Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Maraknya kasus kecurangan yang terjadi di Indonesia akhir ini menjadi
perhatian khusus pemerintah dan masyarakat (Chairun Nisak, 2013:15).
Kecurangan (fraud) merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan sehingga
dapat menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut
dan memberi keuntungan bagi pelaku kecurangan (Alison, 2006 dalam
Rahmawati, 2012:1). Kecurangan umumnya terjadi karena tekanan untuk
penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan atau peluang
yang ada (Rahmawati, 2012:1).
Bentuk kecurangan yang sering terjadi diantaranya meliputi management
fraud dan employee fraud. Management fraud yang terjadi dalam bentuk
penggelapan aktiva perusahaan, misalnya penggelapan uang perusahaan yang
didukung dengan pemanipulasian laporan keuangan, dimana data dan informasi
akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan diubah dengan sengaja.
Sedangkan employee fraud yang terjadi diantaranya pemalsuan daftar gaji yaitu
dengan menciptakan karyawan palsu, dan kemudian menguangkan gaji tersebut
(Eka Komaruzzaman, 2015:2).
Biasanya kecurangan ini tidak mudah ditemukan. Kecurangan biasanya
ditemukan karena suatu ketidaksengajaan ataupun disengaja. Dengan demikian
manajemen perlu berhati-hati terhadap kemungkinan timbulnya kecurangan yang
terjadi di perusahaan yang dikelolanya. Untuk mengatasi timbulnya kecurangan,
audit internal diperlukan keberadaannya di dalam perusahaan, yang bertugas
untuk mengevaluasi suatu sistem dan prosedur yang telah disusun secara benar
dan sistematis serta apakah telah diimplementasikan secara benar, melalui
pengamatan, penelitian, dan pemeriksaan atas pelaksanaan tugas yang telah
didelegasikan di setiap unit kerja perusahaan (Amrizal, 2004:1-3 dalam Ridhwan
Nugraha, 2016:1-2).
Seperti yang dilakukan oleh salah seorang Asisten manajer operasional dan
layanan Kantor Cabang BRI di Tambun Kabupaten Bekasi yang

1
2

menyalahgunakan uang perusahaan selama periode Agustus 2018 sampai Januari


2019. Dia diduga melakukan kecurangan sebesar Rp13,8 miliar yang terdiri dari
kas induk Rp1,47 miliar, valas senilai Rp8,83 miliar, tiga rekening deposito milik
nasabah senilai Rp3,5 miliar dan uang dari money changer senilai Rp54 juta.
Namun, tersangka sudah mengembalikan kerugian negara tersebut sebesar Rp1,72
miliar lebih kepada perusahaan (Tribun Jabar, 2019).
Serta yang dilakukan pula oleh salah satu oknum Pegawai Teller Bank BRI
Toddopuli, Makassar, yang melakukan kecurangan senilai Rp2,3 miliar. Dia
diduga melakukan pencurian uang para nasabah dengan cara menggunakan dua
slip penyetoran. Satu slip dipakai antara pelaku dan nasabah, serta satu slip lagi
disetor ke pihak Bank yang dilakukan dari 47 nasabah dan dari 50 buku rekening
(Covesia.com, 2019).
Terakhir, terdapat juga korupsi yang dilakukan oleh salah satu oknum
karyawan BRI di Payakumbuh, Sumatera Barat yang melakukan kecurangan
hingga Rp 1 miliar lebih. Pelaku menggelapkan uang nasabah BRI dengan tiga
macam cara. Pertama, dia membujuk nasabah untuk mengambil kredit di BRI,
namun setelah dana cair, jumlah pinjaman dikurangi dengan cara membuat
dokumen palsu. Kedua, menggelapkan setoran nasabah yang tidak dimasukan ke
kas BRI. Kemudian modus terakhir dengan cara mengambil jaminan pinjaman
nasabah tanpa sepengetahuan pimpinan bank. Kemudian menjadikannya untuk
pinjaman ke bank tanpa sepengetahuan si nasabah (Suara.com, 2019).
Banyak faktor yang dapat meminimalisir terjadinya kecurangan, salah
satunya yaitu audit internal, audit internal dapat mendeteksi adanya suatu
kesalahan dalam aktivitas yang terjadi di perusahaan dengan cara mengevaluasi
apakah aktivitas tersebut berjalan sesuai aturan yang berlaku atau belum, melalui
pengamatan, penelitian, dan pemeriksaan terhadap aktivitas tersebut. Peran utama
dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam pencegahan kecurangan
adalah berupaya untuk menghilangkan atau mengeliminir sebab-sebab timbulnya
kecurangan tersebut. Karena pencegahan terhadap terjadinya suatu perbuatan
curang akan lebih mudah daripada mengatasi bila terjadi kecurangan tersebut
(Amrizal, 2004:4).
3

Hubungan audit internal terhadap pencegahan kecurangan menurut


International Professional Practices Framework (IPPF) (Standar 1210.A2)
menyatakan bahwa auditor internal harus memiliki pengetahuan memadai untuk
dapat mengevaluasi risiko kecurangan, dan cara organisasi mengelola risiko
tersebut, namun tidak diharapkan memiliki keahlian seperti layaknya seseorang
yang tanggung jawab utamanya adalah mendeteksi dan menginvestigasi
kecurangan (IPPF, 2017:5). Audit internal akan membantu mencegah fraud
dengan memeriksa dan mengevaluasi pengendalian internal yang mengurangi
risiko fraud. Mereka akan membantu mencegah fraud dengan melaksanakan
prosedur audit yang dapat mengungkapkan pelaporan keuangan yang curang serta
penyalahgunaan aset. Auditor internal bertanggung jawab dalam mencegah dan
mendeteksi fraud yang mungkin telah terjadi sedini mungkin, sebelum membawa
dampak yang lebih buruk pada organisasi. Pendeteksian tersebut dapat dilakukan
pada saat menjalankan kegiatan internal auditing. Pada saat tersebut auditor
internal dapat memfokuskan diri pada area-area yang memiliki risiko tinggi
terjadinya fraud seperti transaksi kas, rekonsiliasi bank, proses pengadaan,
penjualan dan lain-lain (Soejono Karni, 2000:20 dalam Abdillah Nur Muhammad,
2018:5).
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Suginam (2016:30) yang berjudul
“Pengaruh Peran Audit Internal dan Pengendalian Intern terhadap Pencegahan
Fraud (Studi Kasus Pada PT. Tolan Tiga Indonesia)” telah membuktikan dalam
penelitiannya bahwa Audit Internal memiliki pengaruh terhadap Pencegahan
Kecurangan. Dengan demikian kondisi ini memperlihatkan bahwa Audit Internal
perusahaan sangat memiliki peran sangat besar di dalam perusahaan untuk
mengendalikan dan mengevaluasi aktivitas kegiatan perusahaan terutama dalam
pencegahan fraud. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian Dwika
Maliawan (2017:10) yang menunjukan bahwa audit internal secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka penulis menduga bahwa
terdapat hubungan antara Audit Internal dengan Kecurangan (Fraud) sehingga
judul penelitian yang peneliti ambil yaitu : “Pengaruh Audit Internal Terhadap
4

Pencegahan Kecurangan (Fraud) (Studi Kasus pada PT Bank Rakyat


Indonesia, Tbk Kantor Inspektorat Wilayah dan Kantor Cabang Naripan
Kota Bandung)”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan beberapan uraian yang telah diuraikan pada latar belakang, maka
dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Hasil audit internal yang dilaksanakan belum digunakan secara optimal.
2. Kurangnya pengawasan dan pemantauan oleh audit internal.
3. Belum adanya realisasi pencegahan kecurangan di PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk. (Persero) Cabang Naripan Kota Bandung.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas terdapat beberapa
pembatasan masalah penelitian, hal tersebut digunakan dalam sebuah penelitian
bertujuan agar dalam pembahasan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai. Batasan masalah ini hanya mencakup dalam audit internal dan
pencegahan kecurangan yang dilaksanakan di PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.
(Persero) Kantor Cabang Naripan Kota Bandung.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan
dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan audit internal pada PT Bank Rakyat Indonesia
Tbk. (Persero) Kantor Inspektorat Wilayah Kota Bandung.
2. Bagaimana pelaksanaan pencegahan kecurangan pada PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk. (Persero) Kantor Cabang Naripan Kota Bandung.
3. Apakah audit internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan pada
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (Persero) Kantor Inspektorat Wilayah dan
Kantor Cabang Naripan Kota Bandung.

Anda mungkin juga menyukai