Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
- BOR : Bed Ocupancy Rate (angka penggunaan tempat tidur) digunakan untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang
ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
rumus BOR = rerata TT terisi x 100
TT siap pakai
- ALOS : Average Length Of Stay (lamanya dirawat) digunakan untuk mengukur
efisiensi pelayanan rumah sakit yang tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus bersama
dengan interpretasi Bed Turn Over dan Turn Over Interval. Secara umum nilai AVLOS
yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
rumus ALOS = rerata TT terisi x 365 (atau 30 atau 31)
Manfaat
Yang dimaksud dengan ”nilai manfaat” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sumber : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
3. Apa visi, misi, dan tujuan dari RS?
Visi
Visi rumah sakit adalah gambaran keadaan rumah sakit di masa mendatang dalam
menjalankan misinya. Isi pernyataan visi tidak hanya berupa gagasan-gagasan kosong, visi
merupakan gambaran mengenai keadaan lembaga di masa depan yang berpijak dari masa
sekarang. Adapun pernyataan misi dan visi merupakan hasil pemikiran bersama dan
disepakati oleh seluruh anggota rumah sakit. Misi dan visi bersama ini memberikan fokus
dan energi untuk pengembangan organisasi.
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H
Misi
Misi rumah sakit merupakan pernyataan mengenai mengapa sebuah rumah sakit
didirikan, apa tugasnya dan untuk siapa rumah sakit tersebut melakukan kegiatan.
Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
(Trisnantoro, 2005).
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H
Tujuan
Pasal 33 Ayat (1)
Organisasi Rumah Sakit disusun dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi Rumah
Sakit dengan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)
dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance).
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG
RUMAH SAKIT
Tujuan
Untuk mengelola rumah sakit, baik swasta, BUMN, maupun pemerintah sama dengan
mengelola organisasi lain yang membutuhkan pengetahuan manajemen, tetapi untuk
mengelola RS masih harus mengemban fungsi social.
Sekarang RS selain berorientasi social, juga untuk mencari keuntungan karena
sekarang mulai muncul banyak RS swasta dengan investasi yang tidak sedikit yang
kemudian benar-benar mencari keuntungan untuk bisa mengembalikan investasi tersebut.
Untuk mengelola RS dengan baik dan berusaha untuk “tidak rugi” tentu diperlukan
manajemen RS.
Sumber : Dr. Suparto Adikoesoemo; Manajemen Rumah Sakit
4. Apa saja prinsip prinsip dari RS?
Willan (1990) menyatakan bahwa pelaksanaan manajemen di RS haruslah “seperti
bebek merenangi kolam”, tampak tenang di permukaan dan tetap aktif bergerak di bawah
permukaan.
Sumber : Aditama, Tjandra, 2007, Menejemen Administrasi RS edisi ke-2, Jakarta : UI
5. Sebutkan tugas dan fungsi RS?
Tugas
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H
Fungsi
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit
umum mempunyai fungsi:
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit.
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H
Milton Roemer dan Friedman dalam buku Doctors in Hospital (1971) menyatakan
bahwa RS setidaknya punya lima fungsi.
- Pertama, harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan terapeutiknya.
- Kedua, RS harus memiliki pelayanan rawat jalan.
- Ketiga, RS juga punya tugas untuk melakukan pendidikan dan pelatihan.
- Keempat, RS perlu melakukan penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan.
- Kelima, RS juga punya tanggung jawab untuk program pencegahan penyakit dan
penyuluhan kesehatan bagi populasi disekitarnya.
Sumber : Aditama, Tjandra, 2007, Menejemen Administrasi RS edisi ke-2, Jakarta : UI
SL
BAB III TUGAS DAN FUNGSI Pasal 4
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Pasal 5 Untuk menjalankan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi :
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit;
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat
kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan;
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.983/Menkes/per/II 1992
“tugas rumah sakit adalah melaksanakan upaya kesehatan serta berdaya
guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan
pemulihan yang di laksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan”.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, rumah sakit memiliki fungsi yaitu:
a. Fungsi perawatan
Meliputi promotif (Peningkatan kesehatan), preventif (Pencegahan
penyakit), kuratif (Penyembuhan penyakit), rehabilitataif (Pemulihan
penyakit), penggunaan gizi, pelayanan pribadi, dll.
b. Fungsi Pendidikan
Critical right (Penggunaan yang tepat meliputi: tepat obat, tepat dosis,
tepat cara pemberian, dan tepat diagnosa).
c. Fungsi Penelitian
Pengetahuan medis mengenai penyakit dan perbaikan pelayanan rumah
sakit (Depkes RI).
Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit yaitu :
a. Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis
tambahan.
b. Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman.
c. Melaksanakan pelayanan medis khusus.
d. Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan.
e. Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi.
f. Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan.
g. Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat
tinggal (Observasi).
h. Melaksanakan pelayanan rawat inap.
i. Melaksanakan pelayanan pendidikan para medis.
j. Membantu pendidikan tenaga medis umum.
k. Membantu pendidikan tenaga medis spesialis.
l. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan.
Bagian Kedua
Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan
Pasal 11
(1) RSU Kelas B Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama.
(2) Direktur Utama membawahi paling banyak 3 (tiga) Direktorat.
(3) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang atau 3 (tiga)
Bagian.
(4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
(5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
Bagian Ketiga
Rumah Sakit Umum Kelas B Non Pendidikan
Pasal 12
(1) RSU Kelas B Non Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama.
(2) Direktur Utama membawahi paling banyak 2 (dua) Direktorat.
(3) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang atau 3 (tiga)
Bagian.
(4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
(5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
Bagian Keempat
Rumah Sakit Umum Kelas C
Pasal 13
(1) RSU Kelas C dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.
(2) Direktur membawahi paling banyak 2 (dua) Bidang dan 1 (satu) Bagian.
(3) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi
(4) Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
Bagian Kelima
Rumah Sakit Umum Kelas D
Pasal 14
(1) RSU Kelas D dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.
(2) Direktur membawahi 2 (dua) Seksi dan 3 (tiga) Subbagian.
(3) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi
(4) Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
Bagian Keenam
Rumah Sakit Khusus Kelas A
Pasal 15
(1) RSK Kelas A dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama.
(2) Direktur Utama membawahi paling banyak 4 (empat) Direktorat
(3) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang atau 3 (tiga)
Bagian
(4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi
(5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
Bagian Ketujuh
Rumah Sakit Khusus Kelas B
Pasal 16
(1) RSK Kelas B dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama.
(2) Direktur Utama membawahi paling banyak 2 (dua) Direktorat
(3) Masing-masing Direktorat terdiri dari 2 (dua) Bidang atau 2 (dua) Bagian
(4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi
(5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian
.
Bagian Kedelapan
Rumah Sakit Khusus Kelas C
Pasal 17
(1) RSK Kelas C dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.
(2) Direktur membawahi 2 (dua) Seksi dan 3 (tiga) Subbagian
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :
1045/MENKES/PER/XI/2006
TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DI LINGKUNGAN
DEPARTEMEN KESEHATAN
Komite
Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi
dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada pimpinan rumah sakit
dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit.
Pembentukan komite ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah
sakit, sekurang-kurangnya terdiri dari Komite Medik serta Komite Etik dan Hukum.
Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan rumah sakit.
Instalasi
Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian rumah sakit.
Pembentukan instalasi ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah
sakit.
Instalasi dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh
pimpinan rumah sakit.
Kepala Instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenagatenaga fungsional
dan atau non medis.
Menurut kelas
a. Rumah sakit kelas A
Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan
subspesialis secara luas oleh pemerintah. Rumah sakit kelas A telah ditetapkan sebagai
pelayanan rujukan tertinggi dan disebut sebagai rumh sakit pusat.
b. Rumah sakit kelas B
Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan
subspesialis secara terbatas. Rumah sakit ini didirikan di setiap ibukota provinsi yang
menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan
yang tidak termasuk kelas A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B.
c. Rumah sakit kelas C
Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas.
Pelayanan ini termasuk penyakit dalam, pelayann bedah, pelayanan kesehatan anak,
serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota
kabupaten yang menampung pelayanan rujukan dari PUSKESMAS.
d. Rumah sakit kelas D
Rumah sakit yang bersifat transisi Karena pada suatu saat akan ditingkatkan
menjadi rumah sakit kelas C. pada saat ini rumah sakit D hanya memberikan pelayanan
kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit D juga menampung pelayanan rujukan yang
berasal dari PUSKESMAS.
e. Rumah sakit kelas E
Rumah sakit khusus yang hanya menyelenggarakan satu macam pelayanan
kedokteran saja missal RSJ, Rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker.
Rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak dll.
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H
11. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi BOR, TOI, dan ALOS?
Beberapa indikator pelayanan di rumah sakit antara lain adalah:
1. Bed Occupancy Rate (BOR): angka penggunaan tempat tidur
Bed Occupancy Rate digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit. Angka Bed Occupancy Rate yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan
fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka Bed Occupancy Rate yang tinggi
(lebih dari 85 %) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu
pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur.
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit) / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari
dalam satu periode) X 100%.
2. Length Of Stay (LOS): lamanya dirawat
Length Of Stay digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit yang tidak dapat
dilakukan sendiri tetapi harus bersama dengan interpretasi.
Bed Turn Over dan Turn Over Interval. Secara umum nilai Length Of Stay yang ideal antara
6-9 hari.
LOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
3. Bed Turn Over (BTO): frekuensi penggunaan tempat tidur
Bersama-sama indikator TOI dan LOS dapat digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur rumah sakit, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan
waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur
4. Turn Over Interval (TOI): interval penggunaan tempat tidur
Bersama-sama dengan Length Of Stay merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan
tempat tidur. Semakin besar Turn Over Interval maka efisiensi penggunaan tempat tidur
semakin jelek. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari (Anonima,
2007).
TOI = (Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar
(hidup + mati)
5. NDR (Net Death Rate)
Net Death Rate adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap tiap 1000 penderita
keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) ) X 1000 ‰
6. GDR (Gross Death Rate)
Gross Death Rate adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar.
GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 ‰
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H
12. Bagaimana hubungan antara rendahnya BOR, tingginya TOI, dan rata rata ALOS terhadap
kinerja RS?
Bed Occupancy Rate digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit. Angka Bed Occupancy Rate yang rendah menunjukkan kurangnya
pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka Bed
Occupancy Rate yang tinggi (lebih dari 85 %) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat
tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat
tidur.
Semakin besar Turn Over Interval maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin
jelek. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari (Anonima, 2007).
Length Of Stay digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit yang tidak
dapat dilakukan sendiri, tetapi harus bersama dengan interpretasi. Bed Turn Over dan
Turn Over Interval. Secara umum nilai Length Of Stay yang ideal antara 6-9 hari.
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H
13. Untuk mengatasi penurunan kerja yang dialami RS, bagaimana cara mengatasinya?
a. Masalah yang kemungkinan timbul
Tenaga khususnya tenaga medis spesialis masih kurang merata
Fasilitas yang belum sesuai standar
Kecenderungan memiliki alat canggih tanpa memperhitungkan efisiensi dan
efektivitas
Sikap dan perilaku tenaga medis yang kurang mendukung system pelayanan medis
maupun RS sebagai suatu system
Sikap dan perilaku pimpinan RS yang kurang tegas dalam pelaksanaan pelayanan
medis
Sumber : Djuhaeni, H., Manajemen Pelayanan Medik dan Keperawatan, Hospital
Management Training PERSI 1993
b. Upaya penyelesaian
PPDS bagi daerah yang sangant memerukan dan tidak ada FK
Perencanaan peralatan secra bertahap perlu ditimbangkan dengan memperhitungkan
skala prioritas dan projek unggulan, tidak perlu seluruhnya membeli tetapi dengan
system kerja sama ataupun sewa
Komunikasi, koordinasi, integrasi dengan unit lain di RS ditingkakan
Menempatkan tenaga medis sesuai dengan peran, tugas, dan fungsinya
Pimpinan RS harus mempunyai sikap yang tegas dalam mengayomi, mengawasi, dan
mengendalikan pelayaan medis RS
Sumber : Djuhaeni, H., Manajemen Pelayanan Medik dan Keperawatan, Hospital
Management Training PERSI 1993