Laporan Tutorial 4a MG 2 KLP 5
Laporan Tutorial 4a MG 2 KLP 5
BLOK 4 A
SKENARIO 2 : KAKAK DAN ADIK
Kelompok :5
Ihksanisa (1810333004)
PRODI S1 KEBIDANAN
2020
MODUL 2
SKENARIO 2: KAKAK DAN ADIK
Ny. Siti datang ke PMB Andini bersama suaminya dan anak pertamanya
yang berusia 4 tahun. Ny. Siti menjelaskan kepada Bidan bahwa bayinya kurang
menyusui sejak 2 hari ini dan tidur saja. Ny. SIti sangat takut jika anaknya
mengalami penyakit karena ibunya yang memiliki riwayat merokok dan
menggunakan narkoba sebelum kehamilan serta bayi lahir dengan berat badan
lahir rendah yaitu 2400 gram.
Bidan Andini melakukan anamnesis lebih lanjut terkait bayi dan reaksi
kakaknya terhadap adiknya yang baru lahir. Setelah anamnesis, dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik, didapatkan hasil suhu 390C, pernafasan 50x/i,
seborrhoea, hemangioma pada paha kiri ikterik derajat 2. Ny. Siti menyampaikan
bahwa selama perawatan di rumah, selalu melakukan metode kanguru kepada
bayinya agar bayi tersebut selalu hangat, namun entah kenapa 2 hari ini bayinya
kurang menyusui. Bidan Andini pun menjelaskan bahwa jika bayi kurang
mendapatkan nutrisi akan mengalami hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Bidan menjelaskan kepada keluarga bahwa kondisi bayi memerlukan
rujukan namun bayi harus tetap mendapatkan ASI selama diperjalanan menuju
tempat rujukan. Ny. Siti dan suami bersedia untuk dilakukan rujukan terhadap
bayi dan menyatakan harapan agar bayinya kembali sehat.
Ikterus
Bayi baru Bayi beresiko
Fisiologis BBLR
lahir tinggi
Seborrhea
Nutrisi bayi
Kehangatan
Patologis dengan kebutuhan
Ensefalopasi tubuh bayi
khusus
Gambar.1. Skema
LANGKAH 5
MENETAPKAN TUJUAN PEMBELAJARAN
4. Hal-hal yang harus memperhatikan dalam asuhan pada bayi baru lahir
menurut APN (2008):
a. Persiapan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan rencana
untuk meminta bantuan, khususnya kapan ibu tersebut memiliki
riwayat eklamsia, perdarahan, persalinan lama atau macet, persalinan
dini atau infeksi.
b. Jangan mengoleskan salep apapun atau zat berbaring ke tali pusat.
Hindari pembungkusan tali pusat. tali pusat yang tidak tertutup akan
mengering dan puput lebih cepat dengan rumit yang lebih sedikit.
c. Bila memungkinkan jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan
bayi bersama membiarkan pagar sedikit 1 selai setelah persalinan
d. Jangan sisa ibu dan bayi seorang diri dan kapan pun.
2. Gumoh
Keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa
saat setelah minum susu botol atau menyusui dan dalam jumlah hanya
sedikit. Penyebabnya karena bayi sudah kenyang, bayi terlalu aktif, klep
penutup lambung belum berfungsi sempurna, posisi anak/bayi saat
menyusui yang tidak benar dan fungsi peristaltik yang belum sempurna.
Penatalaksanaannya dengan cara memperbaiki teknik
menyusui/memberikan susu, sendawakan bayi, dan jangan langsung
mengangkat bayi saat gumoh.
3. Diare
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 3x atau lebih
perhari, disertai perubahannya menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya tampak sehat.
Penyebabnya karena bayi terkontaminasi feses ibu yang mengandung
kuman patogen saat dilahirkan, infeki silang dari petugas kesehatan yang
mengalami diare dan hygiene yang buruk, dot yang tidak disterilkan
sebelum digunakan, dan lain-lain. Penatalaksanaannya dengan cara:
untuk pertolongan pertama dirumah, berikan oaralit karena merupakan
pertolongan pertama sebelum di bawa ke RS/Puskesmas.
Penatalaksanaannya di RS: Memberikan cairan dan mengatur
keseimbangan elektrolit, terapi rehidrasi, kolaborasi untuk terapi
pemberian antibiotik sesuai dengan kuman penyebabnya, mencuci tangan
sebelum dan sessudah kontak dengan bayi untuk mencegah penularan,
dan tidak dianjurkan untuk memberikan anti dieare dan obatobatan
pengental feses.
4. Seborrhea
Seborrhea adalah radang berupa sisik yang berlemak pada daerah
yang memiliki banyak kelenjar sebasea, biasanya di daerah kepala.
Etiologi ;
a) Diduga akibat disfungsi kelenjar sebasea
b) Pengaruh hormon sisa kehamilan ibunya
c) Produksi sebum oleh kelenjar keringat yang berlebihan
d) Kambuh jika makan makanan berlemak berkalori tinggi, minuman
beralkohol dan gangguan emosi
Penatalaksanannya:
a) Oleskan atau basahi kerak dengan baby oil atau vaselin selama 24
jam, sesudah itu urut pelan-pelan kulit kepala yang berkerak itu
dengan handuk lembut hingga kerak mengelupas.
b) Mengeluarkan kerak yang tersangkut dirambut dengan hati-hati
(dicukur untuk memudahkan perawatan).
c) Dapat juga digunakan sikat rambut yang lembut , sisir yang halus atau
kapas untuk menghindari iritasi pada kulit kepala bayi
d) Menjaga keberihan bayi dengan memandikan dan mencuci rambutnya
dengan shampo khusus untuk bayi
e) Pada keadaan tertentu dapat diberikan kortikosteroid , antifungsi dan
antibiotika tropical
f) Hindari menggaruk kepala bayi.
5. Bisulan
Suatu perdangan pada kulit ynag biasanya mengenai folikel rambut
dan disebabkan oleh kuman staphylococcus berupa sekumpulan nanah
yang telah terakumulasi didalam rongga jaringan setelah terinfeksi
sesuatu.
Etiologi:
a) Faktor kebersihan
b) Daerah tropis
c) Menurunnya daya tahan tubuh
Penatalaksanaan:
Orang tua harus memperhatikan kebersihan anaknya. Baik kebersihan
badan maupun kebersihan lingkungan bermainnya.
6. Miliriasis
Kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan disertai dengan
gelembung disertai gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat
berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat. Penyebabnya
ialah karena udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang,
pakaian yang terlalu ketat dan aktivitas yang berlebihan.
Penatlaksaanannya:
a) Perawatan kulit yang benar
b) Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil
atau bedak kocok setelah mandi
c) Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang
terbentuk memperparah sumbatan kelenjar
d) Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan
antibiotic
e) Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih,
sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk)
7. Bercak mongol
Bercak bewarna biru yang biasanya terlihat di bagian sakral,
walaupun kadang terlihat di bag tubuh yg lain.
Etiologi:
Bercak mongol adalah bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak
mongol ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung melanin
pada dermis yang terhambat selama proses migrasi dari krista neuralis ke
epidermis. Lebih dari 80% bayi yang berkulit hitam. Orang Timur dan
India Timur memiliki lesi ini, sementara kejadian pada bayi yang kulit
putih kurang dari 10%
Penatalaksanaan:
Bercak mongol ini mulai pudar pada usia dua tahun pertama dan
menghilang antara usia 7-13 tahun. Kadang-kadang juga menghilang
setelah dewasa. Sebagian kecil, sekitar 5% anak yang lahir dengan
bercak mongol masih memiliki bercak mongol hingga mereka dewasa.
Bercak mongol ini biasanya tidak berbahaya dan tidak memerlukan
perawatan ataupun pencegahan khusus.
8. Hemangioma
Suatu tumor jaringan lunak akibat proliferasi dari pembuluh darah
yg tidak normal dan dpt terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah.
Etiologi: Hemangioma terjadi karena adanya proliferasi (pertumbuhan
yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal, dan bisa terjadi
disetiap jaringan pembuluh darah. Hemangioma termasuk tumor jinak
yang banyak terdapat pada bayi dan anak. Hingga saat ini apa yang
menjadi penyebabnya masih belum jelas, namun diperkirakan
berhubungan dengan mekanisme dari control pertumbuhan pembuluh
darah.
Penatalaksanaan:
a) Cara konservatif
Hemangioma akan mengalami pembesaran pada bulan-bulan pertama
kemudian mencapai pembesaran maksimum, setelah itu mengalami
regresi spontan sekitar umur 1 tahun dan berlangsung terus sampai
umur 5 tahun. Untuk hemangioma Kapiler (Strawberry
Hemangioma), sering tidak diterapi karena hemangioma jenis ini bila
dibiarkan akan hilang dengan sendirinya dan kulit terlihat normal.
b) Cara aktif
Dilakukan pada hemangioma yang tumbuh pada organ vital seperti
pada; mata,telinga, tenggorokan, hemangioma yang mengalami
perdarahan, hemangioma yang mengalami infeksi, hemangioma yang
mengalami pertumbuhan yang cepat dan menimbulkan deformitas
(kelainan) jaringan.
c) Pembedahan
Dilakukan pada hemangioma dengan pertumbuhan yang terlalu cepat,
hemangioma yang tidak mengecil setelah 6-7 tahun, atau
hemangioma yang terletak pada wajah, leher, tangan yang tumbuh
dengan cepat sehingga perlu eksisi local untuk mengendalikannya.
d) Radiasi
Pengobatan ini sudah tidak dilakukan lagi karena penyinaran
berakibat kurang baik untuk anak-anak yang pertumbuhan tulangnya
masih sangat aktif, serta komplikasi yang ditimbulkan bila radiasi
dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
C. Masalah-Masalah pada Bayi
Pada buku Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah (Marmi,
Kukuh, 2012), masalah-masalah pada bayi adalah :
1. Bayi resah dan kolik
Banyak bayi yang masih kecil sesekali merasa gelisah dan
menangis karena merasa tidak nyaman ,namun bukan karena lapar. Ini
seringkali disebut kolik, dan umum terjadi di sore dan malam hari. Bayi
biasanya tak lagi mengalaminya setelah menginjak usia sekitar lima bulan.
3. Muntah
Bila bayi muntah, sejumlah besar susu akan terdorong keluar. Ini
dapat diakibatkan oleh pemberian makanan yang berlebihan, atau infeksi.
Jika bayi muntah-muntah,ibu harus meminta saran dari profesional
kesehatan Anda.
4. Diare
Diare umum terjadi pada bayi, khususnya bayi yang mengalami
rasa sakit saat tumbuh gigi.
6. Konstipasi/Sembelit
Konstipasi adalah kesulitan, keterlambatan, atau rasa sakit saat
buang air besar (BAB).Sepanjang tiga hingga empat bulan pertama, bayi
seharusnya sering BAB, dengan kotoran berwarna kuning terang dan
lembek, setidak-tidaknya dua sampai tiga kali sehari. Mulai tiga hingga
empat bulan, BAB akan makin jarang dan kadang bayi tidak BAB hingga
beberapa hari.
7. Pertumbuhan Terhambat
Bayi yang diberi ASI dan yang diberi susu formula memiliki pola
pertumbuhan yang agak berbeda sepanjang tahun pertama hidup mereka.
Bayi yang diberi ASI tumbuh lebih cepat di tiga hingga empat bulan
pertama, kemudian lebih lambat sejak bulan kelima jika dibandingkan
dengan bayi yang diberi susu formula.
Bayi tidak boleh ditimbang lebih sering dari dua minggu sekali,
karena interval yang lebih singkat tidak selalu dapat menunjukkan
peningkatan atau penurunan berat badan yang akurat. Tanda-tanda
pertumbuhan terhambat antara lain:
a. Peningkatan berat badan yang buruk atau tak menentu, atau tidak
ada peningkatan
b. Bayi Anda lesu atau menangis lemah
c. Kekencangan otot yang buruk dan kulit bergelambir
d. Air seni kental, beberapa kali sehari
e. Jarang buang air besar
f. Kurang dari delapan kali minum ASI singkat setiap hari
8. Ruam Popok
Ruam popok merupakan infeksi kulit yang umum dialami oleh
bayi. Ruam ini terjadi karena kulit yang lembab bergesekan dengan popok
atau diapers. Padahal, popok adalah benda yang selalu digunakan bayi.
Jika si buah hati mengalaminya, segera oleskan krim khusus ruam
popok dan mengganti popok yang basah tersebut untuk mengurangi
gangguan ini. Namun jika sudah parah, maka sebaiknya bawalah si buah
hati ke ahli dermatologi untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
9. Kulit Kering
Kebanyakan bayi yang baru lahir akan mengalami kulit kering dan
mengelupas selama beberapa hari. Proses ini adalah normal namun jika
terus berlanjut segera datangi dokter untuk mendapatkan penanganan yang
tepat.
b. Miliarisis
Miliarisis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat,
keringat buntet. Adalah penyakit kulit akibat adanya sumbatan saluran
kelenjer keringat, sehingga keringat tidak bisa dikeluarkan dan masuk ke
sekitar saluran dibawah sumbatan, biasanya timbul di wajah, leher dan
dada bagian atas.
Penyebab Miliarisis :
Udara panas dan lembab, pakaian yang tidak menyerap keringat,
terpajan bahan kimia tertentu dan penyakit kulit yang menyebabkan
penyumbatan pori kelenjer keringat. Penyumbatan ini dapat disebabkan
oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edama akibat keringat yang
tidak dapat keluar dan diabsorbsi oleh stratum korneum. Bayi kurang akyif
dapat terkena miliariasis.
Tanda-tanda miliarisis :
1) Papula yang keras berwarna putih mengkilat seperti mutiara.
2) Vasikel kecil superfisialisis yang berkelompok berdiameter 1-3 mm
3) Keringat yang berlebihan.
Penatalaksanaan Miliariasis :
1) Tempatkan bayi di tempat yang dingin agar pengeluaran keringat
berhenti.
2) Gunakan pakaian tipis dan mudah menyerap keringat keringat dan
lembut.
3) Beri obat antikolinergik yang membuat produksi keringat berkurang.
4) Beri bedak kocok bersifat mendinginginkan dan desinfetanserta anti
gatal ( misal lotion, kummerfeldi).
c. Bisulan / Furunkel
Bisul sebenarnya hanyalah sebuah istilah. Secara medis disebut
furunkel yaitu suatu peredangan pada kulit yang biasanya mengenai folikel
rambut dan disebabkan oleh kuman stophylococus aureus. Dari jenis
jenisnya, secara medis bisul disebabkan sebagai berikut :
1) Folikulitis
Folikulitis adalah peredangan yang hanya terjadi pada umbi akar
rambut saja. Berdasarkan letak munculnya, bisul jenis ini dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu superficial atau hanya di permukaan saja
dan yang letaknya lebih dalam lagi disebuat profunda.
2) Furunkel
Furunkel adalah peredangan pada umbi akar/ folikel rambut dan
sekitarnya, Biasanya jumlahnya hanya satu.
3) Furunkel losis
Disebut forunkel losis apabila jumlah forunkelnya lebih dari satu.
4) Karbunkel
Bila saat yang bersamaan adanya beberapa atau sekelompok
furunkel, secara medis di istilakan sebagai karbunkel.
5) Abses multiple kelenjar keringat
Bisul ini biasanya berupa benjolan yang tidak bermata, jumlanya
banyak, bergerombol di beberapa tempat, seperti di dada sabagainya.
Bisul jenis ini paling banyak menyerang anak anak.
6) Hidra adinitis
Ada juga bisul yang mengenaikelenjer apokrim, yaitu bila bisul itu
muncul di ketiak atau daerah genital. Secara medis bisul ini idiistilakan
sebai hidra adinitis.
7) Skrofulo derma
Bentuknya meman seperti bisul, tapi sebenarnya benjolan pada
getah bening karena penyakit TBC.
Bisul bisul jenis furunkel dan karbunkel yang meman mudah pecah
biasanya akan pecah sendiri akibat gesekan dengan benda lain. Pemberian
Krim antibiotik atau bila perlu tambahan antibiotik oral, tergantu kondisi
bisulnya. Antibiotik itu bertujuan untuk mengendalikan dan mematikan
bakteri sehingga bisulmya akan kempes dan kering. Dokterpun akan
memberikan kompres yang berfungsi untuk mendinginkan, meredakan,
dan mengurangi kuman di daerah sekitar bisul.
d. Oral Trush
Oral trush (moniliasis) disebut juga candidiasis adalah penyakit
rongga mulut yang ditandai lesi lesi yang bervariasi seperti: lunak,
bergumpal merupakan bongkahan putih, difus, seperti beludru yang dapat
dihapus atau diangkat dan meninggalkan permukaan merah, kasae, dan
berdarah, dapat berupa bercak putih dangan putih merah terutama pada
bagian dalam pipi, pallatum lunak, lidah, dan gusi. Penderita penyakit ini
biasanya mempunyai keluhan terasa terbakar atau kadang kadang sakit
didaerah yang terkena.
Penyebab penyakit ini adalah jamur candida albicans. Candidasis ini
dapat menjadi pertama dari adanya penyakit diabetes mellitus, anemia,
kekurangan gizi. Dahulu sering terdapat pada anak anak premature atau
anak kecil. Faktor faktor yang merupakan prediposisis infeksi adalah
pemakaian antibiotik, steriot jangka panjang, diabetes, obat obatan
imonosupresisf, leukimia, dan gangguan saluran gastrointestinal yang
meningkatkan terjadinya malabsorpsi dan malnutrisi. Cardidasis vagina
sering ditemukan semasa kehamilan dan bayi yang baru lahir juga dapat
terinfeksi dari vagina ibu. Cardidasis juga merupakan tanda umum dari
infeksi HIV.
Tanda-tanda oral trush
Moniliasis ini sering ditemukan pada bayi dan anak. Kelompok ini
merupakan stomatis akut yang ditandai dengan bercak bercak putih
kekuningan yang menimbulkan pada dasar selaput lendir yang merah. Bila
bercak ini dihapus dasarnya mudah berdarah. Pada stadium pemulaan
tampak selaput lendir berwarna merah dengan gambaran gramula yang
kasar. Pada hari selanjutnya nampak bercak putih sebesar jarum pentul,
dan dalan 2-3 hari akan bergabung nebjadi bercak besar seperti membran.
Bagian yang paling sering terkena adalah mukosa bukalis, bagian dorsal,
dan leteral lidah, dan gusi. Rasa nyeri terutama bila tersentuh makanan.
Pada bayi sering disangka sebagai sisa susu yang tidak tertelan.
Penatalaksanaan oral trush
Pada moniliasis, perawatan pertama tama yang harus dilakukan
adalah memberikan obat antibiotik dan kortikosteroid yang telah
digunakan dan perlu diperikasa secara teliti adanya diabetes mellitus.
Pemberian aplikasi nystatin atau mikostatin dan ampoterisin B adalah obat
obatan yang dapat mematikan jamur Candida albicans.
e. Diaper Rush
Diaper rush atau ruam popok sebenarnya hanyalah istilah dari
peredangan kuliat yang terjadi pada area popok , hampir disebagian bayi
sperkirakan pernah mengalami masalah tersebut. Ruam popok umumnya
dialami oleh bayi berusia 4 hingga 15 bulan.
Penyebabnya bisa karena kebersihan tidak terjaga, sering buang air, bayi
sedang mengkomsumsi antibiotik atau bayi sedang menyusui yang
mendapatkan antibiotik dari air susu ibunya, ruam popok dapat terpicu
akibat beberapa sebab yaitu:
1) Ruam yang memang disebabkan penggunaan popok, termasuk iritasi
kulit, biang keringat dan infeksi jamur candida albicans yang berasal
dari kotoran.
2) Ruam yang terjadi di area popok dan di tempat lain, tetapi di perparah
penggunaan popok . Minsalnya radang kulit akibat alergi ( dermatitis
atopi), dermatisseboroik, psoriasis.
3) Ruam popok yang terjadi di area popok tetapi tidak terkait
penggunaannya popok, tetapi akibat infeksi akibat bakteri, kelainan
daya tahan tubuh, kekurangan zat seng, sipilis, skabies hingga HIV.
B) Etiologi
Robekan umbilikus normal, biasanya terjadi karena :
a. Partus precipitates. Pada partus presipitatus selain perdarahan
dari umbilikus mungkin ditemukan gejala perdarahan intrakranial
akibat tidak tertangkapnya bayi saat melahirkan dan kemudian
jatuh ke lantai
b. Adanya trauma atau lilitan tali pusat atau pendeknya tali pusat
pada partus normal
c. Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan
yang berlebihan pada saat persalinan
d. Kelalaian penolong persalinan yang dapat menyebabkan
tersayatnya dinding umbilikus atau placenta sewaktu sectio
cesarea
C) Penatalaksanaan
Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat
yang terjadi :
1. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan
infeksi pada tali pusat
2. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga
pasien untuk dilakukan rujukan.
3. Jaga agar tali pusat tetap kering setiap saat.
4. Kenakan popok di bawah tali pusat
5. Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup pakaian bayi sesering
mungkin.
6. Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali Anda
mengganti popok. Gunakan kaApas atau cotton bud dan cairan
alkohol 70% yang dapat dibeli di apotek.
7. Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya
pangkal tali pusat dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan
menyakiti bayi Anda. Alkohol yang digunakan tidak menyengat.
Bayi akan menangis karena alkohol terasa dingin. Membersihkan
tali pusat dengan alkohol dapat membantu mencegah terjadinya
infeksi. Hal ini juga akan mempercepat pengeringan dan
pelepasan tali pusat.
8. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi pendarahan lagi. Tali
pusat akan terlepas, dimana seharusnya tali pusat aka terlepas
dalam waktu 1-2 minggu. Tapi, yang perlu diingat adalah jangan
menarik tali pusat, walaupun sudah terlepas setengah bagian.
9. Hindari penggunaan bedak atau losion di sekitar atau pada tali
pusat.
10. Segera hubungi dokter jika :
a. Tali pusat belum terlepas dalam waktu 3 minggu
b. Klem pada pangkal tali pusat terlepas.
c. Timbul garis merah pada kulit di sekitar tali pusat.
d. Bayi menderita demam.
e. Adanya pembengkakan atau kemerah-merahan di sekitar tali
pusat.
f. Timbul bau yang tidak enak di sekitar tali pusat.
g. Timbulnya bintil-bintil atau kulit melepuh di sekitar tali pusat.
h. Terjadi pendarahan yang berlebihan pada tali pusat.
Pendarahan melebihi ukuran luasan uang logam.
i. Pendarahan pada tali pusat tidak berhenti walaupun sudah di
tekanan
2. Asfiksia Neonatorum
A) Definisi
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter
Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013).
Menurut AAP asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
kurangnya O2 pada udara respirasi, yang ditandai dengan :
a. Asidosis (pH <7,0) pada darah arteri umbilikalis
b. Nilai APGAR setelah menit ke-5 tetep 0-3
c. Menifestasi neurologis (kejang, hipotoni, koma atau hipoksik
iskemia ensefalopati)
d. Gangguan multiorgan system
Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir
dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia
merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi
bayi baru lahir (BBL) terhadap kehidupan uteri
B) Patofisiologi
Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical dapat
terjadi pada saat antepartum, intrapartum, dan pascapartum saat tali
pusat dipotong. Hal ini diikuti oleh serangkaian kejadian yang dapat
diperkirakan ketika asfiksia bertambah berat
a. Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan
untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat
kepala dijalan lahir atau bila paru tidak mengembang karena suatu
hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti nafas komplit
yang disebut apneaprimer
b. Setelah waktu singkat-lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi
klinis karena dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai –usaha
bernafas otomatis dimulai. Hal ini hanya akan membantu dalam
waktu singkat, kemudian jika paru tidak mengembang, secara
bertahap terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi pernafasan.
Selanjutnya bayi akan memasuki periode apneaterminal. Kecuali
jika dilakukan resusitasi yang tepat, pemulihan dari keadaan
terminal ini tidak akan terjadi.
c. Frekuensi jantung menurun selama apneaprimer dan akhirnya
turun di bawah 100 kali/menit. Frekuensi jantung mungkin sedikit
meningkat saat bayi bernafas terengah-engah tetapi bersama
dengan menurun dan hentinya nafas terengah-engah bayi,
frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam-basa semakin
memburuk, metabolismeselular gagal, jantungpun berhenti.
Keadaan ini akan terjadi dalam waktu cukup lama.d.Selama
apneaprimer, tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan
ketokolamin dan zat kimia stress lainnya. Walupun demikian,
tekanan darah yang terkait erat dengan frekuensi jantung,
mengalami penurunan tajam selama apneaterminal.e.Terjadi
penurunan pH yang hamper linier sejak awitan asfiksia.
Apneaprimer dan apneaterminal mungkin tidak selalu dapat
dibedakan. Pada umumnya bradikardi berat dan kondisi syok
memburuk apnea terminal.
C) Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) antara
lain:
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta
previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi
berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah
42 minggu kehamilan)
c. Faktor bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia
bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
D) Penatalaksanaan
1) Bersihkan jalan nafas dengan penghisap lendir dan kasa steril
2) Potong tali pusta dengan teknik aseptik dan antiseptik
3) Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk atau kain bersih dan
hangat
4) Nilai status pernafasan. Lakukan hal-hal berikut bila ditemukan
tanda-tanda asfiksia :
a. Segera baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan
penolong berdiri disisi kepala bayi lalu bersihkan dari sisa air
ketuban
b. Miringkan kepala bayi
c. Bersihkan mulut dengan kasa yang dibalut pada jari telunjuk
d. Isap cairan dari mulut dan hidung
5) Lanjutkan menilai status pernafasan
Apabila masih ada tanda asfiksia maka caranya dengan menggosok
punggung bayi (berikan rangsangan taktil) apabila belum berubah
berikan bantuan pernafasan.
3. Hipotermi
A) Definisi
Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal
(<36ºC) pada pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi
baru lahir normal adalah 36,5ºC-37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi
merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya
perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan
fungsi jantung paru dan kematian (Depkes, RI, 2007).
B) Penyebab
Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), mekanisme kehilangan
panas pada bayi baru lahir dapat melalui 4 cara, yaitu:
a. Radiasi yaitu dari bayi ke lingkungan dingin terdekat.
b. Konduksi yaitu langsung dari bayi ke sesuatu yang kontak dengan
bayi.
c. Konveksi yaitu kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar.
d. Evaporasi yaitu penguapan air dari kulit bayi.
C) Penanganan
a. Bayi stres dingin: cari penyebabnya apakah popok yang basah,
suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah, tubuh bayi basah,
setelah mandi yang tidak segera dikeringkan atau ada hal lain.
b. Bila diketahui hal-hal ini maka segera atasi penyebabnya tersebut.
Untuk menghangatkan bayi dilakukan kontak kulit ke kulit antara
bayi dan ibu sambil disusui, dan ukur ulang suhu bayi setiap jam
sampai suhunya normal. Bila suhunya tetap tidak naik atau malah
turun maka segera bawa ke dokter.
c. Bayi dengan suhu kurang dari 35,5°C mengalami kondisi berat
yang harus segera mendapat penanganan dokter. Sebelum dan
selama dalam perjalanan ke fasilitas kesehatan adalah terus
memberikan air susu ibu (ASI) dan menjaga kehangatan. Tetap
memberikan ASI penting untuk mencegah agar kadar gula darah
tidak turun.
d. Apabila bayi masih mampu menyusu, bayi disusui langsung ke
payudara ibu. Namun, bila bayi tidak mampu menyusu tapi masih
mampu menelan, berikan ASI yang diperah dengan sendok atau
cangkir.
e. Menjaga bayi dalam keadaan hangat dilakukan dengan kontak
kulit ke kulit, yaitu melekatkan bayi di dada ibu sehingga kulit
bayi menempel langsung pada kulit ibu, dan ibu dan bayi berada
dalam satu pakaian. Kepala bayi ditutup dengan topi.
D) Pencegahan
a. Menutup kepala bayi dengan topi
b. Pakaian yang kering
c. Diselimuti
d. Ruangan hangat (suhu kamar tidak kurang dari 25°C)
e. Bayi selalu dalam keadaan kering
f. Tidak menempatkan bayi di arah hembusan angin dari
jendela/pintu/pendingin ruangan.
g. Sebelum memandikan bayi perlu disiapkan baju, handuk, dan air
hangat. Setelah dimandikan, bayi segera dikeringkan dengan
handuk dan dipakaikan baju.
4. Hiperbilirubinemia
A) Definisi
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin
serum yg menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati
bilirubin bila kadar bilirubin tidak dapat dikendalikan. Ikterus adalah
perubahan warna kulit dan sklera menjadi kuning akibat peningkatan
kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinema). Pada bayi aterm
ikterus tampak jika konsentrasi bilirubin serum mencapai 85-120
µmol/L (Myles,2009).
B) Etiologi
Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis adalah akibat kesenjangan antara pemecahan sel
darah merah dan kemampuan bayi untuk mentranspor, mengonjugasi,
dan mengeksresi bilirubin tak terkonjugasi.
Ikterus patologis
Ikterus patologis adalah beberapa gangguan pada produksi,
transpor, konjugasi, atau ekskresi bilirubin.
C) Faktor resiko
a. BBLR
b. Penyakit hemolisis karena inkompatibilitas golongan darah asfiksia
atau asidosis
c. Trauma cerebral
d. Infeksi sistemik.
D) Tanda gelaja
Hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi:
a. Gejala akut: gejala yang dianggap sebagai fase pertama kern ikterus
pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
b. Gejala kronik: tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi
hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita
gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan
pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis
E) Tatalaksana Awal
a. Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat
rawat jalan dengan nasehat untuk kembali jika ikterus berlangsung
lebih dari 2 minggu.
b. Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk menyusui secara dini
dan ekslusif lebih sering minimal setiap 2 jam
c. Jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat diberikan melalui pipa
nasogastrik atau dengan gelas dan sendok
d. Letakkan bayi ditempat yang cukup mendapat sinar matahari pagi
selama 30 menit selama 3-4 hari. Jaga agar bayi tetap hangat.
e. Kelola faktor resiko (asfiksia dan infeksi)karena dapat menimbulkan
ensefalofati biliaris
f. Setiap ikterus yang timbul sebelum 24 jam pasca persalinan adalah
patologis dan membutuhkan pemerikasaan laboratorium lanjut
g. Pada bayi dengan ikterus kremer 3 atau lebih perlu dirujuk ke
fasilitas yang lebih lengkap setelah keadaan bayi stabil.
5. Hipoglikemia
A) Pengertian
Kadar glukosa serum < 45mg% (<2,6 mmol/L) selama beberapa
hari pertama kehidupan. Nilai kadar glukosa darah atau plasma atau
serum untuk diagnosis.
C) Penatalaksanaan Hipoglikemi
Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis:
a. Pada saat lahir
b. 30 menit setelah lahir
c. Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian
minum berjalan baik dan kadar glukosa normal tercapai
Diferensial Diagnosis
Diagnosis dari atresia esofagus/fistula trakeoesofagus bisa ditegakkan
sebelum bayi lahir. Salah satu tanda awal dari atresia esofagus diketahui dari
pemeriksaan USG prenatal yaitu polihidramnion, dimana terdapat jumlah
cairan amnion yang sangat banyak. Tanda ini bukanlah diagnosa pasti tetapi
jika ditemukan harus dipikirkan kemungkinan atresia esofagus.
Selain itu, diagnosa esofagus juga bisa ditentukan pada waktu diruang
persalinan, karena aspirasi paru adalah faktor yang menentukan prognosis.
Kesulitan memasukkan kateter kedalam lambung biasanya memperkuat
kecurigaan. Kateter biasanya berhenti mendadak pada 10-11 cm dari garis
gusi atas.
Akan tetapi untuk penentuan diagnosis yang terbaik akan dijelaskan secara
sistematik sebagai berikut:
a) Memasukkan selang nasogastrik
b) Rontgen esofagus menunjukkan adanya kantong udara dan adanya
udara di lambung serta usus.
Secara umum atresia esofagus harus dicurigai pada pasien dengan:
a) Kasus polihidramnion ibu
b) Jika kateter yang digunakan untuk resusitasi pada waktu lahir tidak
bisa dimasukkan ke dalam lambung
c) Jika bayi mengeluarkan sekresi mulut yang berlebihan
d) Jika tersendak, sionosis, atau batu pada waktu berupaya menelan
makanan.
Etiologi
a) Faktor herediter.
b) Kegagalan fase embrio yang penyebabnya belum diketahui.
c) Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan prosessus medialis menyatu.
d) Dapat dikaitkan abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen
(agen/faktor yang menimbulkan cacat pada embrio).
e) Beberapa obat (korison, anti konsulfan, klorsiklizin).
f) Mutasi genetic atau teratogen.
Patofisiolgi
a) Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau
tulang selama fase embrio pada trimester I.
b) Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal
medial dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8
minggu.
c) Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang
disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa
kehamilan 7-12 minggu.
d) Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa
kehamilan.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang
melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya
kemajuan teknik bedah, orbodantis, dokter anak, dokter THT, serta hasil
akhir tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik.
Tergantung dari berat ringan yang ada, maka tindakan bedah maupun
ortidentik dilakukan secara bertahap. Biasanya penutupan celah bibir melalui
pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah berumur 1-2 bulan. Setelah
memperlihatkan penambahan berat badan yang memuaskan dan bebas dari
infeksi induk, saluran nafas atau sistemis.
3. Atresia Ani
Pendahuluan
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang
atau saluran anus (Donna L. Wong).
Klasifikasi
Atresia Ani dibagi menjadi:
a. Supralevator atau letak tinggi (proximal)
1) Tidak mencapai tingkat m. levator anus, dengan jarak antara ujung
buntu rektum sampai kulit premium > 1 cm.
2) Biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing (fistel rectovesical)
atau ke saluran genital (fistel rectovaginal).
3) Rektum di atas Pubococcygeal line.
4) Dengan fistel 90 %, tidak ada fiskel 10 %.
5) Fiskel secara klinis
b. Translevator atau letak rendah (distal)
1) Rektum menembus m. levator anus, sehingga jarak antara kulit dan
ujung rektum paling jauh 1 cm.
2) Rectum terletak di bawah garis yang melalui ischium point
(Pubococcygeal line).
3) Dapat merupakan stenosis anus yang hanya membutuhkan dilatasi
membran atau merupakan membran anus tipis yang mudah dibuka
segera setelah anak lahir.
4) Translevator
5) Pada letak rendah bisa dijumpai fistel pada rectovestibular, karena
rectum lebih ke depan mendekati vestibulum.
Diagnosa
a. Anamnese
1) Meconium tidak dijumpai dalam 24 jam.
2) Perut kembung dijumpai.
3) Muntah dijumpai.
b. Rectal Toucher
1) Anus tidak ada, hanya lengkungan saja (Anal dumple).
2) Lihat apakah anus di tempat normal.
3) Apakah kalibernya normal.
4) Apakah ditemukan fistel
c. Klinis
Jika wanita jangan lupa melihat genitalia eksternanya (98-99% wanita
dengan atresia ani mempunyai fistel ke vestibulum (akan keluar
mekonium)
d. Pada wanita juga dapat terbentuk fistel pada perineum.
1) Pada wanita Arteria Ani supralevator, bila:
a) Urin bercampur mekonium.
b) Hematuria
2) Disebut translevator, bila:
a) Dari uretra keluar mekonium.
b) Kencingnya jernih.
c) Ada fistel ke perineum
4. Hernia Diafragmatika
Definisi
Termasuk kelainan bawaan yang terjadi karena tidak terbentuknya sebagian
diafragma, sehingga ada bagian isi perut masuk ke dalam rongga torak.
Tanda Gejala
Adapun tanda gejala dari hernia diafragmatika adalah:
a. Kulit berwarna pucat bahkan biru
b. Sesak nafas
c. Retraksi sela iga dan substernal
d. Perut kecil dan cekung
e. Suara napas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut
f. Bunyi jantung terdengar pada paru karena terdesak isi perut
g. Terdengar bising usus didaerah dada
h. Muntah
Penatalaksanaan
a. Berikan O2 bila bayi tampak pucat atau biru
b. Posisikan bayi semi fowler sebelum atau sesudah operasi agar tekanan
dari isi perut terhadap paru berkurang dan agar difragma dapat bergerak
bebas
c. Awasi bayi jangan sampai muntah, apabila hal tersebut terjadi, maka
tegakkanlah bayi agar tidak terjadi aspirasi
d. Lakukan informed consent dan informed choice untuk rujuk bayi ke
tempat pelayanan yang lebih baik
5. Meningokel dan Ensefalokel
Definisi Meningokel
Meningokel adalah salah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida.
Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak
utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit. Kelainan
bawaan isi kepala keluar melalui lubang pada tengkorak atau tulang belakang.
Ensefalokel
Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya
penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung
melalui suatu lubang pada tulang tengkorak. Ensefalokel disebabkan oleh
kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin. ·
Gambaran Klinis
Meningokel
a. Terjadi didaerah servikal/torakal sebelah atas
b. Kantong hanya berisi selaput otak, korda tetap pada korda spinalis (dalam
durameter tidak terdapat saraf)
Ensefalokel
a. Terjadi pada bagian oksipital
b. Terdapat kantong berisi cairan, jaringan saraf, atau sebagian otak.
c. Berkaitan dengan kelainan mental yang berat
Pencegahan
Risiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam
folat. Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum
wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini. Kepada wanita
yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat
sebanyak 0,4 mg/hari.
Penatalaksanaan
a. Sebelum operasi masukkan bayi ke inkubator tanpa baju
b. Telungkup atau tidur jika kantong besar untuk mencegah infeksi
c. Meminta informed choice dan informed consent keluarga untuk rujukan
bayi
d. Merujuk bayi ke RS untuk di operasi
e. Pasca operasi perhatikan luka agar: tidak basah, ditarik atau digaruk bayi,
perhatikan mungkin terjadi hidrosefalus, ukur lingkar kepala, pemberian
antibiotik (kolaborasi)
3. Tercemar alkohol
Saat ibu mengonsumsi minuman beralkohol, maka alkohol yang
Mama konsumsi bisa menembus plasenta dan “terhirup” bayi dalam
kandungan.Dalam tubuh bayi, kandungan alkohol terbilang tidak dapat
dipecah di hati karena hati bayi masih dalam tahap perkembangan
sehingga belum dapat memecah alkohol dengan baik.Apabila dalam tubuh
bayi terkandung alkohol dalam jumlah yang tinggi, risiko bayi lahir cacat
akan semakin besar, bahkan bisa mengalami keguguran.
8. Infeksi TORCH
TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang
disebabkan oleh (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus II (HSV-II) dalam wanita hamil. Infeksi TORCH ini
sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada
wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan.
Infeksi TORCH bersama dengan paparan radiasi dan obat-obatan
teratogenik dapat mengakibatkan kerusakan pada embrio. Beberapa
kecacatan janin yang bisa timbul akibat TORCH yang menyerang wanita
hamil antara lain kelainan pada saraf, mata, kelainan pada otak, paru-paru,
mata, telinga, terganggunya fungsi motorik, hidrosepalus, dan lain
sebagainya.
2. Tingkat pengalaman
Pengalaman dalam memberikan asuhan dan menangani pasien yang belum
banyak dan belum berpengalaman.
3. Kelalaian
Kelalaian dalam melakukan tindakan medis.
1) Manajemen Kaus
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PADA
Ny "A" DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
TANGGAL 28 Januari 2020
Langkah V Perencanaan
Tanggal 28 Januari 2020, jam 06.30 WIB
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Timbang BB bayi setiap hari
4. Pertahankan suhu bayi dengan perawatan incubator dan tetap terbungkus
5. Rawat tali pusat
6. Kaji tanda-tanda infeksi
7. Observasi eliminasi pasien
8. Gantikan pakaian/popok bayi setiap kali basah
9. Anjurkan kepada ibu untuk memberikan Asi pada bayinya
10. Anjurkan kepada ibu memberi ASi ekslusif pada bayinya
11. Ajarkan pada ibu cara menyusui yang benar
12. Ajarkan ibu tentang tanda-tanda bahaya bagi bayi baru lahir yang harus
diwaspadai
13. Lakukan pendokumentasian
Langkah VI Implementasi
Tanggal 28 Januari 2020, jam 06.30 WIB
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi
2. Mengobservasi tanda-tanda vital telah dilakukan jam 06.25 WIB
3. Melakukan penimbanagan berat badan bayi telah dilakukan jam 06.25 WIB
4. Mempertahankan suhu badan bayi
5. Melakukan perawatan tali pusat
6. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi
7. Mengobservasi eliminasi bayi
8. Mengganti popok bayi saat basah
9. Memberikan nutrisi pada bayi
10. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu memberikan asi ekslusif pada
bayinya selama 6 bulan dan mengkomsumsi sayur-sayuran hijau seperti
daun katuk agar produksi ASI lancar.
11. Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang baik dan benar
12. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya bagi bayi baru lahir yang
harus diwaspadai
13. Melakukan pendokumentasian
DAFTAR PUSTAKA
APN,2008.Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.Jakarta: JNPK-
KR.
Arief, Weni Kristiyanasari. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Nuha Medika
Depkes RI. 2007. Keputusan Mentri Kesehatan RI No: 900/MENKES/VII/2007.
Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta.
Fraser, Diane M; Cooper, Margaret A. 2011. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta :
EGC.
Fraser M. D. Myles. 2009. Buku ajar Bidan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta :
Salemba Medika.
Hidayat A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Marmi, Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Maternity, Dainty, dkk. 2018. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah. Yogyakartab: ANDI.
Ngastiyah. 2005. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.
Prambudi, R. 2013. Penyakit pada Neonatus. Dalam; Neonatologi Praktis.
Anugrah Utama Raharja. Cetakan Pertama. Bandar Lampung.
Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sinta B, Lusiana El, dkk. 2019. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi dan
Balita. Sidoarjo : Indomedia Pustaka.
Wawan, Adan Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuruan Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Yanti. 2009. Buku Ajar Asuhan kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.