Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tema sentral filsafat

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin

menjadikan orang mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia

yang tidak terletak dalam wewenang metode-metode ilmu khusus. Jadi, filsafat

membantu untuk mendalami pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan

ruang lingkupnya.

Kegunaan filsafat dapat dibagi menjadi dua, yaitu kegunaan secara umum

dan kegunaan secara khusus. Kegunan secara umum dimaksudkan manfaat yang

dapat diambil oleh orang yang belajar filsafat secara mendalam sehingga mampu

memecahkan masalah-masalah kritis tentang sesuatu. Kegunaan secara khusus

dimaksudkan manfaat khusus yang dapat diambil untuk memecahkan khususnya

suatu obyek, misalnya di Indonesia jadi khusus diartikan terikat oleh ruang dan

waktu, sedangkan umum dimaksudkan tidak terikat oleh ruang dan waktu.

Dalam garis besarnya filsafat mempunyai tiga cabang besar yaitu teori

pengetahuan, teori hakikat, dan teori nilai. Teori pengetahuan pada dasarnya

membicarakan cara memperoleh pengetahuan. Teori hakikat membahas semua

obyek, dan hasilnya ialah pengetahuan filsafat. Yang ketiga, teori nilai atau disebut

juga aksiologi, membicarakan guna pengetahuannya tadi.


1. Epistimologi

Epistemologi bersal dari bahasa yunani”episteme” dan “logos”. “episteme”

artinya pengetahuan, “logos” artinya ilmu atau teori. Dengan demikian epistemologi

secara etimologis adalah teori pengetahuan. Adapun secara istilah Epistemologi

merupakan pokok bahasan yang mengkaji tentang pengetahuan serta kaitannya

dengan kebenaran yang hakiki.

Tatkala manusia baru lahir, ia tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun.

Nanti, tatkala ia 40 tahunan pengetahuannya banyak sekali sementara kawannya

yang seumur dengannya mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih banyak dari

pada dia dalam bidang yang sama atau berbeda. Bagaimana mereka itu masing-

masing mendapat pengetahuan itu? Mengapa dapat juga berbeda tingkat

akurasinya? Hal-hal semacam ini dibicarakan dalam epistimologi.

Pengetahuan manusia ada tiga macam, yaitu pengetahuan sains, pengetahuan

filsafat, dan pengetahuan mistik. Pengetahuan itu diperoleh manusia melalui

berbagai cara dan dengan menggunakan berbagai alat. Ada beberapa aliran yang

berbicara tentang ini.

a. Empirisme

Kata ini berasal dari kata yunani Empeirikos yang berasal dari kata

Empeiria, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memproleh pengetahuan

melalui pengalamannya, Pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi.


Tapi empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia. Oleh karena itu muncul

aliran rasionalisme.

b. Rasionalisme

Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.

Rasioanalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan.

Pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan

yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, untuk sampainya manusia kepada

kebenaran adalah semat-semata dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme

merupakan bahan yang belum jelas, kacau. Bahan ini kemudian dipertimbangkan

oleh akal dalam pengalaman berpikir. Akal mengatur bahan itu sehingga dapatlah

terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi, akal bekerja karena ada bahan dari indera.

c. Positivisme

Pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia

hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerjasama. Dengan kata

lain, ia menyempurnakan metode ilmiah (Scientific method) dengan memasukkan

perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran. Jadi, pada dasarnya Positivisme itu sama

dengan empirisme plus rasionalisme.

d. Intuisonisme

Ini adalah hasil evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip

dengan instinct, tetapi berbeda dalam kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan


kemampuan ini (Intuisi) memerlukan suatu usaha. Kemampuan inilah yang dapat

memahami kebenaran, yang tetap. Intuisi ini menangkap obyek secara langsung tanpa

melalui pemikiran. Jadi, indera dan akal hanya mampu menghasilkan pengetahuan

yang tidak utuh (spatial), sedangkan intuisi dapat menghasilkan pengetahuan yang

utuh, tetap.

2. Ontologi

Ontologi adalah reori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas.

Setelah membenahi cara memperoleh pengetahuan, filosof mulai menghadapi obyek-

obyeknya untuk memperoleh pengetahuan. Obyek-obyek itu dipikirkan secara

mendalam sampai pada hakikatnya. Inilah sebabnya bagian ini dinamakan teori

hakikat atau ontologi.

Apa itu hakikat? Hakikat ialah realitas, realitas ialah ke-real-an. “real” atinya

kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan

sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadan yang menipu, bukan

keadaan yang berubah.

a. Logika

Logika adalah salah satu cabang filsafat yang dikembangkan Aristoteles.

Logika membicarakan norma-norma berpikir benar agar diperoleh dan terbentuk

pengetahuan yang benar. Dalam logika dikenal perbedaan antara kesimpulan yang

tepat dan kesimpulan yang benar. Kesimpulan yang tepat diperoleh bila bentuk

berpikirnya benar (logika formal). Kesimpulan yang benar berasal dari penyelidikan

terhadap isi kesimpulan itu. Yang meneliti isi kesimpulan adalah logika material.
b. Etika

Ada beberapa teori tentang nilai baik-buruk (etika). Salah satunya teori nilai

dari Islam yang ada lima kategori : baik sekali, baik, netral, buruk, buruk sekali

(wajib, sunnah, mubah, makruh, haram).

c. Estetika

Nilai “baik” sebanding dengan nilai “indah”, tetapi kata “indah” lebih sering

dikenalkan pada seni, sedangkan “baik” pada perbuatan. Didalam kehidupan, indah

lebih berpengaruh ketimbang baik. Orang lebih tertarik pada rupa ketimbang pada

tingkah laku. Orang yang tingkah lakunya baik (etika), tetapi kurang indah (estetika),

akan dipilih belakangan, yang dipilih lebih dulu adalah orang yang indah, sekalipun

kurang baik.

3. Aksiologi

Aksiologi adalah suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai. Untuk

mengetahui kegunaan filsafat atau untuk apa filsafat itu digunakan atau apa guna

filsafat itu, kita dapat melihat filsafat sebagai tiga hal. Pertama, filsafat sebagai

kumpulan teori, digunakan untuk memahami dan mereaksi dunia pemikiran. Kedua,

filsafat sebagai pandangan hidup, fungsinya mirip sekali dengan agama, yaitu

menjadi jalan kehidupan, atau pedoman yang isinya berupa ajaran dan ajaran itu

dilaksanakan dalam kehidupan. Ketiga, filsafat sebagai metode pemecahan masalah.


B. Korelasi Epistimologi, Ontologi, Aksiologi Dalam Pendidikan Islam

1. Korelasi epistimologi dalam pendidikan islam

Arifin mendefinisikan pendidikan Islam adalah suatu system pendidikan yang

mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba-hamba Allah SWT,

sebagaimana islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia,

baik duniawi maupun ukhrowi.

Dr. Zakiyyah Darajat mendefenisikan pendidikan islam adalah usaha,

kegiatan, cara, alat dan lingkungan hidup yang menunujang keberhasilannya dalam

membentuk manusia dengan ciri perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan

petunjuk ajaran islam atau secara umumnya pendidikan islam :

1. pembentukan kepribadian muslim.

Dalam ilmu pendidikan, epistimologi diposisikan sebagai teori pengetahuan

atau ilmu pengetahuan. The liang gie memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian

aktifitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh

pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan

keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin

dimengerti manusia.

2. Hakikat Pendidikan Islam

Secara sadar pendidikan islam mengarahkan dan membimbing pertumbuhan

serta perkembangan firtah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran islam kearah
titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan, secara teoritis

mengandung pengertian memberi makan (Opvoeding) kepada peserta didik, sehingga

mendapatan kepuasan rohaniah. Pendidikan juga diartikan dengan menumbuhkan

kemampuan dasar manusia.

Esensi dari potensi dinamis dalam setiap diri manusia itu teletak pada

keimanan atau keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak (moral) dan pengalamannya.

Oleh karena itu, dalam strategi pendidikan Islam keempat potensi dinamis yang

esensial tersebut menjadi titik pusat dari proses kependidikan islam sampai kepada

tercapainya tujuan akhir pendidikan.

Sedangkan obyek pendidikan islam yang sejalan dengan misi ajaran Islam

yang bertujuan memberikan rahmad bagi semua makhluk, pendidikan islam

mengidentifikasikan sasarannya pada tiga pengembangan fungsi manusia, yaitu :

a. Menyadarkan manusia sebagai makhluk individu, manusia harus bisa

berperan sebagai makhluk Allah yang paling utama diantara lainnya, dan

memfungsikan sebagai khalifah dibumi ini bilamana ia berpendidikan.

b. Menyadarkan manusia sebagai makhluk social. Manusia haruslah dapat

berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat, itulah sebabnya islam

mengajarkan tentang persamaan, persaudaraan, gotong-royong dan

musyawarah sebagai upaya membentuk masyarakat yang utuh.

c. Menyadarkan manusia sebagai hamba Allah SWT. Sikap dan watak

religiusnya perlu dikembangkan, karena dalam fitrah manusia telah diberi


kemampuan untuk beragama. Sesuai pendapat C.G. Jung yang memandang

kemampuan beragama sebagai naturalis religiosa (naluri beragama).

3. Kegunaan Filsafat Pendidikan

a. Memberi dasar-dasar metode penelitian

b. Memberi kejelasan obyek dan lingkungan studi

c. Memberi tempat dan kedudukan yang tepat kepada setiap ilmu

pengetahuan didalam suatu hubungan yang tertip, teratur, harmonis

didalam satu kesatuan.

d. Pedoman sikap ilmiah untuk menemukan kebenaran yang obyektif

ilmiah

e. Memberi nilai keilmuan pada setiap ilmu pengetahuan

f. Memberi arah dan tujuan kebenaran ilmiah demi kesejahteraan dan

kebahagiaan umat manusia

g. Sebagai sumber ilmu atau induk pengetahuan.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

A. Dalam garis besarnya filsafat mempunyai tiga cabang besar yaitu teori

pengetahuan, teori hakikat, dan teori nilai. Teori pengetahuan pada dasarnya

membicarakan cara memperoleh pengetahuan. Teori hakikat membahas

semua obyek, dan hasilnya ialah pengetahuan filsafat. Yang ketiga, teori

nilai atau disebut juga aksiologi, membicarakan guna pengetahuannya tadi.

B. Hubungan Epistimologi, Ontologi, Aksiologi Dalam Pendidikan Islam

sangat berkaitan krna sesunggungnya pendidikan islam mencakup semua

pembelajaran yang dibutuhkan manusia

B. SARAN
TEMA SENTRAL SISTEMATIKA FILSAFAT

Makalah Ini Di Ajukan Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Filsafat


Umum Prodi Manajemen Pendidikan Islam Jurusan Tarbiah

Oleh:

Muh Wahyu Shiddiq

Aslinda

Heurul Aswar

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)


WATAMPONE
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filsafat adalah berfikir secara mendalam tentang hakikat segala sesuatu yang

ada maupun yang mungkin ada tanpa ada paksaan dari pihak manapun dan apapun.

Adapun seseorang yang mendalami atau akhli dalam filsafat suka disebut filosof, di

dalam filsafat Islam disebut akhli hikmah atau mutakalimin. Hasil pemikiran para

filsof mengenai filsafat yang di kumpulkan dalam bentuk tulisan serta disusun secara

sistematis, disebut sisitematika filsafat. Sistematika merupakan suatu penjabaran yang

secara garis besar terdiri dari bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. Pada

umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin menjadikan orang

mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar. Jadi, filsafat membantu

untuk mendalami pertanyaan manusia tentang makna realitas dan ruang lingkupnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang

muncul dan akan dibahas dalam makalah ini yaitu:

A. Apa Sajakah Tema Tema Sentral Filsafat?


B. Bagaimanakah Korelasi Epistimologi, Ontologi, Aksiologi Dalam

Pendidikan Islam?

C. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai yaitu:

A. Untuk Mengetahui Apa Sajakah Tema Sentral Filsafat!

B. Untuk mengetahui Korelasi Epistimologi, Ontologi, Aksiologi Dalam

Pendidikan Islam!
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

A.  Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C.  Tujuan 1

BAB II 1

PEMBAHASAN 1

A. tema sentral filsafa 1

B. Korelasi Epistimologi, Ontologi, Aksiologi Dalam Pendidikan Islam 1

BAB III 1

PENUTUP 1

A. Kesimpulan 1

B. Saran 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA

sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin

masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan

makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai