Anda di halaman 1dari 10

PERAN BALAI LATIHAN KERJA (BLK) KOMUNITAS

Oleh :
Azwan Lutfi, S.Sos, ME

1. Pendahuluan
Balai Latihan Kerja atau yang disingkat dengan BLK adalah
sebuah lembaga pelatihan yang dibentuk oleh pemerintah, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dengan tujuan secara umum
adalah sebagai sarana pelatihan bagi masyarakat yang tidak memiliki
keahlian khusus untuk meningkatkan kemampuan dibidang
ketenagakerjaan sehingga menghasilkan tenaga kerja yang profesional
dan berdedikasi, disamping itu pemerintah pusat juga memiliki Balai
Besar Pengembangan Pelatihan Kerja (BBPPK). Balai Latihan Kerja dan
Balai Besar Pengembangan Pelatihan Kerja dibentuk berdasarkan
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian
Ketenagakerjaan, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Ketenagakerjaan
serta Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 9 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Pelatihan Kerja.
Semantara itu untuk Balai Latihan Kerja yang ada di
provinsi/kabupaten/kota dasar hukum pembentukannya adalah
Peraturan Daerah (Perda) masing-masing provinsi/kabupaten/kota.
Balai Latihan Kerja dan Balai Besar Pengembangan dan Pelatihan
Kerja didirikan oleh pemerintah untuk mengurangi tingkat
pengangguran, dalam rangka mengentaskan kemiskinan,
meningkatkan daya saing tenaga kerja, meningkatkan
pendapata/penghasilan masyarakat serta meningkatkan melek
teknologi kepada masyarakat. Berdasarkan data dari BPS Tahun 2019

1
jumlah penduduk Indonesia sebanyak 261.891.000.000 jiwa yang
setiap tahun meningkat, tingkat IPM (Dayasaing) yang masih kategori
menengah yaitu 71,39, Pendapatan Perkapita yang masih kategori
menengah yaitu Rp 59,8 juta/US$ 4.983 pertahun (Menurut Bank Dunia
kategori Pendapatan ada 4 yaitu Pendapatan Rendah jika dibawah US$
995, Pendapatan Menengah ke Bawah jika US$ 996-3.895, Pendapatan
Menengah ke Atas jika US$ 3.896-12.055 serta Pendapatan
Tinggi/Negara Maju jika di atas US$ 12.056), tingkat pemakaian
internet hanya sebanyak 39,90 %, tingkat pengangguran yang masih
tinggi yaitu sebanyak 7.045.800 orang atau 5,28 % serta angka
kemiskinan yang juga tinggi yaitu sebanyak 25.144.720 orang atau 9,41
%. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

JUMLAH PENDUDUK, TINGKAT IPM, PDB, PENGGUNA INTERNET,


PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2019

Dalam ribuan (000)


Pengangguran
Jml PDB/ Pengguna Kemiskinan
No Provinsi IPM TPT
Pnddk Kapita/th Internet Jumlah
(%) Jumlah %
1 Aceh 5.189 71,19 29.521,50 30,69 146,6 6,20 819,44 15,32
2 Sumut 14.262 71,18 51.416,76 34,27 382,4 5,41 1.282,04 8,83
3 Sumbar 5.321 71,73 42.832,69 36,49 138,5 5,33 348,22 6,42
4 Riau 6.658 72,44 110.826,76 39,98 190,1 5,97 490,70 7,08
5 Jambi 3.515 70,65 58.364,90 35,82 74,0 4,19 274,32 7,60
6 Sumsel 8.267 69,39 50.144,21 33,35 185,9 4,48 1.073,74 12,71
7 Bengkulu 1.934 70,64 33.827,18 32,66 34,4 3,39 302,30 15,23
8 Lampung 8.290 69,02 39.864,05 32,41 171,5 4,03 1.063,66 12,62
9 Babel 1.431 70,67 50.051,83 37,33 26,9 3,62 68,38 4,62
10 Kepri 2.083 74,84 116.580,60 53,74 69,5 6,91 128,46 5,90
11 DKI Jakarta 10.374 80,47 248.305,87 65,89 320,9 6,22 365,55 3,47
12 Jabar 48.038 71,30 40.305,59 45,33 1.901,5 7,99 3.399,16 6,91
13 Jateng 34.258 71,12 36.783,71 38,51 819,4 4,49 3.743,23 10,80
14 DI Yogya 3.762 79,53 34.152,47 55,45 69,2 3,14 448,47 11,70
15 Jatim 39.293 70,77 55.436,37 38,75 843,8 3,92 4.112,25 10,37
16 Banten 12.448 71,95 48.457,01 47,90 490,8 8,11 654,46 5,09
17 Bali 4.247 74,77 54.618,43 46,42 37,6 1,52 163,85 3,79
18 NTB 4.956 67,30 24.706,70 28,31 84,5 3,42 735,96 14,56
19 NTT 5.287 64,39 18.446,78 21,10 83,0 3,35 1.146,32 21,09
20 Kalbar 4.932 66,98 38.793,66 30,99 110,3 4,45 378,41 7,49
21 Kalteng 2.605 70,42 52.154,07 36,17 56,8 4,10 134,59 4,98

2
22 Kalsel 4.120 70,17 41.106,45 40,89 91,7 4,31 192,48 4,55
23 Kaltim 3.575 75,83 174.882,37 50,25 110,6 6,09 219,92 5,94
24 Kaltara 691 70,56 120.125,69 46,87 15,4 4,40 48,78 6,63
25 Sulut 2.461 72,20 48.117,85 40,59 75,5 6,25 191,70 7,66
26 Sulteng 2.966 68,88 50.037,92 28,94 46,8 3,15 410,36 13,48
27 Sulsel 8.690 70,90 52.706,74 37,09 200,3 4,97 767,80 8,69
28 Sultra 2.602 70,61 44.501,90 33,27 45,3 3,59 302,58 11,24
29 Gorontalo 1.168 67,71 31.831,74 34,62 23,8 4,06 186,03 15,52
30 Sulbar 1.331 65,10 32.123,75 26,07 21,1 3,18 151,40 11,02
31 Maluku 1.745 68,87 24.278,49 29,79 54,6 7,08 317,69 17,69
32 Malut 1.209 67,76 29.609,52 25,80 27,3 4,97 84,60 6,77
33 Papua Barat 915 63,74 84.957,90 36,41 28,8 6,24 211,50 22,17
34 Papua 3.265 60,06 63.403,51 19,59 67,2 3,65 926,36 27,53
Jumlah 261.891 71,39 2.033.274,97 39,90 7.045,8 5,28 25.144,72 9,41
Sumber : BPS 2019

Berdasarkan data tersebut di atas maka pemerintah


melaksanakan program yang disebut dengan BLK Komunitas. Tujuan
pemerintah mendirikan program BLK Komunitas adalah wadah untuk
memberikan bekal keterampilan teknis berproduksi atau keahlian vokasi
sesuai kebutuhan pasar kerja bagi komunitas masyarakat serta untuk
meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia yang tersebar di lembaga
pendidikan keagamaan atau lembaga keagamaan non pemerintah.

2. Kajian Teoritis
Balai Latihan Kerja (BLK) dibentuk oleh pemerintah untuk
memberikan kesempatan kepada masyarakat meningkatkan skill dan
pengetahuan khusus agar dapat bersaing pada pasar kerja. Indonesia
dengan jumlah penduduk yang besar didukung dengan sumberdaya
alam yang lengkap seharusnya menjadi modal dasar sebuah negara
untuk maju dan berkembang. Tapi saat ini yang terjadi malah
sebaliknya yaitu jumlah penduduk yang besar malah rakyat semakin
banyak yang miskin, demikian juga dengan sumberdaya alam yang
tinggi malah memperkaya pihak-pihak tertentu dan hanya dinikmati
oleh beberapa gelintir orang kaya saja.
Menurut Eny Rochaida dalam Forum Ekonomi volume 18 Nomor
1 2016 bahwa jumlah penduduk yang besar bagi beberapa kalangan

3
merupakan suatu hal positif karena dengan jumlah penduduk yang
besar tersebut dapat dijadikan sebagai subjek pembangunan,
perekonomian akan berkembang bila jumlah tenaga kerjanya banyak.
Namun disisi lain beberapa kalangan justru meragukan apakah jumlah
penduduk yang besar adalah sebagai asset seperti yang dijelaskan
sebelumnya, akan tetapi kebalikan dari hal tersebut bahwa penduduk
merupakan beban bagi pembangunan. Hal ini berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan yang semakin lama semakin banyak pula seiring
dengan perkembangan jumlah penduduk tersebut. Pandangan pesimis
seperti ini di dukung oleh teori Malthus yang menyatakan bahwa
pertumbuhan penduduk menurut deret ukur sementara pertumbuhan
bahan makanan menurut deret hitung. Simpulan dari pandangan
pesimis ini adalah bukan kesejahteraan yang didapat tapi justru
kemelaratan akan ditemui bilamana jumlah penduduk tidak
dikendalikan dengan baik.
Sumberdaya alam yang besar harus dikelola dengan baik untuk
kesejateraan masyarakat sebagimana diamanahkan dalam pasal 33
ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menentukan bahwa bumi,
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Oleh karena itu maka pengelolaan sumberdaya alam harus berorientasi
kepada konservasi sumberdaya alam (natural resource oriented) untuk
menjamin kelestarian dan keberlanjutan fungsi sumberdaya alam,
dengan menggunakan pendekatan yang bercorak komprehensif dan
terpadu.
Jumlah penduduk yang besar juga membawa beberapa
persoalan antara lain adalah pengangguran yang semakin tinggi.
Pengangguran jika tidak dikelola dengan baik akan berdampak pada
ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah. Pengangguran

4
selalu berkaitan dengan kemiskinan. Di sini ada lingkaran setan yang
saling berketerkaitan. Menurut Zainal Putra, SE, MM
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar (UTU) dalam laman
web http://utu.ac.id bahwa lingkaran setan kemiskinan ternyata sampai
saat ini belum dapat dihapus di seluruh dunia termasuk dari negara
Indonesia. Kebanyakan orang miskin berasal dari orang tuanya yang
miskin. Walaupun dalam beberapa kasus, orang miskin berasal dari
orang tuanya kaum berada. Inilah saya sebut dengan lingkaran setan
kemiskinan yaitu kemiskinan yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Kemiskinan berkaitan dengan pengangguran.
Dalam laman web http://digilib.uinsby.ac.id dikatakan bahwa
pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong
dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif
mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur. Pengangguran
dapat terjadi disebabkan oleh tidakseimbangan pada pasar tenaga
kerja. Hal ini menunjukkan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan
melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta.
Pada sisi lain kita juga memiliki daya saing yang rendah. Kualitas
pendidikan baik pendidikan formal, informal maupun non formal masih
rendah. Pasar kerja saat ini membutuhkan tenaga-tenaga pekerja yang
terampil dan memilki skill individu yang mumpuni. Selanjutnya, terkait
dengan posisi daya saing Indonesia, World Economic Forum (WEF,
2016) pada publikasi Global Competitiveness Report 2016-2017
melaporkan bahwa daya saing Indonesia kembali melemah. Posisi daya
saing Indonesia berada pada peringkat ke-41 dari 138 negara yang
disurvei. WEF mencatat posisi Indonesia turun empat tingkat
dibandingkan hasil pemeringkatan tahun sebelumnya dan posisi ini
terus mengalami penurunan sejak 2014. Dibandingkan dengan negara-

5
negara Asia lainnya, daya saing Indonesia berada di bawah Singapura
(urutan ke-2), Jepang (ke-8), Hong Kong (ke-9), Malaysia (ke-25),
Korea Selatan (ke-26) dan Thailand (ke-34).
Bila dicermati lebih lanjut, merosotnya peringkat daya saing
Indonesia dari tahun-tahun sebelumnya terutama terkait dengan mutu
pelayanan kesehatan dan pendidikan yang masih tergolong rendah,
efisiensi pasar tenaga kerja rendah akibat kebijakan perburuhan, dan
rendahnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Sementara permasalahan mendasar yang mendapat sorotan dari WEF
adalah korupsi, inefisiensi birokrasi pemerintah dan keterbatasan
infrastruktur. Oleh karena itu, melemahnya daya saing Indonesia di
tingkat global harus diantisipasi secara sistematis dan kritis.
Menurunnya daya saing akan berdampak secara langsung maupun
tidak langsung pada berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia,
khususnya aspek ekonomi. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya
perusahaan melkukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Di sinilah
Balai Latihan Kerja (BLK) dibutuhkan ketika tingkat pengangguran
tinggi dan daya saing rendah.
Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas yang diluncurkan oleh
pemerintah diperuntukkan kepada kelompok masyarakat yang tersebar
dipendidikan keagamaan seperti Pondok Pesantren dan lembaga
pendidikan non pemerintah.

3. Pembahasan
Apa itu BLK Komunitas ? Sebelumnya kita hanya mengenal
lembaga milik pemerintah (SMK), pelatihan swasta (LPKS), atau
lembaga pelatihan kerja di universitas dan politeknik. BLK Komunitas
tidak lain adalah BLK yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren atau
Gereja/Seminari atau lembaga pendidikan keagamaan dengan
dukungan dan kerjasama Kementerian Ketenagakerjaan. Setiap
6
lembaga (pondok pesantren atau gereja) akan menyediakan lahan dan
tim kerja (tim pembangunan gedung dan tim pengelola pelatihan),
untuk dapat memulai dan mengelola pelatihan teknis sesuai
jurusannya. Selain itu, tim manajemen harus dibentuk untuk mengelola
program dan pelaporan.
Kemnaker akan menyediakan bantuan yang meliputi,
pembangunan satu unit gedung workshop, peralatan pelatihan
sebanyak satu paket, operasional kelembagaan, program, pelatihan
BLK Komunitas sebanyak dua paket, dan program bagi instruktur serta
pengelola BLK Komunitas. BLK Komunitas kemudian membuka dan
melaksanakan pelatihan kerja di wilayahnya. Tujuanya bukan untuk
mencari laba, tetapi bertujuan sosial membuka akses pelatihan kerja di
pondok pesantren dan gereja di wilayah kerja masing masing. Setiap
BLK akan mampu melatih 100 orang per tahun, sehingga dengan 1000
BLK, maka setiap tahun akan mampu dilatih 100 ribu warga dan pencari
kerja. Dengan jumlah orang yang berhasil dilatih di BLK Komunitas,
diharapkan kapasitas latih Indonesia akan meningkat drastis BLK
Komunitas adalah unit pelatihan kerja yang bertujuan untuk
memberikan bekal keterampilan teknis berproduksi atau keahlian vokasi
sesuai kebutuhan pasar kerja bagi komunitas masyarakat serta untuk
meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia yang tersebar di lembaga
pendidikan keagamaan atau lembaga keagamaan non pemerintah.
Bantuan yang diberikan pada BLK Komunitas terdiri dari :
1. Pembangunan 1 unit gedung workshop
2. Peralatan pelatihan sebanyak 1 paket
3. Operasional kelembagaan
4. Program pelatihan BLK Komunitas sebanyak 2 paket
5. Program pelatihan bagi instruktur dan pengelola BLK Komunitas

7
Pada tahun 2019 ini target pembangunan sebanyak 1000 BLK
Komunitas yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan capaian BLK
Komunitas yang telah didirikan adalah sebagai berikut :
- Pada tahun 2017 telah didirikan 50 BLK Komunitas
- Pada tahun 2018 telah didirikan 75 BLK Komunitas
- Pada tahun 2019 direncanakan didirikan 1000 BLK Komunitas dan
100.000 orang peserta pelatihan.
- Pada tahun 2020 direncanakan didirikan 2000 BLK Komunitas
Output dari BLK Komunitas adalah peserta memiliki skill yang
sesuai dengan kebutuhan industri serta mendorong masyarakat
Indonesia untuk berwirausaha.
Kejuruan pelatihan terdiri dari :
a. Kejuruan Teknik Otomotif
b. Kejuruan Teknik Las
c. Kejuruan Pengolahan Hasil Pertanian
d. Kejuruan Pengolahan Hasil Perikanan
e. Kejuruan Woodworking
f. Kejuruan Teknologi Informasi dan Komunikasi
g. Kejuruan Menjahit
h. Kejuruan Refrigeration dan Teknik Listrik
i. Kejuruan Industri Kreatif dan
j. Kejuruan Bahasa
Ada 10 kejuruan yang disiapkan dan nanti disesuaikan dengan potensi,
karakter dan letak geografis masing-masing BLK Komunitas.
Kementerian Ketenagakerjaan sebagai leading sektor
mendorong terbentuknya Balai Latihan Kerja (BLK) di berbagai institusi
dan komunitas, termasuk di pondok pesantren. BLK Komunitas
diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang memiliki
karakter baik sekaligus memiliki keterampilan berwirausaha. BLK

8
Komunitas merupakan salah satu upaya pemerintah mendekatkan
akses pelatihan vokasi kepada masyarakat sekitar pesantren berupa
karakter, softskill sekaligus membekali keterampilan kepada lulusan
pesantren disamping juga mampu membantu pemerintah untuk
mempercepat melakukan masifikasi peningkatan kompetensi
masyarakat dan mengatasi kesenjangan antara kebutuhan pasar kerja
dan kompetensi alumni pesantren sehingga di masa depan semakin
kuat dan berperan mengatasi kemiskinan. Pembangunan Balai Latihan
Kerja (BLK) Komunitas di pesantren merupakan upaya terobosan untuk
mempercepat peningkatakan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)
di Indonesia. Mengingat 58 persen angkatan kerja masih didominasi
lulusan SD/SMP, maka BLK Komunitas diharapkan mampu membantu
pemerintah mempercepat peningkatan kompetensi masyarakat.

4. Kesimpulan
Dari tulisan di atas maka dapat disimpulkan bahwa jika
Sumberdaya Manusia Indonesia tidak dibenahi mulai sekarang maka
akan terjadi beberapa hal sebagai berikut :
Pertama ekonomi indonesia dan kualitas hidup warga Indonesia akan
macet dan berjalan di tempat sebagai negara menengah ke bawah,
dengan pendapatan per kapita berkisar 5.000-10.000 dollar AS per
tahun dalam jangka waktu yang lama, seperti kasus Argentina dan
gagal untuk berlanjut menjadi negara maju.
Kedua, bonus demografi akan berakhir tahun 2030 dan kemudian
lapisan penduduk muda produktif itu menjadi beban pemerintah dan
masyarakat, ketimbang menjadi aset (warga negara yang mampu
membayar pajak dan memiliki pendapatan tetap).
Ketiga, daya saing Indonesia tetap rendah, karena faktor kemampuan
dan keterampilan SDM yang tidak berubah secara signifikan. Indonesia

9
perlu setara dengan negara-negara lain dalam Investasi angkatan kerja
dan Pelatihan Vokasi.
Oleh sebab itu peran Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas sangat
diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal seperti yang disebutkan di
atas.

10

Anda mungkin juga menyukai