Istilah wawasan nusantara terdiri dari dua buah kata yakni wawasan dan nusantara.
Wawasan berasal dari kata “wawas” yang berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan inderawi.
Akar kata ini membentuk kata “mawas” yang berarti memandang, meninjau atau melihat.
Sehingga wawasan dapat berarti cara pandang, cara meninjau, atau cara melihat. Sedangkan
nusantara berasal dari kata “nusa” yang berarti pulau-pulau, dan “antara” yang berarti diapit
diantara dua hal (dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia serta dua samudera yakni
samudera Pasifik dan samudera Hindia). Intinya wawasan Nusantara adalah cara pandang dan
sikap bangsa Indonesia diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Wawasan Nasional ialah cara pandang suatu bangsa yang telah menegara terhadap diri
dan lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung (interasi dan interelasi) serta
pembangunannya di dalam bernegara di tenga-tengah lingkungannya baik nasional (termasuk
interaksi dan interpelasi) regional dan global.
Dalam mewujudkan aspirasi dan perjuangan, suatu bangsa perlu memperhatikan tiga
faktor utama:
Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi Pancasila menganut paham tentang
perang dan damai. “Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan”.
Wawasan kemerdekaan Indonesia tidak mengembangkan ajaran tentang kekuasaan dana
adu kekuatan, karena hal tersebut mengandung benih-benih persengketaan dan
ekspansionisme. Ajaran wawasan nasional bangsa Indonesia menyatakan bahwa:
ideology digunakan sebagai landasan idil dalam menentukan politik nasional, dihadapkan
pada kondisi dan konstelasi geografi Indonesia dengan segala aspek kehidupan
nasionalnya. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia dapat menjamin kepentingan
bangsa dan negaranya di tengah-tengah perkembangan dunia.
Geopolitik Indonesia
Berdasarkan falsafah Pancasila, manusia Indonesia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang
mempunyai naluri, akhlak, daya pikir, dan sadar akan keberadaannya yangserba terhubung
dengan sesamanya, lingkungannya, alam semesta, dan penciptanya. Kesadaran ini
menumbuhkan cipta, karsa, dan karya untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan
hidupnya dari generasi ke generasi. Berdasarkan kesadaran yang dipengaruhi oleh
lingkungannya, manusia Indonesia memiliki motivasi antara lain untuk menciptakan suasana
damai dan tentram menuju kabahagiaan serta menyelenggarakan kateraturan dalam membina
hubungan antara sesama.
Sila 1 (Ketuhanan yang Maha Esa) menjadikan wawasan Nusantara merupakan wawasan
yang menghormati kebebasan beragama.
Sila 2 (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab) menjadikan wawasan nusantara merupakan
wawasan yang menghormati dan menerapkan HAM (Hak Asasi Manusia).
Sila 3 (Persatuan Indonesia) menjadikan wawasan nusantara merupakan wawasan yang
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
Sila 4 (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dan Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan) menjadikan wawasan nusantara merpakan wawasan yang
dikembangkan dalam suasana musyawarah dan mufakat.
Sila 5 (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia) menjadikan wawasan nusantara
merupakan wawasan yang mengusahakan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
B. Pemikiran Berdasarkan Aspek Kewilayahan Nusantara
Kondisi objektif geografi Nusantara yang merupakan untaian ribuan pulau yang tersebar dan
terbentang di khatulistiwa serta terletak pada posisi silang yang sangat strategis, memiliki
karakteristik yang berbeda dari Negara lain. Wilayah Indonesia pada saat proklamasi
kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 masih mengikuti TERRITORIALE ZEE EN
MARITIEME KRINGEN ORDONANTIE TAHUN 1939. Dimana lebar laut wilayah
Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing-masing pulau Indonesia.
Yang menyatakan tentang penentuan batas lautan teritorial (yang lebarnya 12 mil)
diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau
negara Indonesia. Maka sejak itu berubahlah luas wilayah Indonesia dari:
Kurang lebih 2 juta km persegi menjadi 5 juta km persegi, dimana kurang lebih 65%
wilayahnya terdiri dari laut atau perairan (negara maritime), dan 35% adalah daratan.
Terdiri dari 17.508 buah pulau dengan lima buah pulau besar: Sumatra, jawa,
Kalimantan, Sulawesi dan irian jaya dan 11.808 pulau-pulau kecil yang belum diberi
nama. Dengan luas daratan: kurang lebih 81.000 km persegi. Topografi daratannya:
merupakan pegunungan dengan gunung-gunung berapi, baik yang masih aktif maupun
yang sudah tidak aktif.
Jadi pengertian nusantara adalah kepulauan Indonesia yang terdiri dari 17.508 pulau-
pulau baik pulau besar dan pulau kecil dan diantara batas-batas astronomis sebagai
berikut:
2. Konfrensi PBB tentang Hukum Laut Internasional yang ke-3 tahun 1982.
Melalui konfrensi tersebut maka pokok-pokok asas negara kepulauan diakui dan
dicantumkan dalam UNCLOS 1982 (United Nation Convention On Law Of The Sea).
Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 melalui undang-undang No. 17 tahun 1985 pada
tanggal 13 desember 1985. Berlakunya UNCLOS 1982 =, akan berpengaruh dalam upaya
pemanfaatan laut bagi kepentingan kesejahtraan seperti, bertambah luasnya Zona
Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan Landas Kontinen Indonesia (200 mil).UNCLOC 1982
memberikan keuntungan bagi pembanginan nasional, yaitu bertambah luasnya perairan
yuridiksi nasional berikut kekayaan alam yang terkandung dilaut dan dasar lautnya, serta
terbukanya peluang untuk memanfaatkan laut sebagai medium transportasi namun dari
segi kerawanan juga bertambah.
Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-cita pada umumnya tumbuh dan
berkembang akibat latar belakang sejarah. Kerjaan Sriwijaya dan Majapahit landasannya
adalah mewujudkan kesatuan wilayah, meskipun belum timbul rasa kebangsaan namun
sudah timbul semangat bernegara. Kaidah-kaidah negara modern belum ada seperti
rumusan falsafah negara, konsepsi cara pandang dan sebagainya. Yang ada berupa
selogan-selogan seperti yang ditulis oleh Mpu Tantular yaitu Bhineka Tunggal Ika.
Wawasan nasional Indonesia diwarnai oleh perpecahan dalam lingkungan bangsa yang
akan melemahkan perjuangan dalam mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan cita-cita
dan tujuan nasional sebagai hasil kesepakatan bersama agar bangsa Indonesia setara
dengan bangsa lain.
Pancasila telah diakui sebagai ideologi dan dasar negara yang terumuskan dalam
pembukaan UUD 1945. Pada hakekatnya, Pancasila mencerminkan nilai keseimbangan,
kebersamaan, dan kearifan dalam membina kehidupan nasional. perpaduan nilai-nilai
tersebut mampu mewadahi kebhinekaan seluruh aspirasi bangsa Indonesia. Dengan
demikian, Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia telah dijadikan landasan idil dan
dasar negara sesuai dengan yang tercantum pada pembukaan UUD 1945. Karena itu,
Pancasila sudah seharusnya serta sewajarnya menjadi landasan idil wawasan nusantara.
UUD 1945 merupakan konstitusi dasar yang menjadi pedoman pokok dalam
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan negara dalam segala aspek
dan perwujudannya lebih diutamakan di atas kepentingan golongan, kelompok, dan
perseorangan berdasarkan aturan, hokum, dan perundang-undangan yang beraku yang
memperhatikan Hak Asasi Manusia (HAM).
1. Wadah (contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, bebangsa dan bernegara meliputi seluruh wilayah
Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk
serta aneka ragam budayanya.
2. Isi (Content)
Adalah asprasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita seta tujuan nasional
yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945. Isi menyangkut dua hal, pertama realisasi
aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama dan perwujudannya, pencapaian tujuan dan
cita-cita dan tujuan nasional persatuan, kedua persatuan dan kesatuan dalam
kebhinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan nasional.
Hakikat wawasan Nusantara adalah keutuhan Nusantara atau Nasional, dalam pengertian:
Cara pandang yang utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional.
Ini berarti, setiap warga bangsa dan apparat negara, harus berfikir, dan bertindak secara utuh
menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia.
PENUTUP
1. Wawasan Nasional ialah cara pandang suatu bangsa yang telah menegara terhadap diri
dan lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung (interasi dan interelasi)
serta pembangunannya di dalam bernegara ditengah-tengah lingkungannya baik nasional
(termasuk interaksi dan interpelasi) regional dan global.
2. Ajaran wawasan Nasional bangsa Indonesia menyatakan bahwa ideology digunakan
sebagai landasan idil dalam menentukan politik nasional, dihadapkan pada kondisi dan
konstelasi geografi: Indonesia dengan segala aspek kehidupan nasionalnya. Tujuannya
adalah agar bangsa Indonesia dapat menjamin kepentingan bangsa dan negaranya di
tengah-tengah perkembangan dunia.
3. Pemikiran berdasarkan falsafah Pancasila, pemikiran berdasarkan aspek kewilayahan
nusantara, pemikiran berdasarkan aspek sosial budaya, pemikiran berdasarkan aspek
kesejahtraan.
4. Implementasi wawasan Nusantara dalam kehidupan yaitu: pengertian wawasan Nusantara
yang dikembangakn oleh MPR 1993 & 1998, pengertian wawasan nusantara menurut
Prof. Dr. Wan Usman (ketua program S-2 PKN-UI), pengertian wawasan Nusantara
menurut kelompok krja MPR dan di buat di Lemhanas tahun 1999. Landasan idil:
Pancasila dan landasan Konstitusional: UUD 1945.
5. Konsep wawasan Nusantara terdiri dari tiga unsur dasar, yaitu: wadah (contour), isi
(content), dan tata laku (conduct).
6. Hakikat wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara dalam pengertian: Cara pandang
yang utuh menteluruh dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional.
Asas Wawasan Nusantara adalah ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah dasar yang
harus dipatuhi, ditaati, dipelihara dan diciptakan agar terwujud dami tetap taat dan
setianya kompnen atau unsur pembentuk bangsa (suku, bangsa, golongan dll) terhadap
kesepakatan atau komitmen bersama. Asas Wawasan Nusantara terdiri dari: Kepentingan
yang sama, Keadilan, Kejujuran, Solidaritas, Kerjasama, Kesetiaan.
7. Dengan latar belakang budaya, sejarah, kondisi, konstelasi geografi, dan perkembangan
lingkungan strategis, arah pandang wawasan nusantara meliputi: Arah pandang ke dalam
mengandung arti bahwa bangsa Indonesia harus peka dan berusaha untuk mencegah dan
mengatasi sedini mungkin faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dan
harus mengupayakan tetap terbina dan terpeliharanya persatuan dan kesatuan dalam
kebhinekaan.
Arah pandang ke luar mengandung arti bahwa kehidupan internasionalnya, bangsa
Indonesia harus berusaha mengamankan kepentingan nasionalnya dalam semua aspek
kehidupan demi tercapainya tujuan nasional sesuai tertera pada pembukaan UUD 1945.