Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………….. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. iv

 1.1. Latar Belakang ………………………………………….. iv


 1.2 Rumusan Masalah …………………………………….. v
 1.3 Tujuan ……………………………………………………….. v

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………. vi

 2.1 TAUHID NORMATIF……………………………..……….. vi


 2.2 TAUHID ASKETIS………………………………..…………..vii
 2.3 KESHALEHAN RITUAL EGOISTIK………………..… viii

BAB IV PENUTUP ……………………………………………….. x

 A. Simpulan …………………………………………………… x
 B. Saran…………………………………………………………….x

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….. xi

BAB 1

i
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kedudukan tauhid dalam Islam sangatlah fundamental, karena dari pemahaman

tentang tauhid itulah keimanan seorang muslim mulai tumbuh. Konsep tauhid dalam Islam

merupakan salah satu pokok ajaran yang tidak dapat diganggu gugat dan sangat berpengaruh

terhadap keislaman seseorang. Apabila pemahaman tentang tauhid seseorang tidak kuat, maka

akan goyah pula pilar-pilar keislamannya secara menyeluruh.

Nilai keesaan Allah merupakan awal dari kewajiban-kewajiban manusia terhadap

tuhannya tersebut. Manusia diciptakan di muka bumi ini hanya mempunyai satu

tugas yaitu menyembah Allah dengan segala bentuk ibadahnya, dalam hal ini Allah

berfirman dalam kitabnya, yang artinya:


"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan" (QS At Taubah: 31)

Dengan memperdalam pemahaman terhadap ilmu tauhid, maka diharapkan

seorang muslim mempunyai landasan kuat dalam mengimplementasikan kewajiban-

kewajiban menyembah Allah. Dengan keyakinan yang kuat tentang keesaan Allah,

maka akan semakin ringan seorang muslim melaksanakan seluruh ibadah yang yang

diwajibkan kepada seorang muslim. Tidak ada lagi rasa malas, dan menganggap

bahwa semua kewajiban yang harus dijalaninya tersebut merupakan kebutuhan

untuk bertemu dengan penciptanya, Allah SWT.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang di maksud Tauhid Normatif?

ii
2. Macam macam aspek Tauhid Normative?
3. Apa yang di maksud Tauhid Asketis?
4. Apa yang di maksud Kesalehan Ritual Egoistik?
5. Contoh contoh perilaku Tauhid Asketis dan Kesalehan Ritual Egoistik?

1.3. TUJUAN MASALAH


Berdasarkan rumusan masalah yang penulis kemukakan diatas, adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah agar pembaca (mahasiswa) memahami dan menambah wawasan tentang
tauhid dan kesalehan ritual egoistik

]BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tauhid Normatif

iii
Tauhid secara bahasa artinya keesaan, mengesakan Tuhan.Menuurut istilah tauhid adalah
meyakinkan akan ke Esaan Allah SWT Mengesakan Tuhan berarti meyakini bahwa Tuhan itu
Maha esa. Tuhan Maha Esa itu ialah Allah SWT.dan tauhid apabila di mutlakkan,maka
maknanya adalahmemurnikan seluruh peribadahan hanya untuk Allah SWT.
Dalam Q.S AL:Baqarah:16

“dan Tuhan kamu adalah tuhan yang maha esa,tidak adatuhan selain dia,yang maha
pengasih,maha penyayang”

Dan ilmu tauhid itu ialah suatu ilmu yang mempelajari atau membahas tentang segala
sesuatu kepercayaan atau keimanan yang diambil dari dalil-dalil keyakinan dan hukum dalam
Islam termasuk hukum tentang mempercayakan bahwa Allah itu esa.

Tauhid normatif Secara sederhana dapat didefinisikan bahwa yang dimaksud dengan
tauhid normatif adalah kepercayaan seorang muslim akan keesaan Allah SWT baik eksistensi,
sifat-sifat, dan kekuasaannya serta hal-hal matafisis (gaib) yang dikabarkannya. Mengawali
semuanya, seorang yang akan masuk agama islam harus mengucapkan kalimat syahadat
( kalimat persaksian) yaitu: asyahadu alla illaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan
rasulullah (saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa muhammad
adalah utusan Allah). Kalimat pertama disebut dengan syahadat tauhid.
Dari segi bahasa, kata tauhid dalam bahasa arab, berasal dari kata wahhada, yuwahhidu,
tauhidan, yang berarti mengesakan dan menyatukan. Tauhid bisa dimaknai dengan keyakinan
dan kesaksian bahwa “tidak ada tuhan selain Allah”.
Mengesakan Allah adalah bagian palin fundamental dari ajaran agama islam dan
inti sejatinya merupakan pesan utama dari seluruh ajaran Allah SWT yang dibawa oleh para
utusannya sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW.
Inti dari konsep tauhid secara sederhana diformulasikan dalam kalimat “la ilaha illallah”
(tiada Tuhan selain Allah). Kalimat ini menggambarkan secara tepat dan mendalam tentang
keimanan umat islam. Kalimat tauhid mengantarkan umat islam pada dua kesadaran dan
keyakinan: pertama keyakinan untuk mengingkari tuhan –tuhan yang palsu, dan yang kedua
memusatkan kepercayaan hanya kepada Allah SWT.

Tauhid Normatif di kembangkan dalam 3 aspek ketauhidan, yaitu :

iv
A.Tauhid Uluhiyah

  Yaitu tauhid ibadah, karena ilah maknanya adalah ma'bud (yang disembah). Maka tidak
ada yang diseru dalam do'a kecuali Allah, tidak ada yang dimintai pertolongan kecuali Dia,
tidak ada yang boleh dijadikan tempat bergantung kecuali Dia, tidak boleh menyembelih
kurban atau bernadzar kecuali untukNya, dan tidak boleh mengarahkan seluruh ibadah
kecuali untukNya dan karenaNya semata.

B.Tauid Rububiyah

Yaitu mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam segala perbuatanNya, dengan


meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk.

C.Tauhid asma wa sifat


Merupakan bagian dari mentauhidkan Allah dalam akidah islam .atau mengesakan allah
dengan nama nama dan sifat sifatnya sebagaimana dalam Q.S Asy-syura:11 “tidak ada
sesuatu apapunyang serupa dengan dia,dia maha mendengar dan maha melihat”.

2.2Tauhid Asketis
Asketisme dalam bahasa yunani “askesis” yang berarti “olahraga atau
latihan:atauberpantang kenikmatan duniawi,yang sering kali dilakukan untuk mencapai
maksud maksud rohani Asketisme terjadi menjadi dua macam :

1. Asketisme natural (pertarakan yang wajar)


Adalah suatu gaya hidup yang membatasi aspek aspek kebendaan dalam hidup sehari hari
sampai ke taraf yang sangat bersahaja dan pada batas minimum tertentu tetapi tanpa
merusak tubuh.

2. Asketisme tidak natural (pertarakan yang tidak wajar)


Adalah suatu praktik yang melibatkan pula tindakan bermati raga (motifikasi badan)dan
meyakiti diri sendiri ,misalnya dengan tidur di atas paku.

Asketisme dalam bentuk praktikan islam adalah ajaran-ajaran yang menganjurkan


pada umatnya untuk menanamakann nilai-nilai agama dan kepercayaan kepada Tuhan,
dengan jalan melakukan latihan-latihan dan praktek-praktek rohaniah dengan cara

v
mengendalikan tubuh dan jiwa Pada tradisi Islam, bahasan asketik bersumber pada
konsep zuhud yang lahir dari tradisi tasawuf. Dalam perjalanan spiritual, zuhud
merupakan langkah awal bagi orang-orang yang berjuang untuk mendapatkan
kesempurnaan dan bermakrifat kepada Allah Swt Dalam persepktif historitas Islam,
praktek askestik dalam Islam pada hakekatnya sudah ada sejak Rasululah Saw melakukan
aktivitas bertahannust di gua Hira, ketika menerima wahyu pertama. Hal ini merupakan
suatu bukti bahwa praktek asketisme dalam Islam sebagai langkah awal lahirnya
kehidupan zuhud Sedangkan Zuhud itu berarti tidak merasa bangga atas kemewahan
dunia yang telah mereka miliki dan tidak merasa sedih karena kehilangan kemewahan
dari dirinya.
Sepanjang sejarah,asketisme telah di praktikkan dalam berbagai agama ,antara
lain agama hindu, dan agama yahudi.asketisme tidak di praktikkan dalam agama islam
mazhab utama,kecuali oleh sekte minoritas sufi dengan tradisi lamanya yang juga
meliputi pertarakan ketat.

2.3 Keshalehan Ritual Egoistik


Kesalehan ritual (kesalehan individual) merupakan jenis kesalehan yang
ukurannya ditentukan berdasarkan seberapa taat seseorang menjalankan shalat lima waktu,
seberapa panjang zikir-zikir sesudah sholat, dan seberapa sering sholat sunnah ia lakukan. Pada
prinsipnya kesalehan dalam jenis ini ditentukan berdasarkan ukuran serba legal formal
sebagaimana apa yang dituntun oleh ajaran agama. Dan biasanya, orang yang memiliki prilaku
ini akan merasa memiliki otoritas (kewenangan) untuk menilai kredibilitas moral orang lain, ia
menjadi semacam tim pemeriksa dan penilai keimanan orang lain.
Kesalehan ritual egoistic dan individualistic yaitu Orang lebih bersemangat
menjalankan sebagian ibadah-ibadah sunnah seperti zikir, shalat, puasa, dan lain-lain, daripada
ibadah-ibadah sosial seperti mengurus kepentingan umum, bershilaturrahmi, membantu kesulitan
tetangga dan menyelesaikan problem kemiskinan. Seseorang akan lebih merasa beragama
dibanding orang lain jika telah memperhatikan aspek-aspek simbul (syiar) keagamaan, kuantitas
dan masalah-masalah furu’ seperti memelihara jenggot dan atau membangun mesjid.

vi
Contoh Perilaku dari tauhid asketis dan kesalehan ritual egoistic :
1. Berwudhu secara berlebihan
2. Puasa ramadhan yang dilakukan lebih dari 30 hari
3. Melaksaan sholat wajib dengan rakaat yang berlebih
4. Menzakatkan semua harta yg di miliki kepada orang lain tanpa mementingkan kebutuhan
dan keperluan keluarganya
5. Melaksanakan ibadah haji setiap tahun namun shadaqohnyatidak seimbang dengan biaya
haji
6. Tidak mau melaksanakan salah satu sunnah rasul yaitu menikah

Dampak tauhid asketis dan kesalehan ritual egoistic :

1. Gangguan kesehatan
2. Mempersukit duru sendiri dan keluarga
3. Kurangnya interaksi dan komunikasi antar warga
4. Menimbulkan sifat egois dan sombong
5. Bukan pahala yang di dapat melainkan dosa
6. Menyimpang dari al qur’an dan hadits

vii
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Jadi dapat kita simpulkan bahwa tauhid merupakan inti pokok agama islam
sebagai pengakuan umat islam terhadap pencipta yang mutlak dan tidak ada yang
dituju selainya.Untuk itu dalam firman Allah dan sabda Nabi Muhammad SAW
dikatakan :
“orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman(syirik), mereka itulah oarng yang mendapat keamanan. Mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An-nam:82)
Rosullullah bersabda,
“Allah ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam, seandainya enkau datang kepada-Ku
dengan membawa dosa sepenuh jagad, lantas engkau menemuiku dalam keadaan
tidak menyekutukan-Ku dengan suatu apa pun, maka Aku akan memberimu ampunan
sepenuh jagad itu pula,” (HR.Tirmidzi 3540)

viii
Dan Kesalehan tidak hanya dilihat dari ketaatan dan kesungguhan seseorang
dalam menjalankan ibadah ritual, karena ini sifatnya hanya individual dan sebatas
hubungan dengan Allah (Hablum minallah) tetapi kesalehan juga dilihat dari dampak
kongkretnya dalam kehidupan bermasyarakat. Kesalehan sangat tergantung pada
tindakan nyata seseorang, dalam hubungannya dengan sesama manusia (Hablum
minan nas); juga sangat tergantung pada sikap serta prilakunya terhadap alam, baik
hewan, tumbuh-tumbuhan dsb (hablum minal alam).
B.Saran
Semoga setelah mempelajari dan memahami pembahasan ini kita dapat mengambil
hikmah betapa pentingnya ajaran tauhid ini bagi umat islam dan merupakan faktor
terpenting untuk mengembalikan kejayaan islam pada umat ini.. Untuk itu, kita
sebagai generasi penerus perjuangan Islam harus berusaha sekuat tenaga untuk
mengimplementasikan konsep tauhid dalam semua segi kehidupan kita. Pada akhirnya
kita berharap dan berdo'a kepada Allah SWT supaya mengembalikan kejayaan ummat
ini dengan konsep tauhid yang kita amalkan.

DAFTAR PUSTAKA
 Vincent L. Wimbush; Richard Valantasis (2002). Asceticism. Oxford University Press.
hlm. 9–10. ISBN 978-0-19-803451-3.
 Spencer C. Tucker (2010). The Encyclopedia of Middle East Wars. ABC-CLIO.
hlm. 1176. ISBN 978-1-85109-948-1.

ix
 Eric O. Hanson (2006). Religion and Politics in the International System Today. Cambridge
University Press. hlm. 102–103. ISBN 978-0-521-61781-9.
 William Cook (2008), Francis of Assisi: The Way of Poverty and Humility, Wipf and Stock
Publishers, (ISBN 978-1556357305), halaman 46-47
 Richard Finn (2009). Asceticism in the Graeco-Roman World. Cambridge University Press.
hlm. 94–97. ISBN 978-1-139-48066-6.
 http://luthfie2015.blogspot.com/2015/12/kesalehan-ritual-dan-kesalehan-sosial.html

Anda mungkin juga menyukai