Anda di halaman 1dari 13

Definisi

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis, suatu basil tahan asam, yang biasanya menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya.
Definisi TB pada Anak
 Terduga TB anak : anak yang mempunyai keluhan atau gejala klinis yang mendukung TB
 Pasien TB anak: 
 Pasien TB anak terkonfirmasi bakteriologis 
 Anak yang terdiagnosis dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif 
 Pasien TB anak terdiagnosis secara klinis 
 Anak yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai
pasien TB oleh dokter dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB.
 
Epidemiologi
 TB merupakan kasus yang paling sering menyebabkan morbiditas dan mortalitas
pada anak, terutama pada Negara endemik
 Setidaknya terdapat 550.000 anak yang terkena TB tiap tahun
 Terdapat lebih dari 80.000 anak-anak yang terkena TB tanpa HIV meninggal tiap
tahun.
 Proporsi kasus tuberculosis anak di antara semua kasus tuberculosis di Indonesia
pada tahun 2015 adalah 9%.
 70-80% anak-anak dengan infeksi TB di paru-paru (pulmonary TB). Selain itu di
tempat lain (extrapulmonary TB).
 
RF

 
 
Klasifikasi

 
 

 
 
DIAGNOSIS

Didasarkan pada 4 hal, yaitu:


Konfirmasi bakteriologis TB
Gejala klinis yang khas TB
Adanya bukti infeksi TB (hasil uji tuberkulin positif atau kontak erat dengan pasien TB)
Gambaran foto toraks sugestif TB.

Pendekatan Diagnosis TB Anak


 Anamnesis yang teliti
a. gejala TB
b. riwayat kontak dg pasien TB paru dewasa
atau TB paru BTA positif
 Pemeriksaan fisik
- status gizi
- tanda TB ekstra paru
1. Uji tuberkulin
2. Foto Rontgen dada
3. Konfirmasi bakteriologi jika memungkinkan
4. Pemeriksaan penunjang terkait TB ekstra paru
5. Tes HIV
Anamnesis
1.Gejala
 Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya atau terjadi gagal
tumbuh (failure to thrive) meskipun telah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik dalam
waktu 1-2 bulan.
 Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam
tifoid, ISK, malaria, dll). Demam tidak tinggi. Jika ditemukan keringat malam saja 🡪 bukan
gejala spesifik TB jika tidak disertai dengan gejala-gejala sistemik/umum lain.
 Batuk lama  ≥2 minggu 🡪 batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau
intensitas semakin lama semakin parah). Batuk tidak membaik setelah diberikan antibiotik. 
 Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain. 
 Gagal Tumbuh
 Anak tampak kurang aktif
 
2. Riwayat Kontak
 Seberapa erat kontaknya dengan sumber penularan
 BTA sumber penularan: positif/negatif ?
 Kapan kontak terjadi ?
à sakit TB biasanya berkembang dlm 2 th setelah
kontak
Jika sumber penularan tidak dapat diidentifikasi, selalu tanyakan apakah ada yang batuk lama.
Jika ya, anjurkan orang tersebut untuk pelacakan TB
Pemfis
TB Paru
 Tidak ada temuan khusus yang mengkonfirmasi TBC paru.
 Setiap anak yang dicurigai TBC 🡪 harus selalu dilakukan pemeriksaan status nutrisi
TB Ekstra Paru
 TBC mata: mata merah, secret mukopurulen, edema palpebral, nodul kecil berwarna
merah jambu pada limbus
 TBC kelenjar: limfadenopati servikal, unilateral tidak ada nyeri, diameter > 2 cm dan
sering membentuk formasi fistula 
 TBC kulit: skrofuloderma, ditandai adanya ulkus disertai jembatan kulit antar tepi
ulkus (skin bridge) 
 TBC pleura: penurunan suara pernafasan, dullness, crackles
 TBC pericarditis: nyeri dada dan bunyi jantung redup
 TB abdomen: perut membesar dan asites
 TBC sendi: pembengkakan sendi yang tidak nyeri = Artritis TBC; gibbus (ada
penonjolan tulang belakang) pada spinal yang tidak nyeri= TBC spondylitis
 TBC meningitis: penurunan kesadaran, kaku kuduk, paresis saraf kranialis,
peningkatan tonus otot, hemiplegia atau paraplegia, dan peningkatan refleks fisiologis.
 
Penunjang
 Pemeriksaan bakteriologis
o Pemeriksaan mikroskopis BTA sputum atau spesimen lain: min. 2
(sewaktu & pagi)
o Tes cepat molekuler TB
o Pemeriksaan biakan
dari spesimen sputum, bilasan lambung atau induksi sputum
Indikasi : > 5 tahun, kerusakan paru luas, HIV positif

 Uji Tuberkulin (Mantoux test) / PPD (Purified Protein Derivative)


o Menggunakan larutan PPD RT23 2 TU / PPD 5 TU. Disuntikkan intrakutan
dengan syringe 1 cc dan needle no.26. Dilakukan pembacaan 48-72 jam
kemudian. Diukur diameter transversal.
o Hasil positif jika diameter indurasi : ≥ 10 mm pada anak gizi baik atau > 5
mm pada anak gizi buruk.
 Foto rontgen thorax : pada anak tidak khas, gambaran yang mendukung: infiltrat
dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal, konsolidasi , kavitas, efusi
pleura, kalsifikasi, atelektasis, milier, tuberkuloma
 Pemeriksaan PA: granuloma dengan nekrosis perkejuan, gambaran sel datia
langhans, kuman TB
 
Interpretasi
 Pemeriksaan darah : Hb, Hct, RBC, leukosit, trombosit, LED, SGOT, SGPT, albumin,
protein total
 Pemeriksaan BTA dan kultur (+) dari spesimen sputum, bilasan lambung atau
biopsi.
 Foto rontgen thorax : infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar
paratrakeal, konsolidasi , kavitas, efusi pleura, atelektasis, bronkiektasis,.
 Uji Tuberkulin (Mantoux test)
o Hasil positif jika diameter indurasi : ≥ 10 mm pada anak gizi baik atau > 5
mm pada anak gizi buruk.
 Sistem skoring TB. Diagnosis TB jika skor ≥ 6.
 Pemeriksaan Patologi Anatomi : Granuloma (agregat sel epiteloid yang dikelilingi
limfosit) dengan karakteristik nekrosis kaseosa dan multinucleated giant cell
 
Alur Diagnosis TB pada anak
Skoring
 
Jika skor total >= 6 : diagnosis TB dan diobati dengan OAT
Jika skor total < 6, dengan uji tuberkulin positif atau ada kontak erat : diagnosis TB dan obati dengan
OAT
Jika skor total < 6, dan uji tuberkulin negatif atau tidak ada kontak erat : maka lakukan observasi
gejala selama 2-4 minggu, bila gejala menetap maka evaluasi ulang kemungkinan diagnosis TB atau
rujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih tinggi.
 

TATALAKSANA
 Tata laksana medikamentosa TB terdiri atas:
- Terapi (pengobatan)
- Profilaksis (pengobatan pencegahan)
Pengobatan TB – Anak yang sakit TB
Profilaksis primer – Anak sehat yang berkontak dengan pasien TB
Profilaksis sekunder – Anak yang terinfeksi TB tanpa sakit TB
Panduan Obat
Kombinasi
Bayi <5 kg pemberian OAT secara terpisah (bukan KDT)
Dosis obat menyesuaikan kenaikan BB
Untuk anak obesitas, dosis KDT menggunakan Berat Badan ideal (sesuai umur).
OAT KDT diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah atau digerus)
Obat dapat ditelan utuh, dikunyah/dikulum (chewable), atau dimasukkan air dalam sendok
(dispersable).
Obat ditelan saat perut kosong, atau paling cepat 1 jam setelah makan
Bila INH dikombinasi dengan Rifampisin, dosis INH tidak boleh melebihi 10 mg/kgBB/hari
Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka semua obat tidak boleh digerus bersama dan
dicampur dalam satu puyer

Pemberian Kortikosteroid
Pada kondisi :
 TB meningitis,
 sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar (endobronkhial TB)
 perikarditis TB.
 TB milier dengan gangguan napas yang berat,
 efusi pleura
 TB abdomen dengan ascites

Sering digunakan:
 Prednison dosis 2 mg/kg/ hari, hingga 4 mg/kg/hari. Pada kasus sakit berat, dosis maksimal 60
mg/hari selama 4 minggu.
 Tappering off setelah 2 minggu pemberian, kecuali pada TB meningitis: tappering off setelah 4
minggu.

Pemantauan Pengobatan TB Anak


• Pasien TB anak sebaiknya dipantau setiap 2 minggu selama fase intensif, dan sekali sebulan pada
fase lanjutan
• Pada setiap kunjungan dievaluasi respon pengobatan, kepatuhan, toleransi dan kemungkinan
adanya efek samping obat.
• Pada pasien TB anak BTA positif: pemantauan sputum harus dilakukan pada akhir bulan ke2, ke5
dan ke6.
• Foto toraks ulang tidak rutin dilakukan
Tatalaksana Pengobatan Pasien yang Tidak Teratur
Ketidakpatuhan minum OAT pada pasien TB merupakan penyebab kegagalan terapi.
Jika:
– anak tidak minum obat >2 minggu di fase intensif atau > 2 bulan di fase lanjutan
DAN menunjukkan gejala TB  beri pengobatan kembali mulai dari awal.
– anak tidak minum obat <2 minggu di fase intensif atau <2 bulan di fase lanjutan
DAN menunjukkan gejala TB  lanjutkan sisa pengobatan sampai selesai.
Pada pasien dengan pengobatan yang tidak teratur, risiko terjadinya TB resistan obat akan
meningkat.

Pengobatan Ulang
• Anak yang pernah mendapat pengobatan TB, apabila datang kembali dengan gejala TB, perlu
dievaluasi apakah anak tersebut menderita TB.
• Evaluasi dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan dahak atau sistem skoring. Evaluasi dengan
sistem skoring harus lebih cermat dan dilakukan di fasilitas rujukan.
• Apabila hasil pemeriksaan dahak menunjukkan hasil positif, maka anak diklasifikasikan sebagai
kasus Kambuh.
• Pada pasien TB anak yang pernah mendapat pengobatan TB, tidak dianjurkan untuk dilakukan
uji tuberkulin ulang. 

PENCEGAHAN
PP INH
 Dosis PP INHH 10 mg/kg BB (maks 300 mg/hari).
 Obat dikonsumsi satu kali sehari, sebaiknya pada waktu yang sama dan saat perut kosong.
 Lama pemberian 6 bulan (1 bulan = 28 hari pengobatan), dengan catatan bila keadaan klinis
anak baik. Bila dalam follow up timbul gejala TB, lakukan pemeriksaan untuk penegakan
diagnosis TB. Jika anak terbukti sakit TB, PP INH dihentikan dan berikan OAT.
 Dosis obat disesuaikan dengan kenaikan BB setiap bulan
 Pada pasien dengan gizi buruk dan infeksi HIV, diberikan Vitamin B6 10 mg untuk dosis INH ≤200
mg/hari
PROGNOSIS
Umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali jika:
• Kepatuhan minum obatnya buruk
• Resisten obat
• Mengalami gangguan sistem imun
• Adanya komplikasi

Anda mungkin juga menyukai