Anda di halaman 1dari 4

Pengaruh Moral Pajak, Sanksi Pajak, dan Kebijakan Pengampunan Pajak Terhadap

Kepatuhan Pajak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuah negara. Hal ini
dikarenakan pajak merupakan penerimaan terbesar suatu negara. Dominasi pajak sebagai
sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar. Menurut Alabede, et.al, (2011)
pajak adalah suatu komponen yang sangat penting di dalam sebuah negara, karena sumber
daya keuangan negara berasal dalam bentuk penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.

Penerimaan pajak di Indonesia cenderung terus meningkat. Hal ini dapat memberikan
kontribusi dominan terhadap pendapatan negara serta mengurangi kebutuhan
pembiayaan yang bersumber dari utang. Sumber penerimaan negara menurut APBN
sesuai Undang-Undang terdiri dari penerimaan dalam negeri dan hibah. Penerimaan
dalam negeri terdiri dari penerimaan dari sektor pajak dan bukan pajak. Pada
penerimaan sektor pajak terbagi lagi menjadi penerimaan pajak dalam negeri dan
penerimaan pajak atas perdagangan internasional. Penerimaan bukan pajak terdiri dari
laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), penerimaan sumber daya alam, dan
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) lainnya. 

Di Indonesia sendiri, berdasarkan APBN tahun 2019, penerimaan pajak sebesar 82,5%
dari total pendapatan negara. Itu berarti bahwa pajak merupakan salah satu sumber
penerimaan utama negara digunakan untuk membiayai pembangunan dan pengeluaran
pemerintah. Sayangnya, tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar pajak masih jauh
dari harapan. Apabila dibandingkan dengan aktivitas perekonomiannya, Indonesia belum
mampu menghimpun penerimaan pajak dalam jumlah yang ideal. Hal ini dapat dilihat dari
rendahnya tax ratio Indonesia. Pada 2018, tax ratio Indonesia hanya mencapai 11,5 persen.
Artinya, porsi pajak yang berhasil dikumpulkan negara hanya sekitar 11 persen dari total
aktivitas perekonomian Indonesia.

Pemungutan pajak memang bukan suatu pekerjaan yang mudah, disamping peran serta
aktif dari petugas perpajakan, juga dituntut kemauan dan kesadaran dari para wajib pajak itu
sendiri. Masyarakat atau wajib pajak yang sadar dengan melakukan pembayaran pajak akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menunjukkan bahwa mereka ingin ikut
berpartisipasi dalam menunjang pembangunan negara yaitu dengan patuh dalam perpajakan
(Tatiana dan Hari, 2009).

Rendahnya rasio pajak di Indonesia disebabkan oleh masih banyak permasalahan terkait
dengan perpajakan di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Ragimun (2014), Rahman
(2017), dan Said (2017) menyebutkan bahwa kepercayaan publik terhadap otoritas pajak
relatif rendah, kurangnya komitmen pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan pajak dengan
integrasi berbagai basis data dengan informasi yang relevan, sanksi pajak yang lemah,

aturan dan kebijakan perpajakan yang berbelit-belit, serta masih banyaknya praktik
penghindaran pajak.

Beberapa penelitian mengenai kepatuhan pajak telah banyak dilakukan sebelumnya.


Penelitian tersebut memiliki berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan dalam
membayar pajak negara (Trivedi, Shehata, dan Lynn 2003; Jatmiko 2006; Mutia 2014;
Rahman 2017; Suryaningtyas 2017). Penelitian mengenai dampak kebijakan perpajakan yang
telah dilakukan di Indonesia, yaitu kebijakan pengampunan pajak terhadap kepatuhan pajak
juga telah dilakukan oleh Wirawan dan Noviari (2017), Gerger (2012), dan Saracoglu dan
Caskurlu (2011).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang sudah disajikan di latar belakang penelitian diatas, masalah
yang dihadapi adalah rendahnya rasio pajak, rendahnya kesadaran masyarakat untuk
membayar pajak, serta kebijakan pemerintah yang cukup rumit menjadi hal yang menarik
untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh moral pajak, sanksi pajak, dan
kebijakan pengampunan pajak terhadap kepatuhan pajak wajib pajak orang pribadi.
Berdasarkan masalah penelitian di atas, pertanyaan penelitian yang dikembangkan adalah
sebagai berikut :
1.2.2.1 Bagaimana pengaruh moral pajak terhadap kepatuhan wajib pajak ?
1.2.2.2 Bagaimana pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak ?
1.2.2.3 Bagaimana pengaruh kebijakan pengampunan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.3.1 Bagaimana pengaruh moral pajak terhadap kepatuhan wajib pajak ?
1.3.2 Bagaimana pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak ?
1.3.3 Bagaimana pengaruh kebijakan pengampunan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak ?
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1.4.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangan ilmu penelitian khususnya
dalam bidang akuntansi yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak.
1.4.1.2 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian yang akan
datang yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman yang bermanfaat bagi
manajemen dalam memahami pentingnya kepatuhan wajib pajak yang dapat
digunakan untuk mempertahankan perusahaan.
1.4.2.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi calon investor untuk mengambil
keputusan.
BAB II
LANDASAN TEORI, KAJIAN EMPIRIS DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori Keagenan membahas

Tinjauan Literatur dan Pengembangan Hipotesis


Penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan tiga teori, yaitu teori atribusi, teori
kontrak pajak psikologis, dan teori keadilan.

Teori Atribusi
Teori atribusi menyatakan bahwa individuindividu mengamati perilaku seseorang dan mereka
mencoba menentukan apakah perilaku tersebut timbul secara internal atau eksternal (Robbins,
1996). Perilaku yang timbul secara internal adalah perilaku yang berada di bawah kendali
pribadi individu tersebut. Perilaku yang timbul secara eksternal adalah perilaku yang
dipengaruhi keadaan di luar diri individu. Teori atribusi berkaitan dengan variabel moral
pajak dan sanksi pajak. Moral pajak merupakan motivasi yang timbul dari dalam diri individu
untuk menunaikan kewajiban perpajakannya. Sanksi pajak merupakan dorongan yang berasal
dari luar diri individu untuk membayar kewajiban perpajakannya. Dengan kata lain, individu
terpaksa untuk melakukan suatu hal karena didorong oleh situasi (Jatmiko, 2006).
Teori Kontrak Pajak Psikologis
Kepatuhan pajak didorong oleh kontrak pajak psikologis antara masyarakat dan otoritas pajak
(Feld dan Frey, 2002). Dalam kontrak psikologis, diperlukan adanya penghargaan dan sanksi.
Selain itu, diperlukan juga loyalitas dan emosi yang melandasi. Feld dan Frey (2002)
menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara pembayar pajak dan otoritas pajak yang saling
menghormati dan jujur. Apabila pembayar pajak diperlakukan dengan kurang baik, maka
kontrak pajak psikologis telah dilanggar. Hal tersebut membuat masyarakat memiliki sebuah
alasan untuk tidak mematuhi kontrak yang ada, artinya mereka memilih untuk tidak
melakukan kewajiban pajaknya. Teori ini dapat menjelaskan variabel moral pajak dan
kebijakan pengampunan pajak. Teori kontrak pajak menjelaskan variabel moral pajak melalui
pengukuran kepercayaan terhadap pemerintah. Di sisi lain, adanya kebijakan pengampunan
pajak dianggap melanggar kontrak psikologis antara pemerintah dengan wajib pajak karena
memberikan pengampunan terhadap pelanggaran pajak.
Teori Keadilan
Teori keadilan menyatakan bahwa individu yang merasa dirinya sebagai orang yang terlalu
tidak diuntungkan atau merasa sangat diuntungkan akan mengalami kesusahan, dan
kesusahan tersebut membawa pada usaha untuk mengembalikan keadilan. Adams dalam
Huseman, Hatfield, dan Miles (1987) menyampaikan bahwa teori keadilan dibentuk dari teori
pertukaran, disonansi, dan perbandingan sosial dalam membentuk prediksi mengenai
bagaimana individu mengatur hubungan mereka dengan orang lain. Teori keadilan berkaitan
dengan pengukuran keadilan perpajakan yang merupakan bagian dari pengukuran variabel
moral pajak. Hasil penggunaan uang pajak tidak hanya diperuntukkan oleh wajib pajak saja,
tetapi oleh semua masyarakat di Indonesia, bahkan orang yang lalai dalam membayar pajak.

Anda mungkin juga menyukai