Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
1. Pengertian Filsafat Pendidikan...............................................................................5
2. Filsafat Sebagai Induk Pengetahuan.......................................................................5
3. Pendidikan Sebagai Cabang Ilmu Dari Filsafat......................................................7
4. Aliran – Aliran Filsafat Pendidikan........................................................................9
5. Pancasila Sebagai Sistim Filsafat............................................................................10
6. Pancasila Sebagai Landasan Filosofis Sistim Pendidikan Nasional.......................12
BAB III : KESIMPULAN.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15

1|Page
BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua manusia, manusia yang melupakan


pendidikan bagaiakan orang buta yang berjalan tanpa tongkat di tangannya. Pendidikan
memberikan banyak arti bagi kehidupan manusia di dalam kehidupannya. Karena itulah
manusia mempelajari filsafat pendidikan, landasan filsafat pendidikan perlu di kuasai oleh
para pendidik, karena pendidikan bersifat normatif selain itu , pendidikan tidak hanya di
pahami melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu
dipandang secara holistiik, adapun kajian pendidikan secara holistik dapat dilakukan melalui
pendekatan filosofis.
Ada berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme, Realisme , Pragmatisme
dan sebagainya. Namun demikian, bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki filsafat
pendidikan nasional sendiri yaitu filsafat pendidikan yang berdasarkan Pancasila. sehubungan
dengan hal ini berbagai alairan filsafat pendidikan tetap kita pelajari guna menambah
pengetahuan dan pemahaman kita tentang pendidikan. Pemahaman tentang filsdafat
pendidikan ini akan membantu kita agar tidak terjerumus ke dalam filsafat lain yang
menjerumuskan kita, di samping itu, dengan mempelajari filsafat pendidikan yang lain selama
itu tidak bertentangan dengan pancasila kita dapat mengambil hikmahnya dari filsafat
pendidikan tersebut guna memperkokoh landasan Filsafat pendidikan Negara kita.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Definisi Filsafat secara Etimologis yaitu dari bahasa Inggris ( Phylosophy ) dan dalam
bahasa arab ( falsafah ) dan yang berasal dari yunani kuno berasal dari kata Pilos (cinta),
Sophos (kebijaksanaan), dengan demikian secara etimologis, philosopia ( filsafat ) berarti
cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan. Menurut Ciceros (106-43 SM)
penulis Romawi, orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM),
sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli
pengetahuan”, Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak
sesuai untuk manusia . tiap-tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam
memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan
mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian
darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan,
melainkan pencari dan pencinta pengetahuan.
Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo” artinya cinta dalam
arti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang
diinginkannya . ”Sofia artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam.
Datangnya hikmah bukan dari penglihatan saja, tetapi juga dari penglihatan dan hati, atau
dengan kata-kata lain , dengan mata hati dan pikiran yang tertuju kepada alam yang ada
disekeling kita, banyak orang yang melihat tetapi tidak memperhatikan.

      2.      FILSAFAT SEBAGAI INDUK ILMU PENGETAHUAN


Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu dan
filsafat dimulai dari keduanya.Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui apa yang
kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Filsafat dalam pandangan tokoh-tokoh dunia diartikan
sebagai berikut:
 Plato (427 – 348 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang asli

3|Page
 Aristoteles (382 – 322 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran
yang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan
estetika
 Al Kindi (801 – ……m), filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala sesuatu
sejauh jangkauan kemampuan manusia
 Al Farabi (870 – 950 m), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana
hakikat sebenarnya.
 Prof. H. Muhammad Yamin, filsafat adalah pemusatan pikiran, sehingga manusia
menemui kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya itu dialami sesungguhnya.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut
1. Teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan, pemikiran
pengetahuan, sifat alam semesta.
2. Prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang pengetahuan.
3. Ilmu yang berintikan logika ,estetika, metafisika, dan epistemologi
4. Falsafah
Tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan
menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat
memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang
menjadi dasar suatu tindakan. Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari
pengembangannya yaitu filsafat. Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu (1)apa yang
disebut benar dan apa yang disebut salah (logika); (2) mana yang dianggap baik dan mana
yang dianggap buruk (etika); (3)apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek
(estetika).
Kemudian ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat
yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat tersebut antara
lain mencakup:
1. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
2. Etika (Filsafat Moral)
3. Estetika (Filsafat Seni)
4. Metafisika
5. Politik (Filsafat Pemerintahan)
6. Filsafat Agama
7. Filsafat Ilmu

4|Page
8. Filsafat Pendidikan
9. Filsafat Hukum
10. Filsafat Sejarah
11. Filsafat Matematika
Ilmu tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari konsep-
konsep dan norma-norma filsafat. Namun demikian ketika ilmu tersebut mengalami
pertentangan-pertentangan maka akan kembali kepada filsafat sebagai induk dari ilmu
tersebut.

3.   PENDIDIKAN SEBAGAI CABANG ILMU DARI FILSAFAT


Sebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun
pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus atau terapan.
Dalam filsafat umum yang menjadi objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu,
sedangkan filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia.
Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi
manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi
itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah
cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai
masalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu (1) Filsafat Praktek Pendidikan dan (2) Filsafat Ilmu Pendidikan.
Filsafat Praktek Pendidikan diartikan sebagai analisis kritis dan komprehensif tentang
bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan.
Sedangkan Filsafat Ilmu Pendidikan secara konsepsional diartikan sebagai analisis kritis
komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan
melalui riset baik kuantitatif maupun kualitatif.
Jika dalam Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai 3 (tiga) masalah
pokok yaitu (1) apakah sebenarnya pendidikan itu; (2) apakah tujuan pendidikan itu
sebenarnya dan (3) dengan cara apa tujuan pendidikan dapat dicapai, maka dalam Filsafat
Ilmu Pendidikan membahas mengenai (1) struktur ilmu dan (2) kegunaan ilmu bagi
kepentingan praktis dan pengetahuan tentang kenyataan.
Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 (empat) macam yaitu:

5|Page
1. Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola organisasi
Ilmu Pendidikan
2. Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek formal dan material
Ilmu Pendidikan
3. Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja dalam
menyusun ilmu pengetahuan
4. Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan
praktis Ilmu Pendidikan
Pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang mendasar dan mendalam, sehingga
diperlukan analisis dan pemikiran filosofis. Selain perumusan tujuan, seluruh aspek dalam
pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi
membutuhkan pemikiran filosofis.
Dalam perkembangan pendidikan menjadi cabang ilmu yang mandiri dipengaruhi oleh
pandangan dan konsep yang dikemukan oleh para filosofi..
1.  Plato (428-348 SM)
Plato merupakan filosofi yunani yang aktif mengembangkan filsafat dengan mendirikan
sekolah khusus yang disebut ‘academia’. Plato berpandangan bahwa konsep ide merupakan
pandangan terdapat suatu dunia di balik alam kenyataan, sebagai hakikat dari segala yang ada.
Artinya apa yang diamati sehari-hari adalah ide tersebut, sebagai sumber segala yang ada:
kebaikan dan keburukan. Ide merupakan suatu hal yang objektif yang didalamnya berpusat
dan dikendalikan oleh puncak ide yang digambarkan sebagai ide tentang kebaikan yang
diformulasikan sebagai tuhan
2.   Aristoteles (384 – 348 SM)
Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa ilmu pendidikan dibangun
melalui riset pendidikan. Riset merupakan suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi
menuju prinsip-prinsip umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi.
Pandangan ini berkembang pada abad 13 – 14. Aristoteles berpandangan bahwa ilmuan
hendaknya menarik kesimpulan secara induksi dan deduksi. Dalam tahapan induksi,
generalisasi-generalisasi (kesimpulan-kesimpulan umum) tentang bentuk ditarik dari
pengalaman pengindraan. Selanjutnya kesimpulan yang diperoleh dari tahapan induksi
dipergunakan untuk premis-premis untuk deduksi dari pernyataan-pernyataan tentang
observasi.

6|Page
4.      ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Aliran-aliran yang berkembang saat ini sangat dipengaruhi oleh pandangan dan teori-
teori yang dikemukan oleh para filosofi-filosofi dunia. Aliran-aliran dalam Filsafat yang
berkembang saat ini antara lain:
1. Filsafat Pendidikan Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi,
bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak
lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang
dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke
generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David
Hume, Al Ghazali
2. Filsafat Pendidikan Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara
dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia
ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan
mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang
dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme:
Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo,
David Hume, John Stuart Mill.
3. Filsafat Pendidikan Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi,
bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme:
Demokritos, Ludwig Feurbach
4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun
sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia
dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah:
Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.
5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme memfokuskan pada pengalaman-pengalaman
individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman
manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk
hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren
Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich
6. Filsafat Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat
yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan

7|Page
pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya
memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George
Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff
7. Filsafat Pendidikan Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada
mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah.
Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual
dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas
Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
8. Filsafat Pendidikan Perenialisme Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir
pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.
Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang
baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena
itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan
menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan
hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert
Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan
progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya
memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang.
Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin
membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran
ini:Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.

5.. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


Pancasila sebagai sistem filsafat adalah pengungkapan dan penelaahan dunia fisik dan
dunia riil secara sistemik (menyeluruh) dan sistematis (teratur, tersusun rapi). Pancasila
memberi ajaran tata hidup manusia budaya secara harmonis. Pancasila adalah filsafat
keselarasan. Pancasila sebagai sistem filsafat juga mempunyai ajaran-ajaran tentang
metafisika dan ontologi Pancasila, aksiologi Pancasila dan logika Pancasila.
Ajaran Metafisika dan Ontologi Pancasila

8|Page
Asas-asas metafisika dan ontologi dalam filsafat Pendidikan Pancasila adalah sebagai
berikut:
Asas monoteisme Merupakan realisasi dari sila I Pancasila Ketuhanan yang Maha Esa,
Bangsa Indonesia hanya mengakui satu tuhan saja ialah Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa
Indonesia menganut asas kemerdekaan untuk memilih dan menganut agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan menjunjung toleransi antar pemeluk agama.
Asas makrokosmos-mikrokosmos Asas makrokosmos merupakan pengakuan kepada realita
yang ada, ialah alam semesta ini, dunia dengan tata suryanya. Alam semesta raya mempunyai
hukum-hukum alamnya dan menjadi sumber daya kehidupan semua makhluk hidup. Manusia
sering dipandang sebagai mikrokosmos sebab pada manusia terdapat sifat-sifat atau unsur-
unsur seperti yang ada pada makrokosmos.
Asas tata ada yang selaras, serasi, seimbang (harmoni) Bahwa yang ada di dunia merupakan
hal yang serba berlawanan namun tetap dapat berlangsung secara selaras.
Asas tata hidup manusia budaya (asas kultural/religius) Cipta, rasa dan karsa manusia secara
integratif mampu menciptakan perlengkapan-perlengkapan hidup yang secara keseluruhannya
disebut kebudayaan.
Asas persatuan dan kesatuan Hidup budaya manusia membentuk kesatuan-kesatuan secara
menyeluruh mulai dari tingkat terbawah yaitu keluarga sampai pada kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Asas tertib damai, kemerdekaan dan keadilan Hidup membudaya adalah hidup tertib, teratur
dan damai menghindari pertengkaran dan perselisihan
Asas bhineka tunggal ika Asas ini memberi makna bahwa hidup budaya manusia menunjukan
variasi-variasi, seperti adanya ras-ras manusia, macam-macam agama dan kebudayaan daerah
dan sebagainya.
Asas idealisme, realistis dan pragmatis Hidup bangsa Indonesia tidak tanpa arah, tetapi
mempunyai arah yang ideal yakni hidup masyarakat yang adil dan makmur.
Epistomologi Pancasila
Ajaran Pancasila dengan teorinya selaras, serasi dan seimbang, mengakui kebenaran
pengetahuan rasio dan pengetahuan pengalaman. Baik rasio maupun pengalaman dapat
menjadi sumber pengetahuan. Pengetahuan datang dari intuisi dan juga bersumber pada
kebenaran agama. Logika yang dikembangkan dalam epistomologi Pancasila adalah logika
formal (deduksi), logika induksi, logika ilmiah dan logika intuisi.
Aksiologi Pancasila

9|Page
Prinsip-prinsip ajaran nilai atau aksiologi Pancasila adalah sebagai berikut:
Prinsip nilai religius Prinsip nilai religius bersumber pada Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang
Maha Esa). Agama menjadi sumber-sumber nilai-nilai kebaikan dan juga kebenaran. Fungsi
Pancasila terhadap agama adalah memberi fasilitas kepada hidup subur dan berkembangnya
agama dan memberi situasi dan kondisi kerukunan dan kedamaian hidup di antara umat
beragama.
Prinsip nilai alami Prinsip nilai alamia artinya alam semesta sebagai ciptaan Tuhan yang
berisi kebaikan-kebaikan alamiah yang berupa nilai-nilai hukum alam.
Prinsip nilai manusia Prinsip nilai-nilai manusia yakni bahwa manusia adalah subjek penilai.
Dalam mencapai nilai-nilai dalam hidupnya, maka manusia akan melaksanakan nilai-nilai: (1)
nilai-nilai kemanusian; (2) nilai-nilai persatuan hidup bersama; (3) nilai-nilai kerakyatan atau
demokrasi; (4) nilai-nilai keadilan.
Prinsip relativitas dan kemutlakan nilai Nilai-nilai hidup budaya manusia ada yang bersifat
relatif, terbatas oleh kurun waktu dan tempat.

6. PANCASILA SEBAGAI LANDASAN FILOSOFIS SISTEM PENDIDIKAN


NASIONAL
Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 bahwa
pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Hal tersebut sejalan dengan
Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah
jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa
Indonesia, dan dasar negara Indonesia. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut jelaslah
bahwa pancasila adalah Landasan Filosofi Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan nasional merupakan suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan
pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan
guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya. Sedangkan
Pendidikan Nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan
pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa
Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlancar
mencapai cita-cita nasional Indonesia. Sehingga Filsafat pendidikan nasional Indonesia dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek
pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa

10 | P a g e
“Pancasila” yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha
merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
Pokok-pokok fikiran Pendidikan Nasional adalah:
1. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan disebut sistem Pendidikan
Pancasila
2. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian
dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat memperkuat kepribadian dan mempertebal
semangat kebangsaan
3. Fungsi pendidikan nasional Indonesia adalah untuk mengembangkan warga negara
Indonesia, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, mengembangkan bangsa
Indonesia dan mengembangkan kebudayaan Indonesia
4. Unsur-unsur pokok pendidikan nasional adalah pendidikan pancasila, pendidikan agama,
pendidikan watak dan kepribadian, pendidikan bahasa, pendidikan kesegaran jasmani,
pendidikan kesenian, pendidikan ilmu pengetahuan, pendidikan keterampilan, pendidikan
kewarganegaraan dan pendidikan kesadaran bersejarah.
5. Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional Indonesia adalah asas semesta, asas pendidikan
seumur hidup, asas tanggung jawab bersama, asas pendidikan, asas keselarasan dan
keterpaduan dengan ketahanan nasional dan wawasan nasional, asas Bhineka Tunggal Ika,
Asas keselarasan, keseimbangan dan keserasian, asas manfaat adil dan merata.

11 | P a g e
BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan


filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus atau terapan. Filsafat Pendidikan dapat
diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi
fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi
dalam perjalanan hidupnya.
Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis,
harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah
filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Filsafat Pancasila yang muncul pada masa kemerdekaan tahun 1945 dicetuskan oleh
tokoh-tokoh perjuangan bangsa. Sebagai sebuah filsafat pendidikan, Pancasila mengandung
pemahaman nilai mengenai metafisika dan ontologi, epistomologi dan aksiologi sebagai mana
yang terkandung dalam filsafat pendidikan. Kedudukan Pancasila sebagai filsafat Pendidikan
Indonesia diperkuat dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989.

12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Amien,A.M., ( 2005 ), Pendidikan Dari Perspektif Sains Baru : Belajar Merajut Realitas,
Lembaga Penerbitan Unhas.
Callahan J.F., Clark,L.H., ( 1983 ), Foundation Of Education,Macmillan Publishing Co. Inc.,
New York.
Henderson, S. Van P., Introduction to Phylosopy of Education, The University Of Chicago
Press, Chicago.
Kneller, G., ( Ed ), ( 1971 ) Foundation Of Education, John Wiley and Sons, New York.
Noor, M., ( Ed), ( 1987 ) Filsafat dan Teori Pendidikan : Jilid I Filsafat Pendidikan, Sub
Koordinator Mata Kuliah Filsafat dan Teori Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP
Bandung.
Oesman, O., Alfian, ( Penyunting ) ( 1992 ), pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai
Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, BP 7 Pusat.
Syarifpudin,T. dan Kurniasih, ( 2008 ), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung, Percikan
Ilmu.

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai