Anda di halaman 1dari 7

PERTEMUAN 15

AUDIT EFEKTIVITAS SDM, AUDIT KONDISI LINGKUNGAN KERJA DAN


AUDIT EFEKTIVITAS
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini diharapkan akan dijelaskan mengenai Audit Efektivitas SDM,
Audit Kondisi Lingkuangan Kerja, dan Audit Efektivitas, mahasiswa diharapkan mampu:
1.1 Menjelaskan cara menilai efektivitas
1.2 Menjelaskan indikator yang mengukur program kesehatan, keselamatan dan
keamanan kerja yang diterapkan perusahaan
1.3 Memberikan contoh program K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
AUDIT EFEKTIVITAS SDM, AUDIT KONDISI LINGKUNGAN KERJA DAN
AUDIT EFEKTIVITAS

PENGANTAR
Pengertian Audit SDM
Audit SDM merupakan penilaian dan analisis yang komprehensif terhadap program-program
SDM. Walaupun secara khusus audit ini dilakukan pada departemen SDM, tetapi tidak
terbatas hanya pada aktivitas yang terjadi pada departemen ini. Audit termasuk studi terhadap
fungsi manajemen SDM pada organisasi secara keseluruhan termasuk yang dilaksanakan oleh
manajer dan para supervisor. Audit SDM menekankan penilaian (evaluasi) terhadap berbagai
aktivitas SDM yang terjadi pada perusahaan dalam rangka memastikan apakah aktivitas
tersebut telah berjalan secara ekonomis, efisien dan efektif dalam mencapai tujuannya dan
memberikan rekomendasi perbaikan atas berbagai kekurangan yang masih terjadi pada
aktivitas SDM yang diaudit untuk meningkatkan kinerja dari program/aktivitas tersebut.
Audit bisa dilakukan terhadap satu divisi atau departemen, atau mungkin juga dilakukan
terhadap keseluruhan organisasi. Dari hasil audit akan diketahui apakah kebutuhan potensial
SDM perusahaan telah terpenuhi atau tidak dan berbagai hal aktivitas SDM yang masih bisa
ditingkatkan kinerjanya.
Audit SDM membantu perusahaan meningkatkan kinerja atas pengelolaan SDM dengan cara:
1. Menyediakan umpan balik nilai kontribusi fungsi SDM terhadap strategi bisnis dan
tujuan perusahaan.
2. Menilai kualitas praktik, kebijakan dan pengelolaan SDM.
3. Melaporkan keberadaan SDM saat ini dan langkah-langkah perbaikan yang
dibutuhkan.
4. Menilai biaya dan manfaat praktik-praktik SDM.
5. Menilai hubungan SDM dengan menajemen lini dan cara-cara meningkatkannya.
6. Merancang panduan untuk menentukan standar kinerja SDM.
7. Mengidentifikasi area yang perlu diubah dan ditingkatkan dengan rekomendasi
khusus.

Tujuan Audit SDM


Ada beberapa hal yang ingin dicapai melalui audit SDM yang merupakan tujuan dari
dilakukannya audit tersebut, antara lain:
1. Menilai efektivitas dari fungsi SDM.
2. Menilai apakah program/aktivitas SDM telah berjalan secara ekonomis, efektif, dan
efisien.
3. Memastikan ketaatan berbagai program/aktivitas SDM terhadap ketentuan hukum,
peraturan dan kebijakan yang berlaku di perusahaan.
4. Mengidentifikasi berbagai hal yang masih dapat ditingkatkan terhadap aktivitas SDM
dalam menunjang kontribusinya terhadap perusahaan.
5. Merumuskan beberapa langkah perbaikan yang tepat untuk meningkatkan
ekonomisasi, efisien dan efektivitas berbagai program/aktivitas SDM.

Manfaat Audit SDM


Wiliam B Wertther, Jr. dan Keith Davis menyebutkan beberapa manfaat dari audit SDM
antara lain:
1. Mengidentifikasi kontribusi dari Departemen SDM terhadap organisasi.
2. Meningkatkan citra profesional Departemen SDM.
3. Mendorong tanggung jawab dan profesionalisme yang lebih tinggi karyawan
Departemen SDM.
4. Memperjelas tugas-tugas dan tanggung jawab Departemen SDM.
5. Mendorong terjadinya keragaman kebijakan dan praktik-praktik SDM.
6. Menemukan masalah-masalah kritis dalam bidang SDM.
7. Memastikan ketaatan terhadap hukum dan peraturan, dalam praktik SDM.
8. Menurunkan biaya SDM melalui prosedur SDM yang lebih efektif.
9. Meningkatkan keinginan untuk berubah dalam Departemen SDM.
10. Memberikan evaluasi yang cermat terhadap sistem informasi SDM.

Pendekatan Audit SDM


Ada tiga pendekatan utama dalam audit SDM, yang umum digunakan, yaitu:
1. Menentukan ketaatan pada hukum dan berbagai peraturan yang berlaku.
2. Mengukur kesesuaian program dengan tujuan organisasi.
3. Menilai kinerja program.

A. AUDIT EFEKTIVITAS SDM


Isu efektivitas SDM jarang dilakukan akan tetapi sebenarnya merupakan komponen
penting untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Pada era sekarang penyempurnaan dan
perkembangan teknologi terus berkelanjutan, sehingga perusahaan mau tidak mau harus
memikirkan cara-cara yang inovatif untuk mampu bersaing dan mengungguli pesaing agar
bisa menjadi perusahaan terdepan di lingkungan industri bisnis terkait.
Untuk itu, kunci utama adalah perusahaan mempekerjakan yang efektif, yang memiliki
motivasi dan komitmen kerja yang tinggi serta kompetensi yang mampu meningkatkan
kinerja diri dan secara langsung meningkatkan kinerja unit kerja.
Dalam hal ini efektivitas SDM dinilai dari aspek:
1. Motivasi
2. Pengembangan diri
3. Terwujudnya keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi

B. AUDIT KONDISI LINGKUNGAN KERJA


Meningkatnya perhatian pada SDM, menyebabkan perhatian terhadap faktor keamanan,
kesehatan dan keselamatan kerja juga meningkat, tercermin dari perubahan pandangan
perusahaan yang dapat Anda lihat pada tabel berikut.
Paradigma lama Paradigma baru
Strategi mengacu pada upaya pemenuhan Strategi: mengaitkan keberhasilan program
peraturan, menyalahkan korban. K3 dengan persaingan mengacu pada
prinsip penyempurnaan berkelanjutan
terbuka atas pengembangan program fokus
pada kualitas sistem k3.
Sistem manajemen: fokus pada hasil dan Sistem manajemen: bagian dari rencana
sistem k3 bersifat paralel. manajemen operasi yang bersifat
komprehensif fokus pada proses adanya
dukungan teknologi.
Gaya manajemen: perintah dan kontrol, Gaya manajemen: partisipatif dan
program k3 merupakan prioritas paling konsultatif, bertanggung jawab atas kinerja
rendah. k3, peran buruh dan serikat kerja mendapat
arti.
SDM: ukuran kerja dipandang dari aspek SDM: bangga atas keberhasilan k3,
biaya. program k3 merupakan bagian dari
penilaian kinerja, manusia dihargai dan
dipercaya, fokus pada pengembangan
SDM.

Terkait dengan paradigma tersebut, maka perusahaan perlu melakukan audit terhadap
penerapan program K3 sebagai cermin kepedulian perusahaan terhadap produktivitas dan
kualita kehidupan kerja SDM nya. Dan bahwa hasil audit yang menunjukkan praktek K3
yang buruk sama artinya dengan kurangnya kepedulian perusahaan terhadap tanggung
jawab etika, hukum dan untuk memelihara keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
bagi pegawainya.
Dengan demikian perusahaan perlu menekankan pentingnya melakukan audit dan
mengevaluasi penerapan K3. Dimana temuan audit K3 memungkinkan manajer SDM
mendapat umpan balik mengenai efisiensi dan aktivitas pengelolaan K3 serta melakukan
koreksi. Audit terhadap program K3 dapat dilakukan dengan cara mengkaji indikator
yang menunjukkan kesenjangan antara lain:
1) Trailing indicators, suatu metrics tradisional yang mengukur upaya K3 yang
telah dilakukan dan upaya menilai ada/ tidaknya suatu “loss”. Indikator ini
dapat dilihat dari statistik kecelakaan dan penyakit, biaya pengganti pegawai
yang cacat dalam melaksanakan tugasnya, kendaraan yang mengalami
kecelakaan. Keseluruhan data tersebut memberi gambaran sejauh mana
perusahaan menerpakan K3 dengan efektif.
2) Current indicators, suatu metrics yang mengukur seberapa jauh program K3 di
lembagakan di lingkungan perusahaan. Indikator ini dapat dilihat dari analisa
dan laporan penyelidikan penyebab kecelakaan, penemuan audit K3 dan
statistik kunjungan pegawai yang berobat.
3) Leading indicators, suatu metrics nya meramalkan efektivitas program K3
dengan menekankan pada pelibatan pegawai. Indikator ini membantu
perusahaan menemukan kendala program K3 dan mengatasi permasalahan K3
dari kualitas program audit k3, kajian dan analisa terhadap sikap dan persepsi
pegawai, kuantitas dan kualitas saran/masukan yang diajukan pegawai,
keterlibatan manajer senior dan pekerja dalam proses dan sistem K3, tindak
lanjut hasil kajian program K3.

Dapat disimpulkan sebagai umpan balik performance metrics memberi peluang pada
perusahaan untuk menyempurnakan program K3 secara berkelanjutan yang akhirnya tampak
pada motivasi keterlibatan dan keputusan kerja pegawai. Dengan demikian memberikan
kontribusi bagi peningkatan program K3 maupun profuktivitas dan perhitungan perusahaan.
Penerapan program K3 di negara industri pengekspor mengacu pada sertifikasi ISO,
serius di negar Korea mengacu pada KOHSA. Di Indonesia penerapannya mengacu pada
Peraturan Menteri Tenaga Kerja pada tahun 1996 dan Pedoman Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sebagaimana tertuang dalam
Lampiran 1 yang mencakup:
a. Komitmen dan Kebijakan
b. Perencanaan
c. Penerapan
d. Pengukuran dan Evaluasi
e. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen
Pada dasarnya isi peraturan SMK3 ini tidak terlepas dari filosofi yang mendasari yaitu
pentingnya komitmen manajemen untuk terciptanya suatu sistem keselamatan dan kesehatan
kerja serta tempat kerja yang aman efisien dan produktif.

C. AUDIT EFEKTIVITAS ORGANISASI DEPARTEMEN / UNIT KERJA


Latar Belakang
Mengukur efektivitas organisasi, dalam hal ini evaluasi terhadap pencapaian sasaran
organisasi bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan.
Menurut Daft (2007) pendekatan Contigency dapat digunakan untuk mengukur
efektivitas organisasi dalam hal ini departemen / unit kerja SDM. Pendekatan ini
beranggapan organisasi sebagai perwujudan proses transformasi dari inputmenjadi output
serta mencakup tiga pendekatan:
1. Goal Approach. Pendekatan sasaran yang menekankan pada output yaitu
2. Resouce Approach
3. Internal Proses Approach
Ketiga pendekatan ini berlandaskan aspek hubungan antar manusia, budaya perusahaan dan
organisasional excellence. Penelitian menunjukkan efektivitas organisasi tidak terlepas dari
aspek SDM serta proses yang berorientasi pada SDM
Selaras dengan bahasan di atas yang mencakup aspek individu, kelompok dan
organisasi departemen / unit kerja SDM dapat dinilai dari perspektif.

1. Pimpinan dan staf SDM dalam arti mereka memiliki kompetensi sesuai tuntutan tugas
saat ini maupun yang akan datang sehingga mampu menampilkan kinerja yang optimal.
Dalam hal ini Ulrich (2005) tuntutan kompetensi manajer Depatremen / unit kerja SDM
agar efektif dan memberikan nilai tambah mencakup 5 hal:
a) Kemampuan memberi kontribusi strategik
b) Pengetahuan dan wawasan bisnis industri
c) Kredibilitas pribadi
d) Kemampuan memahami proses bisnis fungsi-fungsi MSDM dan membuat inovasi
dalam penerapannya
e) Kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dalam administrasi SDM

2. Kelompok dalam arti tim SDM memiliki semangat dan loyalitas yang tinggi, mampu
bekerjasama secara sinergi. Di samping kepemimpinan yang diterapkan di Departemen /
unit kerja SDM harus mampu membangun tim efektif.

3. Budaya Departemen / unit kerja SDM yang kuat yang selaras dengan budaya perusahaan
dan menjadi acuan bagi pimpinan maupun pegawai dalam berperilaku. Termasuk iklim
kerja dan sistem rewards, yang mendukung terwujudnya nilai-nilai budaya yang
diinginkan.

C. SOAL LATIHAN
1. Bagaimana cara menilai efektivitas organisasi atau lembaga?
2. Jelaskan indikator yang mengukur program kesehatan, keselamatan dan keamanan
kerja yang diterapkan perusahaan!
3. Berikan contoh program K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)!

D. DAFTAR PUSTAKA
1. Miranda Q, Mone Stepanus A, (2014). Audit SDM, Edisi 1, Jakarta: Universitas
Terbuka
2. Susilo, Willy. (2002). Audit SDM. Cetakan Pertama. PT. Vorqistatama Binamega

Anda mungkin juga menyukai