The Impact of Cigarette Tax Policy On Economic Surplus Distribution of Cigarette Industry in Indonesia
The Impact of Cigarette Tax Policy On Economic Surplus Distribution of Cigarette Industry in Indonesia
1-23 1
Jln. Raya Darmaga, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Jawa Barat, Indonesia
3Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,
Diterima: 6 november 2018 Direvisi: 13 november 2018 Disetujui terbit: 18 Maret 2019
ABSTRACT
Indonesian government has applied cigarette excise tax policy on clove cigarette which impacts on the rise
of cigarette price and cigarette production. Because of tobacco and clove demand are derived demand of cigarette
supply, so the change on cigarette production impacts on demand of cigarettes input (tobacco and clove) and it
eventually impact on the price of these commodities. The rise of cigarette excise not only impacts on economic
surplus of producer and consumer of cigarettes, but also on tobacco and clove farmers. Clove cigarette
encompasses hand-rolled clove cigarettes (SKT), machine-rolled clove cigarettes (SKM) and klobot cigarettes
(SKB). The aim of this research was to analyze the impact of the rise of cigarette excise tax policy toward economic
surplus distribution among the economic agents on Indonesian cigarette industries. This research accomodated the
data series of 1990-2016 with simultaneous equation system which consisting of 36 structural equations and 25
identity equations. This model was estimated by using 2 SLS (Two-Staged Least Squares) method. The results
showed that cigarette excise tax impacted on the rise of government revenue and total economic surplus negatively.
The rise of excise tax impacted on negative surplus of cigarette producer decreased, negative surplus of cigarette
consumer increased, and farmer surplus decreased (negative). In order to keep positive economic surplus of the
farmer, the rise of SKT cigarette tax maximum should be constituted no more than 5,8%. To anticipate the loss of
farmer surplus and the decrease of tobacco and clove demand ini the future, the government can use the tax
revenue to develop alternative crops besides tobacco such as vegetables, intensification of tobacco as import
subtitution and develop diversification of clove products for essential oil, preservatives and others.
Keywords: cigarette excise tax, clove, tobacco, economic surplus.
ABSTRAK
Pemerintah Indonesia telah menerapkan kenaikan tarif cukai rokok kretek yang berdampak pada kenaikan
harga rokok dan produksi rokok. Oleh karena permintaan tembakau dan cengkeh merupakan permintaan turunan
dari penawaran rokok, maka perubahan produksi rokok akan berdampak pada permintaan input (tembakau dan
cengkeh) dan berdampak pada harga kedua komoditas tersebut. Kenaikan cukai tidak hanya berdampak pada
surplus ekonomi produsen dan konsumen rokok, tetapi juga petani tembakau dan cengkeh. Industri sigaret kretek
meliputi sigaret kretek tangan (SKT), sigaret kretek mesin (SKM) dan rokok klobot (SKB). Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis dampak kenaikan cukai rokok terhadap distribusi surplus ekonomi diantara pelaku
ekonomi pada industri rokok di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data deret waktu tahun 1990-2016 dengan
sistem persamaan simultan yang terdiri dari 36 persamaan struktural dan 25 persamaan identitas, yang diestimasi
menggunakan metode 2SLS (Two-Staged Least Squares). Hasil penelitian menunjukkan adanya tarif cukai rokok
akan menambah penerimaan pemerintah namun berdampak negatif terhadap total surplus ekonomi. Kenaikan
cukai rokok berdampak pada negatif surplus produsen rokok makin menurun, negatif surplus konsumen rokok
makin meningkat dan surplus petani menjadi turun (negatif). Agar surplus ekonomi petani tetap positif, maka
kenaikan tarif cukai khususnya SKT ditetapkan tidak lebih dari 5,8%. Untuk mengatasi kerugian petani dan
mengantisipasi turunnya permintaan tembakau dan cengkeh di masa depan, pemerintah dapat memanfaatkan
sebagian penerimaan cukai rokok untuk melakukan upaya pengembangkan alternatif tanaman lain selain tembakau
seperti sayuran, intensifikasi tanaman tembakau subtitusi impor dan melakukan diversifikasi produk cengkeh
sebagai minyak esensial, pengawet dan lainnya.
Kata kunci: cukai rokok, cengkeh, tembakau, surplus ekonomi.
2 Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 37 No. 1, Mei 2019:1-23
berdampak pada turunnya produksi dan turunnya Pabrik rokok telah menalangi konsumen dalam
permintaan rokok sehingga harga tembakau dan membayar cukai kepada pemerintah pada saat
cengkeh akan turun. Oleh karena itu dampak membeli pita cukai yang terdapat pada kemasan
kenaikan cukai tidak hanya pada produsen dan rokok. Besarnya tarif cukai rokok diubah berulang
konsumen rokok tetapi juga berdampak pada kali terutama pada tarif dasarnya menyesuaikan
konsumen cengkeh, maupun tembakau perubahan ekonomi negara dan mengikuti inflasi.
(pengusaha rokok, konsumen rokok, dan petani). Untuk penetapan harga dasar dan tarif cukai hasil
Akibat pengenaan tarif cukai, pemerintah juga tembakau ditetapkan dengan Peraturan Menteri
memperoleh penerimaan negara yang disebut Keuangan (PMK). Perkembangan tarif cukai
dengan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau rokok dapat dilihat pada Tabel 1.
(DBH CHT). Pengaturan DBH CHT diatur dengan
Dari sisi produksi tidak adanya kebijakan
Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.07/
khusus terkait peningkatan produksi tembakau
2008.
dan penelitian pengembangan cengkeh sejak
Kebaruan penelitian ini terletak pada model tahun 1990 berdampak pada produksi tembakau
yang dibangun. Model persamaan simultan yang dan cengkeh yang cenderung berfluktuasi
dibangun lebih luas karena mengintegrasikan dengan pertumbuhan yang lambat dari tahun
pasar domestik dan pasar internasional tembakau 1989 hingga tahun 2014. Di Indonesia
dan cengkeh dan pasar domestik rokok sehingga pemerintah menyarankan petani tembakau untuk
lebih lengkap. Analisis penelitian ini juga lebih beralih menanam tanaman lain seperti
tajam karena mampu menganalisis pergeseran hortikultura sementara untuk komoditas cengkeh
surplus produsen dan konsumen akibat kebijakan diarahkan untuk diversifikasi produk olahan
kenaikan tarif cukai. Peneliti juga melakukan selain rokok. Tetapi tidak mudah untuk
disagregasi pasar rokok kretek Indonesia (pasar mengubah kebiasaan petani karena tembakau
SKT, SKM dan SKB) yang masing-masing sudah menjadi tanaman pokok petani di sentra
memiliki perbedaan dalam konsumsi bahan produksi sejak lama dan keuntungan margin dari
bakunya. Dengan demikian penelitian ini mampu menanam tembakau lebih besar daripada
menjelaskan dampak terhadap perilaku tiap pasar hortikultura. Jaminan kepastian harga sangat
rokok kretek tersebut. penting agar petani mau beralih menanam
tanaman selain tembakau (Rachmat 2010).
Penelitian ini sangat penting terutama untuk
Penelitian (Keyser dan Junita 2005)
mengakomodasi kepentingan petani mengingat
menunjukkan bahwa tanaman cabe dan kentang
tembakau dan cengkeh selama ini dominan
memberikan keuntungannya sama atau lebih
diusahakan oleh pertanian rakyat. Diharapkan
baik dari tembakau sedangkan penelitian
kebijakan yang tepat dapat diperoleh tanpa me-
(Solikhah et al. 2017) di Jawa Timur
rugikan kepentingan pihak-pihak terkait dan dapat
menunjukkan bahwa tanaman kedelai lebih
memberikan kesejahteraan terutama kepada
menguntungkan daripada tanaman tembakau.
petani tembakau maupun petani cengkeh. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis dan Adanya pasar rokok yang oligopolistik
mengevaluasi dampak kebijakan cukai rokok mengakibatkan kebijakan pemerintah mengalami
terhadap distribusi surplus ekonomi di antara dinamika yang berdampak besar bagi industri
pelaku ekonomi pada industri rokok di Indonesia. rokok kretek Indonesia. Di satu sisi pemerintah
berusaha meningkatkan produksi tetapi disisi lain
pemerintah berusaha mengurangi konsumsi hasil
METODE PENELITIAN tembakau (rokok). Kebijakan cukai rokok yang
mengenai pasar output akan berakibat pada
perubahan struktur pasar di mana industri rokok
Kerangka Pemikiran sebagai produsen selain akan menggeser
Cukai rokok adalah pungutan oleh pemerintah tanggungan cukai dari produsen kepada
secara tidak langsung kepada konsumen yang konsumen juga akan mengalihkan beban cukai
menikmati/menggunakan obyek cukai (rokok). ke pasar input yang akan berdampak pada petani
produsen input. Kekuatan oligopolis industri Buana menggunakan data time series dengan
rokok dapat mengalihkan beban cukai kepada analisis 2 SLS.
konsumen rokok (Sung et al. 1994) maupun
Hasil penelitian Irawan menunjukkan bahwa
kepada produsen tembakau (Buana 2013) dan
perilaku pada pasar rokok sangat mempengaruhi
produsen cengkeh (Irawan 1996).
pasar tembakau dan sedangkan perilaku pasar
Dampak kenaikan cukai rokok akan cengkeh hampir serupa dengan perilaku pasar
menaikkan penerimaan pemerintah, namun akan tembakau karena keduanya merupakan input
menaikkan harga rokok dan diharapkan utama dalam produksi rokok kretek. Kenaikan
menurunkan permintaan dan konsumsi rokok tarif cukai akan menurunkan kesejahteraan
(Chaloupka et al. 2010). Namun, kenaikan cukai produsen tembakau dan cengkeh dalam porsi
juga akan menekan harga input di tingkat petani yang lebih besar dari kenaikan tarif cukai
dan berdampak pada turunnya kesejahteraan tersebut, demikian pula sebaliknya. Gencarnya
petani. Kesejahteraan diukur dengan besarnya kampanye anti rokok yang berarti akan menekan
surplus produsen dan surplus konsumen. Surplus konsumsi rokok sangat berpengaruh pada
konsumen adalah perbedaan antara nilai penurunan kesejahteraan produsen tembakau
maksimum yang sanggup dibayarkan konsumen dan cengkeh akibat menurunnya permintaan
untuk tiap unit barang dengan nilai yang benar- tembakau dan cengkeh sebagai permintaan
benar dibayarkan konsumen. Surplus produsen turunan dari industri rokok. Penelitian Buana
adalah selisih antara nilai yang produsen terima (2013) menunjukkan bahwa kenaikan tarif cukai
untuk tiap unit barang dengan nilai minimum yang rokok berdampak pada penurunan kesejahteraan
produsen akan terima. Dalam aplikasinya pada petani tembakau, konsumen tembakau, produsen
pengenaan pajak akan menyebabkan surplus rokok dan konsumen rokok kretek meskipun
konsumen dan produsen berkurang karena pajak menaikkan pendapatan pemerintah.
mengurangi keseimbangan kuantitas yang terjual
Jenis SKT dan SKM yang diteliti tidak
(Dolan dan Lindsey 1988).
membedakan filter dan non filter, harga tembakau
Penelitian terdahulu terkait dampak kebijakan yang digunakan merupakan harga rata-rata
kenaikan tarif cukai rokok di Indonesia terhadap agregasi tembakau kering dengan kode HS
produksi rokok sudah banyak dilakukan (Irawan 240120 (tobacco, unmanufactured, stemmed
1996; Harini 2001; Buana 2013; Rianto 2014). atau stripped) tidak memperhatikan mutu
Penelitian dampak kebijakan tarif rokok di negara tembakau, harga cengkeh yang digunakan
maju juga telah dilakukan namun sebagian besar merupakan harga rata-rata agregasi bunga
menganalisis efektivitas kebijakan kontrol cengkeh utuh kering dengan kode HS 0907
tembakau terhadap upaya mengurangi konsumsi (Cloves, whole fruit, cloves & stems) tidak
rokok (Hu et al. 1995; Chaloupka et al. 2000; Ruiz memperhatikan mutu cengkeh, tarif cukai yang
et al. 2008; Chaloupka et al. 2011; Nargis et al. digunakan merupakan tarif cukai rata-rata untuk
2014; Liber et al. 2015). Hasil penelitian sebagian masing-masing SKM, SKT dan SKB untuk semua
besar mengindikasikan bahwa konsumsi rokok di golongan perusahaan sigaret kretek yang
negara-negara maju stabil dengan kecenderungan dihitung dengan satuan Rupiah/batang.
menurun yang disebabkan bervariasinya aktivitas Perhitungan konsumsi tembakau dan cengkeh
pengendalian tembakau (control tobacco misalnya untuk tiap batang sigaret kretek disesuaikan
kenaikan pajak rokok dan pembatasan iklan dengan perubahan konsumsi per batang sigaret
tembakau). Sementara itu, penelitian dampak tiap tahunnya menurut Gabungan Perserikatan
kebijakan kontrol tembakau terhadap Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI). Untuk
perekonomian secara umum juga telah banyak menghitung konsumsi menggunakan angka
dilakukan oleh beberapa negara yaitu penelitian di konversi penggunaan bahan baku untuk tiap
Afrika Selatan, Taiwan, Jepang, Brazil (Applied batang rokok menurut jenisnya.
Fiscal Research Centre 1998),di Indonesia
Secara teoritis, adanya kenaikan cukai rokok
(Barber et al. 2008) dan di Cina (Hu et al. 2010).
akan berpengaruh langsung pada harga output
Penelitian lebih mendalam tentang dampak (rokok) kemudian mempengaruhi pasar output
cukai rokok dilakukan oleh Irawan (1996) dan dan selanjutnya berdampak pada pasar input.
(Buana 2013) yang tidak hanya menganalisis Selanjutnya perubahan di pasar akan
dampak penetapan cukai rokok terhadap perilaku mempengaruhi besarnya surplus ekonomi pihak-
industri tembakau tetapi juga terhadap pihak terkati dalam industri rokok baik pasar input
kesejahteraan produsen dan konsumen. Irawan maupun pasar output. Keterkaitan antara pasar
juga menganalisis beban cukai yang ditanggung output (rokok) dengan permintaan pasar input
oleh pelaku industri tembakau dan melakukan (tembakau atau cengkeh) serta perubahan
disagregasi rokok menjadi empat jenis SKT, surplus ekonomi dapat digambarkan pada
SKM, SKB dan rokok putih. Penelitian Irawan dan Gambar 1.
DAMPAK KEBIJAKAN CUKAI ROKOK TERHADAP DISTRIBUSI SURPLUS EKONOMI INDUSTRI ROKOK DI INDONESIA 5
Antik Suprihanti, Harianto, Bonar M Sinaga, Reni Kustiari
Pada Gambar 1 dalam kondisi awal sebelum Semakin inelastis kurva penawaran, maka semua
dikenakan cukai, penawaran dan permintaan beban cukai akan lebih banyak dibebankan pada
output yang ditunjukkan dari perpotongan kurva produsen sedangkan semakin inelastis kurva
Sr dan Dr di titik A di mana kuatitas keseimbangan permintaan maka beban cukai lebih banyak
di Qr1 dan harga keseimbangan di Pr0. Dengan dibebankan kepada konsumen.
adanya kebijakan cukai rokok yang dikenakan
Adanya kebijakan cukai rokok akan
pada output rokok maka kurva penawaran rokok
menyebabkan kenaikan harga rokok sehingga
bergeser ke atas dari Sr ke Src sehingga tercapai
akan mengurangi kuantitas rokok yang diproduksi
keseimbangan yang baru pada kuantitas
dari Qr1 ke Qr2 akibatnya jumlah input (x) yang
produksi rokok yang menurun dari Qr1 ke Qr2 dan
digunakan untuk produksi rokok juga berkurang
terjadi kenaikan harga dari Pr1 ke Pr2. Tingkat
atau turun dari x1 ke x2. Akibat penurunan
harga Pr2 merupakan harga yang sudah termasuk
permintaan input akan berdampak pada
cukai sebesar Pr1Pr2. Harga yang diterima
penurunan harga input di tingkat produsen
produsen rokok sebesar 0Pr1 kemudian cukai
(petani tembakau atau petani cengkeh) dari Px1
sebesar Pr1Pr2 dibagi menjadi dua yaitu harga
ke Px2. Jadi produsen input akan kehilangan
yang merupakan beban produsen rokok sebesar
surplus sebesar Px2 E2 E1 PX1 karena harga input
Pr0Pr1 dan harga yang merupakan beban
turun dan permintaan input turun. Untuk melihat
konsumen rokok sebesar Pr0Pr2. Akibat
dampak dari kebijakan cukai, perlu memasukkan
pengenaan tarif cukai, konsumen rokok akan
perubahan kuantitas dan harga yang dapat terjadi
kehilangan surplus konsumen sebesar Pr2 B’A Pr0
di pasar lain. Dalam hal ini dampak kebijakan
dan membayar beban cukai, produsen rokok juga
kenaikan cukai rokok (output) juga memasukkan
kehilangan surplus sebesar Pr1CA Pr0. Sehingga
perubahan kuatitas dan harga yang terjadi pasar
total surplus yang hilang sebesar Pr2 B’AC Pr1.
yang lain yang terkait yaitu pasar input (tembakau
Pemerintah memperoleh penerimaan atas cukai
dan cengkeh).
sebesar Pr2 B’C Pr1. Sehingga cukai
menyebabkan terjadinya kerugian masyarakat Industri rokok tidak lepas dari pengaruh
sebesar segitiga AB’C yang disebut dengan perubahan yang terjadi di pasar global baik
deadweight loss. Besarnya distribusi beban tax perubahan nilai tukar, pasar tembakau dunia,
pada konsumen dan produsen tergantung pada maupun pasar cengkeh dunia. Perubahan pada
kemiringan (slope) kurva permintaan dan kurva di pasar dunia akan berdampak pada pasar
penawaran dari objek yang dikenai cukai. B
Harga rokok
= surplus konsumen rokok
yang hilang Pasar Output (rokok)
= surplus produsen rokok
yang hilang
Src
= surplus produsen tembakau
/cengkeh yang hilang B’
Pr2
Sr
Pr0
Pasar Input A
Pr1
Q Input
(tembakau/cengkeh) C
Dr
D1 S 0
Qr2 Qr1 Q output
D2 E1
x1 Total produksi
x1
rokok
E2
x2
F x2
Gambar 1. Dampak cukai rokok terhadap pasar output dan input, serta surplus produsen dan konsumen
6 Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 37 No. 1, Mei 2019:1-23
tembakau dan cengkeh domestik yang Indonesia, Index Mundi, Food and Agriculture
selanjutnya akan mempengaruhi kinerja industri Organization Statistics (FAOSTAT), World bank
rokok. Perubahan kebijakan pemerintah berupa dan beberapa literatur terkait. Wawancara
kenaikan cukai rokok secara langsung akan mendalam juga dilakukan dengan Asosiasi
mempengaruhi kinerja industri rokok. Industri Petani Tembakau dan cengkeh, GAPPRI, survei
rokok selain sebagai produsen rokok sekaligus lapangan dengan pelaku usaha rokok kretek (
merupakan konsumen tembakau dan cengkeh. petani, tengkulak, Grader).
Perubahan pada kebijakan tidak hanya
berdampak pada kinerja pasar rokok tetapi juga
Analisis Data
kinerja pasar tembakau dan pasar cengkeh.
Pasar rokok kretek yang diteliti terdiri dari tiga Metode analisis menggunakan pendekatan
pasar rokok kretek yaitu pasar SKT, pasar SKM ekonometrika yang terdiri dari identifikasi model,
dan pasar SKB. Perubahan-perubahant tersebut metode estimasi, dan validasi model. Model
selanjutnya akan berdampak pada tingkat dalam penelitian ini dibangun dalam bentuk
kesejahteraan produsen maupun konsumen yang sistem persamaan simultan yang terdiri dari tiga
terkait dalam industri rokok baik pengusaha rokok blok yaitu, Blok Pasar Tembakau Indonesia, Blok
maupun petani penyedia bahan baku rokok. Pasar Cengkeh Indonesia serta Blok Pasar
Dengan demikian ada saling keterkaitan di antara Rokok Kretek Indonesia. Subsistem pasar rokok
pasar rokok kretek, pasar tembakau, dan pasar kretek didisagregasi menjadi 3 kelompok yaitu
cengkeh dan perubahan kebijakan kenaikan Sigaret Kretek Mesin (SKM), Sigaret Kretek
cukai rokok akan berdampak pada surplus Tangan (SKT), dan Sigaret Kretek Klobot (SKB).
ekonomi para pelaku ekonomi dalam industri Notasi dan nama variabel endogen dan eksogen
rokok. Pelaku ekonomi yang terlibat dalam dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
industri rokok meliputi konsumen rokok, produsen
rokok/ konsumen tembakau dan cengkeh, dan
produsen/petani tembakau dan cengkeh. A. Blok Pasar Tembakau
Dalam model industri rokok kretek ini, terdiri Persamaan areal tembakau Indonesia
tiga pasar atau subsistem yaitu pasar tembakau merupakan fungsi dari harga riil tembakau di
dan pasar cengkeh dan pasar rokok kretek. Pada tingkat petani tahun sebelumnya, harga tanaman
setiap pasar, terdiri dari komponen produksi substitusi tembakau (sayuran) tahun
(penawaran), permintaan (konsumsi) dan sebelumnya, upah riil tenaga kerja, suku bunga
komponen harga di mana kebijakan cukai pada dan luas areal tahun sebelumnya. Semakin tinggi
industri rokok akan mempengaruhi kinerja ketiga harga riil tembakau di tingkat produsen tahun
pasar tersebut. Dampak kebijakan cukai tidak sebelumnya diduga akan berpengaruh positif
berlaku sebaliknya, karena kebijakan cukai terhadap luas areal. Semakin tinggi harga
merupakan variabel eksogen dalam sistem. tanaman substitusinya akan semakin
Harga yang terjadi pada masing-masing pasar menurunkan luas areal tembakau karena petani
ditentukan oleh pasar lainnya. Adanya variabel akan beralih menanam tanaman substitusi.
endogenous pada suatu komponen atau pasar Harga tembakau dan tanaman substitusi
sebagai variabel penjelas pada komponen atau merupakan insentif petani untuk menanam
pasar lainnya, maka penelitian ini merupakan
lahannya, jika harga tembakau atau tanaman
suatu sistem persamaan simultan.
substitusi naik maka pendapatan yang diterima
petani akan naik. Tingginya upah tenaga kerja
Pengumpulan Data diduga akan menaikkan luas areal karena upah
merupakan insentif bagi tenaga kerja. Tingkat
Penelitian ini menggunakan data sekunder
suku bunga yang rendah diduga merupakan
tahunan selama 27 tahun mulai tahun 1990
faktor yang mendorong petani untuk menambah
sampai 2016. Data sekunder yang digunakan
meliputi produksi dan harga rokok, tembakau dan areal tembakau. Persamaan luas areal tembakau
cengkeh, tarif cukai rokok, jumlah dan harga di tuliskan sebagai berikut:
impor dan ekspor tembakau maupun cengkeh
dan sebagainya. Data bersumber dari Luas Areal Tembakau di Indonesia
Departemen Keuangan (Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai), Gabungan Perserikatan Pabrik ATIt = a0+a1LPFTIt+ a2LPVEG t+ a3WTt+
Rokok Indonesia (GAPPRI), United Nations a4Dr t+ a5LATIt+ U1 ..................................... (1)
Commodity Trade Statistics Database
(UNCOMTRADE), Badan Pusat Statistik, Food Tanda parameter estimasi yang diharapkan
and Agricultural Organization, Direktorat Jenderal (hipotesis) adalah: a1, a3 > 0; dan a2, a4 < 0; dan
Perkebunan Kementerian Pertanian Republik 0 < a5 <1
DAMPAK KEBIJAKAN CUKAI ROKOK TERHADAP DISTRIBUSI SURPLUS EKONOMI INDUSTRI ROKOK DI INDONESIA 7
Antik Suprihanti, Harianto, Bonar M Sinaga, Reni Kustiari
ekspor tembakau tahun sebelumnya yang Tanda parameter estimasi yang diharapkan
dirumuskan sebagai berikut: (hipotesis) adalah: h1 , h2, h3, h4> 0; dan 0 < h5<1
Ekspor tembakau Amerika Serikat merupakan
QXTIt = f0+ f1LPXTIt+ f2LQPTIt+ f3CTIt +
fungsi dari perubahan harga tembakau dunia,
f4ERt + f5LQXTIt +U6 ................... (12)
produksi tembakau Amerika Serikat, dummy
akuisisi, trend, dan jumlah ekspor tembakau
Tanda parameter estimasi yang diharapkan: f1, f2, Brazil tahun sebelumnya. Adanya akuisisi diduga
f4> 0; f3 < 0 dan 0 < f5 < 1 akan menaikkan ekspor tembakau Amerika
Serikat karena sejak diberlakukannya kebijakan
Jumlah Permintaan Tembakau Indonesia pengendalian tembakau, perusahaan rokok
Jumlah permintaan tembakau Indonesia besar Amerika Serikat mulai beralih melakukan
merupakan jumlah konsumsi tembakau domestik bisnis rokok di negara berkembang termasuk
(7) dituliskan sebagai berikut: Indonesia, yang dilakukan melalui akuisisi. Pasar
ekspor tembakau Amerika Serikat di duga jakan
DTIt = CTIt ............................................. (13) beralih ke negara-negara yang menjadi lokasi
produksi perusahaan milik Amerika Serikat
Jumlah Penawaran Tembakau Indonesia sehingga ekspor tembakau Amerika Serikat akan
naik. Dummy = nol yakni tahun sebelum akuisisi
Jumlah penawaran tembakau merupakan perusahaan nasional (tahun 1990-2004),
penjumlahan dari produksi dan impor dikurangi dummy=1 adalah tahun setelah akusisi (tahun
ekspor sebagai berikut: 2005-2016).
STIt = QPTIt - QXTIt + QMTIt ................. (14) QXTUt = i0 + i1PTW t+i2QPTUt + i3DIFSt +
i4Tt + i5LQXTUt+ U8 ..................... (17)
Ekspor tembakau Dunia
Ekspor tembakau dunia merupakan Tanda parameter estimasi yang diharapkan
penjumlahan dari ekspor tembakau dari produsen (hipotesis) adalah: i1 , i2, i3> 0; dan 0 < i4 , i5<1
utama tembakau yaitu Cina, Amerika Serikat, dan Ekspor tembakau Brazil merupakan fungsi
Brazil. Persamaan identitas ekspor tembakau dari perubahan harga tembakau dunia, produksi
dunia dapat dituliskan sebagai berikut: tembakau Brazil, nilai tukar dan jumlah ekspor
tembakau Brazil tahun sebelumnya.
QXTW t = QXTCt + QXTUt + QXTBt +
QXTIN + QXTI + QXTRW t .......... (15) QXTBt = j0+j1DPTW t+ j2QPTBt + j3ERBUt +
j4LQXTBt+ U9 ................................................ (18)
Ekspor tembakau Cina merupakan fungsi dari
perubahan harga tembakau dunia, produksi Tanda parameter estimasi yang diharapkan
tembakau Cina, nilai tukar, dummy (hipotesis) adalah: j1 , j2, j3> 0; dan 0 < j4<1
internasionalisasi tembakau Cina, dan jumlah
ekspor tembakau Cina tahun sebelumnya. Impor tembakau Dunia
Kebijakan internasionalisasi Cina dimulai tahun
2007 yang ditandai dengan intensifnya ekspansi Impor tembakau dunia merupakan
Cina ke pasar internasional. Cina merupakan penjumlahan dari jumlah impor tembakau
produsen utama tembakau dunia di mana negara-negara importir utama tembakau yaitu
produksinya dikendalikan sepenuhnya oleh Rusia, Jerman, Belanda, Indonesia dan sisa
pemerintah Cina. Dummy = nol yakni tahun dunia. Persamaan identitas ekspor tembakau
sebelum kebijakan internasionalisasi tembakau dunia dapat dituliskan sebagai berikut:
Cina berlaku (tahun 1990-2006), sedangkan
dummy=1 adalah tahun setelah diberlakukan QMTW t = QMTRt+ QMTGt+ QMTNt +
kebijakan ini (tahun 2007-2016). Dengan adanya QMTI + QXTRW t ....................................... (19)
kebijakan internasionalisasi Cina ini diduga akan
mendorong ekspor tembakau Cina ke pasar dunia. Impor tembakau Rusia merupakan fungsi dari
Persamaan ekspor tembakau untuk masing- harga tembakau dunia, nilai tukar , pendapatan
masing negara (Cina, Amerika Serikat dan Brazil) negara, dan jumlah impor tembakau Rusia tahun
dapat dituliskan sebagai berikut: sebelumnya. Persamaan impor tembakau Rusia
sebagai berikut:
QXTCt = h0+ h1DPTW t+h2QPTCt +
h3ERCUt +h4DPTCt + QMTRt = k0 + k1PTW t + k2ERUEt+
h5LQXTCt+ U7 ............................. (16) k3GDPRt + k4LQMTRt+ U10 ............... (20)
DAMPAK KEBIJAKAN CUKAI ROKOK TERHADAP DISTRIBUSI SURPLUS EKONOMI INDUSTRI ROKOK DI INDONESIA 11
Antik Suprihanti, Harianto, Bonar M Sinaga, Reni Kustiari
Harga di tingkat petani diduga dipengaruhi oleh Variabel ini dimasukkan karena sejak tahun 2005
harga di tingkat industri, kebijakan tataniaga, terjadi akuisisi perusahaan rokok nasional (yang
kebijakan impor cengkeh dan harga cengkeh hanya memproduksi SKT dan SKM) sehingga
petani tahun lalu. Harga di tingkat konsumen dampaknya cukup besar terhadap produksi rokok
industri dipengaruhi oleh produksi cengkeh kretek di Indonesia. Untuk tahun sebelum adanya
domestik, harga impor cengkeh, konsumsi akusisi (tahun 1990-2004) variabel dummy DIFS
cengkeh Indonesia, kebijakan tataniaga, kebijakan diberi nilai nol (0) sedangkan setelah akusisi
impor, trend dan harga tahun lalu. (tahun 2005-2016) dummy bernilai satu. Selain
Ada 2 kebijakan yang pernah diberlakukan itu untuk produksi SKM dimasukkan pula variabel
pada komoditas cengkeh yaitu kebijakan tataniaga harga ekspor SKM karena di duga produksi SKM
cengkeh oleh Badan Penyangga Cengkeh (BPPC) yang tinggi dewasa ini diperuntukan ke pasar
dan kebijakan impor cengkeh. Dummy pemasaran ekspor. Hal ini mengingat roadmap pemerintah
cengkeh untuk tahun sebelum dimulainya yang membatasi produksi untuk pasar domestik
kebijakan tataniaga = nol (tahun 1990-1998), sehingga produksi SKM lebih untuk keperluan
sedangkan dummy setelah diberlakukan kebijakan pasar ekspor.
lisensi impor (tahun 1999-2016) =1. Kebijakan
lisensi impor cengkeh untuk tahun sebelum Semakin tinggi tarif cukai maka harga rokok
dimulainya kebijakan lisensi impor (tahun 1990- yang diterima produsen rokok akan makin kecil,
2003)= nol, sedangkan tahun setelah diberlakukan keuntungan pengusaha rokok turun sehingga
kebijakan lisensi (tahun 2004-2016) =1. Harga produksi rokok berkurang. Harga input (tembakau
ekspor dan harga impor masing-masing dan cengkeh) dan upah tenaga kerja yang
dipengaruhi oleh harga dunia, nilai tukar, trend dan semakin tinggi akan menurunkan keuntungan
harga tahun lalu. Berikut ini persamaan integrasi produsen rokok sehingga berdampak pada
pasar cengkeh: penurunan produksi rokok. Dengan kata lain
harga input akan berpengaruh negatif terhadap
PFCIt = y0 + y1PCIt + y2DPMCt + produksi rokok. Persamaan terbagi atas tiga jenis
y3DPICt + y4LPFCIt+ U22 ............. (41) rokok kretek yang diteliti yaitu SKT, SKM dan
PCIt = z0 + z1L2QPCIt + z2 PMCIt + SKB berikut ini.
z3CCIt + z4DPMC + z5DPIC +
z6LPCIt + U23 ..................................................(42) QSKTt = ac0 + ac1LPSKTTt+ ac2LPTIt +
ac3LPCIt + ac4WLt+ ac5DIFSt +
PXCIt = aa0 + aa1PCW t + aa2ERt + ac6LQSKTt+ U26 .......................... (45)
aa3LPXCIt+ U24............................................(43)
QSKMt = ad0 + ad1DPSKMTt+ ad2PXSKMt +
PMCIt = ab0 + ab1PCW t + ab2ERt +
ad3DPTIt+ ad4PCIt + ad5WLt+
ab3LPMCIt+ U25 .......................... (44)
ad6DIFSt + U27 ............................. (46)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan QSKBt = ae0 + ae1LPSKBTt + ae2PTIt +
(hipotesis) adalah: y1, z2 , z3, aa1, aa2 , ab1, > 0; ae3PCIt + ae4WLt + ae5LQSKBt +
y2, y3, z1, z4, z5, ab2< 0; 0 < y4,z6, aa3 , ab3<1 U28 ............................................... (47)
QPSKIt = QSKTt+ QSKMt+ QSKBt ............. (48) Total Konsumsi Rokok Kretek
Konsumsi rokok kretek Indonesia merupakan
Jumlah Ekspor Rokok Kretek Indonesia
penjumlahan dari persamaan CSKT (51), CSKM
Ekspor rokok kretek seluruhnya merupakan (52), CSKB(53). Persamaan dituliskan sebagai
SKM (Ditjen Bea Cukai). Volume ekspor rokok berikut:
kretek Indonesia mulai meningkat sejak
perusahaan rokok transnasional asing CSKIt = CSKTt + CSKMt + CSKBt ............ (54)
mengakuisisi perusahaan rokok nasional. Dengan
demikian volume ekspor rokok kretek Indonesia Harga Jual Eceran Rokok Kretek
diduga dipengaruhi oleh harga SKM dibagi nilai
tukar, jumlah produksi rokok SKM, dummy akuisisi Harga jual eceran rokok diduga dipengaruhi
perusahaan rokok nasional,dan jumlah ekspor oleh jumlah produksi dan konsumsi rokok kretek,
rokok tahun sebelumnya. Persamaan ekspor besarnya tarif cukai rokok, trend dan harga rokok
rokok kretek sebagai berikut. tahun sebelumnya. Harga jual eceran rokok
kretek berdasarkan jenis rokok kretek dengan
QXSKMt = af0 + af1PSKMRt+ af2QSKMt + menggunakan harga jual eceran menurut BPS.
af3DIFSt+ af4LQXSKMt+ U29 ....... (49) Persamaan harga jual eceran rokok berikut:
Tanda parameter estimasi yang diharapkan Tanda parameter estimasi yang diharapkan
(hipotesis) adalah: ag2, ag3, ah2, ah3, ah4, ai2, ai3 > (hipotesis) adalah: am1< 0; dan 0 < am2, am3 <1
0; ag1, ag4, ah1, ai1, ai4< 0; dan 0 < ag5, ah5, ai5 <1
DAMPAK KEBIJAKAN CUKAI ROKOK TERHADAP DISTRIBUSI SURPLUS EKONOMI INDUSTRI ROKOK DI INDONESIA 15
Antik Suprihanti, Harianto, Bonar M Sinaga, Reni Kustiari
Model terdiri dari 61 persamaan yaitu 36 - CSTSKT = (PTIb – PTIs) *(CTSKTb+ 0,5 *
persamaan struktural dan 25 persamaan (CTSKTb – CTSKTs))
identitas. Hasil identifikasi model adalah - CSTSKM = (PTIb–PTIs) *(CTSKMb+ 0,5 *
overidentified. Model yang over indentified dapat (CTSKMb – CTSKMs))
diestimasi dengan metode Two Stage Least
- CSTSKB = (PTIb – PTIs) *(CTSKBb+ 0,5 *
Square (2SLS). Validasi model dilakukan agar
(CTSKBb – CTSKBs))
dapat melihat apakah model cukup valid
digunakan untuk simulasi alternatif kebijakan. - CSTSK = CSTSKT + CSTSKM + CSTSKB
Kriteria yang digunakan untuk validasi nilai 5. Perubahan surplus konsumen cengkeh (CSC)
estimasi model ekonometrika menggunakan Root industri rokok:
Means Squares Percent Error (RMSPE) dan U-
- CSCSKT = (PCIb – PCIs) *(CTSKTb+ 0,5 *
Theil. Jika RMPSE semakin kecil maka model
(CTSKTb – CTSKTs))
yang digunakan akan semakin baik, sedangkan
nilai U berkisar diantara 0 dan 1. - CSCSKM=(PCIb– PCIs) *(CTSKMb+0,5 *
(CTSKMb – CTSKMs))
Simulasi dampak dilakukan untuk melihat
- CSCSKB = (PCIb– PCIs) *(CTSKBb+ 0,5 *
respon yang terjadi pada variabel endogen akibat
(CTSKBb – CTSKBs))
perubahan variabel eksogen (instrumen
kebijakan). Jenis simulasi merupakan simulasi - CSCSK = CSCSKT + CSCSKM + CSCSKB
dinamik dengan menggunakan metode simulasi 6. Perubahan surplus konsumen (CS) rokok
Newton. Instrumen kebijakan yang disimulasi kretek:
adalah kebijakan tarif cukai rokok. Simulasi
dampak dilakukan setelah model yang dibangun - CSSKT = (PSKTb – PSKTs) *(CSKTb+ 0,5
cukup valid. Skenario simulasi yang dilakukan * (CSKTb – CSKTs))
meliputi: - CSSKM = (PSKMb – PSKMs) *(CSKMb+
0,5 * (CSKMb – CSKMs))
1. Kebijakan kenaikan tarif cukai SKT sebesar
5,8% dan SKM sebesar 11,3% (S1) - CSSKB = (PSKBb – PSKBs) *(CSKBb+
0,5 * (CSKBb – CSKBs))
2. Kebijakan kenaikan tarif cukai SKT sebesar - CSSK = CSSKT + CSSKM + CSSKB
12% dan SKM sebesar 17% (S2)
7. Perubahan penerimaan pemerintah
Untuk menganalisis perubahan surplus cukai(GC) rokok kretek:
ekonomi pelaku ekonomi dalam industri rokok
kretek akibat kebijakan kenaikan tarif cukai, maka - GCSKT = (TSKT*QSKTs*PSKTs) -
digunakan rumus surplus produsen dan surplus (TSKT*QSKTb*PSKTb)
konsumen sebagai berikut: - GCSKM = (TSKM*QSKMs*PSKMs) -
(TSKM*QSKMb*PSKMb)
1. Perubahan surplus produsen tembakau
(petani tembakau): - GCSKB = (TSKB*QSKBs*PSKBs) -
(TSKB*QSKBb*PSKBb)
(PFTIs – PFTIb) *(QPTIb+ 0,5 * (QPTIs –
QPTIb)) - GCSK = GCSKT + GCSKM + GCSKB
ini menunjukkan bahwa sebagian besar variabel- harga cengkeh dunia dipengaruhi jumlah ekspor
variabel penjelas dalam masing-masing dan impor dunia.
persamaan mampu menjelaskan 53 hingga 99%
Penawaran cengkeh dipengaruhi oleh curah
variasi masing-masing variabel endogennya. Nilai
hujan dan upah tenaga kerja. Jumlah ekspor
statistik F juga menunjukkan indikasi model yang
cengkeh Indonesia dipengaruhi oleh harga ekspor
baik dimana lebih dari 55% bernilai diatas 20 dan
cengkeh, harga cengkeh industri, perubahah nilai
signifikan taraf kesalahan 1%. Untuk menguji
tukar dan ekspor sebelumnya. Sedangkan jumlah
pengaruh masing-masing variabel penjelas
impor cengkeh dipengaruhi oleh harga impor
terhadap variabel endogennya, peneliti
cengkeh, konsumsi cengkeh domestik, dummy
menggunakan 4 kelompok taraf nyata yaitu A, B,
impor cengkeh dan ekspor sebelumnya. Harga
C dan D dengan masing-masing tingkat kesalahan
cengkeh tingkat petani sangat dipengaruhi oleh
5%, 10%, 15% dan 20%.
harga cengkeh di tingkat industri, dummy
Nilai statistik uji DW berkisar antara 1,43 hingga kebijakan tataniaga cengkeh serta dummy
2,38 dengan nilai statistika uji h berkisar antara pembatasan impor cengkeh. Harga cengkeh
0,05 hingga 1,97. Dari seluruh persamaan industri sendiri sangat dipengaruhi oleh produksi
struktural mengindikasikan bahwa 58,3% tidak cengkeh 2 tahun sebelumnya serta kebijakan
terjadi masalah autokorelasi dan hanya 11,1% tataniaga cengkeh dan kebijakan impor cengkeh.
yang mengalami masalah autokorelasi dan
Adanya kebijakan pada komoditas cengkeh
sisanya tidak dapat disimpulkan. Model yang
ternyata justru merugikan petani dimana kebijakan
menggunakan sistem persamaan simultan sulit
impor cengkeh seolah memberikan hak monopoli
menghindari masalah multikolinieritas tetapi
kepada produsen rokok (Simatupang 2003).
sejauh tidak ada multikolinieritas yang sempurna
Kebijakan tataniaga cengkeh pada masa lalu
antara variabel-variabel bebasnya maka masalah
dimana pemasaran cengkeh melalui BPPC serta
tersebut hanya akan mengurangi efisiensi estimasi
kebijakan impor cengkeh hanya melalui importir
tetapi tidak menimbulkan bias estimasi.
khusus (tahun 2002 hingga tahun 2015) ternyata
sangat signifikan menurunkan harga cengkeh di
Hasil Estimasi Indonesia. Harga ekspor dan harga impor cengkeh
Indonesia sangat dipengaruhi oleh harga cengkeh
Dari hasil estimasi pada pasar tembakau dunia dan harga ekspor sebelumnya. Sedangkan
menunjukkan bahwa penawaran tembakau harga cengkeh dunia sangat dipengaruhi oleh
domestik dipengaruhi oleh luas areal, harga jumlah ekspor dan jumlah impor cengkeh dunia,
tembakau di tingkat petani, harga sayuran trend dan harga sebelumnya. Suplai dan
(tanaman substitute tembakau), upah tenaga kerja permintaan dunia sangat mempengaruhi
dan luas areal sebelumnya. Oleh karena itu akan pergerakan harga cengkeh dunia.
sulit mengalihkan petani untuk tidak lagi menanam
tembakau selama tidak ada insentif tanaman lain Jumlah produksi SKT dipengaruhi oleh harga
yang lebih menguntungkan daripada tembakau input tembakau dan cengkeh di tingkat industri,
(Rachmat 2010). Harga sayuran yang naik upah tenaga kerja serta produksi SKT tahun
merupakan insentif petani untuk menanam selain sebelumnya. Jumlah produksi SKM dipengaruhi
tembakau maupun sebagai tanaman pendamping oleh harga ekspor SKM serta harga cengkeh
(tumpang sari). Hasil ini sesuai dengan penelitian tingkat industri, sedangkan harga SKM yang
Solikhah et al (2017); Keyser dan Junita (2005). diterima produsen SKM (harga setelah dikurangi
Peningkatan luas areal akan menaikkan produksi cukai rokok), harga tembakau tingkat industri,
tembakau (Wachjutomo 1996 ; Maulidah dan upah tenaga kerja dan dummy akuisisi
Suryawijaya 2010). Harga tembakau dan cengkeh perusahaan nasional tidak berpengaruh signifikan
petani dipengaruhi harga di tingkat industri yang terhadap jumlah produksi SKM. Jumlah produksi
menunjukkan ketergantungan petani pada pabrik SKB dipengaruhi oleh harga tembakau, upah
rokok (Ahsan et al. 2008) ; Buana 2013; Hasan tenaga kerja industri rokok dan produksi SKB
dan Darwanto 2016; Suprihanti 2018). Harga di tahun sebelumnya, sedangkan harga cengkeh
tingkat industri sendiri dipengaruhi produksi tidak berpengaruh signifikan. Baik SKT, SKM
tembakau tahun sebelumnya. Jika panen maupun SKB menunjukkan bahwa produksinya
tembakau sebelumnya baik, maka pabrik akan tidak dipengaruhi secara signifikan oleh harga
melakukan pembelian lebih banyak untuk menjaga yang diterima produsen (harga setelah dikurangi
stok saat produksi tembakau petani turun. besarnya cukai rokok), namun tanda atau arah
Fluktuasi harga tembakau dunia sangat sudah sesuai dengan harapan. Kenaikan cukai
mempengaruhi harga ekspor dan impor tembakau ternyata menurunkan produksi rokok walaupun
Indonesia juga sesuai dengan penelitian tidak signifikan sehingga berdampak pada
Wachjutomo (1996). Sedangkan harga tembakau konsumsi dan permintaan tembakau dan cengkeh
dunia dipengaruhi jumlah ekspor dunia sedangkan industri rokok kretek yang sedikit menurun
DAMPAK KEBIJAKAN CUKAI ROKOK TERHADAP DISTRIBUSI SURPLUS EKONOMI INDUSTRI ROKOK DI INDONESIA 17
Antik Suprihanti, Harianto, Bonar M Sinaga, Reni Kustiari
(Suprihanti et al. 2018). Tidak signifikannya dapat mewakili dunia nyata (Pyndick dan
pengaruh kenaikan cukai terhadap produksi rokok Rubinfeld 1991). Dari uji validitas diperoleh nilai
disebabkan turunnya produksi rokok pada industri RMSPE sebesar 78,7% dari variabel mempunyai
rokok skala kecil dapat diimbangi dengan nilai di bawah 30% dan hanya 6,5% mempunyai
meningkatkan produksi rokok industri rokok skala persentase di atas 100%. Hasil tersebut
besar terutama yang telah diakuisisi. Jumlah menunjukkan bahwa selama periode
konsumsi SKT, SKM dan SKB lebih dipengaruhi pengamatan tahun 2007 sampai 2016, nilai
oleh konsumsi tahun sebelumnya yang variabel endogen hasil pendugaan hampir
menunjukkan sifat addictive pada konsumsi rokok. semuanya cukup dekat dengan nilai aktualnya.
Ada 4 variabel (10%) yang mempunyai nilai
Harga jual eceran SKT dan SKM dipengaruhi
RMSPE di atas 100% yakni variable jumlah impor
oleh konsumsi dan produksi, sedangkan harga
tembakau Indonesia dari USA, jumlah impor
SKB lebih dipengaruhi harga jual sebelumnya.
cengkeh Indonesia, harga impor cengkeh
Hasil analisis estimasi menunjukkan kenaikan
Indonesia dan harga cengkeh dunia. Hal ini
cukai pada masing-masing jenis rokok akan
disebabkan data aktual dari variabel-variabel
menaikkan harga jual eceran rokok yang
tersebut yang sangat berfluktuasi.
menunjukkan hasil sudah sesuai harapan, namun
kenaikan tarif cukai yang diterapkan tidak cukup Berdasarkan indikator validasi nilai U-theil, 56
signifikan mempengaruhi kenaikan harga jual persamaan (91,8%) mempunyai nilai U-theil di
eceran rokok. Menurut Lian et al (2008) relatif bawah 0.3, sedangkan 5 sisanya (8,2%) yang
rendahnya cukai rokok di Indonesia mempunyai nilai U-Theil diatas 0.3 namun masih
mengakibatkan masih rendahnya harga rokok di lebih kecil dari 1. Berdasar hasil perhitungan
Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN tersebut, maka model dianggap cukup baik
lainnya. Penelitian (Rianto 2014) juga digunakan untuk simulasi dampak kebijakan
mengindikasikan bahwa kenaikan harga rokok terhadap beberapa variabel endogen yang
akibat kenaikan cukai dan harga jual eceran (HJE) menjadi tujuan dari penelitian.
tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan
rokok. Kenaikan harga rokok akibat kenaikan tarif
Dampak Kenaikan Cukai Rokok Terhadap
cukai tidak berpengaruh nyata terhadap
Perubahan Surplus Ekonomi
permintaan. Kenaikan harga tidak berlaku bagi
produk adiktif seperti rokok di mana permintaan Besarnya dampak kenaikan cukai dihitung
rokok bersifat inelastis. Kenaikan cukai hanya dengan melakukan simulasi kenaikan cukai pada
menyebabkan perubahan pola konsumsi rokok ke SKT maupun SKM. Simulasi kenaikan cukai SKB
rokok yang lebih murah (White et al. 2014; Li et al. tidak dilakukan karena perubahan tarif cukai
2015) . Penetapan tarif cukai yang cenderung naik sangat kecil. Peneliti melakukan simulasi
ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap kenaikan cukai tahun 2017 pada simulasi S1 dan
produksi rokok terutama industri skala besar simulasi kenaikan cukai S2 yang diperoleh dari
(Rianto 2014) , namun berpengaruh pada industri rata-rata kenaikan cukai SKM selama ini yaitu
SKT skala kecil (Harini 2001). sebesar 17%, sedangkan cukai SKT sebesar
12% merupakan hasil perhitungan cukai SKT
Pada pasar cengkeh menunjukkan bahwa
yang memberikan penurunan surplus petani.
harga cengkeh petani sangat dipengaruhi harga
Hasil perhitungan dampak kebijakan cukai rokok
cengkeh industri, kebijakan lisensi impor. Produksi
terhadap net surplus yang meliputi surplus
cengkeh dipengaruhi curah hujan. Harga cengkeh
produsen, surpus konsumen dan penerimaan
industri dipengaruhi produksi cengkeh domestik 2
pemerintah dapat dilihat pada Tabel 4.
tahun sebelumnya. Sama halnya dengan
tembakau, harga cengkeh dunia juga Tabel 4 menunjukkan bahwa cukai rokok pada
memengaruhi harga ekspor dan impor tembakau tahun 2017 (simulasi S1) akan berdampak pada
domestik. Harga cengkeh dunia juga dipengaruhi penurunan total surplus produsen dan konsumen
oleh jumlah ekspor impor cengkeh dunia. rokok namun masih memberikan positif surplus
pada produsen input rokok (petani tembakau dan
cengkeh). Namun, kenaikan cukai rokok dari
Hasil Validasi Model
simulasi S1 ke S2 akan berdampak pada
Simulasi kebijakan dapat dilakukan jika model penurunan total negatif surplus produsen dan
sudah valid, untuk itu perlu melakukan tahapan konsumen dari minus Rp 45,9 triliun menjadi
validasi model.Validasi model dilakukan untuk hanya minus Rp 8,43 triliun. Dengan kata lain,
menilai apakah nilai-nilai ramalan dari variabel kenaikan tarif cukai rokok akan menurunkan total
endogen yang diestimasi memiliki perbedaan negatif surplus pelaku ekonomi dalam industri
yang jauh dengan nilai aktualnya.Tujuan rokok. Kenaikan cukai rokok juga akan
melakukan validasi untuk melihat apakah model menaikkan penerimaan pemerintah dari cukai
18 Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 37 No. 1, Mei 2019:1-23
Tabel 4. Dampak kebijakan cukai rokok terhadap surplus produsen dan konsumen tembakau, cengkeh dan rokok
kretek
Skenario Simulasi
No Keterangan (miliar Rupiah)
S1 S2
1 ∆ Surplus produsen tembakau 31.56 -27.39
2 ∆ Surplus produsen cengkeh 2805.45 -658.00
3 ∆ Surplus produsen SKT -347.95 -715.00
4 ∆ Surplus produsen SKM -4346.19 -6526.95
5 ∆ Surplus produsen SKB -0.02 -0.01
6 ∆ Surplus produsen rokok kretek (3+4+5) -4694.17 -7241.96
7 ∆ Total surplus produsen (1+2+6) -1857.16 -7927.34
8 ∆ Surplus konsumen tembakau SKT -148.51 284.13
9 ∆ Surplus konsumen tembakau SKM -298.19 569.98
10 ∆ Surplus konsumen tembakau SKB -0.99 1.90
11 ∆ Surplus konsumen Tembakau (8+9+10) -447.69 856.01
12 ∆ Surplus konsumen cengkeh SKT -19321.76 284.13
13 ∆ Surplus konsumen cengkeh SKM -22764.30 569.98
14 ∆ Surplus konsumen cengkeh SKB -177.56 1.90
15 ∆ Surplus konsumen cengkeh (12+13+14) -42263.62 856.01
16 ∆ Surplus konsumen SKT -222.59 -465.26
17 ∆ Surplus konsumen SKM -1154.21 -1748.48
18 ∆ Surplus konsumen SKB 0.02 0.01
19 ∆ Surplus konsumen rokok kretek (16+17+18) -1376.79 -2213.73
20 ∆ Surplus konsumen (11+15+19) -44088.10 -501.71
21 ∆ Total Surplus produsen dan konsumen (7+20) -45945.25 -8429.05
22 ∆ Penerimaan pemerintah cukai SKT 9704.00 15606.05
23 ∆ Penerimaan pemerintah cukai SKM 151691.07 241648.28
24 ∆ Penerimaan pemerintah cukai SKB -0.30 -0.07
25 ∆ Penerimaan pemerintah dari cukai rokok kretek (22+23+24) 161394.76 257254.26
26 ∆ Net Surplus (21+25) 115449.51 248825.21
rokok kretek dari Rp 161,4 triliun menjadi Rp konsumen rokok tetapi juga dialami oleh
257,2 triliun. Dengan demikian net surplus yang produsen (petani) tembakau dan cengkeh.
diterima dari industri rokok akibat kenaikan cukai Sebaliknya kenaikan cukai rokok berdampak
rokok justru meningkat dari Rp 115,4 triliun pada meningkatnya surplus konsumen tembakau
menjadi sebesar Rp 248,8 triliun. dan cengkeh yang juga merupakan produsen
rokok. Hal ini menunjukkan bahwa surplus
Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan cukai
produsen rokok yang hilang akibat kenaikan
rokok akan mengakibatkan perubahan pola
cukai, dikompensasi dengan meningkatnya
distribusi surplus produsen dan konsumen di
surplus konsumen tembakau dan cengkeh
antara pelaku ekonomi dalam industri rokok
(produsen rokok) akibat turunnya harga input
seperti pengusaha rokok kretek dan petani
tembakau dan cengkeh (petani menanggung
produsen tembakau dan cengkeh. Negatif
beban kenaikan cukai). Kenaikan cukai
surplus produsen rokok mengalami kenaikan
mengakibatkan turunnya harga tembakau dan
yang menunjukkan keuntungan pengusaha
cengkeh karena penurunan konsumsi bahan
rokok/ kesejahteraan produsen rokok semakin
baku tembakau dan cengkeh akibat turunnya
menurun. Surplus terbesar yang hilang dirasakan
produksi rokok. Dengan demikian dampak
oleh produsen rokok diikuti oleh konsumen rokok
kenaikan cukai rokok akan menaikkan surplus
(pada simulasi S1). Kenaikan cukai rokok
produsen rokok namun menurunkan surplus
(simulasi S2) selanjutnya tidak hanya berdampak
petani produsen tembakau dan cengkeh yang
pada hilangnya surplus produsen rokok dan
ditunjukkan dari surplus petani yang semula
DAMPAK KEBIJAKAN CUKAI ROKOK TERHADAP DISTRIBUSI SURPLUS EKONOMI INDUSTRI ROKOK DI INDONESIA 19
Antik Suprihanti, Harianto, Bonar M Sinaga, Reni Kustiari
positif menjadi negatif. Negatif surplus produsen petani tembakau, dan pada petani cengkeh
rokok juga didistribusikan kepada konsumen (Wachjutomo 1996; Rumagit 2007). Penelitian
rokok yang juga menanggung beban cukai akibat Irawan (1996) mengindikasikan kesejahteraan
kenaikan harga rokok. turun pada petani tembakau maupun petani
cengkeh. Namun, hasil penelitian ini ternyata
Negatif surplus pada produsen rokok dan
berbeda dengan penelitian Barber et al. (2008)
konsumen rokok yang semakin besar sebagai
dan (Hu et al. 2010) yang menunjukkan bahwa
dampak kenaikan cukai rokok diharapkan akan
dampak pajak tembakau tidak berdampak besar
menurunkan produksi rokok sekaligus
dan tidak berpengaruh negatif bagi petani.
mengurangi konsumsi rokok masyarakat. Negatif
Pengenaan tambahan pajak 1 RMB pada rokok
surplus produsen rokok naik dari 4,7 triliun
tidak akan memberikan dampak serius pada
menjadi 7,2 triliun, sedangkan konsumen rokok
pendapatan petani tembakau, kenaikan
bertambah dari Rp 1,4 trilliun menjadi Rp 2,2
penerimaan pemerintah pusat dapat mengganti
triliun. Surplus petani tembakau turun dari 31
kerugian petani tembakau, dan lahan yang tidak
milyar menjadi minus 27,4 milyar demikian pula
lagi digunakan untuk tembakau dapat
surplus petani cengkeh turun dari 2,8 triliun
dimanfaatkan untuk meningkatan produksi
menjadi minus 658 milyar. Hal ini menunjukkan
tanaman lain (Hu et al. 2010). Pemerintah Cina
bahwa kenaikan tarif cukai rokok pada tahun
memonopoli pemasaran daun tembakau dan
2017 (simulasi S1/ tarif SKT 5,8% dan SKM
perusahaan tembakau negara harus membeli,
11,3%) masih memberikan kesejahteraan pada
pada harga tetap, seluruh daun tembakau yang
petani (positif surplus) namun dengan kenaikan
diproduksi petani pada areal tanam yang telah
cukai, akan menurunkan surplus petani.
dikontrak dan pemerintah daerah terlibat
Turunnya harga tembakau dan cengkeh akibat
langsung dalam pengendalian produksi
kenaikan cukai rokok menunjukkan kemampuan
tembakau dan memperoleh penerimaan pajak
industri rokok untuk mengalihkan beban cukai
sebesar 20% dari penjualan daun tembakau
kepada petani. Hal ini ditunjukkan dari simulasi
petani (Kinasih et al 2012).
(S2) di mana kenaikan cukai yang lebih tinggi lagi
ternyata akan memperbaiki surplus produsen Kenaikan cukai yang mengakibatkan
rokok dari sebelumnya mempunyai negatif berkurangnya surplus petani dan konsumen
surplus sebesar Rp 47,4 triliun menjadi hanya rokok sama artinya bahwa kenaikan cukai rokok
sebesar Rp 5,5 triliun, sedangkan surplus petani tidak hanya menjadi beban konsumen rokok
menurun demikian pula negatif surplus tetapi juga petani, sementara produsen rokok
konsumen rokok juga meningkat. Hal ini berarti dapat memperoleh surplus yang lebih besar
bahwa negatif surplus produsen rokok setelah karena diiringi dengan promosi yang gencar. Hal
cukai meningkat akan beralih atau terdistribusi ini dimungkinkan karena struktur pasar rokok
tidak hanya kepada konsumen rokok juga yang cenderung oligopolistik dan konsumsi rokok
terdistribusi kepada petani. Pada simulasi S1 sulit dihilangkan karena sifatnya yang addictive
(kenaikan cukai SKT 5,8 % dan SKM 11,3 %) yang mengakibatkan ketergantungan bagi yang
menunjukkan bahwa surplus yang positif hanya mengkonsumsinya. Petani tembakau dan
terjadi pada petani sedangkan surplus produsen cengkeh juga sangat tergantung pada pabrik
dan konsumen rokok serta konsumen tembakau rokok sebagai pasar produksi tembakau dan
dan cengkeh bernilai negatif. Pada simulasi S1 cengkeh petani. Struktur pasar rokok yang
beban kenaikan cukai yang diterima oleh cenderung oligopolistik sangat memungkinkan
produsen rokok masih seluruhnya dibebankan bagi produsen rokok untuk menentukan harga
kepada konsumen rokok dengan adanya tembakau dan cengkeh secara sepihak (Hasan
kenaikan harga rokok. Hasil ini menunjukkan dan Darwanto 2016; Ahsan et al 2008). Dengan
bahwa kekuatan oligopoli industri rokok telah demikian, akibat kenaikan cukai maka petani
mampu mengalihkan beban cukai kepada secara tidak langsung akan ikut menanggung
konsumen rokok dengan kenaikan harga rokok beban yang ditanggung oleh produsen rokok.
(Sung et al. 1994). Namun, pada simulasi S2 Pasar rokok yang oligopolistik mengakibatkan
(kenaikan cukai SKT 12% dan SKM 17%) maka industri rokok mengalihkan beban cukai kepada
kenaikan beban cukai rokok tidak hanya pada konsumen rokok maupun kepada produsen
konsumen rokok tetapi juga akan terdistribusi ke tembakau dan cengkeh (Irawan 1996).
petani tembakau dan cengkeh.
Pada simulasi S1 kenaikan cukai
Dampak turunnya surplus ekonomi pada mengakibatkan penurunan terbesar pada surplus
konsumen rokok akibat kenaikan tarif cukai ini produsen rokok terutama SKM hingga sebesar 4,3
sesuai dengan penelitian Harini (2001). Turunnya triliun. Hal ini disebabkan pangsa pasar SKM yang
surplus petani akibat kenaikan tarif cukai ini lebih besar serta besaran tarif yang lebih tinggi
sejalan dengan penelitian Buana (2013) pada daripada SKT dan SKB. Kenaikan cukai pada
20 Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 37 No. 1, Mei 2019:1-23
pengembangan produk olahan berbahan baku dan melakukan diversifikasi produk cengkeh
cengkeh secara masal sangat diperlukan. Ke- sebagai minyak esensial, pengawet dan lainnya.
naikan cukai rokok yang berdampak pada naiknya
penerimaan pemerintah dalam bentuk DBH-CHT
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan UCAPAN TERIMA KASIH
tersebut. Dana tersebut selama ini lebih banyak
dimanfaatkan untuk penetapan kawasan tanpa
rokok (KTR) dan fasilitas kesehatan serta Terimakasih kepada Kementrian Riset,
pembinaan lingkungan sosial. Dana tersebut Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek
diharapkan dapat mengkompensasi kerugian Dikti) khususnya Direktorat Jenderal Penguatan
petani akibat kenaikan cukai tersebut. Hal ini telah Riset dan Pengembangan yang telah mendanai
dilakukan di Cina, kenaikan penerimaan penelitian dengan kontrak No 084/SP2H/LT/
pemerintah pusat dari kenaikan pajak tembakau di DRPM/2018.
Cina dapat dengan mudah mengganti kerugian
petani tembakau dan penerimaan pemerintah
daerah, dan lahan yang tidak lagi digunakan untuk DAFTAR PUSTAKA
tembakau dapat dimanfaatkan untuk meningkatan
produksi tanaman lain (Hu et al. 2010). Ahsan A, Fajri PA, Nuzul B, Wiyono NH, Widodo PT.
2008. Kondisi petani tembakau di Indonesia, studi
kasus di tiga wilayah penghasil tembakau.
KESIMPULAN DAN SARAN Applied Fiscal Research Centre, editor. 1998. The
economics of tobacco control towards an optimal
policy mix. Mowbray: Edson-Clyde Press.
Kesimpulan
Barber S, Adioetomo SM, Ahsan A, Setyonaluri D. 2008.
Adanya tarif cukai rokok akan menambah Tobacco economics in Indonesia. Int Union Against
penerimaan pemerintah namun berdampak Tuberc Lung Dis.
negatif terhadap total surplus ekonomi (total
Buana AS. 2013. Pengaruh kenaikan tarif cukai rokok
surplus produsen dan surplus konsumen).
kretek terhadap harga, penawaran dan permintaan
Kenaikan cukai rokok berdampak pada komoditas tembakau dan kesejahteraan
menurunnya surplus produsen rokok. Namun, masyarakat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
struktur pasar rokok yang oligopolis mampu
mengalihkan atau mendistribusikan penurunan Chaloupka FJ, Cummings KM, Morley C, Horan J. 2010.
surplus produsen rokok ke konsumen rokok, petani Tax, price and cigarette smoking: evidence from the
tembakau, dan petani cengkeh. Dengan demikian, tobacco documents and implications for tobacco
company marketing strategies. Tob Control.
kenaikan cukai rokok mengakibatkan negatif surplus
doi:10.1136/tc.11.suppl_1.i62.
produsen rokok makin menurun, negatif surplus
konsumen rokok makin meningkat dan surplus Chaloupka FJ, Hu T, Warner KE, Jacobs R, Yurekli A.
petani menjadi turun (negatif). Surplus petani 2000. The taxation of tobacco products.
masih tetap positif jika kenaikan tarif cukai tidak Chaloupka FJ, Straif K, Leon ME. 2011. Effectiveness of
melebihi tarif 5,8% pada SKT. Sementara itu, tax and price policies in tobacco control. Tob Control.
kenaikan tarif cukai SKM masih dapat dilakukan doi:10.1136/tc.2010.039982.
mengingat SKM diproduksi oleh perusahaan [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015.
skala besar dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Statistik perkebunan Indonesia 2013-2015
Komoditas Cengkeh.
Saran [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan 2016.
Statistik perkebunan Indonesia 2015-2017
Disarankan agar Pemerintah menerapkan arah Komoditas Tembakau.
kebijakan senantiasa menjaga surplus ekonomi
petani tetap positif. Untuk itu, kenaikan tarif cukai Dolan E, Lindsey D. 1988. Economics. Fifth. New York:
khususnya SKT ditetapkan tidak lebih dari 5,8% The Dryden Press.
sedangkan tarif SKM dapat dinaikkan. Untuk Hamidi H. 2007. Daya saing tembakau virginia Lombok
mengatasi kerugian petani akibat kenaikan cukai di pasar ekspor. Agroteksos. 17(2):129–133.
rokok dan untuk mengantisipasi turunnya per- Harini S. 2001. Dampak kebijakan terhadap keragaan
mintaan tembakau dan cengkeh di masa depan, industri rokok kretek Indonesia. Tesis. Institut
maka pemerintah dapat memanfaatkan dana Pertanian Bogor.
DBH-CHT untuk melakukan upaya pengem-
bangan alternatif tanaman lain selain tembakau Hasan F, Darwanto H. 2016. prospek dan tantangan
usahatani tembakau madura. SEPA J Sos Ekon
seperti sayuran, intensifikasi tanaman tembakau Pertan dan Agribisnis. 10(1):63–70. doi:doi.org/
subtitusi impor jenis Virginia di daerah potensial 10.20961/jsepa.10.1.14108.63.
22 Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 37 No. 1, Mei 2019:1-23
Hu TW, Mao Z, Shi J, Chen W. 2010. The role of taxation Maulidah S, Suryawijaya TA. 2010. Analisis Penawaran
in tobacco control and its potential economic impact dan Permintaan Tembakau (Nicotiana sp.) di
in China. Tob Control. doi:10.1136/tc.2009.031799. Indonesia. J Sos Ekon Pertanian dan Agribisnis.
7(1):39–50.
Hu TW, Sung HY, Keeler TE. 1995. Reducing cigarette
consumption in California: Tobacco taxes vs an anti- Nadel J, Rees V, Connolly G. 2005. Disparities in global
smoking media campaign. Am J Public Health. tobacco harm reduction. Am J Public Health.
doi:10.2105/AJPH.85.9.1218. 95(12).2120. doi: 10.2105/AJPH.2005. 073353
Hurt RD, Ebbert JO, Achadi A, Croghan IT. 2012. Nargis N, Ruthbah UH, Ghulam H, Fong GT, Huq I,
Roadmap to a tobacco epidemic: Transnational Ashiquzzaman SM. 2014. The price sensitivity of
tobacco companies invade Indonesia. Tob Control. cigarette consumption in Bangladesh: Evidence from
doi:10.1136/tc.2010.036814. the international tobacco control (ITC) Bangladesh
wave 1 (2009) and wave 2 (2010) surveys. Tob
Irawan E. 1996. Analisis Dampak Penetapan Cukai Control. doi:10.1136/tobaccocontrol-2012-050835.
terhadap Industri Tembakau Indonesia. Disertasi.
Institut Pertanian Bogor. Pratiwi G, Anggraeni L. 2013. Analisis Struktur, Kinerja,
dan Perilaku Industri Rokok Kretek dan Rokok Putih
Jacobs R, Gale F, Capehart T, Zhang P JP. 2000. The di Indonesia Periode 1991-2008. J Agribisnis
Supply Side Effects of Tobacco Control Policies. In: Indones. 1(1):57–70. doi:10.29244/jai.2013.1.1.59-
Jha, P; Chaloupka F, editor. Tobacco Control 70.
Policies in Developing Countries. Oxford University
Press. Pyndick RS, Rubinfeld DL. 1991. Econometric Models
and Economic Forcasts. Singapore: Mc Graw-Hill
Jiménez-Ruiz JA, Sáenz De Miera B, Reynales- Inc.
Shigematsu LM, Waters HR, Hernández-Ávila M.
2008. The impact of taxation on tobacco Rachmat M. 2010. Pengembangan Ekonomi Tembakau
consumption in Mexico. Tob Control. Nasional: Kebijakan Negara Maju dan Pembelajaran
doi:10.1136/tc.2007.021030. bagi Indonesia. Anal Kebijak Pertan. 8(1):67–83.
Keyser, Junita. 2005. Small holder Tobacco Growing in Rachmat M. 2017. Pengembangan Ekonomi Tembakau
Indonesia: Cost and Profitability Compared with Nasional: Kebijakan Negara Maju dan Pembelajaran
Other Agricultural Enterprises. Report No.: 27. Bagi Indonesia. Anal Kebijak Pertan.
doi:10.21082/akp.v8n1.2010.67-83.
Kidane A, Hepelwa A, Ngeh ET, Hu TW. 2015. A
comparative analysis of technical efficiency of Rahman M, Widodo S. 2015. Dampak Kebijakan Anti
smallholder tobacco and maize farmers in Tabora, Tembakau Terhadap Strategi Nafkah Petani
Tanzania. J Dev Agric Econ. doi:10.5897/ Tembakau Madura (Studi Kasus Desa Panaguan
jdae2014.0616. Kecamatan Proppo Pamekasan). Media Trend.
10(2):90–103. doi:10.21107/MEDIATREND.V10I2.
Kinasih HN, Febriani R, Sulistyoningsih. 2012. 941.
Tembakau, Negara dan Keserakahan Modal Asing.
Jakarta: Indonesia Berdikari. Rianto K. 2014. Analisis Pengaruh Penetapan Harga
Jual Eceran dan Tarif Cukai Rokok terhadap
Lee K, Eckhardt J. 2017. The globalisation strategies of Produksi Rokok dan Penerimaan Cukai Jenis
five Asian tobacco companies: a comparative Sigaret Kretek Mesin pada tahun 2009-2012. Tesis.
analysis and implications for global health Universitas Gajah Mada.
governance. Glob Public Health. doi:10.1080/
Rumagit GAJ. 2007. Kajian Ekonomi Keterkaitan Antara
17441692.2016.1273370.
Perkembangan Industri Cengkeh dan Industri Rokok
Li J, White JS, Hu TW, Fong GT, Yuan J. 2015. The Kretek Nasional. Disertasi. Institut Pertanian Bogor.
heterogeneous effects of cigarette prices on brand
Simatupang P. 2003. Opsi Kebijakan Memulihkan Anjlok
choice in China: Implications for tobacco control
Harga Cengkeh. Anal Kebijak Pertan. 1(4):297–305.
policy. Tob Control. doi:10.1136/tobaccocontrol-
2014-051887. Solikhah SZ, Waliulu R, Sudiyarto RW. 2017. Respon
dan alasan Petani Tembakau Menanam Komoditas
Lian T, Kin F, Yoon Y, Dorotheo U. 2008. Tobacco Tax
Tanaman Alternatif (Kedelai) di Desa KedungWaras
in ASEAN Countries.
Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan.
Liber AC, Ross H, Omar M, Chaloupka FJ. 2015. The Agridevina. 6(1):71–84.
impact of the Malaysian minimum cigarette price law: Sudaryanto T, Hadi PU, Friyatno S. 2010. Analisis
Findings from the ITC Malaysia survey. Tob Control. Prospek Ekonomi Tembakau Di Pasar Dunia Dan
doi:10.1136/tobaccocontrol-2014-052028. Refleksinya Di Indonesia Tahun 2010/ Analysis of
Maravanyika E. 1998. Tobacco Production and the Tobacco Economical Prospect in the World Market
Search for alternatives in Zimbabwe. Edson-Clyde and Its Reflection in Indonesia in 2010.
Press. Sung H, Hu T, Keeler T. 1994. Cigarette Taxation and
Market Insider. 2014. Government Initiatives Raise Demand: An Empirical Model. Contemp Econ Policy.
Zanzibar Clove Output. Mark Insid. doi:10.1111/j.1465-7287.1994.tb00437.x.
DAMPAK KEBIJAKAN CUKAI ROKOK TERHADAP DISTRIBUSI SURPLUS EKONOMI INDUSTRI ROKOK DI INDONESIA 23
Antik Suprihanti, Harianto, Bonar M Sinaga, Reni Kustiari
Suprihanti A, Harianto, Sinaga BM, Kustiari R. 2018. The Warner KE. 2005. The Role of Research in International
Impact of Cigarette Excise Tax Policy on Tobacco Tobacco Control. Am J Public Health.
Market and Clove Market in Indonesia. Int J Econ doi:10.2105/AJPH.2004.046904.
Financ Issues. 8(6):54–60. doi:https://doi.org/ White JS, Li J, Hu TW, Fong GT, Jiang Y. 2014. The
10.32479/ijefi.7228. Effect of Cigarette Prices on Brand-Switching in
Tempo. 2017. Perokok Indonesia Rating 3 Dunia, YLKI: China: A Longitudinal Analysis of Data from The ITC
Ancaman Nawa Cita Jokowi. Tempo.co. China Survey. Tob Control. doi:10.1136/
https://bisnis.tempo.co/read/879829/perokok- tobaccocontrol-2012-050922.