Anda di halaman 1dari 3

Gerakan P ramuka memiliki tujuan mendidik kerakter

kaum muda Indonesia, memiliki jiwa bela negara dan membekali ketrampilan sebagai bekal hidup (life
skill) kelak dewasa nanti. Tujuan untuk karakter dan bela negara kaum muda dididik di gugusdepan,
sedangkan pendidikan ketrampilan dilakukan di Satuan Karya Pramuka (Saka). Eksistensi Saka Bakti
Husada atas kerjasama antara Kwarnas Gerakan Pramuka dan Kementerian Kesehatan yang lahir pada
tanggal 17 Juli 1985 dan diresmikan pada oleh Menteri Kesehatan RI pada peringatan Hari Kesehatan
Nasional di Magelang pada tanggal 12 November 1985, jadi telah berusia 33 tahun.
Gudep merupakan “sekolahan” kaum muda usia 7 – 25 tahun yang dibimbing oleh pembina pramuka
yang berkedudukan di sekolah/kampus atau berbasis di masyarakat seperti kantor kesehatan atau
dimanapun. Sedangkan Saka Bakti Husada sebagai “bengkel” tempat belajar ketrampilan bagi adik-adik
Pramuka Penegak (16-19 tahun) dan Pandega (20-25 tahun) biasanya memiliki “pangkalan” yang menjadi
sanggar atau tempat latihan ketrampilan bagi adik-adik.

Pangkalan Saka Bakti Husada merupakan sanggar latihan adik-adik Pramuka Penegak dan Pandega yang
meminati kesehatan yang berkedudukan di wilayah kwartir ranting atau minimal terdapat 1 (satu) di
wilayah kwartir cabang. Pangkalan Saka Bakti Husada dapat berlokasi di Puskesmas, atau UPT
Kesehatan seperti Rumah Sakit, Poltekkes, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP), Balai Laboratorium Kesehatan (Labkes), Balai
Kesehatan Olah Raga, dan dapat pula bertempat di kantor sekretariat organisasi profesi kesehatan. Inti
kegiatan Saka Bakti Husada adalah aktifnya adik-adik anggota berkegiatan di Pangkalan Saka Bakti
Husada. Pembentukan Pangkalan Saka Bakti Husada dapat diinisiasi oleh UPT Kesehatan, Dinas
Kesehatan atau Puskesmas atau pembina pramuka yang peduli Saka. Untuk pembetukan Pangkalan Saka
Bakti Husada yang dapat dilakukan dengan langkah-langkah di bawah ini.

Langkah satu, diawali dengan konsolidasi internal diantara staf Unit Pelaksana Teknis (UPT)


Kesehatan, Dinas Kesehatan, Puskesmas setempat yang membahas kesiapan jajaran kesehatan untuk
memberikan komitmen dan dukungan sumberdaya untuk dijadikan basecamp latihan Saka Bakti Husada.
Output langkah ini adalah komitmen dan dukungan pimpinan kesehatan (UPT Kesehatan, Dinkes, dan
atau Puskesmas) untuk membina adik-adik anggota Saka Bakti Husada dengan membentuk Pangkalan
Saka Bakti Husada.
Langkah kedua, melakukan pendekatan eksternal yaitu komunikasi baik secara formal maupun
informal dengan jajaran kesehatan lainnya, kwartir ranting/cabang gerakan pramuka setempat, pembina
gugus depan sekitarnya serta tokoh masyarakat lainnya yang intinya mohon kesediaan untuk mendukung
kegiatan Saka Bakti Husada. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai pendekatan untuk memperoleh
dukungan masyarakat setempat dan diharapkan dapat berupa moral, finansial, dan material seperti
kesepakatan dan persetujuan sekolah yang memiliki gugusdepan dan masyarakat (terutama orang tua
peserta didik), bantuan dana, tempat penyelenggaraan latihan ketrampilan sesuai krida-krida di Pangkalan
Saka Bakti Husada serta peralatan yang diperlukan. Ouput langkah ini kesepakatan dan dukungan
ekternal untuk pembentukan pangkalan Saka Bakti Husada.
Langkah ketiga, yaitu melakukan asesmen atau kajian yang bertujuan untuk mengumpulkan data
kondisi kesehatan secara umum, sekolah yang ada, potensi gugusdepan dengan peserta didiknya di sekitar
wilayah UPT Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas. Identifikasi masalah kesehatan serta potensi
masyarakat untuk solusi masalah kesehatan setempat, serta eksistensi pembina pramuka, tenaga kesehatan
yang bersedia menjadi instruktur serta pelatih yang berdomisili di wilayah tersebut. Pada kajian ini dapat
dilakukan angket untuk mengidentifikasi topik kesehatan yang diminati oleh kaum muda setempat
sebagai bahan untuk menjadi titik masuk (entry point) untuk memulai kegiatan latihan ketrampilan yang
berbasis dari syarat kecakapan khusus (SKK) setiap krida Saka Bakti Husada. Ouput langkah ini adalah
analisis masalah dan potensi untuk solusi masalah kesehatan setempat dengan melibat-aktifkan potensi
Saka Bakti Husada.
Langkah keempat, kegiatan sosialisasi tentang Saka Bakti Husada ke gugusdepan baik yang berbasis
sekolah/kampus maupun berbasis masyarakat di sekitar UPT Kesehatan, Dinas Kesehatan dan
Puskesmas. Inti sosialisasi adalah mempromosikan tentang Saka Bakti Husada dengan krida-kridanya
serta ajakan bagi peserta didik di gugusdepan untuk belajar lebih khusus dan mendalam tentang berbagai
kecakapan khusus bidang kesehatan yang terhimpun dalam krida-krida Saka Bakti Husada yaitu
pengendalian penyakit, lingkungan sehat, keluarga sehat, gizi dan obat serta perilaku hidp bersih dan
sehat (PHBS). Output langkah ini adanya kesepatakan dari para pembina dan mabigus untuk
mengirimkan peserta didiknya untuk mengikuti latihan/belajar tentang kesehatan di Pangkalan Saka Bakti
Husada.
Langkah kelima, persiapan pembentukan Pangkalan Saka Bakti Husada meliputi pemantapan
komitmen dan dukungan pimpinan kesehatan terhadap Saka Bakti Husada, orientasi kesehatan bagi
pembina gudep yang akan direkrut menjadi Pamong, orientasi kepramukaan bagi persiapan administrasi
seperti surat menyurat kepada Kwartir, persiapan peralatan dan sarana yang dibutuhkan, memilih calon
pengurus Pangkalan Saka Bakti Husada sesuai tugasnya (dibentuk organogramnya), rencana kegiatan
perdana dengan peserta didik, persiapan tempat yang akan dijadikan sanggar, penjadwalan latihan dengan
pembagian tugas antara pamong dan instruktur, penyiapan bahan dan materi SKK, briefing bagi staf UPT
Kesehatan, Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk dukungannya serta kesinambungan latihan/belajar bagi
peserta didik, dan sebagainya. Ouput langkah ini adalah kesiapan UPT Kesehatan, dinas kesehatan dan
Puskesmas untuk membentuk Pangkalan Saka Bakti Husada dengan kesinambungannya yang
memerlukan komitmen dan dukungan semua pihak.
Langkah keenam, pelaksanaan kegiatan yaitu kegiatan awal yang melibatkan peserta didik dengan
melibatkan pamong dan instruktur sebagai persiapan untuk peresmian Pangkalan Saka Bakti Husada oleh
kwartir ranting atau kwartir cabang. Kegiatan ini merupakan kegiatan uji coba beberapa kali atau soft
opening untuk memulai kegiatan sebelum diresmikan. Selanjutnya sesuai jadwal yang disepakati, maka
Pangkalan Saka Bakti Husada dapat diresmikan oleh Ketua Kwartir Ranting atau Ketua Kwartir Cabang
yang dihadiri oleh jajaran kesehatan, dan Mabigus sekitar serta orang tua peserta didik. Sesuai dengan
nama gugusdepan, sebaiknya pangkalan dapat diberikan nama pahlawan kesehatan, misal “Pangkalan
Saka Bakti Husada Adhyatma” BBTKLPP Jakarta.
Langkah ketujuh, mengembangkan peluang kerja (job creation) yang berbasis kecakapan khusus
sesuai dengan krida-kridanya seperti wirausaha kuliner yang berbasis Krida Gizi, wirausaha sanitasi yang
berbasis Krida Lingkungan Sehat, wirausaha jamu sehat yang berbasis Krida Obat, dan sebagainya.
Penciptaan peluang kerja ini dapat bekerjasama dengan sektor bisnis, pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) atau koperasi yang dapat memasarkan secara masif hasil ekonomi produktif yang
dimotori oleh Gerakan Pramuka khususnya Saka Bakti Husada.
Langkah ini hendaknya dapat dimulai pada area terbatas di BTKLPP, KKP, UPT Kesehatan lainnya yang
ada di ibukota provinsi, Dinas Kesehatan dan atau Puskesmas sehingga ke depan keberadaaan Saka Bakti
Husada dapat dirasakan oleh peserta didik yang anggotanya berasal dari gugusdepan sekitar dan orang tua
yang menitipkan pendidikan non formal pada Gerakan Pramuka. Langkah seribu atau berapapun akan
terwujud dengan langkah satu dan seterusnya. Selamat mencoba dan Salam Pramuka (Kodrat Pramudho).
( sumber : pramuka.or.id)
Bagikan ini:

Anda mungkin juga menyukai