Anda di halaman 1dari 12

SEMINAR PROPOSAL

PROGRAM STUDY KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON

Judul : Kajian Kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) Di Sektor Kehutanan


Dalam Pengelolaan Hutan Berbasis KPH
Nama : M Guntur Yudha Supandi
NIM : 2017-80-077
Pembimbing : 1. Prof.Dr.Ir. A. Kastanya, MS
2. Dr. B Latuamury, S.Hut, M.Sc

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan KPH menjadi bagian penting dalam perbaikan tata kelola kehutanan di
Indonesia. Pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan KPH menjadi salah satu
prioritas nasional yang untukmewujudkannya memerlukan komitmen parapihak. Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, para akademisi, aktivis gerakan
sosial/kemasyarakatan, serta mitra pembangunan kerjasama teknik, termasuk kerjasama
teknik luar negeri, perlu bersama berada dalam satu derap dan terkonsolidasi untuk
aktualisasi KPH.
KPH merupakan konsep perwilayahan pengelolaan hutan sesuai dengan fungsi
pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. KPH nantinya
diharapkan bisa berperan langsung sebagai unit penyelenggara pengelolaan hutan tingkat
tapak. Secara umum, sasaran yang ingin dicapai dengan kebijakan pembentukan KPH ini
adalah memberikan kepastian: 1) areal kerja pengelolaan hutan, 2) wilayah tanggung jawab
pengelolaan, dan 3) satuan perencanaan pembangunan dan pengelolaan hutan, yang
kesemuanya merupakan prasyarat kunci bagi pengelolaan hutan lestari. Lebih lanjut, untuk
membentuk sebuah KPH, akan diadopsi beberapa prinsip, antara lain: transparansi, pelibatan
para pihak, akuntabilitas, serta keutuhan ekosistem.
Tantangan pembangunan KPH masih cukup tinggi. Hal-hal yang menjadi penyebab
tantangan itu telah banyak dibahas di berbagai kesempatan, baik formal maupun informal.
Tantangan itu setidaknya mencakup dua faktor, yaitu faktor di dalam KPH dan faktor di luar
KPH. Faktor di dalam KPH seperti: jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia (SDM),
data dan informasi yang dimiliki KPH, infrastruktur atau alat-alat kerja, manajemen dan
kepemimpinan KPH. Adapun, faktor di luar KPH yang berpengaruh terhadap berfungsinya
KPH seperti: peraturan perundang-undangan, dukungan politik (political will), kegiatan dan
anggaran dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah, transformasi kelembagaan kehutanan
yang sudah ada baik di Pusat maupun Daerah, serta dukungan swasta, LSM, perguruan
tinggi dan masyarakat.
Hambatan pembangunan KPH tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh masalah-
masalah teknis, kesalahan pengertian mengenai peran dan fungsi KPH, dan perbedaan
kepentingan antar pihak. Namun juga disebabkan oleh lambatnya pembaruan cara berpikir
(mindset) dalam pengelolaan hutan yang berakar dari dasar-dasar pemahaman ilmu
kehutanan maupun dari berjalannya pengelolaan hutan selama 40 tahun terakhir dengan
skema perizinan sebagai intinya. Pada tingkat daerah, secara khusus terkait dengan Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH) telah dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor 61 Tahun 2010 tentang pedoman organisasi dan tata kerja kesatuan pengelolaan
hutan lindung (KPHL) dan kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) di daerah.
Ketentuan ini menjadi dasar pembentukan KPHL dan KPHP di daerah yang disesuaikan
dengan urusan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah sebagaimana tertera pada PP 38/2007
tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah propinsi dan
pemerintah kabupaten/kota (Lampiran butir AA Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang
Kehutanan). (Nugroho dkk, 2013)
Menurut Andayani dkk. (2015), dalam pembangunan KPH aspek kelestarian SDH
merupakan prinsip yang wajib dipatuhi oleh setiap pengelola, sehingga strategi pengelolaan
yang dipilih harus mampu menjaga keseimbangan peran sektor kehutanan sebagai
ekosistem, sosial, dan ekonomi secara simultan. Namun demikian pembangunan SDH oleh
institusi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai unit usaha yang dirancang sebagai unit
usaha mandiri dari aspek finansial-ekonomi, konsep pembangunan dan pengelolaannya
harus merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan (sustainable forest management),
yaitu menerapkan strategi pembangunan yang mampu untuk memenuhi kebutuhan saat ini,
tanpa harus mengorbankan generasi yang akan datang dalam rangka memenuhi
kebutuhannya dalam dimensi waktu tertentu. Untuk bisa menjadi unit usaha mandiri,
pembangunan KPH wajib merancang rencana bisnis kelola komoditi pada kawasan hutan
yang berfungsi sebagai produksi, dan sekaligus mampu merencanakan hal yang sama bagi
kawasan hutan yang secara aturan bukan berfungsi sebagai produksi, namun bisa
dimanfaatkan secara terbatas dengan tetap memperoleh nilai ekonomi dan SDH tetap
lestari/sustain. Sebagai unit usaha mandiri, KPH juga dapat menyusun rencana
bisnis/business plan melalui strategi expansion, dan diversification.
Rencana Pengelolaan Hutan KPH merupakan rencana kelola teknis kehutanan dan
bertujuan untuk menjamin kelestarian sumber daya hutan. Sedangkan Rencana Bisnis KPH
bertujuan untuk analisis pengembangan bisnis produk unggulan KPH atau
menumbuhkembangkan investasi di tingkat KPH. Penyusunan rencana kelola KPH
didahului dengan kegiatan inventarisasi SDH dan kondisi sosial ekonomi masyarakat desa
sekitar hutan, pembagian blok dan/atau petak, sampai dengan penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan baik jangka panjang (RPHJP) maupun jangka pendek (RPHJPd).
Kelembagaan dan organisasi KPH yang mantap, yang didukung oleh sumber daya
manusia kompeten dalam jumlah yang memadai, dan saranaprasarana penunjang
dalamjumlahyang mencukupi akan menjamin efektifitas operasionalisasi pengelolaan KPH.
Tersedianya sumber pendanaan yang cukup untuk mendukung operasionalisasi KPH, dan
tersedianya sistem pengelolaan dan pelaporan keuangan sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku merupakanprasyarat utama untuk mewujudkan tata kelola KPH yang
akuntabel.
Berdasarkan uraian singkat diatas, maka penelitian ini mengambil judul penelitian
sebagai berikut : “Kajian Kinerja Aparatur Sipil Di Sektor Kehutanan Dalam Pengelolaan
Hutan Berbasis KPH”.
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian dibatasi
pada :
1. Bagaimana kinerja ASN di sektor Kehutanan ?
2. Bagaimana upaya – upaya peningkatan kinerja ASN di sektor Kehutanan ?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis kinerja ASN di sektor kehutanan.


2. Merumuskan upaya – upaya peningkatan kinerja ASN di sektor Kehutanan..
1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi terkait dalam mengambil kebijakan–
kebijakan terkait penyediaan data dan informasi kehutanan.

2. Sumber informasi bagi peneliti lanjutan dalam melaksanakan studi – studi dimaksud..

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian Kinerja
Kinerja (job performance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika. Setiap pekerjaan yang efisien tentu juga efektif,
karena dilihat dari segi hasil, tujuan dan akibat yang dikehendaki dari perbuatan itu telah dicapai
secara maksimal. Pada umumnya kinerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang dalam
melaksanakan suatu pekerjaan yang diperoleh dari perbuatannya. Kinerja adalah acuan tingkat
keberhasilan dalam mencapai persyaratan– persyaratan pekerjaan..

2.2. Pengertian Aparatur Sipil Negara (ASN)


Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Pembahasan
tentang ASN merupakan bagian dari manajemen keegawaian Negara dibawah kewenangan
Presiden sebagai kepala pemerintahan (passal 4 ayat 1 UUD. RI 1945). ASN adalah
penyelenggara Negara yang terdapat dalam semua lini pemerintahan. Pelaksana
kegiatan administrasi dilaksanakan oleh ASN sebagai sumber daya manusia penggerak
birokrasi pemeintah. Menurut Paul Pigors, tujuan pengelolaan kepegawaian Negara adalah :
1). Agar penggunaan dan kinerjanya bisa efektif, tidak boros dan menghasilkan kerja
yang sesuai yang dibutuhkan; 2). Pengembangan karirnya dijamin secara jelas sesuai
dengan kompotensi diri dan kompotensi jabatan; 3). Kesejahteraan hidupnya dijamin.

2.3. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)


Konsep Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan satu di antara upaya mengatasi
permasalahan kehutanan Indonesia yang kondisinya makin memprihatinkan, yang ditandai dengan
meningkatnya laju degradasi hutan, kurang berkembangnya investasi dibidang kehutanan,
rendahnya kemajuan pembangunan hutan tanaman, kurang terkendalinya illegal logging dan illegal
trade, merosotnya perekonomian masyarakat di dalam dan sekitar hutan, serta meningkatnya luas
kawasan hutan yang tidak terkelola secara baik. Melalui KPH diharapkan dapat dilakukan
upayaupaya strategis dalam bentuk deregulasi dan debirokratisasi kehutanan dengan pendekatan
multi-pihak (Rizal et al., 2009).
2.4. Pengelolaan Hutan Berbasis KPH

Pembangunan KPH dipandang dari konsep kelembagaan dimaknai sebagai pengembangan


kelembagaan KPH dalam pengelolaan hutan. Untuk memahami konsep pengembangan
kelembagaan, ada tiga hal penting yang harus dipahami dengan benar, yaitu : a) Istilah organisasi b)
kelembagaan dan c) pelembagaan atau melembagakan (Uphoff, 1986). Kelembagaan KPHK belum
diatur secara khusus sebagaimana halnya KPHL dan KPHP. Sampai saat ini belum disusun peraturan
tentang pembentukan organisasi KPHK, secara khusus sebagaimana halnya KPHL dan KPHP.
Organisasi Balai Taman Nasional dapat dipandang sebagai organisasi KPHK. Sebagai salah satu
bentuk transformasi sebagai suatu KPH, di beberapa Taman Nasional saat ini mulai dikembangkan
‘Resort Based Management’ yaitu pengelolaan Taman Nasional berbasis resort. (Lestari et al., 2012)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini meliputi semua bidang dan seksi perencanaan pada Dinas Kehutanan
Provinsi Maluku dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
di Wilayah Provinsi Maluku, antara lain Balai Pemangkuan Kawasan Hutan (BPKH), Balai
Pengelolaan DAS-HL, Balai Pengelolaan Hutan Produksi (BPHP), Balai Konservasi Sumberdaya
Alam (BKSDA) dan Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL). Penelitian
direncanakan berlangsung dari Februari s.d April 2021.

Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah bahwa bidang dan seksi perencanaan
pada Dinas kehutanan dan UPT KLHK merupakan ujung tombak perencanaan program-program
sumberdaya manusia direncanakan dan dilaksanakan untuk mewujudkan pembangunan sumberdaya
hutan dan kehutanan secara lestari dan berkesinambungan..

3.2. Alat dan Bahan Penelitian


Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer dan
perangkat lunak yang mendukung proses pengolahan data penelitian, kuisioner dan daftar pertanyaan
wawancara, alat tulis menulis..

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.4 Metode Penelitian


Metode pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan data sekunder dan
wawancara dengan pengambil kebijakan di setiap bidang dan seksi pada Dinas Kehutanan dan
UPT KLHK Provinsi Maluku secara teliti untuk mengumpulkan data primer dan sekunder.
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yakni sampel diambil
dengan pertimbangan (maksud dan tujuan) tertentu. Responden yang dipilih mewakili para pihak
tertentu karena dianggap memiliki kecakapan dan informasi yang diperlukan dalam memenuhi
kebutuhan data penelitian. Dari masing bidang dan seksi perencanaan pada Dinas Kehutanan dan
UPT KLHK dipilih 5 responden yang paling berkompeten terkait dengan kebutuhan data
penelitian. Adapun jenis data dan sumber data disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jenis dan sumber data
No. Metode Pengumpulan Data Sumber Data Jenis Data
1 Pengumpulan data Dishut, dan semua UPT Peraturan perundangan NSPK
sekunder KLHK Pengelolaan KPH
2 Pengumpulan data Dishut, KLHK, Peraturan bersama tiga menteri
sekunder KemenPAN/RB, Kementerian mengenai Organisasi KPH
Dalam Negeri
3 Pengumpulan data Pemerintah Daerah Perda dan Peraturan Gubernur
sekunder tentang pembentukan UPTD
KPH
4 Wawancara pengumpulan UPT KLHK Bagan struktur & susunan
data sekunder Organisasi, visi & misi, rencana
dan program KPH
5 Wawancara pengumpulan Dinas Kehutanan Provinsi Tugas pokok & fungsi, persepsi
data sekunder tentang struktur & susunan
organisasi KPH dan perundangan
yang relevan
6 Wawancara pengumpulan BPHP, BPKH, BPDAS-HL, Tugas pokok dan fungsi
data sekunder dan Bappeda instantasi, persepsi tentang
struktur dan susunan organisasi
KPH serta perundangan yang
relevan
7 Wawancara mendalam Dinas Kehutanan, Bappeda Wawancara mendalam, fotocopy
Provinsi Maluku dokumen

3.4 Kerangka Analisis


Kinerja pengelolaan hutan berbasis KPH di provinsi Maluku masih belum terlihat secara
signifikan dikarenakan terdapat sejumlah permasalahan dalam pembentukkan KPH baik dari
aspek kelembagaan, struktur dan susunan organisasi yang belum optimal, dan diharapkan dapat
mengakomodir dan menjembatani pengelolaan dan pengurusan hutan dan kehutanan di pusat dan
daerah. Bentuk keputusan yang memadai dalam struktur organisasi meliputi pembagian kerja,
departemenatlisasi, rentang kendali dan wewenang untuk menganalisis struktur organisasi yang
terbentuk secara efektif dan efisien. Ciri organisasi yang baik adalah perilaku yang terarah pada
tujuan (goal directed behavior), artinya organisasi harus mampu mencapai tujuan dan sasaran
secara efisien dan efektif dimana perilaku, struktur dan proses yang terarah dan teratur dari suatu
organisasi terkait dengan visi dan misi dan starteginya (Noor, 2004).

3.5 Analisis Data

Norma, Standar, Prosedur dan Kinerja (NSPK) dianalisis dengan analisis retrospektif,
yaitu model analisis kebijakan yang kajiannya mengarah kepada akibat-akibat kebijakan setelah
suatu kebijakan diimplementasikan (Dunn, 1991). Analisis retrospektif salah satunya untuk
melihat bagaimana konsekuensinya terhadap para pihak yang memiliki keterkaitan setelah
sebuah kebijakan ditetapkan dan diberlakukan, dan adakah kebijakan-kebijakan baru yang
muncul dan implementatif di lapangan dan mengevaluasi hasil implementasi aturan-aturan yang
berlaku.
Untuk mengkaji norma, standar, prosedur dan kinerja SDM menggunakan analisis
deksriptif kualitatif, dengan menggunakan pendekatan kriteria-kriteria dalam asas organisasi
untuk mengalisis struktur organisasi dapat dilihat dari pembagian kerja, departemensasi
(sekelompok aktivitas sejenis berdasarkan pelaksanaannya, wewenang dan rentang kendali
(Gibson, 1997).

DAFTAR PUSTAKA
Alvian, L. dan E.Y. Suryandari. 2008. Kajian Konsep Kesatuan Hutan Model Way Terusan Register 47.
Skripsi. Bogor.
Amstrong, Mischael, 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Terjemahan Sofyan dan Haryanto. PT.
Elex Media Komputindo. Jakarta.
Brown, L., Lafond, A & Macintyre, K. (2001). Measuring Capacity Building. University of North
Carolina at Chapel Hill. Carolina Population Center.
Budiningsih K, Sulistya E, Sylviani, Elvida YS, Fenti S dan Gamin. Tipologi KPH. Laporan Penelitian.
Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan
FAO, 2000. Definition and Basic Principles of Sustainable Forest Management in Relation to Criteria and
Indicators.http://www. fao.org. Diakses tanggal 19 Februari 2014].
Fathoni, T. 2014. Pengembangan SDM Kehutanan sebagai Sistem Pendukung KPH. Makalah
disampaikan pada Pertemuan Nasional Akademisi – CSO dalam Mendukung Pembangunan dan
Operasionalisasi KPH. Rancamaya,- Bogor ,7 Oktober 2014
Forest Watch Indonesia, 2014. Potret Keadaan Hutan Indonesia, Bogor.
Hasan Shadily, Ensiklopedia Bahasa Indonesia.(IchtiarBaru-Van Hoevedan Elsevier Publishing projects.
1980) h. 183
Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) h. 327
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Aparatur_Sipil_Negara .diakses, Senin 21 Desember 2020 pukul. 14.38
Inu Kencana. Ilmu Administrasi Publik. (Jakarta: PT.Rineka Cipta. 2006) h. 32
Karsudi, Rinekso S dan Kartodihardjo, 2010. Model Pengembangan Kelembagaan Pembentukan Wilayah
Kesatuan Pengelolaan Hutan di Provinsi Papua. JMHT Vol. XVI, (2): 92-100, Agustus 2010.Bogor
Kemenhut, Dirjen Planologi, 2011. Pembangunan Kesatuan Pengelolaan (KPH): Konsep, Peraturan
Perundangan dan Implementasi.
Kurnia, D. (2017). Опыт аудита обеспечения качества и безопасности медицинской деятельности в
медицинской организации по разделу «Эпидемиологическая безопасностьNo Title. Вестник
Росздравнадзора, 4, 9–15.
Latuamury, B., Marasabessy, H., & Hadidjah, M. H. MENAKAR KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT
PEMUKIM DI SEMPADAN SUNGAI DAS WAE BATU MERAH KOTA AMBON DALAM
MENGHADAPI BANJIR.
Lestari S, S. Nugroho, D. Setiawan, M. Soraya, M. Rachman. 2012. Data dan Informasi Kesatuan
Pengelolaan Hutan Direktorat Wilayah Pengelolaan dan penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan
Hutan. Ditjen Planologi. Jakarat.
Maridi, Saputra, A., & Agustina, P. (2015). Kajian Potensi Vegetasi dalam Konservasi Air dan Tanah di
Daerah Aliran Sungai ( DAS ): Studi Kasus di 3 Sub DAS Bengawan Solo ( Keduang , Dengkeng ,
dan Samin ) Role of Vegetation for Water and Soil Conservation in Watershed : Case Study in 3
Sub-Watersh. Prosiding Seminar Nasional Konservasi Dan Pemafaatan Sumber Daya Alam, 65–68.
Martatiwi, H. W. (2017). Jurusan geografi fakultas ilmu sosial universitas negeri semarang 2017. 1–87.
Menteri Dalam Negeri. 2010. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61Tahun 2010 tentang
Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KesatuanPengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi diDaerah, tanggal 23 Desember 2010. Jakarta. 9 hal.
Mohammad As’ad, Psikologi Industry. Edisi Keempat, (Yogyakarta : Liberty, 1995) h.24
Pemerintah Republik Indonesia. 1999. UndangUndang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan. Lembaran Negara RI Tahun 1999 No. 167. Jakarta: Sekretariat Kabinet
Puspariani, J. 2008. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Skripsi. Model Kabupaten Musi
Banyuasin Provinsi Sumatra Selatan.
Soeprapto, R. (2006). Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah Menuju Good Governance.
Disampaikan dalam Workshop Reformasi Birokrasi pada tanggal 30 Juni 2006 di Kendari
Stephen P Robbins, Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia, (Jakarta : Prinhalindo, 1996) h. 122
Sudarma, I. M., & Widyantara, W. (2016). Persepsi Masyarakat Terhadap Ekosistem Daerah Aliran
Sungai Ayung Menuju Sumberdaya Air Berkelanjutan. Bumi Lestari Journal of Environment, 16(2),
78. https://doi.org/10.24843/blje.2016.v16.i02.p01
UNISDR Terminology. 2017. Terminology on Disaster Risk Reduction.
https://www.unisdr.org/we/inform/terminology.
LAMPIRAN

UNIVERSITAS PATTIMURA
Jl. Ir. M. Putuhena, Poka - Ambon, Maluku

KUESIONER

KAJIAN KINERJA APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) DI SEKTOR KEHUTANAN


DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS KPH

I. Identitas Responden
Nama Responden :
No Hp :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
II. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden
1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i sudah berkeluarga?
a. Belum
b. Sudah
2. Berapa Jumlah tanggungan kelurga (selain responden)?
a. < 3 orang
b. 3-5 orang
c. 5 orang
3. Berapa pendaoatan dari pekerjaan?
a. < 3.000.000 per bulan
b. 3.000 000,- s.d 5.000.000 per bulan
c. > 5.000.000,- per bulan
4. Bidang Pekerjaan Bapak/Ibu : ……………………………………………………………….
5. Mulai Bekerja di Bidang Kehutanan : ………….. Tahun
6.
Catatan: Responden adalah ASN pada Dinas kehutanan dan KPHL Kota Ambon Provinsi Maluku yang dapat
mewakili
DAFTAR PERTANYAAN

PETUNJUK:
Pilihlah jawaban yang paling sesuai degan kondisi yang sebenarnya, bukan yang seharusnya.
Ada 5 alternatif pilihan jawaban yaitu:
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
(STS) (TS) (KS) (S) (SS)

1 2 3 4 5

A. Kepastian wilayah kelola KPH

Pilihan jawaban
No Penyataan
STS TS KS S SS
Diakuinya wilayah kelola KPH oleh para pihak,
baik oleh masyarakat, instansi terkait, dan
1. 1 2 3 4 5
pengguna lahan merupakan jaminan kelestarian kelola
jangka panjang..
Keberadaan pal-pal batas luar areal kelola KPH sebagai
2. salah satu bukti adanya kepastian 1 2 3 4 5
kawasan..
Ketersediaan dokumen legal (BA Tata Batas)
sesuai dengan realisasi pelaksanaan tata batas
Tidak dijumpai/semakin menurunnya intensitas konflik
3. tata batas dari waktu ke waktu menunjukkan adanya 1 2 3 4 5
pengakuan para pihak.
Pengakuan para pihak atas eksistensi keberadaan KPH
1 2 3 4 5
dan wilayah kelola KPH

Kelembagaan dan organisasi KPH yang mantap, yang


4. 1 2 3 4 5
didukung oleh sumber daya manusia kompeten.

Ketersediaan SDM yang handal pada posisi organisasi


5. 1 2 3 4 5
KPH yang tepat dan optimal.
Ketersediaan sarana dan prasarana dalam jumlah yang
6. memadai menjamin efektifitas operasionalisasi 1 2 3 4 5
pengelolaan KPH.
Tersedianya sumber pendanaan yang cukup
7. 1 2 3 4 5
untuk mendukung operasionalisasi KPH.
Tersedianya sistem pengelolaan dan pelaporan
8. keuangan sesuai ketentuan perundang-undangan 1 2 3 4 5
yang berlaku.
Sistem pengelolaan dan pelaporan keuangan merupakan
9. prasyarat utama mewujudkan tata kelolaKPH yang 1 2 3 4 5
akuntable.
Pilihan jawaban
No Penyataan
STS TS KS S SS

Perlunya dukungan kompetensi Sumber daya manusia


10. 1 2 3 4 5
dalam bidang keuangan yang kompertibel.
Rencana Pengelolaan Hutan KPH merupakan rencana
11. kelola teknis kehutanan dan bertujuan untuk menjamin 1 2 3 4 5
kelestarian sumber daya hutan.
Rencana Bisnis KPH bertujuan untuk analisis
12. pengembangan bisnis produk unggulan KPH atau 1 2 3 4 5
menumbuhkembangkan investasi di tingkat KPH.
Penyusunan rencana kelola KPH didahului dengan
kegiatan inventarisasi SDH dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat desa sekitar hutan, pembagian blok
13. 1 2 3 4 5
dan/atau petak, sampai dengan penyusunan RPHJP
maupun jangka pendek
(RPHJPd).

B. Kelestarian Ekologi, Ekonomi, dan Sosial Budaya

Pilihan jawaban
No Penyataan
STS TS KS S SS

Kelestarian Ekologi

Terselenggaranya kegiatan Rehabilitasi dan reklamasi hutan


pada lokasi-lokasi yang perlu dilakukan kegiatan
1. 1 2 3 4 5
tersebut dan berhasil sesuai dengan ketentuaperundang-
undangan
Adanya pemanfaatan dan/atau penggunaan kawasan hutan
2. 1 2 3 4 5
sesuai dengan fungsi hutan, dan potensi SDH
Terjaganya wilayah kelola KPH baik yang sudah dibebani
izin maupun wilayah tertentu dari gangguan
3. 1 2 3 4 5
penyebab kerusakan hutan seperti karhutla, perambahan liar,
illegal logging, penggembalaan, hama penyakit dll
Terjaganya kondisi tanah dan air di wilayah kelola KPH baik
4. 1 2 3 4 5
yang sudah dibebani izin maupun wilayah tertentu.
Terjaganya keanekaragaman hayati di wilayah KPH untuk
5 perlindungan ecosystem termasuk habitat dan areal HCV, 1 2 3 4 5
perlindungan keanekaragaman species dan genetik

Kelestarian Ekonomi

Kejelasan pengakuan hak-hak komunitas masyarakat ukum


6. 1 2 3 4 5
adat atau masyarakat setempat dalam kelola SDH.
Pilihan jawaban
No Penyataan
STS TS KS S SS
Tercapainya kemandirian masyarakat dan terlibat nya
7. masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan hutan dan 1 2 3 4 5
kelola SDH
Kawasan areal pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat
7. 1 2 3 4 5
hukum adat dan/atau masyarakat setempat
Diakuinya wilayah kelola KPH oleh para pihak, baik oleh
8. masyarakat, instansi terkait, dan pengguna lahan 1 2 3 4 5
merupakan jaminan kelestarian kelola jangka panjang.
Keberadaan pal-pal batas luar areal kelola KPH sebagai salah
9. 1 2 3 4 5
satu bukti adanya kepastian kawasan.

Adanya pemanfaatan dan/atau penggunaan kawasan hutan


10. 1 2 3 4 5
sesuai dengan fungsi hutan, dan potensi SDH
Tertibnya pendokumentasian pada setiap simpul pemanfaatan
hasil hutankayu dan hasil hutan bukan kayu, sejak dari
11. 1 2 3 4 5
perencanaan, pelaksanaan termasuk
pemenuhan kewajiban pada negara.
12. Tumbuh berkembangnya investasi di wilayah kelola KPH
baik di areal yang sudah dibebani izin maupun di wilayah
1 2 3 4 5
tertentu dengan memprioritaskan dan/atau mengikutsertakan
keterlibatan dan peran aktif masyarakat di sekitar hutan.
Tidak dijumpai/semakin menurunnya intensitas konflik tata
13 batas dari waktu ke waktu menunjukkan adanya pengakuan 1 2 3 4 5
para pihak.
Kelembagaan dan organisasi KPH yang mantap, yang
didukung oleh sumber daya manusia kompeten dalam jumlah
14 yang memadai, dan sarana prasarana penunjang dalam 1 2 3 4 5
jumlah yang mencukupi akan menjamin efektifitas
operasionalisasi pengelolaan KPH.
15 kejelasan pengakuan hak-hak komunitas masyarakat hukum
adat atau masyarakat setempat dalam kelola 1 2 3 4 5
SDH .
16 Tercapainya kemandirian masyarakat dan terlibat nya
masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan hutan dan 1 2 3 4 5
kelola SDH

C. Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi

Rencana Pengelolaan Hutan KPH merupakan rencana kelola


1. teknis kehutanan dan bertujuan untuk menjamin kelestarian 1 2 3 4 5
sumber daya hutan.
Rencana Bisnis KPH bertujuan untuk analisis pengembangan
2. bisnis produk unggulan KPH atau menumbuhkembangkan
investasi di tingkat KPH.
Terlaksananya kegiatan kelola produksi, ekologi, dan sosial
3. di areal yang dibebani izin sesuai dengan ketentuan yang 1 2 3 4 5
berlaku
4. Tertibnya pendokumentasian pada setiap simpul pemanfaatan 1 2 3 4 5
Pilihan jawaban
No Penyataan
STS TS KS S SS
hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu, sejak dari
perencanaan, pelaksanaan termasuk
pemenuhan kewajiban pada negara.
== TERIMA KASIH ==

Anda mungkin juga menyukai