Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 4 A
SKENARIO 2 : KAKAK DAN ADIK

Tutor : Fitrayeni, SKM., M.Biomed

Kelompok :5

Ketua : Ulin Azizah (1810333012)

Sekretaris Meja : Sharfina Hulwani (1810331001)

Sekretaris Papan : Ayisa Putri (1810332006)

Anggota : Dilla Dwi Tillana (1810331002)

Dhea Aulia Amanda (1810332010)

Zelma Refma (1810332015)

Indah Sundari (1810332009)

Dyah Maya Nauli (1810333010)

Ihksanisa (1810333004)

Koordinator Blok 4A Dosen Tutorial

Rafika Oktova, S.ST., M.Keb Fitrayeni, SKM., M.Biomed

PRODI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2020
MODUL 2
SKENARIO 2: KAKAK DAN ADIK

Ny. Siti datang ke PMB Andini bersama suaminya dan anak pertamanya
yang berusia 4 tahun. Ny. Siti menjelaskan kepada Bidan bahwa bayinya kurang
menyusui sejak 2 hari ini dan tidur saja. Ny. SIti sangat takut jika anaknya
mengalami penyakit karena ibunya yang memiliki riwayat merokok dan
menggunakan narkoba sebelum kehamilan serta bayi lahir dengan berat badan
lahir rendah yaitu 2400 gram.
Bidan Andini melakukan anamnesis lebih lanjut terkait bayi dan reaksi
kakaknya terhadap adiknya yang baru lahir. Setelah anamnesis, dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik, didapatkan hasil suhu 390C, pernafasan 50x/i,
seborrhoea, hemangioma pada paha kiri ikterik derajat 2. Ny. Siti menyampaikan
bahwa selama perawatan di rumah, selalu melakukan metode kanguru kepada
bayinya agar bayi tersebut selalu hangat, namun entah kenapa 2 hari ini bayinya
kurang menyusui. Bidan Andini pun menjelaskan bahwa jika bayi kurang
mendapatkan nutrisi akan mengalami hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Bidan menjelaskan kepada keluarga bahwa kondisi bayi memerlukan
rujukan namun bayi harus tetap mendapatkan ASI selama diperjalanan menuju
tempat rujukan. Ny. Siti dan suami bersedia untuk dilakukan rujukan terhadap
bayi dan menyatakan harapan agar bayinya kembali sehat.

Bagaimanakah saudara menjelaskan tentang skenario diatas?


LANGKAH 1
KLARIFIKASI ISTILAH/TERMINOLOGI ASING

1. Seborrhea adalah : bercak merah dengan berbagai ukuran pada kulit


kepala, muka, dan telinga.
2. Hemangioma adalah : benjolan kemerahan yang tumbuh pada kulit bayi.
Benjolan ini terbentuk dari sekumpulan pembuluh
darah yang tumbuh tidak normal dan menjadi satu.
Sering muncul di wajah, leher, kulit kepala, dada,
dan punggung anak usia 18 bulan ke bawah.
3. Ikterik adalah : perubahan warna kulit pada sklera mata menjadi
kuning akibat kelebihan bilirubin.
4. Hipoglikemia adalah : kondisi ketika kadar glukosa (gula darah) berada di
bawah normal (<45 mg%)
5. BBLR adalah : bayi yang lahir dengan berat badan lebih rendah
dari berat badan bayi rata-rata. Berat badan bayi
normal adalah 2500 gr – 4000 gr.
6. Hiperbilirubinemia adalah:ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang
menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau
ensefalopasi bilirubin bila kadar bilirubin tidak
dapat dikendalikan.
7. Metode kangguru adalah : alternatif pengganti inkubator untuk perawatan
BBLR dengan usia kurang dari 37 minggu. Metode
ini melakukan kontak dari kulit ke kulit secara
langsung antara ibu dan bayi.
LANGKAH 2
MENETAPKAN MASALAH

1. Apa yang menyebabkan bayi kurang menyusui?


2. Apa penyebab BBLR?
3. Apa dampak bagi bayi jika ibu memiliki riwayat merokok dan narkoba?
4. Apa saja yang memengaruhi reaksi kakak terhadap bayi yang baru lahir?
5. Apa maksud dari ikterik derajat 2?
6. Apa yang terjadi pada bayi jika ikterusnya tidak diobati?
7. Bagaimana teknik dari metode kangguru?
8. Apa manfaat metode kangguru?
9. Apa penyebab dari hiperbilirubinemia?
LANGKAH 3
HIPOTESIS

1. Penyebab bayi kurang menyusui :


a. Bayi kurang menyusui berhubungan dengan gejala kuning patologis
b. Perubahan aroma tubuh ibu berhubungan dengan tingkat keinginan bayi
menyusui
2. Penyebab BBLR :
a. Malnutrisi pada ibu hamil berhubungan dengan meningkatnya risiko
BBLR
b. Komplikasi selama kehamilan berhubungan dengan riwayat penyakit
menular seks pada ibu
c. Usia ibu hamil muda berhungan dengan BBLR
d. Jumlah janin dalam kandungan berhubungan dengan BBLR
e. Infeksi dalam rahim mempengaruhi berat badan bayi saat lahir
f. Usia gestasi janin mempengaruhi berat badan janin saat lahir
3. Dampak bagi bayi jika ibu memiliki riwayat merokok dan narkoba :
a. Penggunaan NAPZA selama kehamilan mempengaruhi BBLR
b. Riwayat penggunaan narkoba saat hamil berhubungan dengan tingkat
kehamilan pada ibu dan janin
c. Tingkat pertumbuhan otak janin berhubungan dengan pengonsumsian
narkoba selama kehamilan
d. Riwayat penggunaan NAPZA berhubungan dengan kelahiran premature
e. Penggunaan narkoba selama kehamilan mempengaruhi kandungan
narkoba dalam ASI
4. Tingkat usia pada kakak mempengaruhi respon kakak terhadap bayi
5. Derajat ikterik pada bayi berhubungan dengan jumlah kadar bilirubin pada
bayi
6. Penanganan ikterik pada bayi mempengaruhi terjadinya kern ikterik
7. Keberhasilan metode kangguru pada bayi mempengaruhi kehangatan tubuh
bayi
8. Metode kangguru mempengaruhi tingkat kesehatan bayi
9. Penyebab dari hiperbilirubinemia :
a. Hiperbilirubinemia pada bayi berhubungan dengan terjadinya
ensefalopasi
b. Frekuensi pemberian ASI berhubungan dengan kejadian
hiperbilirubinemia
LANGKAH 4
SKEMA

Riwayat kesehatan Ibu dengan


ibu saat hamil riwayat NAPZA

Ikterus
Bayi baru Bayi beresiko
Fisiologis BBLR
lahir tinggi
Seborrhea

Nutrisi bayi
Kehangatan
Patologis dengan kebutuhan
Ensefalopasi tubuh bayi
khusus

hiperbilirubinemia hipoglikemia hemangioma Metode


kangguru

Gambar.1. Skema
LANGKAH 5
MENETAPKAN TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu menjelaskan :


1. Konsep bayi baru lahir
2. Masalah-masalah pada bayi baru lahir
3. Masalah-masalah pada bayi
4. Masalah-masalah pada anak balita
5. Kegawatdaruratan pada bayi baru lahir dan penanganannya
6. Kelainan kongenital dan penatalaksanaannya
7. Faktor-faktor ibu yang mempengaruhi masalah kesehatan bayi baru lahir
8. Faktor-faktor bayi yang mempengaruhi masalah kesehatan pada bayi baru
lahir
9. Faktor-faktor tenaga kesehatan yang mempengaruhi masalah kesehatan
pada bayi baru lahir
10. Manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir beresiko tinggi
LANGKAH 7
BERBAGI HASIL MENGUMPULKAN INFORMASI

A. Konsep Bayi Baru Lahir


1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai
dengan 4000 gram (Kristiyanasari, 2009). Bayi baru lahir merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan barusaja meningkat trauma kelahiran
juga harus bisa melakukan pembicaraan diri dari seumur hidup seumur
hidup intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011). Kesimpulannya
adalah bayi baru lahir merupakan bayi lahir yang bisa melakukan
penyesuaian diri dari seumur hidup intrauterin kekehidupan ekstrauterin.

2. Asuhan Segera Bayi Baru Lahir


Bidan harus tahu kebutuhan transisional bayi dalam pertimbangan
dengan seumur hidup diluar uteri jadi besar besaran bisa membuat
persiapan yang tepat untuk kedatangan bayi baru lahir. Begitu asuhannya
sebagai berikut (Fraser Diane, 2011)
a. Pencegahan kurang panas seperti mengeringkan bayi baru
lahir,melepaskan handuk yang basah, mendorong kontak kulit dari ibu
ke bayi, membedong bayi dengan handuk yang kering.
b. Membersihkan jalan nafas.
c. Memotong tali pusat.
d. Identifikasi dengan cara bayi diberikan identitas baik terdiri gelang
nama juga kartu identitas
e. Pengkajian kondisi bayi seperti pada menit pertama dan sampai
setelah lahir, pengkajian tentang kondisi umum bayi dilakukan dengan
menggunakan nilai Apgar
3. Asuhan Bayi Baru Lahir
Menurut Saifuddin (2002) Asuhan bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
a. Pertahankan suhu tubuh bayi 36,5 C.
b. Pemeriksaaan fisik bayi.
c. Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan dosis 0,5- 1 mg IM
d. Mengidentifikasi bayi dengan alat pengenal seperti gelang
e. Lakukan perawatan tali pusat
f. Dalam waktu 24 selai sebelum ibu dan bayi dipulangkan kerumah
diberikan immunisasi.
g. Bicara tanda-tanda bahaya bayi pada ibu seperti pernafasan bayi tidak
teratur, bayi berwarna kuning, bayi pucat, suhu meningkat,dll.
h. Bicara orang tua cara merawat bayi.

4. Hal-hal yang harus memperhatikan dalam asuhan pada bayi baru lahir
menurut APN (2008):
a. Persiapan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan rencana
untuk meminta bantuan, khususnya kapan ibu tersebut memiliki
riwayat eklamsia, perdarahan, persalinan lama atau macet, persalinan
dini atau infeksi.
b. Jangan mengoleskan salep apapun atau zat berbaring ke tali pusat.
Hindari pembungkusan tali pusat. tali pusat yang tidak tertutup akan
mengering dan puput lebih cepat dengan rumit yang lebih sedikit.
c. Bila memungkinkan jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan
bayi bersama membiarkan pagar sedikit 1 selai setelah persalinan
d. Jangan sisa ibu dan bayi seorang diri dan kapan pun.

5. Prinsip asuhan bayi baru lahir normal


Menurut Hidayat (2010) prinsip asuhan bayi baru lahir normal adalah :
a. Cegah kurang panas berlebihan
b. Bebaskan jalan nafas.
c. Rangsangan taktil.
d. Laktasi (dimulai dalam waktu 30 menit pertama)

6. Cara kurang panas tubuh pada bayi baru lahir


Menurut Yanti (2009) proses kurang panas pada tubuh bayi baru lahir
sebagai berikut:
a. Evaporasi yaitu proses kurang panas melalui cara penguapan oleh
karena suhu lingkungan lebih rendah dari pada suhu tubuh (bayi
dalam keadaan basah).
b. Konduksi yaitu proses kurang panas tubuh melalui kontak langsung
dengan benda yang memiliki suhu lebih rendah
c. Konveksi yaitu proses penyesuaian suhu tubuh melalui sirkulasi udara
terhadap lingkungan.
d. Radiasi yaitu proses istirahat panas tubuh bayi kapan diletakan dekat
dengan benda yang lebih rendah suhunya dari tubuh.

7. Cara menghindari lanjut kurang panas pada bayi baru lahir


Menurut panas APN (2008) untuk menghindari lanjut kurang panas pada
bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
a. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan vernik.
b. Letakkan bayi agar-agar terjadi kotak kulit ibu ke kulit bayi.
c. Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi.
d. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.

8. Penanganan Bayi Baru Lahir


Menurut Prawirohardjo (2009) menyebutkan penanganan bayi baru lahir:
a. Kedatangan bayi dengan cepat (dalam 30 menit), kemudian meletakan
bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah
dari milik, kapan bayi meningkat asfiksia lakukan resusitasi.
b. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu-bayi lakukan penyuntikan oksitosin.
c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi
dan persiapan klem kedua 2cm dari klem pertama.
d. Memegang tali pusat dengan satu tangan, menyimpan bayi dari
gunting dan potong tali pusat diantara klem.
e. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti
bayi dengan kain yang bersih dan kering.
f. Disajikan bayi kepada ibu membiarkan ibu untuk memeluk bayinya
dan memulai pemberian ASI

B. Masalah-Masalah pada Bayi Baru Lahir


Pada buku ajar asuhan kebidana pada neonatus, bayi, dan balita (Lusiana El
Sinta B, 2019), masalah-masalah pada bayi baru lahir adalah :
1. Muntah
Keluar kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi secara paksa melalui mulut, disertai kontraksi lambung dan
abdomen. Penyebabnya karena kelainan konginetal saluran pencernaan
makanan atau cara pemberian makanan yang salah. Penatalaksanaannya
dengan cara kaji faktor penyebab, jangan berikan makanan yang
merangsang, perbaiki teknik meyusui.

2. Gumoh
Keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa
saat setelah minum susu botol atau menyusui dan dalam jumlah hanya
sedikit. Penyebabnya karena bayi sudah kenyang, bayi terlalu aktif, klep
penutup lambung belum berfungsi sempurna, posisi anak/bayi saat
menyusui yang tidak benar dan fungsi peristaltik yang belum sempurna.
Penatalaksanaannya dengan cara memperbaiki teknik
menyusui/memberikan susu, sendawakan bayi, dan jangan langsung
mengangkat bayi saat gumoh.

3. Diare
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 3x atau lebih
perhari, disertai perubahannya menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya tampak sehat.
Penyebabnya karena bayi terkontaminasi feses ibu yang mengandung
kuman patogen saat dilahirkan, infeki silang dari petugas kesehatan yang
mengalami diare dan hygiene yang buruk, dot yang tidak disterilkan
sebelum digunakan, dan lain-lain. Penatalaksanaannya dengan cara:
untuk pertolongan pertama dirumah, berikan oaralit karena merupakan
pertolongan pertama sebelum di bawa ke RS/Puskesmas.
Penatalaksanaannya di RS: Memberikan cairan dan mengatur
keseimbangan elektrolit, terapi rehidrasi, kolaborasi untuk terapi
pemberian antibiotik sesuai dengan kuman penyebabnya, mencuci tangan
sebelum dan sessudah kontak dengan bayi untuk mencegah penularan,
dan tidak dianjurkan untuk memberikan anti dieare dan obatobatan
pengental feses.

4. Seborrhea
Seborrhea adalah radang berupa sisik yang berlemak pada daerah
yang memiliki banyak kelenjar sebasea, biasanya di daerah kepala.

Etiologi ;
a) Diduga akibat disfungsi kelenjar sebasea
b) Pengaruh hormon sisa kehamilan ibunya
c) Produksi sebum oleh kelenjar keringat yang berlebihan
d) Kambuh jika makan makanan berlemak berkalori tinggi, minuman
beralkohol dan gangguan emosi

Penatalaksanannya:
a) Oleskan atau basahi kerak dengan baby oil atau vaselin selama 24
jam, sesudah itu urut pelan-pelan kulit kepala yang berkerak itu
dengan handuk lembut hingga kerak mengelupas.
b) Mengeluarkan kerak yang tersangkut dirambut dengan hati-hati
(dicukur untuk memudahkan perawatan).
c) Dapat juga digunakan sikat rambut yang lembut , sisir yang halus atau
kapas untuk menghindari iritasi pada kulit kepala bayi
d) Menjaga keberihan bayi dengan memandikan dan mencuci rambutnya
dengan shampo khusus untuk bayi
e) Pada keadaan tertentu dapat diberikan kortikosteroid , antifungsi dan
antibiotika tropical
f) Hindari menggaruk kepala bayi.

5. Bisulan
Suatu perdangan pada kulit ynag biasanya mengenai folikel rambut
dan disebabkan oleh kuman staphylococcus berupa sekumpulan nanah
yang telah terakumulasi didalam rongga jaringan setelah terinfeksi
sesuatu.

Etiologi:
a) Faktor kebersihan
b) Daerah tropis
c) Menurunnya daya tahan tubuh

Penatalaksanaan:
Orang tua harus memperhatikan kebersihan anaknya. Baik kebersihan
badan maupun kebersihan lingkungan bermainnya.

6. Miliriasis
Kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan disertai dengan
gelembung disertai gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat
berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat. Penyebabnya
ialah karena udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang,
pakaian yang terlalu ketat dan aktivitas yang berlebihan.

Penatlaksaanannya:
a) Perawatan kulit yang benar
b) Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil
atau bedak kocok setelah mandi
c) Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang
terbentuk memperparah sumbatan kelenjar
d) Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan
antibiotic
e) Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih,
sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk)

7. Bercak mongol
Bercak bewarna biru yang biasanya terlihat di bagian sakral,
walaupun kadang terlihat di bag tubuh yg lain.

Etiologi:
Bercak mongol adalah bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak
mongol ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung melanin
pada dermis yang terhambat selama proses migrasi dari krista neuralis ke
epidermis. Lebih dari 80% bayi yang berkulit hitam. Orang Timur dan
India Timur memiliki lesi ini, sementara kejadian pada bayi yang kulit
putih kurang dari 10%

Penatalaksanaan:
Bercak mongol ini mulai pudar pada usia dua tahun pertama dan
menghilang antara usia 7-13 tahun. Kadang-kadang juga menghilang
setelah dewasa. Sebagian kecil, sekitar 5% anak yang lahir dengan
bercak mongol masih memiliki bercak mongol hingga mereka dewasa.
Bercak mongol ini biasanya tidak berbahaya dan tidak memerlukan
perawatan ataupun pencegahan khusus.

8. Hemangioma
Suatu tumor jaringan lunak akibat proliferasi dari pembuluh darah
yg tidak normal dan dpt terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah.
Etiologi: Hemangioma terjadi karena adanya proliferasi (pertumbuhan
yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal, dan bisa terjadi
disetiap jaringan pembuluh darah. Hemangioma termasuk tumor jinak
yang banyak terdapat pada bayi dan anak. Hingga saat ini apa yang
menjadi penyebabnya masih belum jelas, namun diperkirakan
berhubungan dengan mekanisme dari control pertumbuhan pembuluh
darah.

Penatalaksanaan:
a) Cara konservatif
Hemangioma akan mengalami pembesaran pada bulan-bulan pertama
kemudian mencapai pembesaran maksimum, setelah itu mengalami
regresi spontan sekitar umur 1 tahun dan berlangsung terus sampai
umur 5 tahun. Untuk hemangioma Kapiler (Strawberry
Hemangioma), sering tidak diterapi karena hemangioma jenis ini bila
dibiarkan akan hilang dengan sendirinya dan kulit terlihat normal.
b) Cara aktif
Dilakukan pada hemangioma yang tumbuh pada organ vital seperti
pada; mata,telinga, tenggorokan, hemangioma yang mengalami
perdarahan, hemangioma yang mengalami infeksi, hemangioma yang
mengalami pertumbuhan yang cepat dan menimbulkan deformitas
(kelainan) jaringan.
c) Pembedahan
Dilakukan pada hemangioma dengan pertumbuhan yang terlalu cepat,
hemangioma yang tidak mengecil setelah 6-7 tahun, atau
hemangioma yang terletak pada wajah, leher, tangan yang tumbuh
dengan cepat sehingga perlu eksisi local untuk mengendalikannya.
d) Radiasi
Pengobatan ini sudah tidak dilakukan lagi karena penyinaran
berakibat kurang baik untuk anak-anak yang pertumbuhan tulangnya
masih sangat aktif, serta komplikasi yang ditimbulkan bila radiasi
dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
C. Masalah-Masalah pada Bayi
Pada buku Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah (Marmi,
Kukuh, 2012), masalah-masalah pada bayi adalah :
1. Bayi resah dan kolik
Banyak bayi yang masih kecil sesekali merasa gelisah dan
menangis karena merasa tidak nyaman ,namun bukan karena lapar. Ini
seringkali disebut kolik, dan umum terjadi di sore dan malam hari. Bayi
biasanya tak lagi mengalaminya setelah menginjak usia sekitar lima bulan.

2. Gumoh (memuntahkan susu setelah menyusu)


Gumoh terjadi pada sebagian besar bayi yang masih kecil. Sedikit
susu dari lambung mereka terdorong naik kembali ke mulut. Hal ini tidak
membahayakan dan bayi yang mengalami gumoh ringan berat badannya
akan bertambah, tumbuh normal, dan akhirnya tak lagi mengalaminya.

3. Muntah
Bila bayi muntah, sejumlah besar susu akan terdorong keluar. Ini
dapat diakibatkan oleh pemberian makanan yang berlebihan, atau infeksi.
Jika bayi muntah-muntah,ibu harus meminta saran dari profesional
kesehatan Anda.

4. Diare
Diare umum terjadi pada bayi, khususnya bayi yang mengalami
rasa sakit saat tumbuh gigi.

5. Gastroenteritis (radang saluran cerna)


Gastroenteritis disebabkan oleh infeksi bakteri atau infeksi virus.
Hal ini lebih sering terjadi pada bayi yang diberi susu formula, karena
peluang terjadinya kontaminasi bakteri lebih tinggi saat susu disiapkan.
Bayi di bawah usia enam bulan, khususnya, rentan terhadap gastroenteritis
dan dehidrasi, dan mungkin harus dirawat di rumah sakit. Gastroenteritis
jarang terjadi pada bayi yang diberi ASI eksklusif, namun jika mereka
sampai mengidapnya, sebaiknya pemberian ASI terus dilanjutkan, karena
mereka dapat mengalami dehidrasi. Dalam kasus yang parah, mereka akan
membutuhkan tambahan cairan rehidrasi oral.

6. Konstipasi/Sembelit
Konstipasi adalah kesulitan, keterlambatan, atau rasa sakit saat
buang air besar (BAB).Sepanjang tiga hingga empat bulan pertama, bayi
seharusnya sering BAB, dengan kotoran berwarna kuning terang dan
lembek, setidak-tidaknya dua sampai tiga kali sehari. Mulai tiga hingga
empat bulan, BAB akan makin jarang dan kadang bayi tidak BAB hingga
beberapa hari.

7. Pertumbuhan Terhambat
Bayi yang diberi ASI dan yang diberi susu formula memiliki pola
pertumbuhan yang agak berbeda sepanjang tahun pertama hidup mereka.
Bayi yang diberi ASI tumbuh lebih cepat di tiga hingga empat bulan
pertama, kemudian lebih lambat sejak bulan kelima jika dibandingkan
dengan bayi yang diberi susu formula.
Bayi tidak boleh ditimbang lebih sering dari dua minggu sekali,
karena interval yang lebih singkat tidak selalu dapat menunjukkan
peningkatan atau penurunan berat badan yang akurat. Tanda-tanda
pertumbuhan terhambat antara lain:
a. Peningkatan berat badan yang buruk atau tak menentu, atau tidak
ada peningkatan
b. Bayi Anda lesu atau menangis lemah
c. Kekencangan otot yang buruk dan kulit bergelambir
d. Air seni kental, beberapa kali sehari
e. Jarang buang air besar
f. Kurang dari delapan kali minum ASI singkat setiap hari
8. Ruam Popok
Ruam popok merupakan infeksi kulit yang umum dialami oleh
bayi. Ruam ini terjadi karena kulit yang lembab bergesekan dengan popok
atau diapers. Padahal, popok adalah benda yang selalu digunakan bayi.
Jika si buah hati mengalaminya, segera oleskan krim khusus ruam
popok dan mengganti popok yang basah tersebut untuk mengurangi
gangguan ini. Namun jika sudah parah, maka sebaiknya bawalah si buah
hati ke ahli dermatologi untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

9. Kulit Kering
Kebanyakan bayi yang baru lahir akan mengalami kulit kering dan
mengelupas selama beberapa hari. Proses ini adalah normal namun jika
terus berlanjut segera datangi dokter untuk mendapatkan penanganan yang
tepat.

10. Biang Keringat


Biang keringat ini biasanya muncul di lipatan kulit dan terjadi
karena keadaan kulit yang lembab. Jika bayi anda mengalaminya, hindari
penggunaan pakaian yang ketat untuk menghindari munculnya keringat
yang berlebih.

D. Masalah-Masalah pada Anak Balita


Pada buku ajar asuhan kebidana pada neonatus, bayi, dan balita (Lusiana El
Sinta B, 2019), masalah-masalah pada anak balita adalah :
a. Obstipasi
Obstipasi adalah keadaan atau gejala terhambatnya gerakan sisa
makanan di saluran pencernaan sehingga tidak dapat buang air besar
(defekasi secara lancar dan teratur). Berdasarkan penyebab utama obstipasi
dibedakan menjadi 2 :
1) Obstipasi sampel, merupakan obstipasi yang disebabkan oleh adanya
gangguan fungsi pencernaan.
2) Obstipasi simtomatik, merupakan obstipasi yang timbul akibat adanya
penyakit.
Pada bayi yang minum susu botol kurang baik kualitasnya, bayi yang
dapat makanan padat terus menerus bisa timbul obstipasi. Secara umum,
obstipasi disebabkan oleh:
1) Dehidrasi akibat kurang minum.
2) Mengkomsumsi makanan yang kurang serat.
3) Efek samping dari penggunaan obat (obat mengandung
parasimpatolitik).

Tanda tanda Obsitipasi


1) Bayi tidak dapat buang air besar
2) Perut tampak membengkak
3) Fases berbentuk bulat kecil seperti kotoran kambing.

Penatalaksanaan obstipasi adalah:


1) Anjurkan ibu meningkatkan asupan cairan dan serat yang mengandung
buah buahan dan cairan
2) Anjurkan mengurangi minum susu formula dengan protein tinggi
diganti dengan susu formula rendah
3) Beri suplemen serat.

b. Miliarisis
Miliarisis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat,
keringat buntet. Adalah penyakit kulit akibat adanya sumbatan saluran
kelenjer keringat, sehingga keringat tidak bisa dikeluarkan dan masuk ke
sekitar saluran dibawah sumbatan, biasanya timbul di wajah, leher dan
dada bagian atas.

Penyebab Miliarisis :
Udara panas dan lembab, pakaian yang tidak menyerap keringat,
terpajan bahan kimia tertentu dan penyakit kulit yang menyebabkan
penyumbatan pori kelenjer keringat. Penyumbatan ini dapat disebabkan
oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edama akibat keringat yang
tidak dapat keluar dan diabsorbsi oleh stratum korneum. Bayi kurang akyif
dapat terkena miliariasis.

Tanda-tanda miliarisis :
1) Papula yang keras berwarna putih mengkilat seperti mutiara.
2) Vasikel kecil superfisialisis yang berkelompok berdiameter 1-3 mm
3) Keringat yang berlebihan.

Penatalaksanaan Miliariasis :
1) Tempatkan bayi di tempat yang dingin agar pengeluaran keringat
berhenti.
2) Gunakan pakaian tipis dan mudah menyerap keringat keringat dan
lembut.
3) Beri obat antikolinergik yang membuat produksi keringat berkurang.
4) Beri bedak kocok bersifat mendinginginkan dan desinfetanserta anti
gatal ( misal lotion, kummerfeldi).

c. Bisulan / Furunkel
Bisul sebenarnya hanyalah sebuah istilah. Secara medis disebut
furunkel yaitu suatu peredangan pada kulit yang biasanya mengenai folikel
rambut dan disebabkan oleh kuman stophylococus aureus. Dari jenis
jenisnya, secara medis bisul disebabkan sebagai berikut :
1) Folikulitis
Folikulitis adalah peredangan yang hanya terjadi pada umbi akar
rambut saja. Berdasarkan letak munculnya, bisul jenis ini dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu superficial atau hanya di permukaan saja
dan yang letaknya lebih dalam lagi disebuat profunda.
2) Furunkel
Furunkel adalah peredangan pada umbi akar/ folikel rambut dan
sekitarnya, Biasanya jumlahnya hanya satu.
3) Furunkel losis
Disebut forunkel losis apabila jumlah forunkelnya lebih dari satu.
4) Karbunkel
Bila saat yang bersamaan adanya beberapa atau sekelompok
furunkel, secara medis di istilakan sebagai karbunkel.
5) Abses multiple kelenjar keringat
Bisul ini biasanya berupa benjolan yang tidak bermata, jumlanya
banyak, bergerombol di beberapa tempat, seperti di dada sabagainya.
Bisul jenis ini paling banyak menyerang anak anak.
6) Hidra adinitis
Ada juga bisul yang mengenaikelenjer apokrim, yaitu bila bisul itu
muncul di ketiak atau daerah genital. Secara medis bisul ini idiistilakan
sebai hidra adinitis.
7) Skrofulo derma
Bentuknya meman seperti bisul, tapi sebenarnya benjolan pada
getah bening karena penyakit TBC.

Penyebab penyakit ini adalah jamur Candida albicans. Cardidiasis


ini dapat menjadi pertama dari adanya penyakit diabetes mellitus, anemia,
kekurangan gizi, dan dahulu sering terdapat pada anak anak prematur atau
anak kecil. Cardidasis vagina sering ditemukan semasa kehamilan dan
bayi yang baru lahir juga dapat terinfeksi dari vagina ibu. Cardidasis juga
merupakan tanda umum dari infeksi HIV.

Walaupun jenis bisul cukup banyak, tapi biasanya orang awam


menganggap sama saja. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah karena
memang gejala yang dimunculakan memang mirip, diantara nya :
1) Gatal gatal
2) Nyeri
3) Berbentuk kerucut dan “bermata”
4) Berbentuk kubah
5) Demam
Penatalaksanaan Bisulan/ Furunkel

Satu benjolan kecil atau bekas gigitan nyamuk sabaiknya jangan di


garuk, karena bisa menyebabkan luka dan memudahkan kuman masuk.
Makanya, kalau sudah muncul benjolan kecil sebaiknya diperhatikan
kebersihan lebih seksama supaya tidak terpapar kuman. Calon bisul atau
bisul kecil di daerah permukaan (superficial) bisa sembuh dengan
sendirinya jika kebersihan bisa terjaga dan tidak tercemar bakteri. Selain
itu bisul juga jangan digaruk supaya di situ tidak terjadi peradangan.

Bisul bisul jenis furunkel dan karbunkel yang meman mudah pecah
biasanya akan pecah sendiri akibat gesekan dengan benda lain. Pemberian
Krim antibiotik atau bila perlu tambahan antibiotik oral, tergantu kondisi
bisulnya. Antibiotik itu bertujuan untuk mengendalikan dan mematikan
bakteri sehingga bisulmya akan kempes dan kering. Dokterpun akan
memberikan kompres yang berfungsi untuk mendinginkan, meredakan,
dan mengurangi kuman di daerah sekitar bisul.

d. Oral Trush
Oral trush (moniliasis) disebut juga candidiasis adalah penyakit
rongga mulut yang ditandai lesi lesi yang bervariasi seperti: lunak,
bergumpal merupakan bongkahan putih, difus, seperti beludru yang dapat
dihapus atau diangkat dan meninggalkan permukaan merah, kasae, dan
berdarah, dapat berupa bercak putih dangan putih merah terutama pada
bagian dalam pipi, pallatum lunak, lidah, dan gusi. Penderita penyakit ini
biasanya mempunyai keluhan terasa terbakar atau kadang kadang sakit
didaerah yang terkena.
Penyebab penyakit ini adalah jamur candida albicans. Candidasis ini
dapat menjadi pertama dari adanya penyakit diabetes mellitus, anemia,
kekurangan gizi. Dahulu sering terdapat pada anak anak premature atau
anak kecil. Faktor faktor yang merupakan prediposisis infeksi adalah
pemakaian antibiotik, steriot jangka panjang, diabetes, obat obatan
imonosupresisf, leukimia, dan gangguan saluran gastrointestinal yang
meningkatkan terjadinya malabsorpsi dan malnutrisi. Cardidasis vagina
sering ditemukan semasa kehamilan dan bayi yang baru lahir juga dapat
terinfeksi dari vagina ibu. Cardidasis juga merupakan tanda umum dari
infeksi HIV.
Tanda-tanda oral trush
Moniliasis ini sering ditemukan pada bayi dan anak. Kelompok ini
merupakan stomatis akut yang ditandai dengan bercak bercak putih
kekuningan yang menimbulkan pada dasar selaput lendir yang merah. Bila
bercak ini dihapus dasarnya mudah berdarah. Pada stadium pemulaan
tampak selaput lendir berwarna merah dengan gambaran gramula yang
kasar. Pada hari selanjutnya nampak bercak putih sebesar jarum pentul,
dan dalan 2-3 hari akan bergabung nebjadi bercak besar seperti membran.
Bagian yang paling sering terkena adalah mukosa bukalis, bagian dorsal,
dan leteral lidah, dan gusi. Rasa nyeri terutama bila tersentuh makanan.
Pada bayi sering disangka sebagai sisa susu yang tidak tertelan.
Penatalaksanaan oral trush
Pada moniliasis, perawatan pertama tama yang harus dilakukan
adalah memberikan obat antibiotik dan kortikosteroid yang telah
digunakan dan perlu diperikasa secara teliti adanya diabetes mellitus.
Pemberian aplikasi nystatin atau mikostatin dan ampoterisin B adalah obat
obatan yang dapat mematikan jamur Candida albicans.

e. Diaper Rush
Diaper rush atau ruam popok sebenarnya hanyalah istilah dari
peredangan kuliat yang terjadi pada area popok , hampir disebagian bayi
sperkirakan pernah mengalami masalah tersebut. Ruam popok umumnya
dialami oleh bayi berusia 4 hingga 15 bulan.
Penyebabnya bisa karena kebersihan tidak terjaga, sering buang air, bayi
sedang mengkomsumsi antibiotik atau bayi sedang menyusui yang
mendapatkan antibiotik dari air susu ibunya, ruam popok dapat terpicu
akibat beberapa sebab yaitu:
1) Ruam yang memang disebabkan penggunaan popok, termasuk iritasi
kulit, biang keringat dan infeksi jamur candida albicans yang berasal
dari kotoran.
2) Ruam yang terjadi di area popok dan di tempat lain, tetapi di perparah
penggunaan popok . Minsalnya radang kulit akibat alergi ( dermatitis
atopi), dermatisseboroik, psoriasis.
3) Ruam popok yang terjadi di area popok tetapi tidak terkait
penggunaannya popok, tetapi akibat infeksi akibat bakteri, kelainan
daya tahan tubuh, kekurangan zat seng, sipilis, skabies hingga HIV.

E. Kegawatdaruratan pada Bayi Baru Lahir dan Penanganannya


Pada buku ajar asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita (Lusiana El
Sinta B, 2019), kegawatdaruratan pada bayi baru lair adalah :
1. Perdarahan Tali Pusat
A) Definisi
Perdarahan tali pusat adalah perdarahan yang terjadi pada tali pusat
bisa timbul sebagai akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang
kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan trombus normal.
Selain itu perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagai petunjuk
adanya penyakit pada bayi.
Perdarahan tali pusat adalah trauma yang disebabkan ikatan tali
pusat yang longgar, atau kegagalan pembentukan thrombus yang
normal. Kemungkinan lain sebab perdarahan adalah penyakit
perdarahan pada neona Ins dan infeksi lokal maupun sisternik. Tali
pusat harus diawasi terus-menerus path hari-hari pertama agar
perdarahan yang terjadi dapat ditanggulangi secepatnya.

B) Etiologi
Robekan umbilikus normal, biasanya terjadi karena :
a. Partus precipitates.  Pada partus presipitatus selain perdarahan
dari umbilikus mungkin ditemukan gejala perdarahan intrakranial
akibat tidak tertangkapnya bayi saat melahirkan dan kemudian
jatuh ke lantai
b. Adanya trauma atau lilitan tali pusat atau pendeknya tali pusat
pada partus normal
c. Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan
yang berlebihan pada saat persalinan
d. Kelalaian penolong persalinan yang dapat menyebabkan
tersayatnya dinding umbilikus atau placenta sewaktu sectio
cesarea

Robekan umbilikus abnormal, biasanya terjadi karena:


a. Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian hematom
tersebut pecah, namun perdarahan yang terjadi masuk kembali ke
dalam placenta. Hal ini sangat berbahaya bagi bayi dan dapat
menimbulkan kematian pada bayi.
b. Varises juga dapat menyebabkan perdarahan apabila varises
tersebut pecah.
c. Aneurisma pembuluh darah pada umbilikus dimana terjadi
pelebaran pembuluh darah setempat saja karena salah dalam
proses perkembangan atau terjadi kemunduran dinding pembuluh
darah. Pada aneurisme pembuluh darah menyebabkan pembuluh
darah rapuh dan mudah pecah

Robekan pembuluh darah abnormal


Pada kasus dengan robekan pembuluh darah umbilikus
tanpa adanya trauma, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya
kelainan anatomik pembuluh darah seperti:
a. Pembuluh darah aberan yang mudah pecah karena dindingnya
tipis dan tidak ada perlindungan jely Wharton
b. Insersi velamentosa tali pusat, dimana pecahnya pembuluh darah
terjadi pada tempat percabangan tali pusat sampai ke membran
tempat masuknya dalam placenta tidak ada proteksi. Umbilikus
dengan kelainan insersi ini sering terdapat pada kehamilan ganda
atau multipel.
c. Placenta multilobularis, perdarahan terjadi pembuluh darah yang
menghubungkan masing-masing lobus dengan jaringan placenta
karena bagian tersebut sangat rapuh dan mudah pecah.

Perdarahan akibat placenta previa dan abrotio placenta


Perdarahan akibat placenta previa dan abrutio placenta dapat
membahayakan bayi. Pada kasus placenta previa cenderung
menyebabkan anemia, sedangkan pada kasus abrutio placenta lebih
sering mengakibatkan kematian intra uterin karena dapat terjadi
anoreksia. Pengamatan pada placenta dengan teliti untuk menentukan
adanya perdarahan pada bayi baru lahir, pada bayi baru lahir dengan
kelainan placenta atau dengan sectio secarea apabila diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan hemoglobin secara berkala.

C) Penatalaksanaan
Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat
yang terjadi :
1. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan
infeksi pada tali pusat
2. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga
pasien untuk dilakukan rujukan.
3. Jaga agar tali pusat tetap kering setiap saat.
4. Kenakan popok di bawah tali pusat
5. Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup pakaian bayi sesering
mungkin.
6. Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali Anda
mengganti popok. Gunakan kaApas atau cotton bud dan cairan
alkohol 70% yang dapat dibeli di apotek.
7. Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya
pangkal tali pusat dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan
menyakiti bayi Anda. Alkohol yang digunakan tidak menyengat.
Bayi akan menangis karena alkohol terasa dingin. Membersihkan
tali pusat dengan alkohol dapat membantu mencegah terjadinya
infeksi. Hal ini juga akan mempercepat pengeringan dan
pelepasan tali pusat.
8. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi pendarahan lagi. Tali
pusat akan terlepas, dimana seharusnya tali pusat aka terlepas
dalam waktu 1-2 minggu. Tapi, yang perlu diingat adalah jangan
menarik tali pusat, walaupun sudah terlepas setengah bagian.
9. Hindari penggunaan bedak atau losion di sekitar atau pada tali
pusat.
10. Segera hubungi dokter jika :
a. Tali pusat belum terlepas dalam waktu 3 minggu
b. Klem pada pangkal tali pusat terlepas.
c. Timbul garis merah pada kulit di sekitar tali pusat.
d. Bayi menderita demam.
e. Adanya pembengkakan atau kemerah-merahan di sekitar tali
pusat.
f. Timbul bau yang tidak enak di sekitar tali pusat.
g. Timbulnya bintil-bintil atau kulit melepuh di sekitar tali pusat.
h. Terjadi pendarahan yang berlebihan pada tali pusat.
Pendarahan melebihi ukuran luasan uang logam.
i. Pendarahan pada tali pusat tidak berhenti walaupun sudah di
tekanan

2. Asfiksia Neonatorum
A) Definisi
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter
Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013).
Menurut AAP asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
kurangnya O2 pada udara respirasi, yang ditandai dengan :
a. Asidosis (pH <7,0) pada darah arteri umbilikalis
b. Nilai APGAR setelah menit ke-5 tetep 0-3
c. Menifestasi neurologis (kejang, hipotoni, koma atau hipoksik
iskemia ensefalopati)
d. Gangguan multiorgan system
Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir
dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia
merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi
bayi baru lahir (BBL) terhadap kehidupan uteri
B) Patofisiologi
Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical dapat
terjadi pada saat antepartum, intrapartum, dan pascapartum saat tali
pusat dipotong. Hal ini diikuti oleh serangkaian kejadian yang dapat
diperkirakan ketika asfiksia bertambah berat
a. Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan
untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat
kepala dijalan lahir atau bila paru tidak mengembang karena suatu
hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti nafas komplit
yang disebut apneaprimer
b. Setelah waktu singkat-lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi
klinis karena dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai –usaha
bernafas otomatis dimulai. Hal ini hanya akan membantu dalam
waktu singkat, kemudian jika paru tidak mengembang, secara
bertahap terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi pernafasan.
Selanjutnya bayi akan memasuki periode apneaterminal. Kecuali
jika dilakukan resusitasi yang tepat, pemulihan dari keadaan
terminal ini tidak akan terjadi.
c. Frekuensi jantung menurun selama apneaprimer dan akhirnya
turun di bawah 100 kali/menit. Frekuensi jantung mungkin sedikit
meningkat saat bayi bernafas terengah-engah tetapi bersama
dengan menurun dan hentinya nafas terengah-engah bayi,
frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam-basa semakin
memburuk, metabolismeselular gagal, jantungpun berhenti.
Keadaan ini akan terjadi dalam waktu cukup lama.d.Selama
apneaprimer, tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan
ketokolamin dan zat kimia stress lainnya. Walupun demikian,
tekanan darah yang terkait erat dengan frekuensi jantung,
mengalami penurunan tajam selama apneaterminal.e.Terjadi
penurunan pH yang hamper linier sejak awitan asfiksia.
Apneaprimer dan apneaterminal mungkin tidak selalu dapat
dibedakan. Pada umumnya bradikardi berat dan kondisi syok
memburuk apnea terminal.

C) Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) antara
lain:
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta
previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi
berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah
42 minggu kehamilan)

b. Faktor Tali Pusat


1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat.

c. Faktor bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia
bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

D) Penatalaksanaan
1) Bersihkan jalan nafas dengan penghisap lendir dan kasa steril
2) Potong tali pusta dengan teknik aseptik dan antiseptik
3) Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk atau kain bersih dan
hangat
4) Nilai status pernafasan. Lakukan hal-hal berikut bila ditemukan
tanda-tanda asfiksia :
a. Segera baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan
penolong berdiri disisi kepala bayi lalu bersihkan dari sisa air
ketuban
b. Miringkan kepala bayi
c. Bersihkan mulut dengan kasa yang dibalut pada jari telunjuk
d. Isap cairan dari mulut dan hidung
5) Lanjutkan menilai status pernafasan
Apabila masih ada tanda asfiksia maka caranya dengan menggosok
punggung bayi (berikan rangsangan taktil) apabila belum berubah
berikan bantuan pernafasan.

3. Hipotermi
A) Definisi
Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal
(<36ºC) pada pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi
baru lahir normal adalah 36,5ºC-37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi
merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya
perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan
fungsi jantung paru dan kematian (Depkes, RI, 2007).
B) Penyebab
Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), mekanisme kehilangan
panas pada bayi baru lahir dapat melalui 4 cara, yaitu:
a. Radiasi yaitu dari bayi ke lingkungan dingin terdekat.
b. Konduksi yaitu langsung dari bayi ke sesuatu yang kontak dengan
bayi.
c. Konveksi yaitu kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar.
d. Evaporasi yaitu penguapan air dari kulit bayi.

C) Penanganan
a. Bayi stres dingin: cari penyebabnya apakah popok yang basah,
suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah, tubuh bayi basah,
setelah mandi yang tidak segera dikeringkan atau ada hal lain.
b. Bila diketahui hal-hal ini maka segera atasi penyebabnya tersebut.
Untuk menghangatkan bayi dilakukan kontak kulit ke kulit antara
bayi dan ibu sambil disusui, dan ukur ulang suhu bayi setiap jam
sampai suhunya normal. Bila suhunya tetap tidak naik atau malah
turun maka segera bawa ke dokter.
c. Bayi dengan suhu kurang dari 35,5°C mengalami kondisi berat
yang harus segera mendapat penanganan dokter. Sebelum dan
selama dalam perjalanan ke fasilitas kesehatan adalah terus
memberikan air susu ibu (ASI) dan menjaga kehangatan. Tetap
memberikan ASI penting untuk mencegah agar kadar gula darah
tidak turun.
d. Apabila bayi masih mampu menyusu, bayi disusui langsung ke
payudara ibu. Namun, bila bayi tidak mampu menyusu tapi masih
mampu menelan, berikan ASI yang diperah dengan sendok atau
cangkir.
e. Menjaga bayi dalam keadaan hangat dilakukan dengan kontak
kulit ke kulit, yaitu melekatkan bayi di dada ibu sehingga kulit
bayi menempel langsung pada kulit ibu, dan ibu dan bayi berada
dalam satu pakaian. Kepala bayi ditutup dengan topi.

D) Pencegahan
a. Menutup kepala bayi dengan topi
b. Pakaian yang kering
c. Diselimuti
d. Ruangan hangat (suhu kamar tidak kurang dari 25°C)
e. Bayi selalu dalam keadaan kering
f. Tidak menempatkan bayi di arah hembusan angin dari
jendela/pintu/pendingin ruangan.
g. Sebelum memandikan bayi perlu disiapkan baju, handuk, dan air
hangat. Setelah dimandikan, bayi segera dikeringkan dengan
handuk dan dipakaikan baju.

4. Hiperbilirubinemia
A) Definisi
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin
serum yg menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati
bilirubin bila kadar bilirubin tidak dapat dikendalikan. Ikterus adalah
perubahan warna kulit dan sklera menjadi kuning akibat peningkatan
kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinema). Pada bayi aterm
ikterus tampak jika konsentrasi bilirubin serum mencapai 85-120
µmol/L (Myles,2009).

B) Etiologi
Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis adalah akibat kesenjangan antara pemecahan sel
darah merah dan kemampuan bayi untuk mentranspor, mengonjugasi,
dan mengeksresi bilirubin tak terkonjugasi.
Ikterus patologis
Ikterus patologis adalah beberapa gangguan pada produksi,
transpor, konjugasi, atau ekskresi bilirubin.

C) Faktor resiko
a. BBLR
b. Penyakit hemolisis karena inkompatibilitas golongan darah asfiksia
atau asidosis
c. Trauma cerebral
d. Infeksi sistemik.

D) Tanda gelaja
Hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi:
a. Gejala akut: gejala yang dianggap sebagai fase pertama kern ikterus
pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
b. Gejala kronik: tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi
hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita
gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan
pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis

E) Tatalaksana Awal
a. Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat
rawat jalan dengan nasehat untuk kembali jika ikterus berlangsung
lebih dari 2 minggu.
b. Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk menyusui secara dini
dan ekslusif lebih sering minimal setiap 2 jam
c. Jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat diberikan melalui pipa
nasogastrik atau dengan gelas dan sendok
d. Letakkan bayi ditempat yang cukup mendapat sinar matahari pagi
selama 30 menit selama 3-4 hari. Jaga agar bayi tetap hangat.
e. Kelola faktor resiko (asfiksia dan infeksi)karena dapat menimbulkan
ensefalofati biliaris
f. Setiap ikterus yang timbul sebelum 24 jam pasca persalinan adalah
patologis dan membutuhkan pemerikasaan laboratorium lanjut
g. Pada bayi dengan ikterus kremer 3 atau lebih perlu dirujuk ke
fasilitas yang lebih lengkap setelah keadaan bayi stabil.

5. Hipoglikemia
A) Pengertian
Kadar glukosa serum < 45mg% (<2,6 mmol/L) selama beberapa
hari pertama kehidupan. Nilai kadar glukosa darah atau plasma atau
serum untuk diagnosis.

B) Tanda dan Gejala Hipoglikemia


Hipoglikemia bisa menunjukan gejala ataupun tidak. Kecurigaan
tinggi harus selalu diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia pada
neonatus dengan faktor risiko:
a. Tremor
b. Sianosis
c. Apatis
d. Kejang
e. Apnea intermitten
f. Tangisan lemah/melengking
g. Letargi
h. Kesulitan minum
i. Gerakan mata berputar/nistagmus
j. Keringat dingin
k. Pucat
l. Hipotermi
m. Refleks hisap kurang
n. Muntah
Saat timbulnya gejala bervariasi dari beberapa hari sampai satu
minggu setelah lahir. Berikut ini merupakan gejala klinis yang dimulai
dengan frekuensi tersering, yaitu gemetar atau tremor, serangan
sianosis, apatis, kejang, serangan apnea intermiten atau takipnea,
tangis yang melemah atau melengking, kelumpuhan atau letargi,
kesulitan minum dan terdapat gerakan putar mata. Dapat pula timbul
keringat dingin, pucat, hipotermia, gagal jantung dan henti jantung.
Sering berbagai gejala timbul bersama-sama. Karena gejala klinis
tersebut dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab, maka bila
gejala tidak menghilang setelah pemberian glukosa yang adekuat,
perlu dipikirkan penyebab lain.

C) Penatalaksanaan Hipoglikemi
Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis:
a. Pada saat lahir
b. 30 menit setelah lahir
c. Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian
minum berjalan baik dan kadar glukosa normal tercapai

Kejadian hipoglikemia dapat dicegah dengan:


a. Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah, contohnya
hipotermia
b. Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif tunggal
paling penting
c. Jika bayi tidak mungkin menyusu, mulailah pemberian minum;
dengan menggunakan sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir
d. Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya
sampai asupannya penuh dan 3x pengukuran normal sebelum
pemberian minum berada diatas 45 mg/dL
e. Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai
dan kadar glukosa dipantau
F. Kelainan kongenital dan Penatalaksanaannya
Pada buku ajar asuhan kebidana pada neonatus, bayi, dan balita (Lusiana El
Sinta B, 2019), kelainan kongenital pada bayi baru lahir adalah :
1. Atresia Esofagus
Pengertian
Atresia esofagus adalah malpormasi yang disebabkan oleh kegagalan
esofagus untuk mengadakan pasase yang kontinu: esophagus mungkin saja
atau mungkin juga tidak membentuk sambungan dengan trakea (fistula
trakeoesopagus) atau atresia esophagus adalah kegagalan esophagus untuk
membentuk saluran kotinu dari faring ke lambung selama perkembangan
embrionik adapun pengertian lain yaitu bila sebuah segmen esoofagus
mengalami gangguan dalam pertumbuhannya (congenital) dan tetap sebaga
bagian tipis tanpa lubang saluran.
Terdapat suatu penyakit yang sering menyertai penyakit ini yakni fistula
trakeoesofagus. Fistula trakeoesofagus adalah suatu kelainan hubungan antara
trakea dan esofagus. Jika berhubungan dengan atresia esofagus biasanya
fistula terdapat antara bagian distal segmen esofagus dan bagian trakea yang
letaknya di atas karina. Meskipun begitu, kedua kelainan ini dapat pula
muncul pada beberapa tingkat antara kartilago krikoid dan karina, fistula
trakeosofagus dapat juga berjalan oblik pada bagian akhir proksimal trakea
atau pada tingkat vertebra torakal segmen kedua.

Diferensial Diagnosis
Diagnosis dari atresia esofagus/fistula trakeoesofagus bisa ditegakkan
sebelum bayi lahir. Salah satu tanda awal dari atresia esofagus diketahui dari
pemeriksaan USG prenatal yaitu polihidramnion, dimana terdapat jumlah
cairan amnion yang sangat banyak. Tanda ini bukanlah diagnosa pasti tetapi
jika ditemukan harus dipikirkan kemungkinan atresia esofagus.
Selain itu, diagnosa esofagus juga bisa ditentukan pada waktu diruang
persalinan, karena aspirasi paru adalah faktor yang menentukan prognosis.
Kesulitan memasukkan kateter kedalam lambung biasanya memperkuat
kecurigaan. Kateter biasanya berhenti mendadak pada 10-11 cm dari garis
gusi atas.
Akan tetapi untuk penentuan diagnosis yang terbaik akan dijelaskan secara
sistematik sebagai berikut:
a) Memasukkan selang nasogastrik
b) Rontgen esofagus menunjukkan adanya kantong udara dan adanya
udara di lambung serta usus.
Secara umum atresia esofagus harus dicurigai pada pasien dengan:
a) Kasus polihidramnion ibu
b) Jika kateter yang digunakan untuk resusitasi pada waktu lahir tidak
bisa dimasukkan ke dalam lambung
c) Jika bayi mengeluarkan sekresi mulut yang berlebihan
d) Jika tersendak, sionosis, atau batu pada waktu berupaya menelan
makanan.

Klasifikasi Atresia Esofagus


Klasifikasi asli oleh Vogt tahun 1912 masih digunakan sampai saat ini.
Gross pada tahun 1953 memodifikasi klasifikasi tersebut, sementara Kluth
1976 menerbitkan “Atlas Atresia Esofagus” yang terdiri dari 10 tipe utama,
dengan masing-masing subtype yang dilaksanakan pada klasifikasi asli dan
Vogt.Hl ini terlihat lebih mudah untuk menggabarkan kelainan anatomi
dibandingkan memberi label yang sulit untuk dikenali. Adapun kasifikasi
atresia esophagus menurut Voght adalah sebagai berikut:
a) Atresia esophagus dengan fistula trakeoesofagus distal
Merupakan gambar yang paling sering pada proksimal esophagus,
terjadi dilatasi dan penebalan dinding otot berujung pada mediastinum
superior setinggi vetebra thoracal III/IV. Esofagus distal (Fistel), yang
mana lebih tipis dan sempit, memasuki dinding posterior trakea
setinggi carina atau 1-2 cm diatasnya. Jarak antara esophagus
proksimal yang buntu dan fistula trakheaesofagus distal bervariasi
mulai dari bagian yang overlap hingga yang berjarak jauh.
b) Atresia esophagus terisolasi tanpa fistula
Esofagus distal dan proksimal benar-benar berakhir tanpa
hubungan dengan segmen esophagus proksimal, dilatasi dan dinding
menebal dan biasanya berakhir setinggi mediastinum posterior sekitar
vetebra thorakalis II. Esofagus distal pendek dan berakhir pada jarak
yang berbeda diatas diagframa.
c) Fistula trakeosofagus tanpa atresia
Terdapat hubungan seperti fistula antara esophagus yang secara
anatomi cukup intak dengan trachea. Traktus yang seperti fistula ini
biasa sangat tipis dengan diameter 3-5 mm dan umumnya berlokasi
pada daerah servikal paling bawah. Biasanya satu tapi pernah
ditemukan dua atau tiga fistula.
d) Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus proksimal
Gambar kelainan yang jarang ditemukan namun perlu dibedakan
dari jenis terisolasi. Fistula bukan pada ujung distal esofagus tapi
berlokasi 1-2 cm diatas dinding depan esofagus.
e) Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus distal dan proksimal
Pada kebanyakan bayi, kelainan ini sering terlewati (misdiagnosa)
dan diterapi sebagai atresia proksimal dan fistula distal. Sebagai
akibatnya infeksi saluran pernapasan berulang, pemeriksaan yang
dilakukan memperlihatkan suatu fistula dapat dilakukan dan diperbaiki
keseluruhan. seharusnya sudah dicurigai dari kebocoran gas banyak
keluar dari kantong atas selama membuat/merancang anastomase.

2. Labioskizis dan Labiopalatoskizis


Pengertian
a) Labio/Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya
kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiyah, 2005)
b) Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya
propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama
perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003)
c) Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi
karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan
embriotik (Wong, Donna L. 2003)

Beberapa jenis bibir sumbing:


a) Unilateral Incomplete.
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak
memanjang hingga ke hidung.
b) Unilateral complete.
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang
hingga ke hidung.
c) Bilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang
hingga ke hidung.
d) Labio Palato skisis
Suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palato skisis
(subbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu
selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005).

Etiologi
a) Faktor herediter.
b) Kegagalan fase embrio yang penyebabnya belum diketahui.
c) Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan prosessus medialis menyatu.
d) Dapat dikaitkan abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen
(agen/faktor yang menimbulkan cacat pada embrio).
e) Beberapa obat (korison, anti konsulfan, klorsiklizin).
f) Mutasi genetic atau teratogen.

Patofisiolgi
a) Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau
tulang selama fase embrio pada trimester I.
b) Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal
medial dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8
minggu.
c) Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang
disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa
kehamilan 7-12 minggu.
d) Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa
kehamilan.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang
melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya
kemajuan teknik bedah, orbodantis, dokter anak, dokter THT, serta hasil
akhir tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik.
Tergantung dari berat ringan yang ada, maka tindakan bedah maupun
ortidentik dilakukan secara bertahap. Biasanya penutupan celah bibir melalui
pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah berumur 1-2 bulan. Setelah
memperlihatkan penambahan berat badan yang memuaskan dan bebas dari
infeksi induk, saluran nafas atau sistemis.

3. Atresia Ani
Pendahuluan
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang
atau saluran anus (Donna L. Wong).

Klasifikasi
Atresia Ani dibagi menjadi:
a. Supralevator atau letak tinggi (proximal)
1) Tidak mencapai tingkat m. levator anus, dengan jarak antara ujung
buntu rektum sampai kulit premium > 1 cm.
2) Biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing (fistel rectovesical)
atau ke saluran genital (fistel rectovaginal).
3) Rektum di atas Pubococcygeal line.
4) Dengan fistel 90 %, tidak ada fiskel 10 %.
5) Fiskel secara klinis
b. Translevator atau letak rendah (distal)
1) Rektum menembus m. levator anus, sehingga jarak antara kulit dan
ujung rektum paling jauh 1 cm.
2) Rectum terletak di bawah garis yang melalui ischium point
(Pubococcygeal line).
3) Dapat merupakan stenosis anus yang hanya membutuhkan dilatasi
membran atau merupakan membran anus tipis yang mudah dibuka
segera setelah anak lahir.
4) Translevator
5) Pada letak rendah bisa dijumpai fistel pada rectovestibular, karena
rectum lebih ke depan mendekati vestibulum.

Diagnosa
a. Anamnese
1) Meconium tidak dijumpai dalam 24 jam.
2) Perut kembung dijumpai.
3) Muntah dijumpai.
b. Rectal Toucher
1) Anus tidak ada, hanya lengkungan saja (Anal dumple).
2) Lihat apakah anus di tempat normal.
3) Apakah kalibernya normal.
4) Apakah ditemukan fistel
c. Klinis
Jika wanita jangan lupa melihat genitalia eksternanya (98-99% wanita
dengan atresia ani mempunyai fistel ke vestibulum (akan keluar
mekonium)
d. Pada wanita juga dapat terbentuk fistel pada perineum.
1) Pada wanita Arteria Ani supralevator, bila:
a) Urin bercampur mekonium.
b) Hematuria
2) Disebut translevator, bila:
a) Dari uretra keluar mekonium.
b) Kencingnya jernih.
c) Ada fistel ke perineum

4. Hernia Diafragmatika
Definisi
Termasuk kelainan bawaan yang terjadi karena tidak terbentuknya sebagian
diafragma, sehingga ada bagian isi perut masuk ke dalam rongga torak.

Tanda Gejala
Adapun tanda gejala dari hernia diafragmatika adalah:
a. Kulit berwarna pucat bahkan biru
b. Sesak nafas
c. Retraksi sela iga dan substernal
d. Perut kecil dan cekung
e. Suara napas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut
f. Bunyi jantung terdengar pada paru karena terdesak isi perut
g. Terdengar bising usus didaerah dada
h. Muntah

Penatalaksanaan
a. Berikan O2 bila bayi tampak pucat atau biru
b. Posisikan bayi semi fowler sebelum atau sesudah operasi agar tekanan
dari isi perut terhadap paru berkurang dan agar difragma dapat bergerak
bebas
c. Awasi bayi jangan sampai muntah, apabila hal tersebut terjadi, maka
tegakkanlah bayi agar tidak terjadi aspirasi
d. Lakukan informed consent dan informed choice untuk rujuk bayi ke
tempat pelayanan yang lebih baik
5. Meningokel dan Ensefalokel
Definisi Meningokel
Meningokel adalah salah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida.
Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak
utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit. Kelainan
bawaan isi kepala keluar melalui lubang pada tengkorak atau tulang belakang.
Ensefalokel
Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya
penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung
melalui suatu lubang pada tulang tengkorak. Ensefalokel disebabkan oleh
kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin. ·

Gambaran Klinis
Meningokel
a. Terjadi didaerah servikal/torakal sebelah atas
b. Kantong hanya berisi selaput otak, korda tetap pada korda spinalis (dalam
durameter tidak terdapat saraf)
Ensefalokel
a. Terjadi pada bagian oksipital
b. Terdapat kantong berisi cairan, jaringan saraf, atau sebagian otak.
c. Berkaitan dengan kelainan mental yang berat

Pencegahan
Risiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam
folat. Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum
wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini. Kepada wanita
yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat
sebanyak 0,4 mg/hari.

Penatalaksanaan
a. Sebelum operasi masukkan bayi ke inkubator tanpa baju
b. Telungkup atau tidur jika kantong besar untuk mencegah infeksi
c. Meminta informed choice dan informed consent keluarga untuk rujukan
bayi
d. Merujuk bayi ke RS untuk di operasi
e. Pasca operasi perhatikan luka agar: tidak basah, ditarik atau digaruk bayi,
perhatikan mungkin terjadi hidrosefalus, ukur lingkar kepala, pemberian
antibiotik (kolaborasi)

G. Faktor-faktor ibu yang mempengaruhi masalah kesehatan bayi baru


lahir
Dainty Maternity, dkk (2018), faktor-faktor ibu yang mempengaruhi masalah
kesehatan bayi baru lahir adalah :
1. Mengalami infeksi saat hamil
Infeksi yang terjadi selama kehamilan rupanya dapat menyebabkan
bayi lahir cacat. Ibu yang terinfeksi sindrom rubella saat hamil kurang dari
5 bulan, terbilang lebih berisiko untuk melahirkan bayi cacat.Kondisi yang
dikenal dengan sebutan sindrom rubella kongenital ini dapat menyebabkan
cacat lahir pada bayi dengan kondisi alami katarak, menderita penyakit
jantung bawaan, mengalami keruskan otak atau tuli.

2. Terpapar asap rokok


Meski tak merokok, ibu juga harus menghidari paparan asap rokok
sebisa mungkin. Sebab asap rokok terbilang jahat dan dapat memengaruhi
kesehatan janin dalam kandungan.Sebab dalam rokok dan asapnya
terkandung zat berbahaya yang mungkin dapat menyebabkan bayi lahir
cacat.

3. Tercemar alkohol
Saat ibu mengonsumsi minuman beralkohol, maka alkohol yang
Mama konsumsi bisa menembus plasenta dan “terhirup” bayi dalam
kandungan.Dalam tubuh bayi, kandungan alkohol terbilang tidak dapat
dipecah di hati karena hati bayi masih dalam tahap perkembangan
sehingga belum dapat memecah alkohol dengan baik.Apabila dalam tubuh
bayi terkandung alkohol dalam jumlah yang tinggi, risiko bayi lahir cacat
akan semakin besar, bahkan bisa mengalami keguguran.

4. Kekurangan asupan vitamin B9 atau asam folat


Kebutuhan asam folat harus tercukupi dengan baik selama
kehamilan. Sebab, asam folat terbilang penting dalam menunjang tumbuh
kembang bayi dalam kandungan termasuk mencegah bayi lahir cacat.
Sebab kekurangan asupan asam folat pada perempuan hamil bisa
menyebabkan bayi lahir cacat tabung saraf.

5. Konsumsi obat tertentu


Saat hamil, tidak diperbolehkan mengonsumsi sembarang obat.
Sebab, apapun yang di minum, dapat berpengaruh terhadap kondisi janin
dalam kandungan. Beberapa obat tertentu, bahkan bisa menyebabkan bayi
lahir cacat .

6. Faktor gizi ibu selama hamil


Diperkirakan sekitar 94% kasus kelainan bawaan yang ditemukan
di negara berkembang terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan
gizi buruk selama hamil.Ibu dengan kondisi tersebut biasanya kekurangan
asupan nutrisi penting yang berperan dalam menunjang pembentukan
organ tubuh janin dalam kandungan. Adapun nutrisi yang penting untuk
ibu hamil dan janin tersebut meliputi asam folat, protein, zat besi, kalsium,
vitamin A, yodium, dan omega-3.Selain gizi buruk, ibu yang mengalami
obesitas saat hamil juga memiliki risiko cukup tinggi untuk melahirkan
bayi dengan kelainan kongenital.

7. Faktor kondisi ibu hamil


Saat hamil, ada banyak kondisi atau penyakit pada ibu yang bisa
meningkatkan risiko janin di dalam kandungannya untuk mengalami
kelainan kongenital. Beberapa kondisi dan penyakit ini termasuk:
a) Infeksi saat hamil, misalnya infeksi air ketuban, siflis, rubella, atau
virus zika.
b) Anemia saat hamil.
c) Komplikasi kehamilan, seperti diabetes gestasional dan preeklamsia.
d) Efek samping obat-obatan yang dikonsumsi saat hamil.
e) Kebiasaan tidak sehat yang dilakukan selama hamil, seperti
menggunakan narkoba, mengonsumsi minuman beralkohol, dan
merokok.
f) Usia ibu hamil yang sudah cukup tua saat hamil. Beberapa studi
menyatakan bahwa semakin tua usia ibu saat hamil, semakin tinggi
risiko terjadinya kelainan bawaan pada bayi yang dikandungnya.

8. Infeksi TORCH
TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang
disebabkan oleh (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus II (HSV-II) dalam wanita hamil. Infeksi TORCH ini
sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada
wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan.
Infeksi TORCH bersama dengan paparan radiasi dan obat-obatan
teratogenik dapat mengakibatkan kerusakan pada embrio. Beberapa
kecacatan janin yang bisa timbul akibat TORCH yang menyerang wanita
hamil antara lain kelainan pada saraf, mata, kelainan pada otak, paru-paru,
mata, telinga, terganggunya fungsi motorik, hidrosepalus, dan lain
sebagainya.

H. Faktor-faktor bayi yang mempengaruhi masalah kesehatan pada bayi


baru lahir
Pada buku Dainty Maternity, dkk (2018), faktor-faktor bayi yang
mempengaruhi masalah kesehatan bayi baru lahir adalah :
1. Genetik
Berkaitan dengan kromosom yang di turunkan oleh orang tua bayi. Dan di
turunkan dari orang tua si bayi.
2. BB bayi ketika lahir
Ketika bayi lahir dengan BB kurang dari 2500 gr maka akan lebih
berpotensi terjadinya masalah pada BBL.

3. Usia bayi ketika lahir


Ketika usia bayi lahir kurang dari 36 minggu,atau kecil dari 32 minggu
maka bayi tersebut prematur dan membutuhkan perawatan khusus,
apabila perawatan salah maka akan menimbulkan masalah pada BBL.

4. Kelainan pada bayi ketika lahir .


Apabila bayi mengalami kelainan kongenital yang menyebabkan
permasalahan pada BBL.

5. Kelainan tali pusat


Kelainan pada tali pusat bayi saat dalam kandungan akan menyebabkan
terhambatnya sirkulasi darah dan sirkulasi nutrisi bayi. Yang
menyebabkan bayi kekurangan gizi.

6. Kegagalan dalam adaptasi


Bayi yang gagal dalam beradaptasi dengan lingkungan akan berdampak
pada tubuh bayi yang akan menyebabkan masalah pada BBL.

7. Hasil pemeriksaan fisik bayi


Masalah pada BBL dapat di dibuktikan dengan hasil pemeriksaan
fisik,apabila hasil pemeriksaan fisik terdapat kelainan maka terjadi
masalah pada BBL.
I. Faktor-faktor tenaga kesehatan yang mempengaruhi masalah kesehatan
pada bayi baru lahir
Pada buku Dainty Maternity, dkk (2018), faktor-faktor tenaga kesehatan yang
mempengaruhi masalah kesehatan bayi baru lahir adalah :
1. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan petugas kesehatan yang rendah.

2. Tingkat pengalaman
Pengalaman dalam memberikan asuhan dan menangani pasien yang belum
banyak dan belum berpengalaman.

3. Kelalaian
Kelalaian dalam melakukan tindakan medis.

4. Alat dan lingkungan yang tidak steril


Alat alat yang tidak terjaga kesterilannya sebelum di gunakan,dan
lingkungan yang kotor.

5. Obat obatan yang salah di berikan


Kesalahan dalam pemberian obat obatan pada ibu.

6. Fasilitas yang kurang memadai


Fasilitas kesehatan yang tidak memadai dan jauh dari kata baik.

7. Kurangnya kunjungan tenaga kesehatan


Kunjungan yang di lakukan tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan
batas minimal kunjungan.

8. Jangkauan transportasi KE tempat pasien.


Jauh dan sulitnya rute untuk mencapai tempat pasien.
9. Kurangnya kesadaran tanggung jawab tenaga kesehatan.
Kurangya rasa tanggung jawab dari petugas kesehatan itu sendiri

J. Manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir beresiko tinggi

1) Manajemen Kaus
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PADA
Ny "A" DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
TANGGAL 28 Januari 2020

Tanggal lahir : 28 Januari 2020, pukul 06.25 WIB


Tanggal pengkajian : 28 Januari 2020, pukul 06.30 WIB

Langkah I. Identifikasi Data Dasar


1. Identifikasi Bayi dan Orang tua
a. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny.A
Tanggal lahir : 28 Januari 2020
Anak ke : I ( pertama)
Jenis kelamin : laki-laki
b. Identitas Ibu/ Ayah
Nama : Ny.A / Tn.B
Umur : 20 tahun / 21 tahun
Nikah : 1x/ ±1 tahun
Suku : Minang/ Minang
Agama : Islam/ islam
Pendidikan : SMA/ SMA
Pekerjaan : IRT/ Pedagang
Alamat : Jl. Teuku umar no.12
2. Data Biologis/PSikologis
A. Riwayat Selama Kehamilan
Keadaan bayi setelah lahir lemah, lahir secara spontan, menangis
dengan rangsangan taktil, anak pertama dan tidak pernah keguguran, Hari
Pertama Haid Terakhir (HPHT) tanggal 20 April 2019, Taksiran persalinan
(TP) tanggal 27 Januari 2020, umur kehamilannya ± 9 bulan, ibu tidak
pernah memeriksakan kehamilannya, tidak pernah mendapatkan suntikan
Tetanus Toxoi (TT), selama hamil ibu tidak pernah mengkomsumsi tablet
Fe.
B. Riwayat Kesehatan
Tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus,
ada keluarga menderita riwayat penyakit asma, tidak ada riwayat alergi
dan ketergantungan obat.
C. Riwayat kelahiran
Tanggal lahir 28 Januari 2020, pukul 06.25 WIB di PMB Lala, penolong
persalinan bidan, jenis persalinananya Presentase Belakang Kepala
( PBK), spontan, dan perlangsungan kala II-IV normal. Bayi lahir cukup
bulan, segera menangis dengan Apgar score 7/10, Panjang Badan Lahir
( PBL) 47cm, jenis kelamin laki-laki.
D. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar bayi
1. Nutrisi/Cairan
Kebutuhan nutrisi/cairan bayi sementara di peroleh dari pemberian
asi ekslusif oleh ibu karena reflex isap bayi sudah lumayan baik
2. Personal Hygene
Bayi belum di mandikan, rambut bayi belum pernah dicuci dan
pakaian bayi diganti tiap kali basah/ habis BAK/BAB
3. Eliminasi
Bayi sudah BAK selama pengkajian, Frekuensi BAK 2 kali selama
pengkajian, warna kuning jernih dengan bau amoniak. Dan Bayi
belum pernah BAB selama pengkajian
4. istirahat
Bayi lebih banyak tidur dan terbangun jika bayi lapar dan
pakaiannya basah dan waktu tidur belum dapat ditentukan
E. pemeriksaan fisik
Jenis kelamin : laki-laki
Berat badan : 2000 gram
Panjang badan : 47cm
Lingkar kepala : 30 cm
Lingkar dada : 29 cm
Lingkar perut :29 cm
Lila : 10 cm

Pemeriksaan tanda-tanda vital:


Denyut jantung :123x/menit
Pernapasan : 44x/menit
Suhu : 36,5 ºC

Pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, dan auskultasi yaitu:


2. Wajah
Simestris kiri dan kanan, tidak pucat, dan tidak ada tanda lahir
3. Mata
Simestris kiri dan kanan, kongjontiva merah mudah, sclera tidak ikterus,
tidak ada secret
4. Mulut
Refleks menghisap lemah, pallatum tidak ada kelainan, lidah bersih,
merah muda, bibir tampak agak kering dan pucat
5. Leher
Tidak ada pembesaran atau pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
ditandai bayi tidak menangis
6. Dada dan perut
Simestris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai dengan nafas bayi, tidak
ada tonjolan dada pada bayi, tonus otot bayi baik, tali pusat masih basah
7. Genitalia dan Anus
Tidak ada kelainan pada genitalia
8. Ektreminitas
a. tangan: pergerakan baik, jari tangan kiri dan kanan lengkap, refleks
mengenggam baik
b. Kaki : pergerakan aktif, jari-jari kaki kiri dan kanan lengakp, reflex
babinsky dan reflex moro baik
9. Kulit
Integrasi kulit tampak tipis, lemak kulit kurang, tampak kemerahan, dan
tidak ada lanugo

F. Data Psikologis, Spiritual,dan Ekonomi


1. Orang tua sangat senang dengan kelahiran bayinya dan sedih karena
berat badan bayinya kuran dari normal
2. Orang tua dapat bekerja sama dengan bidan dan dokter dalam
perawatan bayinya terutama pemberian ASI.
3. Kedua orang tua berharap agar nutrisi bayinya dapat terpenuhi dengan
ASI.
4. Hubungan ibu suami dan lingkungan sekitarnya baik.

Langkah II : Interpretasi data


Tanggal : 28 Januari 2020
Pukul : 06.30 WIB

Diagnosa : Bayi Ny. A 5 menit postpartum dengan Berat Badan Lahir


Rendah (BBLR)
Masalah : BBLR
Kebutuhan : 1. Pemenuhan nutrisi pada bayi
2. pencegahan kehilangan panas bayi
Langkah III : Identifikasi Diagnosa/masalah potensial
Diagnosa potensial :
1. Potensi terjadi hipotermi
2. Potensi terjadi Hipoglekemia
3. Potensi terjadi Hiperbilirubinemia
4. potensi terjadi infeksi

Langkah IV Tindakan segera/Kolaborasi


Tidak ada data yang menunjang untuk dilakukan tindakan segera/kolaborasi

Langkah V Perencanaan
Tanggal 28 Januari 2020, jam 06.30 WIB
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Timbang BB bayi setiap hari
4. Pertahankan suhu bayi dengan perawatan incubator dan tetap terbungkus
5. Rawat tali pusat
6. Kaji tanda-tanda infeksi
7. Observasi eliminasi pasien
8. Gantikan pakaian/popok bayi setiap kali basah
9. Anjurkan kepada ibu untuk memberikan Asi pada bayinya
10. Anjurkan kepada ibu memberi ASi ekslusif pada bayinya
11. Ajarkan pada ibu cara menyusui yang benar
12. Ajarkan ibu tentang tanda-tanda bahaya bagi bayi baru lahir yang harus
diwaspadai
13. Lakukan pendokumentasian

Langkah VI Implementasi
Tanggal 28 Januari 2020, jam 06.30 WIB
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi
2. Mengobservasi tanda-tanda vital telah dilakukan jam 06.25 WIB
3. Melakukan penimbanagan berat badan bayi telah dilakukan jam 06.25 WIB
4. Mempertahankan suhu badan bayi
5. Melakukan perawatan tali pusat
6. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi
7. Mengobservasi eliminasi bayi
8. Mengganti popok bayi saat basah
9. Memberikan nutrisi pada bayi
10. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu memberikan asi ekslusif pada
bayinya selama 6 bulan dan mengkomsumsi sayur-sayuran hijau seperti
daun katuk agar produksi ASI lancar.
11. Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang baik dan benar
12. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya bagi bayi baru lahir yang
harus diwaspadai
13. Melakukan pendokumentasian

Langkah VII : Evaluasi


Tanggal 28 Januari 2020, jam 06.30 WIB
1. Petugas sudah mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi.
2. TTV bayi :
Dj: 123x/menit, P: 46x/menit, S: 36,5ºC
3. BB bayi: 2000 gram.
4. Bayi diletakkan di dalam inkubator.
5. Tali pusat belum puput, masih basah dan nampak bersih.
6. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
7. Bayi BAK satu kali dan BAB belum pernah sejak lahir sampai pengkajian.
8. Bayi sudah memakai popok.
9. Bayi sudah mendapatkan ASI.
10. Ibu mau menyusui bayinya dengan ASI ekslusif dan ibu bersedia
melakukan apa yang dianjurkan.
11. Ibu paham dan mengerti cara menyusui yang baik dan benar.
12. Ibu mengerti dan tahu tanda-tanda bahaya bagi bayi.
13. Pendokumentasian sudah dilakukan.
2) Telaah Masing-Masing Anggota Kelompok
a. Sharfina
Menurut saya, untuk pelaksanaan menjaga kehangatan seharusnya
menggunakan metode kangguru, yaitu skin to skin antara ibu dan bayinya,
daripada menggunakan inkubator.
b. Indah Sundari
Menurut saya, untuk perencanaan dan pelaksanaan juga dijelaskan kepada
ibu bagaimana cara untuk merawat tali pusat yang benar agar pada saat ibu
dan bayi sudah di rumah tali pusat bayi tetap terjaga dan terhindar dari
infeksi.
c. Dhea Aulia Amanda
Menurut saya, untuk pelaksanaan mengenai popok, bidan juga dapat
menjelaskan juga apa saja jenis popok dan kelebihan serta kekurangan dari
masing-masing jenis popok, agar sang ibu dapat memilih popok yang tepat
untuk anaknya. Pemilihan popok yang tepat akan mengurangi kejadian
ruam popok (Diaper Rash).
d. Dilla Dwi Tilana
Menurut saya, untuk perencanaan perlu ditambah "Berikan vit. K dan
imunisasi Hepatitis B pada bayi". Hal ini Perlu diberikan 1 jam setelah
kelahiran bayi. Vit. K akan mencegah kemungkinan terjadinya
perdarahan pada bayi, karena Vit. K ini sangat penting dalam proses
pembekuan darah. sedangkan imunisasi Hepatitis B akan mencegah bayi
dari penyakit Hepatitis B.
e. Ihksanisa
Menurut saya pada perencanaan di bagian mencuci tangan sebelum
menyentuh bayi sebaiknya Bidan juga menjelaskan dan menyarankan
mencuci tangan dengan menggunakan sabun maupun cairan antiseptik
agar lebih terjamin kebersihannya, dan mengajarkan cara mencuci tangan
yang baik dan benar
f. Dyah Maya Nauli.
Menurut saya, pada bagian perencanaan tentang asi ekslusif dan
pemberian ASI, bidan menjelaskan bahwasannya bayi di susukan sesering
mungkin tidak menunggu bayi terlebih dahulu memintaknya. Kemudian
bidan menjelaskan bahwasannya bayi tidak di berikan apa-apa kecuali ASI
,baik hanya madu ataupun air putih. Karna ASI ekslusif itu memberikan
ASI tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman pada bayi.
g. Zelma Refma
Menurut saya yang bagian lingkar dada dan perut tidak porposional
dimana pada asuhan lingkar dada dan perut sama besar, padahal
normalnya lingkar perut lebih besar dari lingkar dada.

DAFTAR PUSTAKA
APN,2008.Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.Jakarta: JNPK-
KR.
Arief, Weni Kristiyanasari. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Nuha Medika
Depkes RI. 2007. Keputusan Mentri Kesehatan RI No: 900/MENKES/VII/2007.
Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta.
Fraser, Diane M; Cooper, Margaret A. 2011. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta :
EGC.
Fraser M. D. Myles. 2009. Buku ajar Bidan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta :
Salemba Medika.
Hidayat A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Marmi, Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Maternity, Dainty, dkk. 2018. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah. Yogyakartab: ANDI.
Ngastiyah. 2005. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.
Prambudi, R. 2013. Penyakit pada Neonatus. Dalam; Neonatologi Praktis.
Anugrah Utama Raharja. Cetakan Pertama. Bandar Lampung.
Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sinta B, Lusiana El, dkk. 2019. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi dan
Balita. Sidoarjo : Indomedia Pustaka.
Wawan, Adan Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuruan Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Yanti. 2009. Buku Ajar Asuhan kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.

Anda mungkin juga menyukai