KELOMPOK 1
3K2
2020
1.1 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud
1.1.2 Tujuan
Poliamida dapat dicelup dengan zat warna dispersi, zat warna asam dan
zat warna reaktif. Poliamida yang banyak diproduksi adalah nylon 6 dan nylon 66.
Nylon 6 banyak digunakan untuk benang ban, tali pancing, tali temali, kaos kaki,
karpet, kain penyaring dan kain untuk pakaian. Kelebihan yang dimiliki oleh
nylon 6 dibandingkan dengan nylon 66 adalah pembuatan nylon 6 lebih
sederhana, tahan sinar, memiliki affinitas yang tinggi terhadap zat warna, daya
celup serta elastisitas dan stabilitas terhadap panas yang lebih baik. Nylon 66
memiliki kekuatan yang lebih besar (high tenacity) dibandingkan nylon 6
sehingga banyak digunakan untuk industri non sandang , memiliki sifat ketahanan
gosok dan elastisitas yang baik. Perbedaan proses manufaktur pada nylon
berpengaruh terhadap hasil pencelupannya (leaftlet dyeing of wool/synthetic
blends, 2002). Perkembangan terbaru dari serat poliamida adalah digunakan
sebagai serat penguat untuk komposit karena memiliki fleksibilitas yang baik dan
ketahanan abrasi yang tinggi (Judawisastra, H, 2010).
Poliamida memiliki gugus fungsi –N-H,-C-O-. Di bawah ini adalah
struktur nylon 6 dan nylon 66.
- Group I : Zat warna asam jenis levelling : zat warna ini memiliki
affinitas kecil pada serat poliamida pada kondisi netral atau asam
lemah sehingga pada pencelupannya memerlukan kondisi asam yang
lebih kuat (pH 3,0-4,0).
- Group II : Zat warna asam milling : zat warna ini memiliki afinitas
sedang sehingga dapat digunakan untuk mencelup poliamida pada pH
4,0 - 5,0.
- Group III: Zat warna asam supermilling : zat warna ini memiliki
affinitas yang tinggi pada serat poliamida sehingga dapat dicelup pada
kondisi dibawah netral atau asam lemah (pH 5.0–7.0).
Zat warna asam Group III ada dua jenis yaitu zat warna asam yang
mengandung logam dan tidak mengandung logam.
Gugus fungsi pada zat warna asam ada mempunyai 1 (satu) gugus
sulfonat dalam struktur molekulnya disebut zat warna asam monobasic dan ada
juga yang mempunyai 2 (dua) gugus sulfonat disebut yang zat warna asam dibasik
dan seterusnya.
Zat warna asam yang gugus pelarutnya lebih banyak, maka kelarutannya
makin tinggi sehingga pencelupannya menjadi lebih mudah rata tetapi tahan
luntur hasil pencelupan terhadap pencuciannya akan berkurang. Keunggulan dari
zat warna asam adalah warnanya yang cerah, hal tersebut disebabkan ukuran
partikelnya relatif kecil (lebih kecil dari ukuran zat warna direk).
Urutan ukuran partikel zat warna asam mulai dari yang paling kecil adalah
zat warna asam leveling, milling dan supermilling, sehingga kecerahan zat warna
asam leveling paling tinggi dibandingkan zat warna tipe asam lainnya. Ukuran
partikel zat warna juga menentukan besarnya ikatan sekunder antara zat warna
dengan serat yang berupa ikatan dari gaya Van Der Waals, di mana makin banyak
elektron dalam molekul (makin besar ukuran molekul) ikatan fisika (Van Der
Waals) zat warna makin besar. Oleh karena itu dapat dipahami bila tahan luntur
hasil pencelupan dengan zat warna asam milling lebih tinggi dibandingkan dengan
tahan luntur hasil pencelupan dengan zat warna asam levelling.
1.2.3 Pencelupan
Mekanisme pencelupan zat warna asam pada poliamida berdasakan ikatan
ionik antara molekul zat warna dengan gugus amina dan gugus amida dari serat
poliamida. Pada pH yang tidak terlalu rendah akan terjadi penyerapan ion H + oleh
gugus amina sehingga menjadi bermuatan positif yang selanjutnya dapat berikatan
ionik dengan anion zat warna asam. Karena jumlah gugus amida pada serat
poliamida terbatas, pada kondisi tersebut hanya cocok untuk pencelupan warna
muda. Untuk pencelupan warna sedang dan tua pH larutan pencelupan harus
diturunkan lebih lanjut sehingga akan terjadi penyerapan ion H+ pada gugus
amida yang jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu, makin rendah pH larutan
pencelupan penyerapan zat warna akan semakin besar. Ikatan antara zat warna
dengan serat berupa ikatan ionik yang merupakan gaya antar aksi jangka panjang
maka migrasi zat warna asam relatif kurang baik. Oleh karena itu untuk
mendapatkan kerataan hasil pencelupan penyerapan zat warna diawal proses
pencelupan harus diperlambat dengan cara memperlambat kenaikan suhu dan
menambahkan perata jenis retarder ke dalam larutan celupnya.
1.2.4 Zat Pembantu Pencelupan
Zat pembantu (auxilaries) adalah zat pembantu selain zat warna yang
digunakan pada proses pencelupan agar menghasilkan celupan yang rata dan
penyerapan zat warna yang maksimum, sesuai target warna yang diinginkan. Zat
pembantu ini meliputi zat pembasah, zat pengatur pH, zat perata, zat pelunak air
dan zat anti creasemark.
= 120 ml
Asam asetat 35% = 2 ml/l
=
= 2,4 ml
NaCl = 5 g/l
=
= 6 gr
Suhu Optimum = 100oC
Waktu = variasi 1 : 15 menit
variasi 2 : 30 menit
variasi 3 : 45 menit
variasi 4 : 60 menit
Kebutuhan Air = 1200 – 120 – 2,4 – 6 = 1071,6 mL
1.4.4 Perhitungan Resep Pencucian
Vlot = 1 : 20
= 60 x 20
= 1200 ml
Sabun = 1 g/l
=
= 1,2 gr
Waktu = 10 menit
Suhu optimum = 70°C
Kebutuhan Air = 1200 – 1,2 = 1198,8 mL
1.5 Skema Proses
Zw Asam
Asam Asetat
Kain
1.7 Hipotesis
20
15
Nilai Ketuaan
Warna
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Waktu Pencelupan
(menit)
10
8
Warna
6
4
2
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Waktu Pencelupan
(menit)
1.10 Diskusi
Pada evaluasi kerataan warna, diperoleh hasil yang paling baik pada waktu
pencelupan 60 menit, namun terjadi penurunan pada variasi waktu 30 menit, hal
ini dikarenakan karena sifat dari zat warna asam milling yang sangat mudah
bermigrasi, maka ketika waktu pencelupan semakin lama, kita tidak bisa
mengontrol laju migrasinya apakah dia masuk kedalam serat atau bahkan keluar
dari serat. Kerataan warna hasil celup dengan menggunakan zat warna asam
miling umumnya sudah baik.
1.11 KESIMPULAN
Dari evaluasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa titik optimum
ketuaan warna dan kerataan warna yaitu dengan menggunakan variasi waktu
pencelupan 60 menit.
DAFTAR PUSTAKA
M. Ichwan dan Rr. Wiwiek Eka Mulya. 2013. Bahan Ajar Praktikum Teknologi
Pencelupan II. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Broadbent, A. D. (2001). In A. D. Broadbent, Basic Principles of Textile
Coloration (pp. 270-275). Sherbrooke: Society of Dyers and Colourists.