Anda di halaman 1dari 19

STEP 1

- BOR : Bed Ocupancy Rate (angka penggunaan tempat tidur)  digunakan untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang
ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
rumus BOR = rerata TT terisi x 100
TT siap pakai
- ALOS : Average Length Of Stay (lamanya dirawat)  digunakan untuk mengukur
efisiensi pelayanan rumah sakit yang tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus bersama
dengan interpretasi Bed Turn Over dan Turn Over Interval. Secara umum nilai AVLOS
yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
rumus ALOS = rerata TT terisi x 365 (atau 30 atau 31)

jumlah pasien keluar (H+M)


- TOI : Turn Over Interval (interval penggunaan tempat tidur)  bersama-sama dengan
Length Of Stay merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya
tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari (Depkes, 2005).
rumus TOI = TT siap pakai – rerata TT terisi x 365 (atau 30 atau 31)
jumlah pasien keluar (H+M)
STEP 7
1. Apa itu manajemen?
 Manajemen berasal dari bahasa Latin “Manui”, artinya tangan yang pegang kendali
kuda agar sang kuda dapat diarahkan mencapai tujuan dengan baik.
 Manajemen : proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi usaha-
usaha dari anggota organisasi dan dari sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan/ planning, organizing, actuating, and controlling
(POAC).
Sumber : Aditama, Tjandra, 2007, Menejemen Administrasi RS edisi ke-2, Jakarta : UI
RUANG LINGKUP MANAJEMEN RS
 Kegiatan administrasi
 Melakukan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dan
fungsi pengawasan
 Objek dan subjek administrasi
 Objek dan subjek administrasi adalah system keshatan : yang merupakan
suatu kumpulan dari berbagai faktor komplek dan saling berhubungan dan
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan
perorangan , kelurga, kelompok serta masyarakat pada setipa saat yang
dibutuhkan

2. Apa yang dimaksud dengan RS dan manfaat dari RS?


Definisi
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
 Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit.
 Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,
jenis penyakit atau kekhususan lainnya.
SUMBER : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
56 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI DAN PERIZINAN RUMAH SAKIT
SUMBER LAIN :

- Menurut  Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


340/MENKES/PER/III/2010 adalah:

“Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat”.

- Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, dinyatakan bahwa :

“Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat


berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi
tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan”.

- Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian


integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada
masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga
kesehatan dan pusat penelitian medik.

- Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,


yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.

Manfaat
Yang dimaksud dengan ”nilai manfaat” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sumber : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
3. Apa visi, misi, dan tujuan dari RS?
Visi
Visi rumah sakit adalah gambaran keadaan rumah sakit di masa mendatang dalam
menjalankan misinya. Isi pernyataan visi tidak hanya berupa gagasan-gagasan kosong, visi
merupakan gambaran mengenai keadaan lembaga di masa depan yang berpijak dari masa
sekarang. Adapun pernyataan misi dan visi merupakan hasil pemikiran bersama dan
disepakati oleh seluruh anggota rumah sakit. Misi dan visi bersama ini memberikan fokus
dan energi untuk pengembangan organisasi.
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H

Misi
Misi rumah sakit merupakan pernyataan mengenai mengapa sebuah rumah sakit
didirikan, apa tugasnya dan untuk siapa rumah sakit tersebut melakukan kegiatan.
Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
(Trisnantoro, 2005).
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H

Tujuan
Pasal 33 Ayat (1)
Organisasi Rumah Sakit disusun dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi Rumah
Sakit dengan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)
dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance).
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG
RUMAH SAKIT

Tujuan manajemen RS


1. Menyiapkan sumber daya
2. Mengevaluasi efektivitas
3. Mengatur pemakaian pelayanan
4. Efisiensi
5. Kualitas
Organisasi dan Manajemen Rumah Sakit

Tujuan
 Untuk mengelola rumah sakit, baik swasta, BUMN, maupun pemerintah sama dengan
mengelola organisasi lain yang membutuhkan pengetahuan manajemen, tetapi untuk
mengelola RS masih harus mengemban fungsi social.
 Sekarang  RS selain berorientasi social, juga untuk mencari keuntungan karena
sekarang mulai muncul banyak RS swasta dengan investasi yang tidak sedikit yang
kemudian benar-benar mencari keuntungan untuk bisa mengembalikan investasi tersebut.
 Untuk mengelola RS dengan baik dan berusaha untuk “tidak rugi” tentu diperlukan
manajemen RS.
Sumber : Dr. Suparto Adikoesoemo; Manajemen Rumah Sakit
4. Apa saja prinsip prinsip dari RS?
Willan (1990) menyatakan bahwa pelaksanaan manajemen di RS haruslah “seperti
bebek merenangi kolam”, tampak tenang di permukaan dan tetap aktif bergerak di bawah
permukaan.
Sumber : Aditama, Tjandra, 2007, Menejemen Administrasi RS edisi ke-2, Jakarta : UI
5. Sebutkan tugas dan fungsi RS?
Tugas
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H

Fungsi
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit
umum mempunyai fungsi:
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit.
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H

Milton Roemer dan Friedman dalam buku Doctors in Hospital (1971) menyatakan
bahwa RS setidaknya punya lima fungsi.
- Pertama, harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan terapeutiknya.
- Kedua, RS harus memiliki pelayanan rawat jalan.
- Ketiga, RS juga punya tugas untuk melakukan pendidikan dan pelatihan.
- Keempat, RS perlu melakukan penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan.
- Kelima, RS juga punya tanggung jawab untuk program pencegahan penyakit dan
penyuluhan kesehatan bagi populasi disekitarnya.
Sumber : Aditama, Tjandra, 2007, Menejemen Administrasi RS edisi ke-2, Jakarta : UI
SL
BAB III TUGAS DAN FUNGSI Pasal 4
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Pasal 5 Untuk menjalankan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi :
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit;
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat
kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan;
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.983/Menkes/per/II 1992
“tugas rumah sakit adalah melaksanakan upaya kesehatan serta berdaya
guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan
pemulihan yang di laksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan”.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, rumah sakit memiliki fungsi yaitu:
a. Fungsi perawatan
Meliputi promotif (Peningkatan kesehatan), preventif  (Pencegahan
penyakit), kuratif (Penyembuhan penyakit), rehabilitataif  (Pemulihan
penyakit), penggunaan gizi, pelayanan pribadi, dll.
b. Fungsi Pendidikan
Critical right (Penggunaan yang tepat meliputi: tepat obat, tepat dosis,
tepat cara pemberian, dan tepat diagnosa).
c. Fungsi Penelitian
Pengetahuan medis mengenai penyakit dan perbaikan pelayanan rumah
sakit (Depkes RI).
Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit yaitu :
a. Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis
tambahan.
b. Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman.
c. Melaksanakan pelayanan medis khusus.
d. Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan.
e. Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi.
f. Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan.
g. Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat
tinggal (Observasi).
h. Melaksanakan pelayanan rawat inap.
i. Melaksanakan pelayanan pendidikan para medis.
j. Membantu pendidikan tenaga medis umum.
k. Membantu pendidikan tenaga medis spesialis.
l. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan.

6. Sebutkan apa saja manajemen RS dan bagaimana manajemennya? (Manajemen pelayanan


medis, manajemen penunjang medis, manajemen keperawatan, manajemen cathering,
manajemen laundry, manajemen kebersihan, manajemen perhotelan)
Manajemen RS  koordinasi antara berbagai sumber daya melalui proses perencanaan,
pengorgansasian, ada kemampuan pengendalian mencapai tujuan.
Buku manajemen rumah sakit
7. Apa saja komponen organisasi dalam RS? (direktur, smf)
STRUKTUR ORGANISASI
BAB IV
SUSUNAN ORGANISASI
Bagian Pertama
Rumah Sakit Umum Kelas A
Pasal 10
(1) RSU Kelas A dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama.
(2) Direktur Utama membawahi paling banyak 4 (empat) Direktorat.
(3) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang atau 3 (tiga)
Bagian.
(4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
(5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

Bagian Kedua
Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan
Pasal 11
(1) RSU Kelas B Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama.
(2) Direktur Utama membawahi paling banyak 3 (tiga) Direktorat.
(3) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang atau 3 (tiga)
Bagian.
(4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
(5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

Bagian Ketiga
Rumah Sakit Umum Kelas B Non Pendidikan
Pasal 12
(1) RSU Kelas B Non Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama.
(2) Direktur Utama membawahi paling banyak 2 (dua) Direktorat.
(3) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang atau 3 (tiga)
Bagian.
(4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
(5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
Bagian Keempat
Rumah Sakit Umum Kelas C
Pasal 13
(1) RSU Kelas C dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.
(2) Direktur membawahi paling banyak 2 (dua) Bidang dan 1 (satu) Bagian.
(3) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi
(4) Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

Bagian Kelima
Rumah Sakit Umum Kelas D
Pasal 14
(1) RSU Kelas D dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.
(2) Direktur membawahi 2 (dua) Seksi dan 3 (tiga) Subbagian.
(3) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi
(4) Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
Bagian Keenam
Rumah Sakit Khusus Kelas A
Pasal 15
(1) RSK Kelas A dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama.
(2) Direktur Utama membawahi paling banyak 4 (empat) Direktorat
(3) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang atau 3 (tiga)
Bagian
(4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi
(5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

Bagian Ketujuh
Rumah Sakit Khusus Kelas B
Pasal 16
(1) RSK Kelas B dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama.
(2) Direktur Utama membawahi paling banyak 2 (dua) Direktorat
(3) Masing-masing Direktorat terdiri dari 2 (dua) Bidang atau 2 (dua) Bagian
(4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi
(5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian
.

Bagian Kedelapan
Rumah Sakit Khusus Kelas C
Pasal 17
(1) RSK Kelas C dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.
(2) Direktur membawahi 2 (dua) Seksi dan 3 (tiga) Subbagian
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :
1045/MENKES/PER/XI/2006
TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DI LINGKUNGAN
DEPARTEMEN KESEHATAN

Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum, terdiri dari :


1. Direktur.
2. Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan, terdiri dari :
a. seksi pelayanan medis;
b. seksi pelayanan keperawatan;
c. seksi bina asuhan, mutu dan ketenagaan.
3. Bidang Perencanaan dan Pengembangan, terdiri dari :
a. seksi penyusunan program.
b. seksi monitoring dan evaluasi.
c. seksi pendidikan dan latihan (diklat)
4. Bagian Tata Usaha, terdiri dari :
a. sub bagian umum.
b. Sub bagian kepegawaian.
c. sub bagian keuangan.
5. Unit – unit non struktural, terdiri dari :
a. satuan pengawas intern.
b. komite.
instalasi, terdiri dari :
i. instalasi rawat jalan;
ii. instalasi rawat inap;
iii. instalasi rawat darurat;
iv. instalasi bedah sentral;
v. instalasi perawatan intensif;
vi. instalasi radiologi;
vii. instalasi farmasi;
viii. instalasi patologi klinis;
ix. instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit;

Tugas Dan Fungsi Dari Struktur Organisasi, antara lain :


Kepegawaian
 Direktur RSUD, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian dan Kepala Sub Seksi diangkat
dan diberhentikan oleh Bupati sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang –
Undangan yang berlaku;
 Direktur RSUD adalah Jabatan Struktural Eselon III. a.
 Kepala Bidang dan Kepala Bagian adalah Jabatan struktural Esselon III b.
 Kepala Seksi dan Kepla Sub Bagian adalah Jabatan struktural Esselon IV b.

Satuan Pengawas Intern


 Satuan Pengawas Intern adalah Satuan Kerja Fungsional yang bertugas melaksanakan
pengawasan intern rumah sakit.
 Satuan Pengawas Intern berada di bawah dan bertanggung-jawab kepada pimpinan
rumah sakit.
 Satuan Pengawas Intern dibentuk dan ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.

Komite
 Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi
dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada pimpinan rumah sakit
dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit.
 Pembentukan komite ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah
sakit, sekurang-kurangnya terdiri dari Komite Medik serta Komite Etik dan Hukum.
 Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan rumah sakit.

Instalasi
 Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian rumah sakit.
 Pembentukan instalasi ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah
sakit.
 Instalasi dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh
pimpinan rumah sakit.
 Kepala Instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenagatenaga fungsional
dan atau non medis.

Kelompok jabatan fungsional


 Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan
jabatan tungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
 Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi
atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.
 Masing-masing tenaga fungsional sebagaimana dimaksud berada di lingkungan unit
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya.
 Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud ditentukan berdasarkan kebutuhan
dan beban kerja;
 Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud diatur berdasarkan
peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Staf medik fungsional


 Staf medik fungsional adalah kelompok dokter yang bekerja di bidang medis dalam
jabatan fungsional.
 Staf medik fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosa, pengobatan,
pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan,
pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan.
 Dalam melaksanakan tugasnya, staf medik fungsional menggunakan pendekatan tim
dengan tenaga profesi terkait.
Sumber : Aditama, Tjandra, 2007, Menejemen Administrasi RS edisi ke-2,
Jakarta : UI

8. Sebutkan indikator pencapaian kerja RS?


Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui
tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator indikator berikut
bersumber dari sensus harian rawat inap :
1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed
count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR
adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai
parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
2. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient
discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI (2005)
adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in occupancy rate and
length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur
pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Bersumber dari perhitungan Sumber daya manusia


1. Rasio kunjungan (RJ) : tenaga perawat RJ
Jumlah kunjungan/hari : jumlah tenaga perawat
2. rasio Hari Perawatan (HP) bedah : tenaga perawat
3. rasio pasien ICU/ICCU perhari : jumlah perawat ICU/ICCU

Bersumber dari perhitungan proses dan mutu pelayanan


1. NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-
tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah
sakit.
2. GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI(2005) GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar (http://heryant.web.ugm.ac.id).
3. angka kematian pasien icu/iccu
Jumlah pasien icu/iccu mati : jumlah pasien icu/iccu
4. nosokomial infection rate
Jumlah pasien Inf.Nos : jumlah pasien keluar (hidup+mati)

Bersumber dari perhitungan finansial


PROFITABILITAS
1. Ratio laba atas penjualan
Laba operasional : penjualan
2. Ratio laba atas investasi
Laba operasional : jumlah harta
LIKUIDITAS
1. Rasio lancar
Aktiva lancar : Hutang lancar
2. Rasio kas
Kas + surat berharga : hutang lancar
SOLVABILITAS
1. Ratio hutang atas dana sendiri
seluruh hutang : dana sendiri

Bersumber dari kepuasan pelanggan eksternal


1. Ratio kunjungan ulang
jml kunjungan ulang RJ & RI :jml pasien RI & RJ
2. Ratio kunjungan baru
jml kunjungan baru RI & RJ : jml pasien RI & RJ
3. Ratio kunjungan ulang R I
jml kunjungan ulang RI : jml pasien RI
Buku manajemen rumah sakit

9. Sebutkan indikator penilaian RS (akreditasi)?


STANDAR AKREDITASI

I. KELOMPOK STANDAR PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN


BAB 1. AKES KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN (APK)
BAB 2. HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK)
BAB 3. ASESMEN PASIEN (AP)
BAB 4. PELAYANAN PASIEN (PP)
BAB 5. PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)
BAB 6. MANAJEMEN PENGGUNAAN OBAT (MPO)
BAB 7. PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK)
II. KELOMPOK STANDAR MANAJEMEN RUMAH SAKIT
BAB 1. PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP)
BAB 2. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
BAB 3. TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP)
BAB 4. MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)
BAB 5. KUALIFIKASI DAN PENDIDIKAN STAF (KPS)
BAB 6. MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMASI (MKI)
III. SASARAN KESELAMATAN PASIEN
SASARAN I KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
SASARAN II PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
SASARAN III PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DI WASPADAI
SASARAN IV KEPASTIAN TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, TEPAT PASIEN
OPERASI
SASARAN V PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN
SASARAN VI PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
IV. SASARAN MILENIUM DEVELOPMENT GOALS
SASARAN I PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DAN PENINGKATAN
KESEHATAN IBU
SASARAN II PENURUNAN ANGKA KESAKITAN HIV/AIDS
SASARAN III PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TB.
Sumber : Sutoto, 2012, Instrumen Akreditasi Rumah Sakit Standar Akreditasi Versi
2012 Edisi – 1, Komisi Akreditasi Rumah Sakit : Jakarta
10. Sebutkan tipe-tipe RS? Jelaskan mengenai RS tipe C dengan syarat minimal yang harus
dimiliki RS tipe c?
Menurut pemilik :
1. Rumah sakit pemerintah, pada dasarnya ada 2 macam
 pemerintah pusat yang dimaksud yaitu :
 Departemen kesehatan :
Beberapa rumah sakit yang langsung dikelola oleh departemen kesehatan
ct. RSCM, rumah sakit dr. sutomo di Surabaya.
 Departemen lain :
Departemen pertahanan dan keamanan, departemen pertambangan,
departemen perhubungan jug mengelola rumah sakit sendiri. Pernan departemen
kesehatan disini adalah merumuskan kebijakan pokok bidang kesehatan saja, yang
harus dipakai sebagai landasan dalam melaksanakan setiap upaya kesehatan.
Beberapa pengecualian memmang dibenarkan asalkan tidak bertentangan dengan
kebijakan pokok bidang kesehtan yang telah dirumuskan.
 Rumah sakit daerah :
Sesuai dengan UU PEMDA no.5 tahun 1979, maka rumah sakit yang
berada di daerah dikelola oleh pemerintah daerah. Pengelolaan yang dimaksud tidak
hanya dalam bidang pembiayaan saj tetapi juga dalam bidang kebijakan, seperti :
yang menyangkut pembangunan sarana, pengadaan peralatan, dan ataupun
penetapan tarif pelayanan.
Peranan departemen kesehatan disini adalah merumuskan kebijakan pokok
upaya kesehatan saja, disamping dalam batas- batas tertentu juga turut membantu
dalam bidang pembiayaan, tenaga dan ataupun obat- obatan yakni dalam rangka
menjalankan asas perbantuan dari system pemerintahan di Indonesia.
2. Rumah sakit swasta
Rumah sakit ini pada dasarnya dikelola secara komersil serta yang berorientasi
untuk mencari keuntungan.

Menurut filosofi yang dianut


 Rumah sakit yang mencari keuntungan ( Non profit hospital )
 Rumah sakit yang tidak mencari keuntungan ( profit hospital )

Menurut jenis pelayanan yang diselenggarakan


 Rumah sakit umum (general hospital), dimana semua jenis pelayanan kesehatan
diselenggarakan
 Rumah sakit khusus (speciality hospital), dimana hanya ada satu jenis pelayanan
kesehatan saja yang diselenggarakan

Menurut lokasi rumah sakit


Ada beberapa macam yang kesemuanya tergantung dari pembgian system
pemerintah yang dianut. Misalnya rumah sakit pusat jika lokasinya di ibukota Negara, rumah
sakit propinsi jika lokasinya di ibukota propinsi, dan rumah sakit kabupaten bila lokasinya di
kabupaten

Menurut kelas
a. Rumah sakit kelas A
Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan
subspesialis secara luas oleh pemerintah. Rumah sakit kelas A telah ditetapkan sebagai
pelayanan rujukan tertinggi dan disebut sebagai rumh sakit pusat.
b. Rumah sakit kelas B
Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan
subspesialis secara terbatas. Rumah sakit ini didirikan di setiap ibukota provinsi yang
menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan
yang tidak termasuk kelas A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B.
c. Rumah sakit kelas C
Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas.
Pelayanan ini termasuk penyakit dalam, pelayann bedah, pelayanan kesehatan anak,
serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota
kabupaten yang menampung pelayanan rujukan dari PUSKESMAS.
d. Rumah sakit kelas D
Rumah sakit yang bersifat transisi Karena pada suatu saat akan ditingkatkan
menjadi rumah sakit kelas C. pada saat ini rumah sakit D hanya memberikan pelayanan
kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit D juga menampung pelayanan rujukan yang
berasal dari PUSKESMAS.
e. Rumah sakit kelas E
Rumah sakit khusus yang hanya menyelenggarakan satu macam pelayanan
kedokteran saja missal RSJ, Rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker.
Rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak dll.
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H
11. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi BOR, TOI, dan ALOS?
Beberapa indikator pelayanan di rumah sakit antara lain adalah:
1. Bed Occupancy Rate (BOR): angka penggunaan tempat tidur
Bed Occupancy Rate digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit. Angka Bed Occupancy Rate yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan
fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka Bed Occupancy Rate yang tinggi
(lebih dari 85 %) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu
pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur.
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit) / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari
dalam satu periode) X 100%.
2. Length Of Stay (LOS): lamanya dirawat
Length Of Stay digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit yang tidak dapat
dilakukan sendiri tetapi harus bersama dengan interpretasi.
Bed Turn Over dan Turn Over Interval. Secara umum nilai Length Of Stay yang ideal antara
6-9 hari.
LOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
3. Bed Turn Over (BTO): frekuensi penggunaan tempat tidur
Bersama-sama indikator TOI dan LOS dapat digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur rumah sakit, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan
waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur
4. Turn Over Interval (TOI): interval penggunaan tempat tidur
Bersama-sama dengan Length Of Stay merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan
tempat tidur. Semakin besar Turn Over Interval maka efisiensi penggunaan tempat tidur
semakin jelek. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari (Anonima,
2007).
TOI = (Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar
(hidup + mati)
5. NDR (Net Death Rate)
Net Death Rate adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap tiap 1000 penderita
keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) ) X 1000 ‰
6. GDR (Gross Death Rate)
Gross Death Rate adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar.
GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 ‰
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H
12. Bagaimana hubungan antara rendahnya BOR, tingginya TOI, dan rata rata ALOS terhadap
kinerja RS?
 Bed Occupancy Rate digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit. Angka Bed Occupancy Rate yang rendah menunjukkan kurangnya
pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka Bed
Occupancy Rate yang tinggi (lebih dari 85 %) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat
tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat
tidur.
 Semakin besar Turn Over Interval maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin
jelek. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari (Anonima, 2007).
 Length Of Stay digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit yang tidak
dapat dilakukan sendiri, tetapi harus bersama dengan interpretasi. Bed Turn Over dan
Turn Over Interval. Secara umum nilai Length Of Stay yang ideal antara 6-9 hari.
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H
13. Untuk mengatasi penurunan kerja yang dialami RS, bagaimana cara mengatasinya?
a. Masalah yang kemungkinan timbul
 Tenaga  khususnya tenaga medis spesialis masih kurang merata
 Fasilitas yang belum sesuai standar
 Kecenderungan memiliki alat canggih tanpa memperhitungkan efisiensi dan
efektivitas
 Sikap dan perilaku tenaga medis yang kurang mendukung system pelayanan medis
maupun RS sebagai suatu system
 Sikap dan perilaku pimpinan RS yang kurang tegas dalam pelaksanaan pelayanan
medis
Sumber : Djuhaeni, H., Manajemen Pelayanan Medik dan Keperawatan, Hospital
Management Training PERSI 1993

b. Upaya penyelesaian
 PPDS bagi daerah yang sangant memerukan dan tidak ada FK
 Perencanaan peralatan secra bertahap perlu ditimbangkan dengan memperhitungkan
skala prioritas dan projek unggulan, tidak perlu seluruhnya membeli tetapi dengan
system kerja sama ataupun sewa
 Komunikasi, koordinasi, integrasi dengan unit lain di RS ditingkakan
 Menempatkan tenaga medis sesuai dengan peran, tugas, dan fungsinya
 Pimpinan RS harus mempunyai sikap yang tegas dalam mengayomi, mengawasi, dan
mengendalikan pelayaan medis RS
Sumber : Djuhaeni, H., Manajemen Pelayanan Medik dan Keperawatan, Hospital
Management Training PERSI 1993

Anda mungkin juga menyukai