sering timbul, karena pada ssat wanita
hamil, maka kekebaln tubuhnya akan menurun.
9. Pada waktu menopause dimana keseimbangan hormonalnya terganggu.
10. Pada orang tua dimana kekebalan tubuhnya sudah menurun dapat pula
timbul Keputihan
11. Keputihan abnormal (patologis)
12. Keluarnya cairan berwarna putih pekat, putih kekuningan, putih kehijauan
atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental,
lengket dan kadang-kadang berbusa.
13. cairan ini mengeluarkan bau yang menyengat.
14. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya serta dapat
mengakibatkan iritasi pada vagina.
15. Merupakan salah satu ciri-ciri penyakit infeksi vagina yang berbahaya
seperti HIV, Herpes, Candyloma.
4.PENANGANAN KEPUTIHAN

1. Tanpa Obat

 Menjaga daerah genital agar tetap bersih dan higienis


 Hindari mandi / berendam pada kolam umum
 Gunakan celana dalam dari bahan katun, tidak menggunakan celana dalam
yang ketat.
 Mengurangi stress

2.Denganobat
Konsultasikanlah dengan dokter karena dokter akan memberikan obat-
obatan sesuai dengan penyebab keputihan yang dialami.  Bila setelah pengobatan
dari dokter (umumnya dengan antibiotik dan anti jamur) keputihan tidak juga
sembuh, maka sebaiknya dicek kembali. Keputihan yang terus menerus dapat
disebabkan karena ada nya penyakit serius seperti kanker leher rahim. Ini
biasanya ditandai dengan cairan banyak, bau busuk, sering disertai darah tak segar

Pencegahan dini merupakan solusi awal untuk anda mengatasi keputihan .

1. Gunakan Pembalut yang tepat

Teman akrab bagi wanita ketika sedang menstruasi, pembalut wanita.


Tidak dapat dihindari lagi pembalut merupakan cara simple yang sering
digunakan untuk wanita yang sedang menstruasi agar mampu menyerap darah
agar tidak meleleh kemana mana. Tapi taukah anda , salah memilih pembalut
justru membuat anda mengalami keputihan . Pilihlah pembalut yang
menggunakan bantalan kualitas, mengandung kandungan herbal . Dan yang
terpenting gantilah pembalut 4 jam sekali dalam sehari.

2. Usahakan menjaga kelembapan Miss.V

Menurut Dr. Adhi Bhakti Ginanjar, SpOG Spesialis Kebidanan & Kandungan
menjaga kelembapan Mis.V merupakan pencegahan awal untuk menghindari
keputihan. Tingkat keasaman yang baik untuk miss.V adalah 3,5 . Perubahan
warna dan bau yang tidak sedap dapat disebabkan karena tingkat keasaaman yang
tinggi dan bila dibiarkan kemungkinan terjadi nyeri pada kewanitaan . Untuk
menjaga kelembapan Miss.V maka disarankan untuk tidak membersihkan vagina
dengan douching (obat semprot air) karena bisa mengganggu keseimbangan ph
pada vagina. Penggunaan douche justru bisa meningkatkan risiko iritasi.
3. Bersihkan Miss.V dengan tepat

Selain kelembapan yang terpenting adalah menjaga kebersihan Miss.V


yaitu dengan cara teratur dan ketika membersihkan vagina usahakan dari arah
depan ke belakang (dari arah vulva ke anus) hal ini untuk menghindari kuman
yang menempel di anus ke vagina.

4. Tradisional , Daun Sirih

Daun sirih memiliki kandungan minyak terbang (batlephenol) dan


kandungan kavinol yang memiliki kegunaan mematikan kuman, kandungan
antioksidan dan anti jamur.. Maka tak heran nenek moyang terdahulu
menggunakan daun sirih untuk mengatasi keputihan. Adapun cara yang tepat
yaitu dengan mengambil 10 lembar daun sirih yang sudah dicuci kemudian
siapkan kurang lebih 2 liter air ke dalam panic dan merebusnya, sesudah direbus
dinginkan air rebusan tadu dan basuhkan ke seluruh organ bagian kewanitaan.

5. Memperbanyak Konsumsi bawang putih

Selain terkenal dengan bumbu masak. Saat ini bawang putih tidak saja
dikenal bahan penyedap akan tetapi mempunyai khasiat kesehatan . Bawang putih
memiliki sifat anti bakteri, anti kulat, dan anti virus memungkinkan meraka untuk
menghambat perkembangan bakteri, kulat (jamur), dan virus. Penelitian
menunjukan bahwa bawang putih memiliiki kekuatan antibakteri. Meningkatkan
konsumsi bawang putih akan membantu anda mengatasi keputihan.

6. Hindari stress , olahraga teratur dan pola makan seimbang

Menghindari diri dari stress dan melakukan olahraga seimbang merupakan


solusi tepat untuk anda. Lakukan olahraga satu minggu dua kali secara teratur .
Komsumsi pula makanan yang sehat seperti minum susu ataupun yogurt karena
kandungan di dalam susu terdapat bakteri baik yang menjaga keseimbangan
bakteri candida.Demikian cara mengatasi keputihan pada wanita, semoga hal ini
bermanfaat dan tidak ada salahnya untuk mencoba. Dan bila ada infeksi maka
harus diberikan antibiotic yang tepat sesuai dengan resep dokter.

5.INDIKASI PEMERIKSAAN LENDIR VAGINA

1.      Dilakukan pada pasien-pasien yang terkena infeksi berulang. Misalnya,


keputihan yang berulang.
2.      Wanita yang mengalami radang panggul yang tak kunjung sembuh.
3.      Pemeriksaan ini juga dilakukan pada ibu yang sedang hamil, terutama yang
kerap kali mengalami kontraksi.

6.TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL LENDIR VAGINA DAN


INTERPRESTASINYA

1.Dua hari menjelang pemeriksaan, ibu dilarang melakukan senggama maupun


memakai obat-obatan yang dimasukkan ke dalam liang senggama.

2. Waktu yang baik untuk pemeriksaan adalah beberapa hari setelah selesai
menstruasi.

3.Terlebih dahulu mengisi informed consent dan formulir Pap Smear secara
lengkap dan sesuaikan dengan nomor urut pengambilan.

4. Ibu dalam posisi litotomi, pasang spekulum vagina tanpa menggunakan pelicin,
dan tanpa melakukan periksa dalam sebelumnya.

5. Setelah portio tampak, maka spatula dimasukkan ke dalam kanalis servikalis,


lalu spatula diputar 180° searah jarum jam.

6. Spatula dengan ujung pendek diusap 360° pada permukaan serviks.

7. Lendir yang didapat dioleskan pada objek glass berlawanan arah jarum jam.

8. Apusan hendaknya dilakukan sekali saja, lalu difiksasi atau direndam dalam
larutan alkohol 96% selama 30 menit.

9. Sediaan dapat dikirim secara basah (tetap direndam dalam alkohol) atau dikirim
secara kering dengan mengeringkan sediaan setelah direndam dalam alkohol.

10. Selanjutnya sediaan tadi dikirim ke Ahli Patologi Anatomi untuk diperiks

7.INFEKSI PADA PAYUDARA

PENGERTIAN

Infeksi pada payudara(Mastitis) adalah peradangan pada payudara yang


dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama
Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran
darah. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis.
Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui
peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi
tindakan yang adekuat. Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam
payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis.

KLASIFIKASI

Berdasarkan tempat terjadinya terbagi menjadi:

 Mastitis  yang menyebabkan abses di bawah aerola mammae


 Mastitis yang menyebabkan abses di tengah payudara
 Mastitis pada jaringan bawah dorsal kelenjar yang menyebabkan abses
diantara payudaran dan otot-otot di bawahnya.

Pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi pula menjadi 3,


yaitu :

1. Mastitis periductal

Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang


menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga
dengan sebutan mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran karena
adanya penyumbatan pada saluran di payudara.

2. Mastitis puerperalis/lactational

Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui.


Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu,
yang ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.

3. Mastitis supurativa

Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman


Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC
memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila penanganannya tidak tuntas,
bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.

FAKTOR RISIKO

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :

1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada
wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
2. Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
3. Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik
menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki.

1. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun
penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko.
2. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi
terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium
dapat mengurangi resiko mastitis.
3. Faktor kekebalan dalam ASI

Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam


payudara.

1. Stres dan kelelahan

Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat,
tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak.

2. Pekerjaan di luar rumah

Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan
kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.

3.Trauma

Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan kelenjar
dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.

ETIOLOGI

Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya
merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.

1. Statis ASI

Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal
ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat
jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara,
pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan
pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar
dua/lebih.

2. Infeksi

Organismen yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses


payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus albus. Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang juga
ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid.

PATOFISIOLOGI

Stasis ASIà peningkatan tekanan duktusàjika ASI tidak segera


dikeluarkanàpeningkatan tegangan alveoli yang berlebihanàsel epitel yang
memproduksi ASI menjadi datar dan tertekanàpermeabilitas jaringan ikat
meningkatàbeberapa komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan
natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar selàmemicu
rrespon imunàrespon inflmasiàkerusakan jaringanàmempermudah terjadinya
infeksi (Staohylococcus aureus dan Sterptococcus) àdari port d’ entry yaitu:
duktus laktiferus ke lobus sekresi dan putting yang retak ke kelenjar limfe sekitar
duktus/ periduktal dan secara hematogen.

8.MANIFESTASI KLINIS INFEKSI PADA PAYUDARA

1. Gejala mastitis infeksiosa

 Lemah, mialgia, nyeri kepala seperti gejala flu dan ada juga yang di sertai
takikardia
 Demam suhu > 38,5 derajat celcius
 Ada luka pada puting  payudara
 Kulit payudara kemerahan atau mengkilat
 Terasa keras dan tegang
 Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan yang berbatas
tegas
 Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu karena ASI
yang terasa asin

2. Gejala mastitis non infeksiosa

 Adanya bercak panas/nyeri tekan yang akut


 Bercak kecil keras yang nyeri tekan
 Tidak ada demam dan ibu masih merasa naik-baik saja.

9.PENANGANAN INFEKSI PADA PAYUDARA

Prinsip-prinsi utama penanganan mastitis adalah :

1. Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang paling nyeri dan membuat frustasi, dan
membuat banyak wanita merasa sakit. Selain dalam penanganan yang efektif dan
pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus
dinyakinkan kembali tentang nilai menyusui, yang aman untuk diteruskan, bahwa
ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa
payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya.

Ia membutuhkan bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan


untuk penanganan, dan bagaimana meneruskan menyusui/memeras ASI dari
payudara yang terkena. Ia akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat
dukungan terus menerus dan bimbingan sampai ia benar-benar pulih.
2. Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting, antara lain :

 Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya


 Dorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki,
tanpa pembatasan
 Bila perlu peras ASI dengan tangan/pompa/botol panas, sampai menyusui
dapat dimulai lagi
3. Terapi antibiotik

Terapi antibiotik diindikasikan pada :

 Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
 Gejala berat sejak awal
 Terlihat puting pecah-pecah
 Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI
diperbaiki

Antibiotik  -laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap


Staphylococcusb aureus. Untuk organisme gram negatif, sefaleksin/amoksisillin
mungkin paling tepat. Jika mungkin, ASI dari payudara yang sakit sebaiknya
dikultur dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan.

Antibiotik Dosis

–          Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

–          Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam

–          Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral

–          Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam

–          Sefaleksin 250-500 mg setiap 6 jam

Pada kasus infeksi mastitis, penanganannya antara lain :

 Berikan antibiotik
–          Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam selama 10 hari

–          Atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari

 Bantulah ibu agar

–          Tetap meneteki

–          Bebat/sangga payudara

–          Kompres dingin sebelum meneteki untuk mengurangi bengkan dan nyeri

 Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam


 Evaluasi 3 hari
4. Terapi simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesic. Ibuprofen dipertimbangkan


sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi dan
nyeri. Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat. Istirahat sangat
penting, karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi
menyusui, sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu.

Tindakan lain yang dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada


payudara yang akan menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI, dan
yakinkan bahwa ibu cukup minum cairan..

Pencegahan

1. Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

 Menyusui sidini mungkin setelah melahirkan


 Menyusui dengan posisi yang benar
 Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
 Makan dengan gizi yang seimbang

Hal-hal yang mengaggu proses menyusui, membatasi, mengurangi isapan proses


menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain :

 Pengunaan dot
 Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
 Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum ia siap
untuk menghisap payudara yang lain.
 Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
 Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
 Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab
lain.2. Penatalaksaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu :

 Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh


bayinya untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada
punting susu.
 Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas.
 Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI3. Perhatian dini terhadap semua tanda statis ASI

Ibu harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan,


nyeri/panas/kemerahan :

 Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko, seperti kealpaan menyusui.
 Bila ibu mengalami demam/merasa sakit, seperti sakit kepala.

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut, maka ibu perlu untuk :

 Beristirahat, di tempat tidur bila mungkin.


 Sering menyusui pada payudara yang terkena.
 Mengompres panas pada payudara yang terkena, berendam dengan air
hangat/pancuran.
 Memijat dengan lembut setiap daerah benjolan saat bayi menyusui untuk
membantu ASI mengalir dari daerah tersebut.
 Mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik pada keesokan
harinya.
4. Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat ibu mengalami
kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI, seperti :

 Nyeri/puting pecah-pecah
 Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
 Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
 Bayi yang tidak puas, menyusu sangat sering, jarang atau lama
 Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya, menganggap ASInya tidak
cukup
 Pengenalan makanan lain secara dini
 Menggunakandot

5. Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan sering
sebelum dan setelah kontak dengan bayi. Kontak kulit dini, diikuti dengan rawat
gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk mengurangi infeksi rumah
sakit.

1. Vorvick L. Vaginal Discharge. Baltimore: University of Maryland. 2009.[diakses


2011 November  21]. diakses dari:
http://www.umm.edu/ency/article/003158.htm
2. Hall JE. 2010. Guyton’s Textbook of Medical Physiology. Philadelphia: Saunders.
12th ed.[ebook]
3. Anonim. Disease Characterized  by Vaginal Discharge. Atlanta: Centers for
Disease Control and Prevention. 2011.[diakses 2011 November 21]. diakses
dari : http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/vaginal-discharge.htm
4. College NR, Walker BR, Ralston SH. 2010. Davidson’s Principle and Practice of
Medicine. Amsterdam:  Elsevier.21st ed.[ebook]
5. Swartz MH. 2007. Textbook of Physical Diagnosis: History and Examination.
Amsterdam: Elsevier. 5th ed. p.565

Anda mungkin juga menyukai