Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWt yang memiliki peranan
penting dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang
paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk Allah SWT bahkan Allah menyuruh para
malaikat untuk bersujud kepada Adam Alaihi salam. Masyarakat barat memiliki
pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa dan raga serta dibekali
dengan akal dan pikiran.

Manusia dilengkapi akal untuk berfikir yang membedakan dengan binatang.


Mengenal proses kejadian,dalam al-quran diterangkan bahwa manusia diciptakan dari
tanah dengan bentuk yang sebaik-baiknya kemudian ditiupkan ruh kepadanya hingga
menjadi hidup.

Tujuan Allah SWT menciptakan manusia adalah agar manusia menyembah Allah
SWT.

Adapun yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: hakikat penciptaan
manusia, tingkatan nama manusia dalam Alquran, sifat manusia menurut Islam,potensi
manusia,proses penciptaan manusia, hikmah dari proses penciptaan manusia,alam
kehidupan manusia, tujuan kehidupan manusia, dan tugas manusia terhadap diri sendiri,
orang lain,dan lingkungan.

Dengan pembahasan dalam makalah ini diharapkan, pembaca mampu mengetahui


dan memahami materi yang akan dibahas dalam makalah ini dengan baik.

BAB II
1
ISI

A. Hakikat Penciptaan Manusia

a) Pemikiran Umat Islam


Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu
Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad
SAW.
Di antara aliran pemikiran tentang Tuhan adalah :
 Aliran Mu’tazilah yang merupakan kum rasionalis di kalangan muslim, serta
menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan
keimanan dalam Islam. Orang Islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan
tidak mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal
manzilatain).
 Qadariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam
berkehendak atau berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan
kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus
bertanggungjawab atas perbuatannya.
 Jabariah yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah
laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.
 Asy’ariyah dan Maturidiniayah yang pendapatnya berada di antara Qadariah
dan Jabariah.

b) Pemikiran Barat (Monoteisme)


Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan
bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat ketuhanan
terbagi dalam tiga paham yaitu : deisme, panteisme, dan teisme.
 Deisme yaitu suatu paham yang berpendapat bahwa Tuhan sebagai pencipta
alam berada di luar alam. Tuhan menciptakan alam dengan sempurna dank
arena telah sempurna, maka alam bergerak menurut hukum alam. Antara alam
dengan Tuhan sebagai penciptanya tidak tidak lagi mempunyai kontak. Ajaran
Tuhan yang dikenal dengan wahyu tidak lagi diperlukan manusia. Dengan
akal manusia mampu menanggulangi kesulitan hidupnya.
 Panteisme berpendapat bahwa Tuhan sebagai pencipta alam ada bersama
alam. Di mana ada alam di situ ada Tuhan. Alam sebagai ciptaan Tuhan
merupakan bagian daripada-Nya. Tuhan ada di mana-mana, bahkan setiap
bagian dari alam adalah Tuhan.
 Teisme (eklektisme) berpendapat bahwa Tuhan Yang Maha Esa sebagai
pencipta alam berada di luar alam. Tuhan tidak bersama alam dan Tuhan tidak
ada di alam. Namun Tuhan selalu dekat dengan alam. Tuhan mempunyai
peranan terhadap alam sebagai ciptaan-Nya. Tuhan adalah pengatur alam. Tak
sedikit pun peredaran alam terlepas dari control-Nya. Alam tidak bergerak
menurut hokum alam, tetapi gerak alam diatur oleh Tuhan.

2
a. Tingkatan Nama Manusia Di Dalam Al Quran
1. Al-Qur’an Menggelar Manusia Dengan Sebutan Yaa Bani Adam “Anak Cucu
Adam”

Al-Qur’an menyebutkan tentang Bani Adam sebanyak 9 kali, di


antaranya juga terdapat dalam surah Yasin ayat 60, ayat ini mengarahkan
manusia dari segi amaliah, juga sebagai upaya mengenal diri sendiri atau
memahami tingkatan kita dalam Al-Qur’an. Contoh

(QS. Al Isra [17]:70) “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-


anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka
rizki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

2. Manusia Dengan Sebutan Basyarun

Manusia dengan gelar ‘’basyarun’’ disebutkan sebanyak 36 kali, dan


tersebar di dalam 26 surah. Secara etimologi ‘’basyar’’ berarti kulit kepala,
wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya segala macam rambut.
Selain itu, ayat ini menjelaskan bila manusia dipenuhi dengan keterbatasan
termasuk membutuhkan makan dan minum. Berikut ayat yang menjelaskan
tentang basyarun, dikisahkan oleh Muhammad SAW, yakni manusia yang
terdiri dari berbagai organ tersebut sangat rentan melakukan persekutuan
kepada Allah SWT’’.

QS. Al Kahfi ayat 110, ‘’Katakanlah, Sesungguhnya aku Ini


(Muhammad) manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku,
“Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barang siapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh, dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam
beribadah kepada Tuhannya

3. Manusia Dengan Sebutan an-Nas

Untuk manusia dengan sebutan An-nas, 241 kali disebutkan di dalam


55 surah. Sebutan An-Nas merupakan paling banyak diungkapkan, seakan
memberikan pesan bahwa manusia dari macam inilah yang banyak ditemukan.
Di antaranya ayat yang menyebutkan tentang An-nas di surah An nisa ayat
3
174: ‘’Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran
dari Tuhanmu (Muhammad dengan mukjizatnya), dan telah Kami turunkan
kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran)’’.

4. Manusia Dengan Sebutan Insan

Asal kata dari Insan berasal dari kata ‘’al-uns’’, Dan sebanyak 65 kali
disebutkan dan tersebar di dalam 43 surat. Insan dapat diartikan lemah lembut,
harmonis, tampak, atau pelupa. Kata ini digunakan dalam Al-Qur’an untuk
menyampaikan tentang manusia yang kemanusiaannya secara totalitas Jiwa
dan raga. Manusia yang telah sampai pada segi insan yang sempurna yakni
‘’kamil’’, Bermakna: ‘’manusia sempurna’’, yang memang susah ditemukan.
Karena umumnya manusia seperti ini memilih menepi meninggalkan segala
hiruk pikuk dunia.

b. sifat manusia menurut islam

1. Manusia itu lemah

"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia


membentuk sifat lemah.” (QS. Annisa: 28)

2. Mudah Terperdaya

“Hai manusia, lakukan yang telah memperdayakan kamu (melakukan


durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah” (QS. Al-Infithar: 6)

3. Manusia Itu Lalai

"Bermegah-megahan telah melalaikanmu" (QS. At-Takasur: 1)

4. Memiliki Sifat Penakut

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit


ketakutan, kelaparan, dan kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. ” (QS. Al-: 155)

5. Sifat Manusia Bersedih Hati

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-


orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka benar-

4
benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal soleh, mereka akan
menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kepada mereka, dan tidak
(pula) mereka bersedih hati. ” (QS. Al-Baqarah: 62)

6. Suka Tergesa-gesa

“Dan manusia mendoa untuk orang lain yang mendoa untuk kebaikan.
Dan apakah manusia bersifat tergesa-gesa. ” (QS. Al-Isra ': 11)

7. Manusia Itu Suka Membantah

"Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba aku tiba-tiba


menjadi pembantah yang nyata." (QS. An-Nahl: 4)

8. Suka Berlebih-lebihan

"Dan manusia manusia yang ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami
dalam situasi yang berbahaya, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu
daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak
pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan bahaya yang sudah
menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampui batas itu suka apa yang
sudah mereka kerjakan. ” (QS. Yunus: 12)

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampui batas ” (QS. Al-


Alaq: 6)

9. Manusia Itu Pelupa

“Dan menyerahkan manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon


pertolongan kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; Kemudian
mengisi kembali Tuhan memberikan nikmat-Nya, lupalah dia akan
kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah.SWT) untuk
(menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi
Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: “Bersenang-
senanglah dengan kekafiranmu itu, sementara waktu; ekstrim kamu termasuk
penghuni neraka. ” (QS. Az-Zumar: 8)

5
10. Manusia Suka Mengeluh

“Manusia itu suka angin atau berkeluh kesah “Waktu besar-kecilnya


ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah” (QS. Al-Ma'arij: 20)

“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa


malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (QS. Al-Fushilat: 20)

“Dan menggunakan Kami berikan sempurna kepada manusia nepuan


berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan appabila
dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa. ” (Al-Isra ': 83)

11. Sifat Manusia Itu Kikir

"Katakanlah:" Klau seandainya kamu berdiri perbendaharaan-


perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan,
karena takut membelanjakannya. "Dan adalah manusia itu sangat kikir." (QS.
Al-Isra ': 100)

12. Sifat Manusia Suka Kufur Nikmat

“Dan mereka membuat sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai


bahagian dari-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkat yang
nyata (demi rahmat Allah). ” (QS. Az-Zukhruf: 15)

13. Manusia itu Zalim dan Bodoh

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,


bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu
dan mereka khawatir akan mengkhianati, dan dipikullah amanata itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan amat bodoh. ” (QS. Al-
Ahzab: 72)

14. Suka Menuruti Prasangka Diri Sendiri

“Dan kebanyakan mereka tidak sesualkan persangkaan saja.


Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun bermanfaat untuk mencapai
kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
” (QS. Yunus: 36)

6
15. Manusia Itu Suka Berangan-angan

“Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin)


seraya berkata:“ Bukankah kami bersama-sama dengan kamu? ”Mereka
menjawab:“ Benar, kamu mencelakakan diri sendiri dan menunggu
(kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu dan ditipu oleh angan-angan kosong
yang datang ke ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh
(syaitan) yang sangat penipu. ” (QS. Al-Hadid: 72)

c. Potensi Manusia

1. Jasad dan Ruh

Manusia adalah salah satu makhluk yang diberikan kebebasan untuk


menentukan pilihannya. Dalam menentukan pilihan, manusia selalu
dipengaruhi tabiatnya. Tabiat manusia mengandung dua unsur, yaitu unsur
materi dan non materi atau rûh dan jasad yang saling melengkapi. Al-Qur’an
melarang orang mukmin menelantarkan hak dan kewajiban terhadap jasadnya
hanya karena mementingkan ruh saja dan sebaliknya (Al-A’râf: 31). Manusia
juga dipengaruhi oleh unsur-unsur lain seperti hati, akal dan nafs, yang
bersifat maknawi. Perbedaan konotasi istilah tersebut berangkat dari
katagorisasi yang digunakan, yaitu kategori dari sisi materi, dan sumber
esensinya. Kegagalan manusia dalam mencapai kesempurnaan, karena
masing-masing komponen tidak saling melengkapi. Oleh karenanya,
pendidikan bukan hanya sekadar pembinaan jasad, tetapi jasad hanya sebatas
tempat di mana ruh (nilai) beraktualisasi untuk menuju tujuan hidup yang
sesungguhnya.

2. Kebaikan dan Keburukan

Allah membentuk manusia dengan tabi’at monotheis (fithrah), dengan


mengakui keberadaan penciptanya. Fithrah tersebut berkembang dalam
kehidupan secara positif (Al-Rûm: 30). Dalam perkembangannya, perilaku
manusia kadang-kadang berubah menjadi negatif, karena ia menyimpang dari
amanat yang telah diembannya (Al-Ahzâb: 72). Jika manusia komit terhadap

7
amanah, ia akan menduduki derajat paling tinggi di atas derajat malaikat.
Karena ia bukan sekadar mampu melakukan kebaikan, melainkan juga
keburukan. Tetapi keistimewaan manusia ia mampu memenangkan kebaikan
atas keburukan (Al-Isrâ’: 11).

Sebaliknya, jika manusia gagal mengembannya, ia akan turun


derajatnya ke derajat syetan, yang disebabkan karena sikap acuhnya terhadap
bimbingan al-Qur’an (Al-An’âm: 122). Fithrah yang diberikan Allah kepada
manusia akan dikembangkan baik terhadap dirinya, maupun lingkungannya.
Perubahannya ditentukan oleh ikhtiyarnya masing-masing, ia berada dalam
dua posisi yang seimbang, antara baik dan buruk. Di sinilah bimbingan dan
pengarahan (tarbiyah) dibutuhkan (Al-Syams: 7-10).

3. Kebebasan dan Keterpaksaan

Sebagai makhluk yang bertanggung jawab (mukallaf), manusia harus


memiliki syarat untuk mengemban tanggung jawabnya yaitu kebebasan.
Kebebasan harus didasarkan pada potensi kehendak. Dengan demikian
perbuatan yang dipertanggung jawabkan oleh manusia, harus tercakup
kebebasan dan independensi dalam memilih dan menentukan perbuatan. Hal
ini tentunya tidak sekedar keinginan belaka, tetapi juga didasarkan
pertimbangan fikiran dan kepastian yang diawali dengan keinginan yang
dikuatkan dengan keputusan (‘azam). Irâdah akan berada dalam posisi netral
antara keterpaksaan dan kebebasan.

Perbuatan memang ikhtiar manusia, sedangkan ikhtiar tidak terikat


dengan ikhtiar lain. Ayat di atas menyanggah anggapan bahwa manusia itu
mandiri dan bebas segala-galanya, lepas dari kehendak dan kekuasaan Allah.
Allah berkekuasaan sempurna sementara manusia hanya berpotensi yang
memungkinkan dikembangkan untuk menuju kesempurnaan. Kekuasaan serta
iradah Allah yang sempurna, dan potensi manusia yang memungkinkan
dikembangkan, hendaknya diberi kewenangan masing-masing, dimana yang
satu tidak mengganggu dan menghalangi kehendak dan kebebasan yang lain.

4. Potensi Ego dan Sosial

8
Al-Qur’an sering menegaskan bahwa setiap individu bertanggung jawab
dihadapan Allah (Al-Isrâ’: 15), sehingga al-Qur’an menghindarkan warisan
tanggung jawab dari kelompok.

Masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap individu agar dapat mencapai


derajat yang mampu membedakan antara baik dan buruk. Dengan tercapainya
derajat tertsebut, individu akan ikut bertanggung jawab keberlangsungan
masyarakatnya. Tanggung jawab sesuai dengan kemampuan individunya. Antara
tanggung jawab individu dan sosial saling melengkapi, hubungan antara individu
dalam kelompok, diikat dengan ikatan rasa cinta bukan atas dasar konflik, dan
standar untuk mengukur prestasinya adalah taqwa (Al-Hujurât: 13).

B. Proses Penciptaan Manusia


Al-Quran sebagai kitab suci umat islam tidak hanya berbicara mengenai petunjuk
praktis dan prinsip kehidupan umat manusia, namun berbicara juga mengenai proses
penciptaan manusia. Beberapa pandangan ilmuwan menyatakan bahwa manusia bukan
berasal dari penciptaan melainkan proses alamiah dan revolusi. Untuk itu, islam memiliki
kitab suci Al Quran untuk menjelaskan bagaimana proses penciptaan manusia mulai dari
hanya setitik air yang hina hingga berkembang secara kompleks.

1. Tahapan Penciptaan Manusia


Di dalam Al Quran proses penciptaan manusia terjadi dengan dua tahapan yang
berbeda yakni :
a. Tahapan Primordial

Tahapan Pertama adalah saat manusia pertama diciptakan pertama kali


dari saripati tanah dan diberikan ruh hingga bentuk yang seindah-indahnya.
Hal ini dijelaskan dalam beberapa ayat berikut :

 QS Al An’am (6) : 2
Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu
ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada
sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih
ragu-ragu (tentang berbangkit itu).

9
 QS Shaad (38) : 71

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:


“Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.”

 QS Al-Hijr (15) : 28

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para


malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.

Di dalam ayat-ayat Al-Quran tersebut menjelaskan bahwa Allah


menciptakan manusia dari bahan dasar tanah yang kemudian dengan
kekuasaan dan hukum-hukumnya dibentuk rupa dan beragam fungsi dari fisik
yang ada dalam tubuh manusia. Hal ini tentunya dilakukan Allah pada
manusia pertama yaitu Nabi Adam SAW. Hingga setelah itu ada proses
penciptaan manusia berupa hukum biologis.

b. Tahapan Biologi

Tahapan biologi adalah sunnatullah atau hukum Allah melalui proses


biologis yang terdapat dalam fisik atau tubuh manusia beserta segala
perangkatnya. Proses biologi ini membedakan hakikat manusia menurut islam
dengan makhluk lainnya yang tidak memiliki ruh dan akal untuk mengambil
keputusan saat dewasanya. Proses tersebut adalah sebagai berikut :

 Nuthfah (inti sari tanah yang dijadikan air mani)


 Rahim (tersimpan dalam tempat yang kokoh)
 Alaqah (darah yang beku menggantung di rahim)
 Mudgah (Segumpal daging dan dibalut dengan tulang
belulang)
Ditiupkan ruh

2. . Proses Setetes Mani dipancarkan

10
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia
hanya setitik mani yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37)

Di dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa proses penciptaan manusia


berawal dari air mani atau sperma yang terpancar. Namun hanya setitik yang
menjadi manusia. Sehingga Allah memberikan nikmat hidup melalui proses
tersebut. Sebelum adanya proses pembuahan dalam rahim wanita, ada kurang
lebih 250 juta sperma terpancar dari laki-laki pada satu waktu. Dari 250 juta
sperma yang terpancar hanya ada satu yang bisa bertemu dengan sel telur wanita
atau ibu melalui saluran reproduksi wanita .

“Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai


menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya
dari sari air yang hina.” (QS 32:7-8).

3. Segumpal Darah

Setelah melalui proses selama 40 hari, maka terjadilah gumpalan darah yang
ada di dalam rahim ibu. Proses ini berawal dari sperma yang bertemu dengan sel
telur, menjadi sel tunggal yang dikenal sebagai zigot. Setelah munculnya zigot, ia
akan berkembang biak dengan membelah diri menjadi gumpalan daging.

“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah” (QS Al Alaq : 2)

Zigot melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di tanah.
Zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu sebagai proses
pertumbuhannya. Saat zigot yang tumbuh ini ada dalam tubuh ibu maka Allah
SWT menggunakan istilah alaqah yang artinya sesuatu yang menempel pada suatu
tempat. Secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel
pada tubuh untuk menghisap darah.

4. Pembungkusan Tulang oleh Otot


“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-

11
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik” (QS Al Mu’minun:14)

Menurut para ahli embriologi, tulang dan otot terbentuk secara bersamaan.
Penelitian berbagai ilmuan menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu
sama persis sebagaimana yang disampaikan di dalam Al Quran. Pada awalnya
jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Setelahnya, sel-sel otot yang
terpilih di jaringan sekitar tulang bergabung membungkus tulang-tulang ini.

5. Hikmah dari Proses Penciptaan Manusia

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS Ali Imran :
190-191)

Dari ayat diatas dapat kita pahami bahwa dibalik penciptaan langit dan bumi
beserta segala isinya terdapat tanda-tanda yang bisa menjadi ilmu pengetahuan
jika dipahami oleh orang-orang yang menggunakan akal. Hikmah dari Proses
Penciptaan Manusia yaitu:

 Mengenal Kebesaran dan Kekuasaan Allah


 Semakin Tunduk Pada Allah
 Tidak Sombong dan Angkuh

C. Alam Kehidupan Manusia

Ada 5 macam alam yang di lalui dalam proses kehidupan manusia yaitu
1. Alam ROH
Manusia terdiri dari 2 kepribadian, yaitu pribadi spirit/roh dan pribadi
duniawi/jasad, oleh karena itu secara teoritis dia bisa hidup dalam dua alam, yaitu

12
alam roh dan alam duniawi. Pada awalnya sebelum kita terlahir di Dunia yang penuh
dengan kisah, cerita susah atau senang dimana dunia penuh dengan hiasan, godaan
dan ujian bagi setiap manusia.

2. Alam Rahim

Alam rahim adalah masa perpindahan sejak pertama dalam tulang sulbi para
ayah dan rahim para ibu sebelum dilahirkan dimana masa kehidupan manusia sejak
dalam tulang sulbi ayah dan rahim ibu sebelum dilahirkan.

Allah swt berfirman dalam surah al-A’raf ayat 172

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam


dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Benar (Engkau
adalah Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (anak-anak Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".

3. Alam Dunia

Alam Dunia adalah Masa kehidupan di dunia sejak dilahirkan dan diwafatkan
oleh Allah SWT, dimana proses perpindahan dari Alam Rahim ke Alam Dunia
bukanlah hal yang gampang. Selama sembilan bulan di alam rahim itu, janin tumbuh
dan membentuk diri sehingga menjadi bentuk yang sempurna.

Manusia hidup diduniadengan umur yang beragam mulai dari yang hidup
hanya beberapa saat hingga yang hidup puluhan tahun bahkan ada yang lebih dari 100
tahun. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang pertama bagi manusia. Allah
menjadikan dua kali kehidupan dan dua kali kematian bagi manusia sebagaimana
disebutkan dalam QS Al Mukmin ayat 11.

4. Alam Barzah
Alam kubur disebut juga dengan alam Barzakh. Ketika manusia meninggal,
mereka akan menempati alam ini sampai hari kiamat tiba. Alam barzah adalah suatu
dunia lain yang dimasuki seseorang setelah meninggal dunia untuk menunggu
datangnya kebangkitan kembali pada hari kiamat. Pada alam kubur akan datang

13
malaikat mungkar dan nakir untuk memberikan pertanyaan seputar keimanan dan
amal perbuatan kita.
lam Barzah adalah kurun waktu (periode) di antara saat kematian manusia di
dunia ini dengan saat pembangkitan (dihidupkannya kembali) manusia di Hari
Pembalasan. Kita tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam periode ini. Namun
demikian, kita dapat menyimak dari berbagai ayat didalam kitab suci Al-Qur-an dan
Hadits Nabi Muhammad SAW mengenai periode ini. Sebagai contoh, Allah SWT
berfirman dalam Surat Al-An’aam Ayat 93
“Jika saja kamu dapat melihat betapa dahsyatnya saat orang-orang zalim
didalam sakaratul maut, Para malaikat memukul dengan tangan mereka (seraya
berkata), “Keluarkanlah nyawamu! Di hari ini kamu akan dibalas dengan siksa yang
menghinakan; karena perkataan-perkataanmu yang selama ini kamu ucapkan perihal
Allah yang tidak benar, dan kamu selalu sombong terhadap petunjuk (ayat-ayat)-
Nya.”

Jelaslah dari ayat ini bahwa manusia bisa mendapatkan hukuman diwaktu
kematian mereka.

5. Alam Akhirat
Alam akhirat adalah Masa kehidupan di alam yang kekal dalam kenikmatan
syurga atau dalam kepedihan neraka. Seseorang tidak mungkin memiliki pengetahuan
yang sempurna mengenai persoalan-persoalan yang belum ia alami atau belum
mengetahuinya secara hudhuri, atau belum ia sentuh dengan indranya.
Suasana dan keadaan golongan manusia di hari akhirat pada umumnya berada
dalam kepanikan yang amat sangat, tidak ada yang bisa saling tolong menolong. Ada
yang bergembira dan ada yang bermuka masam, tergantung dari amalannya di dunia.
(QS 80 – ‘Abasa : 33-42)
Setiap manusia akan diadili dalam pengadilan akhirat di mana kita akan
membela diri sendiri saat diminta pertanggung-jawaban atas perbuatan kita di dunia,
tidak ada orang lain yang bisa menggantikan kita atau membela kita dalam peradilan
akhirat yang Maha Adil. (QS 16 – An Nahl : 111, QS 19 – Maryam : 80, QS 2 – Al
Baqarah : 123)

14
Dipastikan manusia diminta pertanggungan-jawabnya berdasarkan apa yang
dikerjakannya dan dengan segala argumentasi dan alasan-alasan pembenaran
perbuatannya.

D. Tujuan Kehidupan Manusia


Setiap penciptaan pasti memiliki tujuan. Robot deprogram untuk mematuhi
setiap perintah pembuatnya, begitu juga manusia yang diciptakan untuk beribadah
mematuhi setiap perintah-Nya dan menjahui semua larangan-Nya.

Seperti firman Allah dalam Al-Quransurat Adz Dzaariat ayat 56.

“Dan tidak Ku-ciptakan jin dan manusia melainka untuk menyembah kepada-Ku.”

Misi penciptaan manusia adalah untuk penyembahan kepada sang pencipta,


Allah SWT. Pengertian penghambaan kepada Allah tidak boleh diartikan secara
sempit dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam sholat saja.
Penyembahan berarti ketundukan manusia kepada hukum-hukum Allah dalam
menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik yang menyangkut hubungan vertical
maupun horizontal.

Penyembahan manusia kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia


terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil. Oleh
karena itu penyembahan tersebut harus dilakukan secara sukarela tanpa paksaan,
hanya karena Allah (penyembahan yang sempurna dari seorang manusia akan
menjadikan dirinya sebagai khalifah di muka bumi). Keseimbangan alam dapat
terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan
manusia dapat terjaga dengan tegaknya hukum. Hukum kemanusiaan yang telah Allah
tekankan. Kekacauan kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan tatanan
kehidupan kemanusiaan mereka sendiri, tetapi juga dapat menghancurkan bagian-
bagian alam semesta yang lain.

َ ‫َومـَآٲَرْ َسـلـْن ٰـ‬


َ‫ك ٳِﻻﱠ َرﺤْ َﻤﺔً ﻠِّﻠ َﻌ ٰـﻠ ِﻤﻴﻥ‬

“Dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan untuk menjadikan rahmat bagi
semesta alam” (Al-Anbiya 107)

15
Maka jalaslah kesatuan manusia dan alam semesta ini dapat terjaga dengan
baik jika manusia dapat menjalankan fungsi kekhalifahannya dimuka bumi ini.
Manusia dibekali akal selain naluri yang membedakan dengan hewan. Dan akal pula
yang sering kali membuat manusia memiliki agenda sendiri ketika melakukan
penciptaan, bahkan tak jarang bertentangan dengan misi penciptaan dirinya. Islam
merupakan sistem hidup yang tidak memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Apa yang kita lakukan di dunia menjadi rujukan dimana kelak Allah SWT akan
menempatkan kita, surge atau neraka. Para seniman, budayawan muslim, serta para
ulama yang dimotori oleh Djamaludin Malik menyatakan, bahwa yang disebut dengan
kebudayaan, kesenian Islam ialah manivestasi dari rasa, cipta dan karsa manusia
muslim dalam mengabdi kepada Allah untuk kehidupan umat manusia.

Manusia sebagai mahkluk ciptaan Allah memiliki kebutuhan untuk


mengaktualisasikan diri. Sastra juga dapat dipandang sebagai bentuk komunikasi
antar manusia dengan manusia, dan manusia dengan sang pencipta. Komunikasi
merupakan proses yang dilakukan suatu system untuk mempengaruhi sistem yang lain
melalui pengaturan sinyal-sinyal disampaikan. Memperoleh nilai dan menggerakkan
tindakan adalah tujuan akhir dari seni sastra. Seperti apa karya yang baik itu? Karya
yang baik adalah karya yang mampu menggerakkan orang untuk melakukan
perubahan menuju arah kebaikan. Pemahaman ini sejalan dengan tujuan pencipta
manusia sebagai khalifah di muka bumi (Joni Ariadinata, aku bisa nulis cerpen,
hal.34). Albert camus dalam bukunya Mite Sisifus mengatakan bahwa sastra tidak
boleh memihak apapun, kecuali dirinya sendiri. Pernyataan ini jelas bertentangan
sekali dengan apa yang disampaikan Seno Gumiro Ajidaima dalam esainya kehidupan
sastra dalam pikiran yang mengatakan, ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus
bicara. Karena jika jurnalisme bicara dengan fakta, sastra bicara dengan kebenaran.
Sastra tentu saja harus berfihak pada kebenaran dan keadilan, pada nilai-nilai Islam
tanpa harus kehilangan nilai estetikanya (Helfi Tiana, 2001)

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “sesungguhnya Aku


hendak menciptakan khalifah di muka bumi ini”. Mengapa engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi ini itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau
dan mensucikan Engkau?. Tuhan berfirman “ sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui” (Al-Baqoroh 130). Manusia diciptakan akan Allah untuk

16
menjadi khalifah di muka bumi ini. Manusia bertugas menyuburkan bumi dengan
menjalankan syariat. Untuk menjalankan tugasnya, manusia dilengkapi dengan
perangakat yang sempurna. Perngakat itu dianugerahkan Allah secara bertahap, agar
menusia dapat memiliki waktu untuk mengembangaka potensi itu.

Pada saat lahir manusia, belum bisa melihat dan juga berbahasa seperti
sekarang. Mereka baru bisa mendengar. Setelah itu diberikanlah penglihatan,
kemudian ia mengembangkan organ-oragan geraknya agar dapat berdiri dan berjalan,
ia mendapatkan informasi berupa suara, warna, rasa, bau dan tekstur, mulailah
memiliki kemampuan berbahasa. Dia mulai dapat mempelajari hidup. Aqalnya
semakin berkembang. Saat akalnya berkembang inilah seharusnya manusia diajarkan
tentang Allah dan syariat yang dibebankan padanya. Sebab pada masa ini, nafsu dan
emosi manusia belum sempurna, sehingga akal masih mendominasi fikiranya. Akal
adalah elemen hati yang patuh kepada Allah. Emosi dan keinginannya belum
sempurna. Dia baru memiliki keinginan makan, minum, perasaan sayang yang tulus,
perasaan marah, sedih, senang,dsb. Jika pada masa ini manusia diberi informasi dan
pelatihan yang cukup tentang Allah, syariat, akhlak mulia, tugas manusia, insya Allah
manusia tersebut akan mudah menjalankan tugas-tugasnya sebagai khalifah di muka
bumi ini. Maka sangat penting nuntuk mengembangkan akal secara maksimal pada
tahap-tahap awal.

Setelah kedewasaan akal dan emosi berkembang, mulailah nafsu dan tubuhnya
mulai menjadi sempurna. Ia mulai memahami dan mengalami apa yang disebut
syahwat terhadap lawan jenis. Mulai saat itulah ia harus berdiri menjalankan tugasnya
sebagai khalifah. Tetapi ada satu hal yang mungkin dilupakan manusia, yaitu
kedewasaan ruh. Dan ternyata tidak semua manusia berkembang dengan pesat
diwaktu dini dalam hal ini. Mungkin hanya ruh pada nabi dan rosul saja yang
berkembang pesat. Ruhnya disaan masih bayi. Sedangkan yang lain berumur tujuh
tahun barulah berkembang pesat dan ada pula yang ruhnya malah makin kedil tidak
berkembang. Ruh inilah yang didalamnya terdapat potensi pengenalan kepada Allah
yang telah menciptakan segalanya. Ruh inilah yang akan mencintai Allah. Dan itulah
tujuan manusia diciptakan agar mengenal Allah. Dengan mengenal Allah, ibadah dan
perjalanan kita tidak salah alamat, dengan syariat Allah, ibadah dan perjalanan kita
tidak salah cara.

17
Allah mengajarkan manusia untuk menyembahNya agar manusia tidak
menyembah selain-Nya. Sebab nenyembah dan mencintai yang selain Dia akan
menyebabkan manusia menjadi resah gelisah dan gundah gulana.

Maka biarlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main sampai


mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka (Az-Zukhruf: 83). Sesunggunya
kami telah mengemukakan amanat pada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesunguhnya manusia itu
amat dzalim dan amat bodoh (QS. Al-Absab:72).

E. Tugas manusia terhadap diri sendiri,orang lain,dan lingkungan

1. Tugas manusia terhadap diri sendiri


1) Menuntut ilmu pengetahuan (Q.S an-Nahl :43),karena manusia itu adalah
makluk yang dapat dan harus di didik/di ajar (Q.S Al-Baqarah : 31) dan yang
mampu mendidik /mengajar (Q.S Ali Imran : 187, al-an’am : 51)
2) Muroqobah yakni keyakinan senantiasa hati kita diawasi,diketahui, dan
diperhatikan oleh Allah.
3) Munasabah yakni proses intropeksi diri
4) Mujahadah yakni upaya kerja keras untuk meraih apa yang kita cita-citakan
5) Menjaga dan memelihara diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan
bahaya dan kesengsaraan (Q.S Al-Tahrim:6) termasuk didalamnya adalah
menjaga dan memelihara kesehatan fisiknya,memakan makanan halal,dan
sebagainya.
6) Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia
7) Bertanggung jawab terhadap amar ma’ruf nahi munkar

2. Tugas manusia terhadap orang lain


1) Tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan (Q.S Al-Maidah : 2 )
2) Mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Q.S Al-Hujurat : 10 dan 13,Al-
Anfal: 46 )

18
3) Menegakkan keadilan (Q.S An-Nisa : 135)
4) Bertanggung jawab terhadap amar ma’ruf nahi munkar (Q.S Ali-Imran : 104
dan 110)
5) Berlaku baik terhadap golongan masyarakat yang lemah ,termasuk didalamnya
adalah fakir miskin serta anak yatim (Q.S At-Taubah : 60,An-Nisa :2 ),orang
yang cacat tubuh (Q.S Abasa:1-11 ),orang yang berada dibawah penguasaan
orang lain.

3. Tugas manusia terhadap lingkungan


1) Mengkulturkan natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia ini
agar di budayakan,sehingga menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi
kemaslahatan hidup manusia
2) Menaturkan kultur (mengalamkan budaya),yakni budaya tau hasil karya
manusia harus disesuaikan dengan kondisi alam,jangan sampai merusak alam
atau lingkungan hidup,agar tidak menimbulkan malapetaka bagi manusia dan
lingkungannya
3) Mengislamkan kultur (Mengislamkan budaya),yakni dalam berbudaya harus
tetap komitmen dengan nilai-nilai islam yang rahmatan lil-‘alamin, sehingga
berbudaya berarti mengerahkan segala tenaga,cipta,rasa, dan karsa,serta bakat
menusia untuk mencari dan menemukan kebenaran ajaran islam atau
kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan kebesaran illahi.

19
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Manusia diberi akal dan hati untuk dapat memahami ilmu yang diturunkan
Allah, berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Manusia di
ciptakan dari tanah dengan di beri bentuk sebaik-baiknya. Tujuan utama penciptaan
manusia adalah agar manusia menyembah dan mengabdi kepada Allah swt. manusia
tidak hanya hidup saja namun manusia hidup didunia memiliki tiga tugas yaitu tugas
terhadap diri sendiri, kepada orang lain dan dan terhadap lingkungan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arviadea,Nadya Syabilla. “Etika Terhadap Diri, Orang Lain, dan Lingkungan


Hidup”.Publikasi 26 Desember 2014.Diakses Pada Tanggal 18 Agustus 2018.
https://www.slideshare.net/NadyaSyabillaA/etika-terhadap-diri-sendiriorang-laindan-
lingkungan-hidup

Azra, Azyumrdi, dkk. 2002. Pendidikan agama islam untuk perguruan tinggi umum. Jakarta:
depag.

http://abalhafiz.blogspot.com/2013/06/7-alam-yang-dilewati-manusia.html

https://dalamislam.com/info-islami/hakikat-manusia-menurut-islam

https://dalamislam.com/info-islami/proses-penciptaan-manusia

http://dennyprabowo.multiply.com/jurnal/item/60- al Quran

http://risalahmutiaratauhid.blogspot.com/2015/03/tahap-tahap-kehidupan-manusia-
menurut.html

http://semarnglindhur.blogspot.com/2012/07/konsep-ketuhanan-dan-
hakikat-manusia.html?m=1

http://tafany.wordpiess.com/2007/1c/27/hakikat-manusia-menurut-islam-by-ana-a-aprianti-
muhammad-siti-khotipah/

https://updateberitamu.wordpress.com/2014/10/10/makalah-proses-penciptaan-manusia-
menurut-islam/

Muhayati, Siti, dkk. 2009. Pendidikan agama islam diperguruan tinggi. Madiun
www.google.co.id/m?q=tujuan+penciptaan +manusia

Suryadi,Rudi.”Tugas Manusia”. https://sites.google.com/site/rudisuryadi/daftar-harga,


Diakses pada tanggal 18 Agustus 2018.

21

Anda mungkin juga menyukai